TEORI DASAR
PERMEABILITAS DAN
REMBESAN
OLEH :
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016
I. PERMEABILITAS TANAH (DAYA REMBESAN TANAH)
(PERMEABILITY OF SOIL)
Pendahuluan
Semua macam tanah terdiri dari butir-butir dengan ruangan-ruangan yang
disebut pori
(voids) antara butir-butir tersebut. Pori-pori ini selalu berhubungan satu dengan
yang lain sehingga air dapat mengalir melalui ruang pori tersebut. Proses ini
disebut rembesan (seepage) dan kemampuan tanah untuk dapat dirembesi air
disebut daya rembesan atau permeabilitas (permeability). Persoalan rembesan air
dalam tanah sangat penting dalam bidang teknik sipil, misalnya pada pembuatan
tanggul untuk menahan air, bendungan, juga penggalian untuk pembuatan pondasi
dibawah muka air tanah.
Selisih ketinggian air H dibandingkan dengan jarak antara kedua titik ini disebut
gradient hidrolik (hydraulic gradient) dengan simbul i
3
h
Jadi i=
(6.1)
L
Dimana i = gradient hidrolik
Menurut hukum Darcy kecepatan aliran air dalam tanah sebanding dengan
gradient hidrolik
Yaitu v = k. (6.2)
Dimana v = kecepatan (discharge velocity)
k = konstanta yang disebut koefisien rembesan atau
permeabilitas (coefficient of permeability)
Nilai k tergantung dari macam tanah.
Kecepatan v pada rumus Darcy bukanlah kecepatan sebenarnya pada air didalam
pori tanah. Kecepatan v ini adalah suatu angka yang dapat dipakai secara langsung
untuk menghitung banyaknya air yang merembes dalam tanah.
k K e3 (6.4)
1e
dimana : k = permeabilitas e = angka pori K = konstanta
2
k1 = 1,4 k0.e (6.5)
Jumlah air yang merembes melalui tanah dalam waktu tertentu adalah
menurut rumus Darcy, yaitu :
Q = k.i.A.t (6.6)
Dimana Q = jumlah air dalam waktu t
i = gradient hidrolik A = luas penampang t = waktu
k= Q .L (6.7)
A.h.t
Cara ini dapat dipakai asal cukup banyak air dapat merembes contoh
dalam waktu yang tidak terlampau lama. Apabila daya rembesan tanah sangat
kecil, maka banyaknya air yang merembes contoh akan sangat sedikit, sehingga
tidak dapat diukur dengan tepat memakai cara tadi
jangka waktu tertentu (semula h0 menjadi h1). Jadi tegangan air sekarang tidaklah
tetap dan Rumus Darcy dapat ditulis hanya pada saat tertentu.
h
k A.dt
L
h
Jadi : adh = k Adt
L
dh A
Atau : a =k dt
L
h1 t
dh A
a = k L dt
h0
h 0
2,3.a.L h
atau : k = log10 1
A .t h0
Diameter pipa dapat diatur sesuai dengan sifat contoh yang akan diperiksa.
Untuk contoh dengan daya rembesan lebih besar maka sebaiknya diameter pipa
juga lebih besar.
h1 kv1
kh1
kv2
h h
kh2
kv3
h
kh3
8
permukaan air pada endapan dan H1, H2 . Adalah penurunan permukaan pada
tiap lapisan.
H = H1 + H2 + H3 + ..
= i1h1 + i2h2 + i3h3 + .. (6.4)
Jadi H1 = i1h1 + i2h2 + .
V H/h.kv (untuk seluruh masa) ..(a)
Kemudian v = k1i1 =
k2i2
hingga i1
9
= v/k1 , i2
= v/k2
Bila disubsitusikan kedalam persamaan (1.4)
= v/k1.h1 + v/k2.
h2 + v/k3.h3 . Juga dari
persamaan (a) :
= vh/kv
Kita samakan nilai H
vh/kv =v/k1.h1 + v/k2.h2 + v/k3.h3 + .
h
kv =------------------------ (6.5)
h1/h1 + h2/k2 + h3/k3
dipompa keluar dari sumur uji per satuan waktu; keadaan ini dapat ditulis sebagai
berikut :
q
k dh
2 r.h
dr
r1
dr 2k h1
atau : h.dh
r q
r2 h2
r
2,303qlog 1
10
r
2
jadi : k
h 21 h 22
Dari pengukuran di lapangan, apabila q,r1, r2, h1, dan h2 diketahui, koefisien
rembesan dapat dihitung dari persamaan (1.6)
dh
qk 2r.H
dr
r1 h1
dr 2kH
11
atau : .dh
r2
r h2 q
k (6.7)
2,727Hh1 h2
12
Sebagai contoh rembesan air dalam tanah kita ambil keadaan seperti diperlihatkan
pada Gbr 8.1. Disini kita dapat melihat rembesan dibawah dinding penutup (sheet
pile wall).
