Anda di halaman 1dari 7

Praktikum Mekanika Tanah Batas Plastis (Plastic Limits)

2.3.2 Batas Plastis (Plastic Limits)


2.3.2.1 Tujuan
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan batas plastis suatu tanah (batas
besarnya kadar air (wp), pada contoh tanah, dari kondisi semi plastis menjadi plastis
dalam persen)

2.3.2.2 Dasar Teori


Suatu hal yang penting pada tanah berbutir halus adalah sifat plastisitasnya.
Plastisitas disebabkan oleh adanya partikel mineral lempung dalam tanah. Istilah
plastisitas menggambarkan kemampuan tanah dalam menyesuaikan perubahan
bentuk pada volume yang konstan tanpa retak-retak atau remuk.
Bergantung pada kadar air, tanah dapat berbentuk cair, plastis, semi padat,
atau padat. Kedudukan fisik tanah berbutir halus pada kadar air tertentu disebut
konsistensi. Konsistensi bergantung pada gaya tarik antara partikel mineral
lempung. Sembarang pengurangan kadar air menghasilkan berkurangnya tebal
lapisan kation yang menyebabkan bertambahnya gaya tarik partikel. Bila tanah
dalam kedudukan plastis, besarnya jaringan gaya antar partikel akan sedemikian
hingga partikel bebas menggelincir antara satu dengan yang lain, dengan kohesi
yang tetap terpelihara. Pengurangan kadar air menghasilkan pengurangan volume
tanah.
Atterberg (1911) memberikan cara untuk menggambarakan batas-batas
konsitensi dari tanah berbutir halus dengan mempertimbangkan hubungan kadar air
tanah. Batas-batas tersebut adalah batas cair(liquid limits), batas plastis(plastic
limits), dan batas susut(shrinkage limits). Kedudukan batas-batas konsistensi untuk
tanah kohesif ditunjukkan dalam gambar 2.3.2.1.

Gambar 2.3.2.1 Kedudukan Batas-batas Konsistensi untuk Tanah Kohesif

Kelompok 5 74
Praktikum Mekanika Tanah Batas Plastis (Plastic Limits)

Batas plastis (PL), didefinisikan sebagai kadar air pada kedudukan antara
daerah plastis dan semi padat, yaitu persentase kadar air dimana tanah dengan
diameter silinder 3,2 mm mulai retak-retak ketika digulung.
Batas plastis (ASTM D-4318, 1998) didefinisikan sebagai kadar air di
dalam tanah pada fase antara plastis dan semi padat. seperti telah diuraikan
sebelumnya, apabila kadar air di dalam tanah berkurang, maka tanah menjadi lebih
keras dan memiliki kemampuan untuk menahan perubahan bentuk. Perubahan
tanah dari cair menjadi padat tersebut akan melalui fase yang dinamakan semi
padat. Pengujian batas plastis dimaksudkan untuk menentukan besarnya kadar air
di dalam contoh tanah pada saat tanah akan berubah dari fase plastis menjadi fase
semi padat atau sebaliknya.
Untuk mengklasifikasikan tanah digunakan distribusi ukuran butir. Namun
pada tanah halus yaitu lanau dan lempung tidak ada hubungan langsung antara
ukuran dan sifatnya. Oleh karena itu untuk menyatakan sifat dan
mengklasifikasikannya maka dibuatlah batas-batas konsistensi yang juga disebut
sebagai batas-batas Atterberg.
Batas-batas Atterberg terdiri atas Batas Cair (Liquidity Limit), Batas Plastis
(Plasticity Limit), dan Batas Susut (Shrinkage Limit). Konsistensi suatu tanah
dipengaruhi oleh sifat kohesif partikel tanah dan kadar air yang terkandung di
dalamnya. Disebut konsistensi karena dibutuhkan kedudukan fisik tanah pada kadar
air tertentu untuk tetap melekat dan tetap pada kondisinya. Jika batas konsistensinya
dilewati maka tanah yang sebelumnya berada pada keadaan padat dapat berubah
pada keadaan plastis, semi-plastis, dan cair.
Pada pengujian yang ada tanah yang dipakai harus melewati ayakan No. 40
ini berarti pengujian hanya bisa dilakukan pada tanah berbutir halus seperti lanau
dan lempung. Dari praktikum yang dilakukan, diketahui bahwa saat kadar air pada
conto uji meningkat maka jumlah pukulan pada alat casagrande menurun. Jadi jika
ingin pukulan pada alat casagrande lebih sedikit berarti air yang ada semakin
banyak dan juga sebaliknya. Hal ini dikarenakan saat terdapat air di dalam pori-pori
tanah maka tanah berubah konsistensinya sehingga lebih mudah untuk bergerak dan
juga diakibatkan lantai casagrande yang licin karena adanya air.

