Anda di halaman 1dari 34

ANALISIS METODE MATRIKS

DAN ELEMEN HINGGA


PTA 2021-2022
Calvin Syatauw, ST.,MT
METODE MATRIKS
APLIKASI METODE MATRIKS
UNTUK ANALISIS STRUKTUR BALOK
PENGERTIAN UMUM
Metode matrik adalah suatu pemikiran baru pada analisa struktur, yang berkembang bersamaan
dengan populernya penggunaan computer otomatis untuk operasi perhitungan aritmatika.
Hal utama dalam analisis
untuk menenentukan baik Ada tiga hal yang
itu deformasi ataupun stress mendasari
pada struktur, ialah sampai analisis ini, yaitu:
jauh mana sudah diketahui
sifat karakteristik hubungan
gaya dan deformasi dari
hubungan
elemen-elemen struktur, dan stress dan
kompatibiliti,
atau
kesetimbangan strain, atau
memaksakan terpenuhinya gaya dalam
kontinuitas
dari deformasi
dan deformasi
syarat-syarat kompatibiliti
dan kesetimbangan.
Dalam analisis matriks dikenal ada dua cara :

METODE KEKAKUAN (STIFFNESS METHOD,


ATAU DISPLACEMENT METHOD )

METODE FLEKSIBILITAS (FLEXIBILITY


METHOD, ATAU FORCE METHOD)
Analisa Struktur Metode Matriks (ASMM)

• Analisa Struktur Metode Matriks (ASMM) adalah suatu metode untuk menganalisa struktur
dengan menggunakan bantuan matriks, yang terdiri dari : matriks kekakuan, matriks
perpindahan, dan matriks gaya. Dengan menggunakan hubungan : { P } = [ K ] { U }
• dimana :
{ P } = matriks gaya
[ K ] = matriks kekakuan
{ U } = matriks perpindahan

Salah satu cara yang digunakan untuk menyelesaikan persamaan di atas, yaitu dengan
menggunakan Metode Kekakuan.
Analisa Struktur Metode Matriks (ASMM)

• Pada Metode Kekakuan, variable yang tidak


diketahui besarnya adalah : perpindahan titik
simpul struktur (rotasi dan defleksi) --------
sudah tertentu/pasti. Jadi jumlah variable
dalam metode kekakuan sama dengan derajat
ketidaktentuan kinematis struktur.

• Metode Kekakuan dikembangkan dari


persamaan kesetimbangan titik simpul yang
ditulis dalam : “ Koefisien Kekakuan “ dan “
Perpindahan titik simpul yang tidak diketahui
“.
METODE KEKAKUAN

Dengan metode kekakuan ini sebenarnya dicari hubungan gaya dengan lendutan, dinyatakan
secara matematis :

Q = K D
Q = gaya yang timbul pada titik-titik diskrit akibat adanya lendutan.

D = lendutan pada titik-titik diskrit


K  = menyatakan kekakuan dari struktur
Metode Kekakuan Ini Juga Disebut Metode Lendutan (Displacement
Method), Karena Analisa Dimulai Dengan “ Lendutan” Sehingga Dengan
Demikian Urutan Kerjanya Secara Garis Besar Adalah Sebagai Berikut :

• kompabiliti; yaitu mencari hubungan antara deformasi dengan lendutan, atau secara tegasnya mencari
deformasi apa yang terjadi pada elemen-elemen dititik-titik diskrit akibat diberikannya lendutan pada
struktur dititik-titik tersebut.

• persamaan hubungan stress dan strain, yaitu mencari hubungan mengenai gaya-gaya dalam yang timbul
sebagai akibat adanya deformasi pada elemen-elemen pada struktur tersebut.

• kesetimbangan, langkah terakhir yang menyatakan hubungan gaya luar dititik diskrit dengan gaya-gaya
dalam atau mencari berapa besar gaya luar di ujung elemen-elemen yang tepat diimbangi oleh gaya-
gaya dalam elemen titik-titik diskrit.
Metode Kekakuan Ialah suatu cara untuk menganalisis struktur dimana dalam proses perumusan dari
analisanya diambil lendutan di titik-titik diskrit sebagai besaraan “anu” yang hendak dicari. Dalam proses
menganalisis akan mengenal beberapa matrix yang penting sebagai berikut :

1. Matrik deformasi  A suatu matrik yang menyatakan


hubungan kompatibiliti atau hubungan deformasi dan
lendutan :
d  = AD
dimana :
d = menyatakan deformasi dari elemen struktur
 A = adalah matrik deformasi

D  = menyatakan lendutan ditik diskrit


2. Matrik kekokohan internen S  , suatu matrix yang memenuhi
hokum hooke dalam mana dinyatakan hubungan antara gaya dan
deformasi :
H  = S d 
dimana :

H  = menyatakan gaya dalam elemen

S  = adalah matrix kekokohan intern


elemen

d  = menyatakan deformasi elemen


3. Matrix statis B  , suatu matrix yang menyatakan
kesetimbangan antara gaya luar dan gaya dalam :
Q =
BH 
dimana :
Q = menytakan gaya luar yang bekerja dititik diskrit

B  = matrix statis

H  = gaya dalam elemen

Maka ketiga matrix di atas digabungkan, maka akan didapatkan hubungan :

Q = B H 
Q = B S d 
Q = B S  AD
Q = K D
 
Dimana K adalah matrix kekakuan struktur, dengan pengertian :

K  = B S A

Jadi salah satu tujuan terminal yang penting adalah proses analisa ini ialah
dapat menurunkan matrik kekakuan struktur K  

Selanjutnya akan mudah dicapai tujuan akhir, yaitu analisis lendutan dan
gaya dalam elemen.
DERAJAT KETIDAK-TENTUAN KINEMATIS

• Untuk analisis ini akan dimulai dengan mengambil lendutan di titik-titik diskrit
sebagai sasaran yang harus dihitung.