Untuk mempermudah soal yang kita bahas ini, kita anggap bahwa rembesan
berjalan pada dua dimensi saja, dan tanah ditempat ini seragam sehingga nilai
permiabilitas (k) pada jurusan vertical sama dengan nilai k pada jurusan horizontal.
Air yang merembes akan masuk tanah pada permukaan AB dan mengalir dibawah
dinding dan keluar pada permukaan BC. Air yang masuk pada suatu titik tertentu
akan menempuh suatu jalan tertentu, misalnya air yang masuk pada titik F akan
mengikuti jalan FGH. Jalan ini disebut garis aliran (flow line atau stream line). Di
dalam tanah yang dirembes air kita dapat mengukur tegangan air pada setiap titik,
sehingga kemudian dapat kita tentukan garis-garis dengan ketinggian tegangan (head
pressure) yang sama, misalnya garis JK atau garis LM pada Gambar 8.1.
Ketinggian air dalam pipa yang dipasang pada JK atau LM adalah sama.
Garis semacam ini disebut garis equipotensial (equipotential lines).
Ketinggian tegangan pada suatu titik, seperti titik P misalnya, dapat dinyatakan
sebagai berikut :
u
h y
w
dimana : h = ketinggian tegangan (pressure head) u = tegangan air
y = ketinggian titik diatas suatu datum tertentu (yaitu koordinat
vertical)
Dengan demikian :
Vx = x
Vy = y
Hubungan antara garis equipotensial dengan garis aliran dapat ditentukan dengan
menghitung kemiringan kedua macam garis ini. Pada garis equipotensial nilai
adalah konstan sehingga
d dx dy 0
x y
dy
dan equipotensial = - /
dx x y
Ini berarti bahwa kemiringan garis equipotensial adalah tegak lurus terhadap garis
aliran.
Pada tanah yang seragam hal ini selalu benar, sehingga rembesan air di dalam tanah
dapat digambarkan sebagai deretan garis equipotensial dan sederetan garis aliran
yang saling berpotong-potong secara tegak lurus.
Diperlihatkan contoh flow net, dimana rembesan berjalan didalam tanah dibawah
bendungan beton.
Rumusan atau persamaan yang merupakan dasar untuk pemecahan soal-soal rembesan
dapat ditentukan dengan menghitung banyaknya air yang masuk dan keluar dari suatu
segmen didalam tanah, seperti diperlihatkan pada Gambar 8.4
Gambar 8.4 : Air yg Masuk dan Keluar pd Suatu Segmen didalam Tanah
Vx Vy
Jadi : x y 0
17
0
x x
y y
Yaitu : 0
2 2
x2 y2
dan : sehingga Vx
x y y
Banyaknya air yang mengalir antara dua garis aliran dapat dihitung dengan cara
seperti diperlihatkan pada Gambar III.5. Nilai stream function pada kedua garis
aliran adalah sebesar
1 dan 2
Gambar 8.5 : Banyaknya Air yang Mengalir Antara Dua Garis Aliran
Vx.dy
18
2 S
dy
Sy
1
2 1
Jadi air yang mengalir antara dua garis aliran adalah sebesar selisih nilai
pada kedua garis tersebut. Karena 2 1 adalah konstanta maka semakin dekat
garis aliran satu dengan yang lain berarti makin besar kecepatan aliran, dan
sebaliknya.
u
k yC
w
- KH + C
Konstan
Karena tidaklah konstan maka permukaan ini juga tidak merupakan garis
equipotensial.
Garis Rembesan (Line of Seepage atau Free Surface)
Garis rembesan adalah batas paling atas dari daerah dimana rembesan berjalan,
seperti misalnya garis CD pada Gambar 8.6. Jadi sebenarnya garis rembesan
adalah sama dengan muka air tanah. Rembesan air berjalan sejajar dengan garis
ini sehingga garis rembesan juga merupakan garis aliran. Tegangan air pada
permukaan air ini adalah nol sehingga = ky C .
Hubungan denga y ini berarti bahwa garis-garis equipotensial akan memotong
garis rembesan ini dengan cara demikian sehingga jarak vertical antara titik
perpotongan adalah sama, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 8.6
Gambarkanlah tiga atau empat garis aliran dengan mengingat bahwa jarak
antara garis aliran bergantung pada lengkungnya. Makin lengkung garis aliran
berarti semakin dekat satu dengan yang lainnya.
20
Setelah flow net selesai digambar, maka tegangan air pada setiap tempat
dapat dihitung, dan banyaknya air yang merembes dapat ditentukan.
Perhatikanlah misalnya flow net dibawah bendungan seperti diperlihatkan
pada Gambar : III.7
Dengan mengetahui perbedaan ketinggian ini kita dapat menghitung gradien hidrolik
antar garis-garis equipotensial. Misalnya pada bujur sangkar dengan lebar 1 (lihat
gambar), gardien hidrolik
dimana : V = kecepatan.
Tegangan air pori pada setiap tempat dapat dihitung dari perbedaan tegangan
antar masing-masing garis equipotensial. Misalnya tegangan air pori pada titik P
pada Gambar 8.7 adalah :
2
u w D h
11
dimana u = tegangan air pori