• Analisa Struktur Metode Matriks (ASMM) adalah suatu metode untuk menganalisa struktur
dengan menggunakan bantuan matriks, yang terdiri dari : matriks kekakuan, matriks
perpindahan, dan matriks gaya. Dengan menggunakan hubungan : { P } = [ K ] { U }
• dimana :
{ P } = matriks gaya
[ K ] = matriks kekakuan
{ U } = matriks perpindahan
Salah satu cara yang digunakan untuk menyelesaikan persamaan di atas, yaitu dengan
menggunakan Metode Kekakuan.
Analisa Struktur Metode Matriks (ASMM)
Dengan metode kekakuan ini sebenarnya dicari hubungan gaya dengan lendutan, dinyatakan
secara matematis :
Q = K D
Q = gaya yang timbul pada titik-titik diskrit akibat adanya lendutan.
• kompabiliti; yaitu mencari hubungan antara deformasi dengan lendutan, atau secara tegasnya mencari
deformasi apa yang terjadi pada elemen-elemen dititik-titik diskrit akibat diberikannya lendutan pada
struktur dititik-titik tersebut.
• persamaan hubungan stress dan strain, yaitu mencari hubungan mengenai gaya-gaya dalam yang timbul
sebagai akibat adanya deformasi pada elemen-elemen pada struktur tersebut.
• kesetimbangan, langkah terakhir yang menyatakan hubungan gaya luar dititik diskrit dengan gaya-gaya
dalam atau mencari berapa besar gaya luar di ujung elemen-elemen yang tepat diimbangi oleh gaya-
gaya dalam elemen titik-titik diskrit.
Metode Kekakuan Ialah suatu cara untuk menganalisis struktur dimana dalam proses perumusan dari
analisanya diambil lendutan di titik-titik diskrit sebagai besaraan “anu” yang hendak dicari. Dalam proses
menganalisis akan mengenal beberapa matrix yang penting sebagai berikut :
B = matrix statis
Q = B H
Q = B S d
Q = B S AD
Q = K D
Dimana K adalah matrix kekakuan struktur, dengan pengertian :
K = B S A
Jadi salah satu tujuan terminal yang penting adalah proses analisa ini ialah
dapat menurunkan matrik kekakuan struktur K
Selanjutnya akan mudah dicapai tujuan akhir, yaitu analisis lendutan dan
gaya dalam elemen.
DERAJAT KETIDAK-TENTUAN KINEMATIS
• Untuk analisis ini akan dimulai dengan mengambil lendutan di titik-titik diskrit
sebagai sasaran yang harus dihitung.
• Untuk mengetahui dimana harus “dipasang” besaran lendutan yang akan dicari
tersebut, maka harus diketahui dahulu beberapa derajat ketidak tentuan
kinematis atau istilah lainnya derajat kebebasan (degree of freedom) dari struktur.
(a)
D1 D2
2
(b)
D1 D2
(c)
Komponen bebas dari lendutan Derajat ketidak-
struktur di titik pertemuan tentuan kinematis
D2 D5
D3
D1 D4
D6 6
(d)
D1 D3
D2 3 Dengan
mengabaikan
deformasi aksial dari
eleme
(e)
D5
D3
D1 D4
D6
7
D7
(f)
D2 D4 D6
D1 D3
D5 12
D11
D7 D9
Q1 Q2 Q3
D2 D3
D1
L1 L2 L3
d5
d4 D2
H1 H2 H4 H6
H3
d2 d4 H5
d6
(h) diagram H-d
Dimana H merupakan reaksi elemen yang dikekang terhadap
diberikannya deformasi.
Q1 Q2 Q3
H4 H5 H6
H2 H3
d1 =
d2 = D1
d3 = D1
d4 = D2
d5 = D2
d6 = D3
atau
d = AD
0 0 0 d1
1 0
0 d2
1 0 0 d3
A = 0 1 0 d4
0 1 0 d5
0 0 1 d6
D1 = 1 D2 = 1 D3 = 1
Langkah kedua ialah menyelidiki hubungan gaya dalam dan deformasi
dengan melihat tiap-tiap elemen sebagai bagian yang diskrit, seperti pada
gambar 2.h.
d1 d3 d5
H1 H2 H4 H6
H3
d2 d4 H5
d6
1 H1L1 1 H 2 L1
d1 = −
3 EI1 6 EI1
1 H1L1 1 H 2 L1
d2 = − +
6 EI1 3 EI1
dimana :
4 EI 3 2 EI 3 2 EI 3 4 EI 3
H5 = d5 + d6 H6 = d5 + d6
L3 L3 L3 L3
Bila hubungan ini dinyatakan dalam bentuk matrix, maka :
4 EI1 2 EI1
L 0 0 0 0
L1
1
2 EI1 4 EI1
H1 0 0 0 0 d1
H L1 L1
2 0 4 EI 2 2 EI 2 d 2
0 0 0
H3 L2 L2 d 3
= 2 EI 2 4 EI 2
H 4 0 0 0 0 d 4
H 5 L2 L2
d5
4 EI 3 2 EI 3
H 6
0 0 0 0
d6
L3 L3
2 EI 3 4 EI 3
0 0 0 0
L3 L3
atau : H = S d
dimana matrix S merupakan matrix :
4 EI1 2 EI1
L 0 0 0 0
L1
1
2 EI1 4 EI1
0 0 0 0
L1 L1
4 EI 2 2 EI 2
S 0
= 0
L2 L2
0 0
2 EI 2 4 EI 2
0 0
L2 L2
0 0
0 0 0 0
4 EI 3 2 EI 3
L3 L3
2 EI 3 4 EI 3
0 0 0 0
L3 L3
d1 d2 d3 d4 d5 d6
S
H
Jadi Sebenarnya Matrix Ialah Suatu Matrix Yang Menyatakan Berapa
Besar Gaya Dalam d
Yang Timbul Diujung Elemen Bila Di Titik-titik
Tersebut Diberikan Satu Satuan Deformasi .
H3
2
Q = 0 0 0 1 1 0 H
Q 0 0 0 0 0 1 4
3 H
5
atau :
H 6
Q = B H
dimana :
0 1 1 0 0 0 Q1
0 0
B = 0 0 1 1 Q2
0 0 0 0 0 1
Q3
H H2 H3 H4 H5 H6
1
Satu hubungan terminal, adalah mendapatkan hubungan :
Q = K D
Dimana :
K = B S A
untuk mendapatkan lendutan, maka dapat diinverskan
sebagai :
. D = K Q
−1
dimana :
B = A T
b. lendutan aktuil
Gambar 1.3 konstruksi balok menerus pada mana dikerjakan gaya virtual.
Misalnya pada konstruksi yang sedang dibahas tersebut
dikerjakan gaya virtual Q
gambar (1.3a ) sehingga timbul gaya dalam H
Q D = H d
T T
dengan melihat :
d = AD
Q = BH
Q = H T BT
T
maka persamaan ( ) bisa ditulis ;
H B D = H AD
T T T