• Untuk mengetahui dimana harus “dipasang” besaran lendutan yang akan dicari
tersebut, maka harus diketahui dahulu beberapa derajat ketidak tentuan
kinematis atau istilah lainnya derajat kebebasan (degree of freedom) dari struktur.

• Derajat ketidak-tentuan kinematis ialah suatu besaran yang menyatakan jumlah


komponen bebas dari lendutan dititik diskrit yang mungkin terjadi yang
berhubungan dengan diberikannya suatu pembebanan pada struktur. Di bawah ini
diberikan beberapa macam struktur bidang yang akan ditujukkan berapa derajat
ketidak-tentuan kinematisnya.
Komponen bebas dari lendutan Derajat ketidak-tentuan
struktur di titik pertemuan kinematis

(a)

D1 D2
2

(b)

D1 D2

(c)
Komponen bebas dari lendutan Derajat ketidak-
struktur di titik pertemuan tentuan kinematis

D2 D5
D3
D1 D4
D6 6

(d)
D1 D3

D2 3 Dengan
mengabaikan
deformasi aksial dari
eleme

(e)
D5
D3
D1 D4
D6
7

D7

(f)

D2 D4 D6

D1 D3
D5 12

D11
D7 D9

(g) D8 D10 D12


Gambar 1.1 derajat ketidak-
tentuan kinematis dari struktur
ditunjukkan oleh banyaknya
vector lendutan yang mungkin
terjadi di titik bebas, dimana
arah vector pada gambar
menunjukkan arah vector yang
positif.
DASAR PERHITUNGAN

Dalam bab ini, akan dijelaskan secara mendetail


urut-urutan analisis dari suatu konstruksi bidang
(dua dimensi) dengan berdasarkan pada metode
kekakuan.
Sekarang terlihat satu konstruksi seperti seperti
ditunjukkan pada gambar 2.(a) selanjutnya akan
diikuti urutan dari proses analisis.

(a) gambar konstruksi statis tak tentu


D2 D3
D1

(b) Derajat ketidak-tentuan kinematis : 3

Q1 Q2 Q3

D2 D3
D1

(c) Diagram gaya luar ekivalen Q

yang koresponding dengan lendutan D sebagai pengganti dari


sistem pembebanan pada gambar (a)

EI1 EI2 EI3

L1 L2 L3

(d) Struktur dasar yang merupakan struktur yang dikekang


d3
d2 D1

(e) diberikan D1 = 1 satuan

d5
d4 D2

(f) diberikan D2 =1 satuan


d6 D3

(g) diberikan D3 =1 satuan


d1 d3 d5

H1 H2 H4 H6

H3
d2 d4 H5
d6
(h) diagram H-d
Dimana H  merupakan reaksi elemen yang dikekang terhadap
diberikannya deformasi.

Q1 Q2 Q3
H4 H5 H6
H2 H3

(i) diagram kesetimbangan


Gambar 1. 2 Analisis balok di atas beberapa perletakan.
• Konstruksi Ini Ialah Balok Menerus Di Atas Empat Perletakan, Satu Jepit Dan Tiga
Sendi, Merupakan Suatu Konstruksi Dengan Derajat Ketidak-tentuan Kinematis
Sebesar 3 (Gambar 2.B)

• Langkah pertama ialah menyelidiki kompatibilitas dari struktur, dengan jalan


memberikan berturut-turut lendutan
D1 = 1, D2 = 1 dan D3 = 1
(gambar 2.e, 2.f, dan 2.g).

• Mudah dapat kita lihat, bahwa :


d 2 = d 3 = D1
d 4 = d 5 = D2
d 6 = D3
d1 = 0
atau disusun secara sistematis :

d1 =
d2 = D1
d3 = D1
d4 = D2
d5 = D2
d6 = D3

bila dinyatakan dalam hubungan matrix :


 d1  0 0 0
d  1 0 0
 2     D1 

d 3 
 1 0 0  
  =    D2 
d 4  0 1 0  
0  
D3
d 5  0 1
   

d 6 
 
0 0 1

atau
d  = AD
0 0 0   d1
1 0
 0   d2
1 0 0   d3
 
A =  0 1 0  d4
0 1 0   d5
 
0 0 1   d6
  
 
D1 = 1 D2 = 1 D3 = 1
Langkah kedua ialah menyelidiki hubungan gaya dalam dan deformasi
dengan melihat tiap-tiap elemen sebagai bagian yang diskrit, seperti pada
gambar 2.h.

