MEKANIKA BAHAN
Oleh:
I.1 Pendahuluan
Mekanika Bahan merupakan bagian dari Mekanika Teknik. Materi yang akan dibahas untuk
menjelaskan pengetahuan dasar yaitu mekanika-nya bahan berkenaan dengan perubahan bentuk
konstruksi yang dibebani muatan tertentu, berupa Tegangan dan Mulur.
Setiap bagian dari bangunan maka konstruksi merupakan tulang punggung. Maksud utama dari
konstruksi adalah untuk menciptakan ruangan, khususnya pada konstruksi bangunan gedung untuk
membentuk dan melindungi ruangan agar berguna untuk sesuatu yang diperlukan. Bangunan-
bangunan tersebut diciptakan dengan memanfaatkan bahan - bahan bangunan, seperti : batu kali,
batu bata, kayu, baja, aluminium, beton dan lainnya. Bahan-bahan ini diolah dan digunakan
sedemikian rupa sehingga konstruksi yang dibentuk mampu mendukung gaya-gaya.
Konstruksi ini direncanakan dan diperhitungkan sedemikian rupa sehingga dimensi dari konstruksi
tersebut kuat mendukung beban, dan estetika memenuhi selera.
Seringkali suatu konstruksi akan mengalami perubahan bentuk bila dibebani yang tidak dapat
dilihat dengan mata telanjang. Perubahan bentuk yang terjadi mempunyai arti penting dalam
mempelajari dimensi dari konstruksi itu sendiri. Konstruksi-konstruksi demikian melibatkan
masalah-masalah Gaya Dalam, Tegangan dan perubahan Bentuk. Untuk mempelajari tegangan dan
perubahan bentuk akan dibahas tentang : Tegangan dan Perubahan Bentuk akibat Gaya Normal,
Momen Lentur dan Gaya Lintang.
I.2 Tegangan
Untuk mempelajari Tegangan dan Perubahan Panjang pada struktur batang, dipilih struktur suatu
tugu yang dibebani Gaya P, akan mengalami pembagian beban yang merata pada setiap bagian
tampang seperti pada Gambar I.1. Di dalam statika dikatakan bahwa pada tugu timbul Gaya
Normal ( N ) = P
Gaya Normal N ini tersebar merata pada seluruh tampang A, sehingga beban setiap satuan luas
akan sebesar Gaya Normal dibagi luas tampang. Beban setiap satuan luas ini disebut tegangan,
yang dinyatakan sebagai σ (sigma) dengan satuan Kg/cm2
P
( Sigma ) [ Kg/cm 2 ]
Rumus Umum untuk : A
N Gaya Normal [ Kg ]
Tegangan Akibat Gaya Normal
A Luas Tampang [ cm 2 ]
N Kg
( )
N
A cm 2
Gambar I.1 Gaya Normal pada tugu.
N 32000 Kg
5 Kg/cm2
A 80 cm x 80 cm A
P
Soal I.2.2
Sebatang besi beton dengan garis tengah 2 cm digantungi muatan P = 4.4 ton, seperti pada gambar.
Berapa Tegangan yang terjadi pada besi beton itu ?
Jawab : Tegangan pada besi beton adalah
N P 4400 Kg
1400 Kg/cm2
A 1 1
. . D2 x 3.14 x ( 2 cm ) 2
4 4
P
Soal I.2.3
Suatu balok diletakkan di atas pondasi pasangan, seperti pada gambar, dibebani muatan P = 12 Ton
Ukuran tampang permukaan pondasi adalah 20 x 20 cm2 dan 10 x 10 cm2. Tegangan yang
terjadi pada pondasi dapat dihitung sebagai berikut : P 12 Ton
N V 4000 Kg
σB B 40 Kg/cm 2
A A 10 cm x 10 cm
Soal I.2.4
Suatu papan loncat seperti pada gambar, terdiri dari sebuah papan yang diikat dengan baut pada
perletakan A dan terletak pada tumpuan B. Berapa Tegangan yang terjadi pada perletakan A
maupun B ? Adapun garis tengah baut ф = 1 cm, dan bila tampang permukaan pondasi 10 x 10
cm2, maka Tegangan dapat dihitung sebagai berikut jika P= 200 Kg berada di titik C ? P 200 Kg
N V 600 Kg
σB B 6 Kg/cm 2
A A 10 cm x 10 cm
Soal I.2.5
Sebuah tugu dengan berat 25 ton berdiri di atas pondasi pasangan batu kali yang mempunyai
ukuran 50 cm x 50 cm. Berapa Tegangan yang terjadi pada permukaan pondasi ?