Kelompok 5 75
Praktikum Mekanika Tanah Batas Plastis (Plastic Limits)

Pengujian dilakukan 4 kali agar mendapatkan 2 titik di bawah 25 pukulan


dan 2 titik di atas 25 pukulan, hal ini dilakukan agar dalam pembuatan kurva
aliran(flow curve) lebih mendekati kondisi tanah yang ada. Casagrande (1932) telah
menyimpulkan bahwa tiap-tiap pukulan dari alat uji batas cair adalah bersesuaian
dengan tegangan geser tanah sebesar kira-kira 1 g/cm2 (~0,1 kN/m2). Oleh karena
itu, batas cair dari tanah berbutir halus adalah kadar air dimana tegangan tanahnya
adalah kira-kira 25 g/cm2 (~2,5kN/m2). Maka dari itu batas cair ditentukan pada
25 pukulan alat casagrande.
Pada batas plastis sendiri jika digelintir hingga 3 mm dan terjadi retakan
maka batas plastisitas tanah sudah terlampaui. Pada keadaan plastis suatu tanah
pada kadar air tertentu akan memiliki gaya kohesif yang besar dan kadar air yang
tepat sehingga partikel tanah dapat tergelincir tanpa berubah dari keadaan plastis.
Ketika kadar air lebih sedikit maka partikel tanah tidak mempunyai bidang lincir
yang cukup sehingga bisa terjadi retakan atau meninggalkan keadaan plastisnya.
Indeks Plastisitas(PI) adalah slisih batas cair dan batas plastis yang
dirumuskan dengan persamaan :

PI=LL-PL (2.3.2.1)

dimana:
PI = indeks plastisitas
LL = batas cair
PL = batas plastis
Indeks plastisitas atau plasticity index(PI) merupakann interval kadar air
dimana tanah masih bersifat plastis. Oleh karena itu, indeks plastisitas
menunjukkan sifat keplastisan tanah. Jika tanah mempunyai PI tinggi, maka tanah
mengandung banyak butiran lempung. Jika PI rendah seperti lanau, sedikit
pengurangan kadar air berakibat tanah menjadi kering. Batasan mengenai indeks
plastisitas, sifat, macam tanah, dan kohesi diberikan oleh Atterberg terdapat dalam
Tabel 2.3.2.1.

Kelompok 5 76
Praktikum Mekanika Tanah Batas Plastis (Plastic Limits)

Tabel 2.3.2.1 Indeks Plastisitas dan Macam Tanah


PI Sifat Macam Tanah Kohesi
0 Non Plastis Pasir Non kohesif
<7 Plastisitas Rendah Lanau Kohesif Sebagian
7-17 Plastisitas Sedang Lempung Berlanau Kohesif
>17 Plastisitas Tinggi Lempung Kohesif
Sumber : Budi, 2011

Tanah berbutir halus yang mengandung mineral lempung sangat peka


terhadap perubahan kandungan air. Atterberg telah menentukan titik-titik tertentu
berupa batas cair (Liquid Limit, LL), batas plastis (Plastic Limit, PL) dan batas
kerut/susut (Shrinkage Limit, SL).
Dengan mengetahui nilai konsistensi tanah maka sifat-sifat plastisitas dari
tanah juga dapat diketahui. Sifat-sifat plastisitas dinyatakan dengan harga indek
plastisitas (Plasticity Index, IP) yang merupakan selisih nilai kadar air batas cair
dengan nilai kadar air batas plastis (IP=LL – PL).
Nilai IP yang tinggi menunjukkan bahwa tanah tersebut peka terhadap
perubahan kadar air dan mempunyai sifat kembang susut yang besar, serta besar
pengaruhnya terhadap daya dukung atau kekuatan tanah.
Indeks plastis merupakan gambaran dari keadaan tanah dalam keadaan
plastis. Indeks plastis dihitung berdasarkan indeks cair dikurangi dengan indeks
plastis. Selisih perhitungan tersebut sebagai indeks plastisitas tanah, kecuali terjadi
kondisi sebagai berikut:
a. Jika batas cair atau batas plastis tidak dapat ditentukan, indeks plastisitas
dinyatakan dengan: NP (non plastis)
b. Jika batas plastis sama atau lebih besar dari batas cair, indeks plastisitas
dinyatakan juga dengan: NP (non plastis).