Dari sifat elastis elemen, didapatkan hubungan :

d1 d3 d5

H1 H2 H4 H6

H3
d2 d4 H5
d6

1 H1L1 1 H 2 L1
d1 = −
3 EI1 6 EI1
1 H1L1 1 H 2 L1
d2 = − +
6 EI1 3 EI1
dimana :

d1 = menyatakan deformasi yang terjadi di ujung elemen

H = menyatakan gaya dalam yang ada di ujung elemen,


dalam hal ini momen lentur

diinverskan, akan didapat :

4 EI1 2 EI1 2 EI1 4 EI1


H1 = d1 + d2 H2 = d1 + d2
L1 L1 L1 L1
4 EI1 2 EI 2 2 EI 2 4 EI 2
H3 = d3 + d4 H4 = d3 + d4
L2 L2 L2 L2

4 EI 3 2 EI 3 2 EI 3 4 EI 3
H5 = d5 + d6 H6 = d5 + d6
L3 L3 L3 L3
Bila hubungan ini dinyatakan dalam bentuk matrix, maka :

 4 EI1 2 EI1 
 L 0 0 0 0 
L1
 1 
 2 EI1 4 EI1
 H1   0 0 0 0   d1 
 H   L1 L1  
 2  0 4 EI 2 2 EI 2  d 2 
0 0 0 

H3   L2 L2 d 3 

 = 2 EI 2 4 EI 2  
H 4   0 0 0 0  d 4 
H 5   L2 L2
 d5 
   4 EI 3 2 EI 3   

H 6 
  0 0 0 0 
 d6 

L3 L3 
 2 EI 3 4 EI 3 
 0 0 0 0 
 L3 L3 
atau : H  = S d 
dimana matrix S  merupakan matrix :

 4 EI1 2 EI1 
 L 0 0 0 0 
L1
 1

 2 EI1 4 EI1
0 0 0 0 
 L1 L1 
 4 EI 2 2 EI 2 
S   0
= 0
L2 L2
0 0 

 2 EI 2 4 EI 2 
 0 0
L2 L2
0 0 
 
 0 0 0 0
4 EI 3 2 EI 3 
 L3 L3 
 2 EI 3 4 EI 3 
 0 0 0 0 

 L3 L3  
     
d1 d2 d3 d4 d5 d6
S 
H 
Jadi Sebenarnya Matrix Ialah Suatu Matrix Yang Menyatakan Berapa
Besar Gaya Dalam d
Yang Timbul Diujung Elemen Bila Di Titik-titik
Tersebut Diberikan Satu Satuan Deformasi .

Langkah ketiga adalah menyelidiki tentang kesetimbangan gaya luar dan


gaya dalam :
Melihat gambar :
Q1 = H 2 + H 5
Q2 = H 4 + H 5
Q3 = H 6
Bila dinyatakan secara matrik :
 H1 
H 
 Q1  0 1 1 0 0 0  
2

    
H3 
 2 
Q = 0 0 0 1 1 0  H 
Q  0 0 0 0 0 1  4 
 3  H 
 
5
atau : 
H 6 

Q = B H 
dimana :
0 1 1 0 0 0  Q1
0 0
B =  0 0 1 1   Q2

0 0 0 0 0 1
  Q3
     

H H2 H3 H4 H5 H6
1
Satu hubungan terminal, adalah mendapatkan hubungan :
Q = K D
Dimana :

K  = B S A
untuk mendapatkan lendutan, maka dapat diinverskan
sebagai :

. D = K  Q
−1

dimana :

Q = menyatakan gaya-gaya luar yang bekerja di titik-titik diskrit.

D = menyatakan lendutan di titik bersangkutan yang


berkoresponding dengan gaya Q
ternyata didapatkan :

B = A T

prinsip kerja virtual. Q*

a.gaya luar virtual


D

b. lendutan aktuil

Gambar 1.3 konstruksi balok menerus pada mana dikerjakan gaya virtual.
Misalnya pada konstruksi yang sedang dibahas tersebut

dikerjakan gaya virtual Q

gambar (1.3a ) sehingga timbul gaya dalam H

pada elemennya, maka dari prinsip kerja virtuil akan


didapatkan hubungan (yang dinyatakan dalam
perkalian matrix).

Q  D = H  d 
 T T

dengan melihat :

d  = AD
Q   = BH  
Q  = H T BT
 T
maka persamaan ( ) bisa ditulis ;

H  B  D = H  AD
 T T  T

Bila disederhanakan, akan memberikan :


B T =  A
B  =  AT

Dengan demikian persamaan, bisa ditulis :


K  = AT S A
Dengan demikian persamaan telah dipermudahkan,
yaitu untuk menurunkan matrix kekakuan K  cukup
hanya menurunkan dua matrik penbentuknya, yaitu
matrix deformasi  A dan matrix kekokohanS  intern
elemen

Untuk menghitung gaya dalam digunakan hubungan :


. H  = S d 
atau
H  = S AD
dimana :
D = matrik lendutan dititik diskrit.

Anda mungkin juga menyukai