Soal I.2.6
Bila pasangan batu kali hanya mampu menahan Tegangan 5 Kg/cm2. Berapa luas tampang pondasi
pasangan batu kali yang diperlukan, untuk menerima beban terpusat P = 20 ton.
Soal I.2.7
Beberapa batang besi beton ditarik di bangku tarik. Berapa besar gaya tarik yang diperlukan, agar
pada besi terjadi Tegangan Tarik sebesar 1000 Kg/cm2 ? Garis tengah besi yang dicoba berturut-
turut : 8 mm; 12 mm; 18 mm; 22 mm; 32 mm.
I.3 PERUBAHAN PANJANG AKIBAT GAYA NORMAL ( MULUR )
Rumus untuk Mulur atau Perpanjangan menurut Robert Hooke, seorang cendekiawan
Inggris tahun 1678 merumuskan : VA
Bid. N
N
d ( cm ) A
AE A
Soal I.3.1
Sebuah kawat ditarik oleh gaya P = 2 Ton. Garis tengah kawat 1cm. Panjang kawat 4.00 m.
Dibuat dari baja dengan E = 2 . 106 Kg/cm2. Berapakah mulur kawat tersebut setelah dibebani ?
Jawab :
Soal I.3.2
Sebuah Derek mengangkat benda dari lantai dasar ke lantai 5 sebuah gedung. Panjang kawat
penggantung 18.00 m. Garis tengah kawat 2 cm, Modulus Elastisitas kawat ( E ) = 2.106
Kg/cm2.Berat benda 1.5 Ton. Berapa Mulur kawat dan berapa besar Tegangan yang terjadi ?
Soal I.3.3
Sebuah Derek mengangkat benda yang beratnya 3 Ton. Panjang kawat penggantung15.00 m.
Berapa Garis tengah kawat ( D ) yang diperlukan, bila tegangan pada kawat tidak boleh lebih besar
dari 1000 Kg/cm2 dan mulurnya tidak lebih dari 3 cm.
Modulus Elastisitas Kawat ( E ) = 2,1.106 Kg/cm2
Soal I.3.4
Beberapa batang besi beton ditarik pada bangku tarik. Panjang semua batang sama, yaitu : 40 cm.
Berapa Mulur dan berapa Tegangan yang terjadi pada masing-masing batang tersebut, bila masing-
masing batang ditarik dengan gaya aksial P = 1200 Kg. E = 2,1.106 Kg/cm2. Garis tengah masing-
masing batang : 12 mm ; 16 mm ; 19 mm ; 22 mm ; 25 mm dan 32 mm
Soal I.3.5
Beberapa batang besi beton ditarik pada bangku tarik. Panjang semua batang-coba sama, yaitu : 40
cm. Berapa Gaya yang diperlukan untuk menarik batang-batang tersebut agar pada batang-coba
hanya terjadi tegangan sebesar 1000 Kg/cm2? Berapa pula mulurnya masing-masing batang pada
setiap percobaan itu ? Mulur dan berapa Tegangan yang terjadi pada masing-masing batang tersebut,
bila masing-masing batang ditarik dengan gaya aksial P = 1200 Kg. E = 2,0.106 Kg/cm2. Garis
tengah masing-masing batang : 12 mm ; 16 mm ; 19 mm ; 22 mm ; 25 mm dan 32 mm
N 20000 Kg
di atas : σ a 0,9 Kg/cm 2
A 22500 cm 2
20000
N 76250 Kg atas
di dasar : σ d 3,33 Kg/cm 2
A 22500 cm 2
dasar
76250
Soal I.4.2 Tugu Bidang Normal
Sebuah kantilever dibebani gaya-gaya aksial P1 = 4 ton ; P2 = - 3 ton, P3 = 2 ton, seperti pada
gambar. Carilah perubahan panjang seluruh batang, bila luas tampang batang 2 cm2 dan
E = 2,1.106 Kg/cm2. P1
C D P3
A
B P2
2.00 2.00 2.00
Soal I.4.3
Sebuah menara dibebani oleh suatu ruang kerja di atasnya. Tampang melintang dari menara
berbentuk sebuah cincin dengan ukuran seperti pada gambar. Berat ruang kerja 135 ton. Berat jenis
bahan 2 ton/m3, dan E = 1,2 .105 Kg/cm2. Berapa susut akibat oleh beban dan berat sendiri, serta
berapa besarnya tegangan pada potongan paling bawah ?