Kelompok 5 77
Praktikum Mekanika Tanah Batas Plastis (Plastic Limits)

2.3.2.3 Peralatan
Untuk melakukan uji batas plastis (Plastic Limits) diperlukan beberapa
perlatan sebagai berikut :
1. Cawan porselen.
2. Pestel (penumbuk/penggerus) dengan kepala karet atau terbungkus karet.
3. Spatula.
4. Pelat kaca (30 cm × 30 cm).
5. Saringan No. 40.
6. Batang kawat ø 3 mm untuk ukuran pembanding.
7. Air suling.
8. Alat-alat pemeriksaan kadar air (oven, timbangan, gelas ukur, dan desikator)

2.3.2.4 Prosedur Percobaan


Untuk melakukan uji batas plastis (Plastic Limits) dilakukan langkah
percobaan sebagai berikut :
1. Taruhlah contoh tanah dalam cawan porselen, campur air sedikit demi sedikit,
aduk sampai benar-benar merata. Kadar air tanah yang diberikan adalah sampai
tanah bersifat cukup plastis dan dapat mudah dibentuk menjadi bola dan tidak
terlalu melekat pada jari, bila ditekan dengan jari.
2. Remas dan bentuklah menjadi bentuk bola atau bentuk ellipsoida dari contoh
tanah seberat sekitar 8 gram (diameter 13 mm). Gilinglah bola uji ini di atas
pelat kaca yang terletak pada bidang mendatar di bawah jari-jari tangan dengan
tekanan secukupnya sehingga akan terbentuk batang-batang yang diameternya
rata. Gerakan menggiling tanah gunakan kecepatan kira-kira tiap ½ detik satu
gerakan maju mundur.
3. Bila pada penggilingan diameter batang telah menjadi sekitar 3 mm
(bandingkan dengan batang kawat pembanding) dan ternyata batang ini masih
licin, ambil dan potong-potong menjadi 6 atau 8 bagian; kemudian remas
seluruhnya antara ibu jari dan jari-jari lain dari kedua tangan sampai homogen.
4. Selanjutnya giling lagi seperti tadi. Jika digiling menjadi batang berdiameter 3
mm, ternyata batang masih licin, ulangi lagi remas menjadi bentuk bola lagi
dan giling lagi, dst sampai batang tanah tampak retak-retak dan tidak dapat

Kelompok 5 78
Praktikum Mekanika Tanah Batas Plastis (Plastic Limits)

digiling menjadi batang yang lebih kecil (meskipun belum mencapai diameter
3 mm).
5. Segera masukkan batang adonan tanah tersebut ke dalam cawan dan tutuplah.
Selanjutnya lakukan pemeriksaan kadar air.

2.3.2.5 Pengolahan Data


Berat cawan (W1)
W1(ap) + 40/100 = 12,7808 + 0,4 = 13,1808
W1 (I) + 40/100 = 11,0214 + 0,4 = 11,4214
Berat cawan + tanah basah (W2)
W2(ap) + 40/100 = 16,7135 + 0,4 = 17,1135
W2 (I) + 40/100 = 15,0569 + 0,4 = 15,4569
Berat cawan + tanah kering (W3)
W3(ap) + 40/100 = 16,1720 + 0,4 = 16,572
W3 (I) + 40/100 = 14,5033 + 0,4 = 14,9033
Berat air (W2-W3)
W2(ap) - W3(ap) = 17,1135 - 16,572=0,5415
W2(I) - W3(I) = 15,4569 - 14,9033=0,5536
Berat tanah kering (W3 - W1)
W3(ap) – W1(ap) = 16,572 - 13,1808=3,3912
W3(I) - W31(I) = 14,9033 - 11,4214=3,4819
Kadar air (%)
W2(ap)– W3(ap) 0,5415
W(ap) =W3(ap)– W1(ap) × 100% = 3,3912 × 100% = 15,967%
W2(I)– W3(I) 0,5536
W(I) =W3(I)– W1(I) × 100% = 3,4819 × 100% = 15,899%

Kadar air rata-rata %


W(ap)+W(I) 15,967%+15,899%
Wrata-rata= = = 15,933%
2 2

Kelompok 5 79
Praktikum Mekanika Tanah Batas Plastis (Plastic Limits)

2.3.2.6 Analisis dan kesimpulan


A. Analisis
Data yang di dapat dari percobaan batas plastis yaitu,w1,w2,w3. W1 di
dapat dari berat cawan kosong setelah ditimbang, W2 yaitu berat cawan + tanah
basah, tanah basah yaitu sampel tanah yang telah di bentuk ellipsoda, W3 yaitu
berat cawan + tanah kering, atau cawan yang telah di masukkan di dalam oven
kemudian di timbang.

B. Kesimpulan
Dari praktikum batas plastis dapat di simpulkan yaitu:
1. Apabila tanah belum berdiameter 3,2 mm sudah mengalami retak-retak berarti
tanah tersebut terlalu padat maka harus di tambah air dan begitu sebalik nya.
2. Kadar air rata-rata nya 15,933 %

Kelompok 5 80

Anda mungkin juga menyukai