Tebal 25 cm
24.00
2.00 m
Gambar Menara Tampang Menara
t
MS y . dA
y1
Momen Statik suatu tampang sama dengan nol, bila Momen Statik tersebut dihitung
terhadap Garis Netral yang melalui Titik Berat tampang.
II.1.1 TAMPANG SEGI EMPAT Y
t t
1
Ms y . dA
0
y. b . dy
0
2
b [ y 2 ]t dy
t
1
Ms b . t2 A b.t y0
y
2
Ms 1 X
y0 t b
A 2
1
Jadi Titik Berat tampang terdapat pada garis t dari absis X. Dengan cara yang sama,
2
1
Titik Berat tampang terdapat pada garis b dari sumbu Y
2
II.1.2 TAMPANG SEGI TIGA
dA C 1 . dy
C1
tc y
.C C
tc tc - y
dA
A
1
.C . t c dy tc
2
tc tc y
t -y Y0
Ms y dA y . c . C . dy
tc
0 0
A C1 B
tc
Ms
C
. y -
1 2
y . dy
C
tc 0 tc
1
Ms .C . t c2
6
Ms 1
Y0 tc .......... .......diu kur dari AB.
A 3
Y Yo
15
20
x1
T ( 5 ; 7,5 ) Xo
x0
y1
y0
II 5
y2
X
0
5 10
x2
Momen Statik
Bagian Luas
Sumbu X Sumbu Y
(A)
y A.y x A.x
( 5 x 20 ) y1 ( 5 x 20 x 10 ) x1 ( 5 x 20 x 2,5 )
I
100 10 A . y1 = 1000 2,5 A . x1 = 250
( 10 x 5 ) y2 ( 10 x 5 x 2,5 ) x2 ( 10 x 5 x 10 )
II
50 2,5 A . y2 = 125 10 A . x2 = 500
Jumlah 150 1125 750
Terhadap Sumbu X : Yo
A.y
1125
7.5
A 150
Terhadap Sumbu Y : Xo
A.x
750
5
A 150
T ( X o ; Yo ) T ( 5 ; 7.5 )
Y
2
I dA
Y 0
dA
y
Y
2
IX dA
x x IY X
2
dA
0
1
t dy
1 2
2
t
t y
X
y . b . dy
2
I
1
-
1
t t
2 2
1
t
1 3 2 b
IX b . y
3 1t
2
1 1
IX b . t3 Analog IY b3 . t
12 12
II.2.2 Momen Inersia Tampang Segi Tiga terhadap sumbu melalui Titik Berat
Y
A
y
2
IX dA
t'
dy t
y
X
B C
a'
a
a 2
IX . . t y 2 - y 3 . dy
t 3
2
t
a 2 3 1 4 3
IX ty y
t 9 4 1 t
3
a 2 8 4 1 16 4 2 1 4 1 1 4
IX . .t . t . t . t
t 9 27 4 81 9 27 4 81
1 1 3
IX a.t 3 Analog IY a. t
36 36
r
2
Ip dA
Karena : r 2 x 2 y 2
maka : I p x 2 y 2 dA x 2 dA y 2 dA
Ip IX IY
Ip juga mempunyai dimensi cm4, dan selalu positip.
Adapun momen sentrifugal tampang terhadap sumbu X dan Y, Cxy
C xy x . y . dA
Cxy mempunyai dimensi cm4, dan dapat bernilai positip atau negatip.
I2 2
Iy I x rx2 .A
r x
x r
y
A A I y ry2 .A
I 'x y 2 . dA a 2 dA 2a y . dA
Y' Y
karena y . dA 0 , dengan demikian :
dA
y I 'x y' .dA
2
0 x
a y' I 'x ( y a ) 2 . dA
0'
x' I 'x ( y 2 2 ay a 2 ) . dA
C x
x'
I 'x y 2 .dA a 2 dA
I 'p I x a 2 A I y c 2 A I x I y a 2 c 2 A
I 'p I p r02 . A
Y Yo
15
20
x1
a y1 T ( 5 ; 7,5 ) Xo
x0 a y2
y1
y0 a x1 a x2 II 5
y2
X
0
5 10
x2
Sumbu X Sumbu Y
Bagian Luas Ix = Iy =
(A) y A.y 1/12 b t3 ay A .(ay) 2
x A.x 1/12 b3t ax A . (ax)2
1 2 3 4= 5 6 7= 8 9= 10 11 12 =
Kolom (2x3) 2 x ( 6 )2 (2x8) 2 x (11)2
5 x 20 y1 A . y1 ay1 A . (ay1)2 x1 A . x1 ax1 A . (ax1)2
I
100 10 1000 3333.33 2.5 625 2.5 250 208.33 2.5 625
10 x 5 y2 A . y2 ay2 A . (ay2)2 x2 A . x2 ax2 A . (ax2)2
II
50 5 125 104.17 5 1250 10 500 416.67 5 1250
Jumlah 150 1125 3437.5 1875 750 625 1875
A.x 750
Terhadap Sumbu Y : Xo 5
A 150
T ( X o ; Yo ) T ( 5 ; 7.5 )
a y1 y1 y o 10 7.5 2.5
a y2 y o y 2 7.5 2.5 5
a x1 x o x 1 5 2.5 2.5
a x2 x 2 x o 10 5 5
III. 2 PENGERTIAN
Momen Lentur pada batang menyebabkan perubahan bentuk batang, yaitu berupa lendutan, yang
kemudian menyebabkan timbulnya tegangan lentur.
Lendutan akibat beban terpusat pada konstruksi batang mempunyai hubungan sebagai :
P . n
d k.
EI
dengan k merupakan faktor yang tergantung pada bentuk konstruksi, dan I merupakan faktor
tampang balok, serta n menunjukkan bahwa rumus tersebut bukan fungsi linier.
III.3 Tegangan Akibat Momen Lentur.
a) b)
A B y
M M
c) y
d) Y
r
r e)
E F h1
A B y X
G y H h2
dA
Gambar III.1: Balok sederhana yang mengalami lentur murni.
Momen M pada Gambar III.1a di atas menimbulkan Momen Lentur murni pada balok sederhana
AB. Jika batang tidak kaku sempurna serta Gaya Dalam masih dalam batas elastis maka sumbu
batang akan melendut.Menurut Bernoulli, pada suatu lendutan apabila batas elastis belum
dilampaui, maka tampang setiap bagian batang akan tetap datar seperti sebelumnya.
GH EF y ………………………… (3.1a )
EF r
GH EF σy
ε
EF E ………………………………………..… ( 3.1b )
Dari persamaan 3.1a dn 3.1b dapat disimpulkan bahwa Tegangan pada lapisan tersebut :
E
σy y ………………………………………..…… ( 3.2 )
r
Rumus 3.2 menunjukkan bahwa tegangan pada tiap-tiap lapisan berbanding lurus dengan jarak dari
sumbu netral. Tegangan di atas sumbu netral bersifat desak, dan tegangan di bawah sumbu netral
bersifat tarik. Dari rumus tersebut tidak diketahui letaknya garis netral dan r. ( Dengan persamaan
di atas dapat dicari nilai-nilai tersebut ).
Jika pada suatu lapisan y terdapat Tegangan sebesar σy, berapakah gaya yang timbul pada suatu
tampang dA pada lapisan tersebut?
Gaya yang bekerja pada tampang dA adalah :
E
dT σ . dA atau dT .y.dA ................................................ ( 3.3a )
r
Dari persamaan ( 3.3a ) dapat dihitung gaya tarik pada bagian tarik sebesar :
h
E 1
T y.dA ……………………………………………..( 3.3b )
r 0
h
E 2
K y.dA ………………………………………….. ...( 3.3c )
r 0
Pada konstruksi yang hanya menderita Momen Lentur Murni, sumbu netral terletak pada lapisan
yang mengalami Tegangan sama dengan nol, dengan kata lain :
Yang berarti pula sumbu netral didapat bila y = 0 atau berarti bahwa sumbu netral berimpit dengan
sumbu batang. Persamaan ( 3.3d ) disebut Momen Statik. Persamaan ini sering digunakan untuk
mencari Titik Berat suatu tampang.
Selanjutnya gaya pada persamaan ( 3.3a ) mengakibatkan momen terhadap sumbu netral sebesar :
E ………………( 3.4a )
dM dT . y . y 2 . dA
r
Dengan demikian dapat dihitung jumlah momen di seluruh tampang adalah :
A
E
M . y 2 . dA …………………………………………….( 3.4b )
r 0
Berdasarkan keseimbangan maka momen pada persamaan ( 3.4b ) ini melawan momen lentur Mx,.
Selanjutnya bila persamaan ( 3.2 ) dan ( 3.4b ) disatukan akan diperoleh :
σy σy Mx . y
Mx . y 2 . dA . Ix atau y ( 3.5 )
y y Ix
I x y 2 . dA
HA A I II III
B 50
1.00 1.00 1.00 1.00
MA 4.00
VA 30
Bidang Momen
M A 4.000 Penampang Balok
Tarik
25
t 50 Garis Netral
Tekan
25
24 Kg/cm2 8 Kg/cm 2
30 16 Kg/cm 2
Potongan III
Potongan I Potongan II
Penampang Balok
a) Reaksi Perletakan
M C 1.200
X 0 HA 0
Bidang L
VA 0.60 VA 0.60 Y 0 VA VB 1 Ton
M 0
A
VB . 5 P . 2 0
VB 0.40 Ton ( )
VB 0.40 VB 0.40
M B
0 VA . 5 P . 3 0
Bidang N VA 0.60 Ton ( )
HA 0
9.6 Kg/cm 2
Tekan
25
t 50 Garis Netral
25
Tarik
30 9.6 Kg/cm 2
a) M A B M
d
b) r
A B
x dx
dy dy dy
tgθ atau tgθ θ atau θ arc tg
dx dx dx
Selanjutnya bila jari-jari lengkungan r dan panjang busur diferensial lengkungan ds didapat
hubungan persamaan :
1 dθ
.......................................................... ( 3.7 )
r ds
dy d2y
d.arctg
1 dθ dx . dx 1 dx 2
atau - ...........................( 3.8 )
r dx dx ds r dy 2
2
1
dx
Dari rumus 3.6 dan 3.8 dapat disimpulkan bahwa :
d2y
Mx dx 2
...................................... ( 3.9 )
EI x 3
dy 2 2
1
dx
Rumus tersebut berlaku bagi batang yang sangat lentur.
dy
Bagi balok konstruksi yang sangat kaku, maka θ sangat kecil,sehingga tgθ = θ = bernilai kecil,
dy
2 dx
dan nilai sangat kecil sekali. Dengan ketelitian yang cukup baik, nilai pangkat dua tersebut
dx
dapat diabaikan, sehingga persamaan ( 3.9 ) bagi balok konstruksi dapat dinyatakan sebagai :
Mx d2y
2 ....................................... ( 3.10 )
EI x dx
Persamaan tersebut dapat pula diperoleh dengan cara berikut. Rumus ( 3.7 ) menyatakan hubungan :
1 dθ
r ds
Bagi balok konstruksi hanya diperkenankan suatu lendutan yang sangat kecil, sehingga lengkungan
sumbu balok ini sangat landai. Pada kasus seperti ini dan dengan ketelitian yang cukup tinggi
dianggap : dy
ds dx dan θ tg θ
dx
Substitusikan nilai – nilai ini ke dalam persamaan ( 3.7 ) akan diperoleh :
1 d2y
2 .........................................( 3.11 )
r dx
Mx d2 y d2 y
2 EIX . MX
EIx dx dx2
P . 3
Lendutan Maksimum : y Max
3E I
1000 Kg x ( 400 cm ) 3
y Max 6.84 cm
3 x 10 5 Kg/cm 2 x 312500 cm 4
P .2
Putaran Sudut Maksimum : θ Max
2EI
1000 Kg x ( 400 cm ) 2
θ Max 0.017
2 x 10 5 Kg/cm 2 x 312500 cm 4
1
Momen Lentur di X adalah : M X q x2
2
Persamaan lendutan menjadi :
Balok Kantilever 2
d2y qx 2 Reaksi Perletakan
EI.
dx 2 2 Q q . ; VB q .
dy 1 3 HB 0 ; M B q 2
EI. qx C1
dx 6
1
1 Lendutan : EI y A q . 4
EI.y qx 4 C1 x C 2 8
24
1
Berapa C1 dan C2 ? Putaran Sudut : EI θ oA q . 4
6
Tinjaulah putaran sudut dan lendutan di titik B ! Berapa ?
Akan diperoleh :
1 1
C1 q . 3 dan C2 q . 4
6 8
Bila nilai – nilai itu disubstitusikan ke dalam persamaan umum lendutan akan diperoleh persamaan
garis elastik :
1
q x 4 4 3 x 3 4 ..............................................................3.14a
EI.y
24
1
EI.θ . q x 3 3 ............................................................................3.14b
6
Dimana lendutan maksimum ? Berapa besarnya ? Berapa pula besar putaran sudutnya ?
Lendutan maksimum sebesar :
1
EI .y Maks q . 4 dan Putaran Sudut terbesar, terdapat di Titik A
8
1
EI .θ A q . 3
6
30
Penampang Balok
q . 4
Lendutan Maksimum : y Max
8EI
10 Kg/cm x ( 400 cm ) 4
y Max 1.024 cm
8 x 10 5 Kg/cm 2 x 312500 cm 4
q . 3
Putaran Sudut Maksimum : θ Max
6EI
10 Kg/cm x ( 400 cm ) 3
θ Max 0.00341
6 x 10 5 Kg/cm 2 x 312500 cm 4
M MB
M A x HB
B
x yA A B
; EI
θ oA ; EI
VB
Gambar III.5 : Balok Kantilever dibebani muatan Momen
Penyelesaian :
Jadi : M x M Balok Kantilever - 3
d2y Reaksi Perletakan : H B 0 ; VB 0 ; M B M
EI. M
dx 2 1
Lendutan : EI.y A M . 2
dy 2
EI. M.x C1
dx Putaran sudut : EI.θ oA M .
1
EI.y M.x 2 C1 .x C 2
2
Dengan cara yang sama seperti contoh di atas akan didapat persamaan umum :
dy
E I. M . x M . .................................( 3.15a )
dx
1 1
E I.y M . x 2 M . . x M . 2 ..........( 3.15b )
2 2
d2y
EIx . MX M
dx 2
Lendutan t erbesar terdapat di Titik A, bila x 0, yaitu :
1
EI . y Max M . 2
2
Putaran Sudutnya :
EI Max M .
M A x
B
x
4.00 m
1 1
IX b t3 x ( 30 cm ) x ( 50 cm ) 3 312500 cm 4
12 12
50 M 1 Tonm 100000 Kgcm
L 4.00 m 400 cm
E beton 10 5 Kg/cm 2
30
Penampang Balok
M . 2
Lendutan Maksimum : y Max
2EI
100000 Kgcm x ( 400 cm ) 2
y Max 0.256 cm
2 x 10 5 Kg/cm 2 x 312500 cm 4
M.
Putaran Sudut Maksimum : θ Max
EI
100000 Kgcm x ( 400 cm )
θ Max 0.00128
10 5 Kg/cm 2 x 312500 cm 4
Pa b( b)
Putaran Sudut di A : θ A
6 EI
Pa b( a)
Putaran Sudut di B : θ B
6 EI
Pab
Lendutan di Titik C y C ( 2 b2 a 2 )
6 EI
1 P . 3
Jika a b y C
2 48 EI
HA A
B
C 50
2.00 3.00
VA VB
Bidang M 30
Penampang Balok
a) Reaksi Perletakan
M C 1.200 X 0 HA 0
Bidang L
VA 0.60
Y 0 VA VB 1 Ton
VA 0.60
M 0
A
VB . 5 P . 2 0
VB 0.40 Ton ( )
VB 0.40 VB 0.40 M B
0 VA . 5 P . 3 0
Bidang N VA 0.60 Ton ( )
HA 0
MC . y 120000 Kgcm x 25 cm
σC 4
9.6 Kg/cm 2
IX 312500 cm
. Tekan
25
t 50 Garis Netral
25
Tarik
30 9.6 Kg/cm2
1 3 1
IX bt ( 30 cm ) ( 50 cm )3 312500 cm4
12 12
E beton 10 Kg/cm2
5
Pa b( b)
Putaran Sudut di A : θ A
6 EI
1000 Kg x 200 cm x 300 cm x ( 500 cm 300 cm )
θA 5 2 4
5,12 . 10 - 4
6 x 10 Kg/cm x 312500 cm x 500 cm
Pa b( a)
Putaran Sudut di B : θ B
6 EI
1000 Kg x 200 cm x 300 cm x ( 500 cm 200 cm )
θA 5 2 4
4,48 . 10 - 4
6 x 10 Kg/cm x 312500 cm x 500 cm
Pab
Lendutan di Titik C y C ( 2 b2 a 2 )
6 EI
1000 Kg x 200 cm x 300 cm
yC 5 2 4
x [(500 cm) 2 (300 cm) 2 (200 cm ) 2 ]
6 x 10 Kg/cm x 312500 cm x 500 cm
y C 0.0768 cm
1 P . 3 1000 Kg x ( 500 cm ) 3
Jika a b yC 0.083 cm
2 48 EI 48 x 10 5 Kg/cm 2 x 312500 cm 4
A x B
x
Gambar III.7 : Balok sederhana dimuati beban terbagi rata
Penyelesaian :
1
VA VB q
2
1 1
Momen lentur di titik X didapat : M x q..x q x 2
2 2
Selanjutnya didapat :
d2y qx q x2
EI 2 .......................................................... ......( 3.17a )
dx 2 2
dy q x2 q x3
EI C1 ....................................................( 3.17b )
dx 4 6
q x3 q x4
EI y C1 x C 2 .................................( 3.17c )
12 24
Berapa C1 dan C2 ?
Sebagai akibat dari simetri, maka putaran sudut di tengah-tengah sama dengan nol, yaitu bila
1 dy
x didapat 0.
2 dx
q 3
Setelah disubstitusikan didapat : C1
24
Di samping itu lendutan pada perletakan adalah nol, dan didapat : C2 = 0
Sehingga persamaan garis elastik adalah :
q
EI.y
24
3 x 2 x 3 x 4 ................................................................(3.17d)
dy q
EI.
dx 24
3 6 x 2 4 x 3 .............................................................(3.17e)
Dari persamaan tersebut didapat : EI . yMaks. 5 . q . 4 di tengah - tengah bentang dan
384
1
EI . θMaks. q . 3 di tumpuan A dan B
24
BAHAN AJAR MEKANIKA BAHAN A - 128 HALAMAN 38
MINGGU, 25 JULI 2021 - FOLDER - WORD - 1 - B
28 February 2022
CONTOH SOAL
Suatu balok di atas dua perletakan dibebani muatan terbagirata q = 1 Ton/m sepanjang AB seperti
pada gambar.
Penampang balok berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 30 cn x 50 cm
Balok terbuat dari beton bertulang, Ebeton = 105 Kg/cm2
Ditanyakan :
a) Hitung Reaksi Perletakan
b) Persamaan Gaya Dalam
c) Gambar Diagram Gaya Dalam
d) Hitung Tegangan Maksimum yang terjadi akibat momen lentur MMax
e) Gambar Diagram Tegangan Lentur
f) Besarnya Lendutan Maksimum
g) Putaran Sudut di perletakan A dan B
Jawab :
q 1 Ton/m
HA A
B
50
5 .00 m
VA VB
30
Bidang M
Penampang Balok
a) Reaksi Perletakan :
Q q . 1 . 5 5 Ton
M Max 3.125
X 0 H 0 A
Bidang L Y 0 V V 5 Ton
A B
VA 2.500
M 0 V . 5 Q . 2,5 0
A
B
VB 2.50 Ton ( )
M B
0 VA . 5 Q . 2,5 0
VB 2.500 VA 2.50 Ton ( )
Bidang N b) Persamaan Gaya Dalam
HA 0
1
A - B : M x VA . x . q . x2
2
1
M x 2.50 x . 1 . x 2
2
0 x 5 L x VA q . x 2.50 1 . x
Nx HA 0
25 Kg/cm2
Tekan
25
t 50 Garis Netral
25
Tarik
25 Kg/cm2
30
1 1
IX b t3 x ( 30 cm ) x ( 50 cm ) 3 312500 cm 4
12 12
E beton 10 Kg/cm 2
5
X
A B M
x
VA
VB
Gambar III.8 : Balok sederhana dimuati beban momen M
Penyelesaian :
M
Mx VA . x . x
d2y M
Jadi : EI 2 .x
dx
dy M 2
EI .x C
dx 2
M 3
EI y x C1 x C2
6
Dengan cara yang sama dapat dicari persamaan garis elastik untuk :
dy M x2 M
EI ...............................................................( 3.18a )
dx 2 6
M x3 Mx
EI y .............................................................( 3.18b )
6 6
M M
dan θA dan θB
6 3 EI
Selanjutnya lendutan terbesar terdapat bila 0, yaitu : jika :
dy M x2 M
EI
0
dx 2 6
Setelah diselesaikan didapat lendutan maksimum pada :
1
x 3 0.577
3
VA VB
30
Penampang Balok
Bidang M
MB 1.00
a) Reaksi Perletakan
X 0 HA 0
Y 0 VA VB 0
Bidang L
M 0
A
VB . 5 M 0
VB 0.2 Ton ( )
VA 0.20
M B
0 VA . 5 M 0
VA 0.20 VA 0.2 Ton ( )
Bidang N
HA 0 b) Persamaan Gaya Dalam
A B : M x VA . x 0.20 x
Besarnya Momen di Titik B 0 x 5 L x VA 0.20 Ton
M B 1 Tonm 100000 Kgcm Nx HA 0
Tarik
25
t 50 Garis Netral
Tekan 25
30 8 Kg/cm2
1 1
IX b t3 x ( 30 cm ) x ( 50 cm ) 3 312500 cm 4
12 12
E beton 10 Kg/cm2
5
M. x 2
d ( x2 )
6 EI
100000Kgcm x 0.577 x 500 cm
d 5 2 4
x [ ( 500 cm ) 2 ( 0.577 x 500 cm ) 2 ]
6 x 10 Kg/cm x 312500cm x 500 cm
d 0.051 cm
B 1 M
A
M r EI
1 dθ
M
r ds
dx x
m n
d 1 M
r dθ .ds sehingga dθ .ds ............. ( 3.19a )
d r EI
B
B
Karena lendutan pada konstruksi hanya diizinkan sangat kecil, maka ds = dx. Sehingga persamaan
( 3.19a ) dapat ditulis sebagai :
M
dθ .dx
EI
atau
1
dθ .(Mdx ) .......... .......... . ( 3.19b )
EI
Di sini tampaklah hubungan antara putaran sudut dengan bidang momen, yang dapat dinyatakan
sebagai suatu perubahan sudut dθ sama dengan luas bidang momen yang bertautan dibagi angka
kekakuan EI. (Mdx) pada rumus di atas merupakan luas bidang momen yang bertautan. Dengan
demikian putaran sudut pada suatu titik sama dengan luas bidang M yang bertautan. Selanjutnya
perubahan lendutan suatu titik sejauh x dari n dapat dihitung sebesar :
M.dx
x . dθ x . ................................................(3.19c)
EI
Hal ini berarti perubahan lendutan sama dengan momen dari bidang M yang bertautan terhadap titik
n dibagi EI. Nilai di atas berlaku pula bagi setiap bagian yang mengalami perubahan, sehingga
perubahan sudut antara A dan B akan didapat dengan menjumlahkan elemen-elemen ini dari
persamaan (3.19b), yaitu :
l
1
EI 0
θ . M.dx...... .........................................................(3.19d)
l
M
d .x.dx.....................................................................(3.19e)
0
EI
Dengan demikian lendutan suatu titik sama dengan momen terhadap titik tersebut dari luas
bidang momen yang bertautan. Dalam hal ini tampak bahwa bidang momen dianggap sebagai
beban pada struktur tersebut. Cara ini dikenal sebagai Metode Momen Lentur sebagai Beban
atau The Area – Moment Method.
Untuk kasus – kasus yang teratur cara di atas mudah diterapkan, hanya perlu diingat bahwa
cara tersebut cocok untuk struktur kantilever.
Untuk mencari lendutan pada struktur balok di atas dua perletakan memerlukan perhatian khusus
yang akan dibahas pada kasus-kasus berikut. Untuk memudahkan hitungan dengan metode diagram
M sebagai beban, perlu mengetahui luas dan titik berat bidang-bidang momen yang dihadapi seperti
digambarkan pada gambar III.9.
P
A x
x B
P.
P.x
2
3
1
L P .2
2
Gambar III.10 : Balok Kantilever dibebani muatan terpusat
Penyelesaian :
Gambarkan Diagram Bidang M akibat beban P :
Putaran Sudut di A :
1
P.
Luas.bidang.M 2 P . 2
θA
EI EI 2EI
Dan Lendutan di A :
1 2
P 2. .
Momem bidang M terhadap A 2 3 P 3
dA
EI EI 3EI
1 1
EI.d x P . x . ( x) P . . ( x) 2
6 3
1
EI.d x P (x 2 ) . ( x) 2
6
1 1 1
EI.d x P x 3 P. 2 x P. 3
6 2 3
1 1 1 1
EI.θ x .q . 3 . .q.x 2 .x .q.( 3 x 3 )
6 3 2 6
1 3 1 1
EI.y x .q . 3 ( . x) .q.x 3 . .x
6 4 6 4
1 1 1
EI.y x .q. 4 .q. 3 .x .q.x 4
8 6 24
P
a) A x B
a C
b
b)
A' m B'
Pab
n
c) A P B
y
1 d
e
,
dB
x
B'
VB
ab ( b)
P. .
dB 2 3 P.ab.( b)
EI 6 EI
d B P.ab.( b)
θ1
6 EI
Selanjutnya, lendutan dan putaran sudut pada titik X dapat dihitung sebagai berikut :
y ce - de
Dengan :
x P.ab.x.( b)
ce .d B
6 EI
P.b.x
y . ( 2 b2 x 2 )
6 EI
Demikian pula putaran sudut θ didapatkan dari :
θ x θ1 θ1/
P.a .b.( b ) ' P .b. x2
dengan θ1 dan θ
1
6 EI 2 EI
P.x.b
sehingga θx . ( 2 b2 3 x 2 )
6 EI
Bila diteliti kembali hitungan di atas, maka dapat dicatat hal-hal berikut ini.
Soal di atas menimbulkan Bidang Momen seperti gambar III.14 di atas. Kalau Bidang Momen ini
dianggap sebagai beban, maka dapat dihitung Reaksi, Gaya Lintang dan Momen Lentur-nya. Bila
dihitung dapat diringkaskan hasilnya sebagai berikut :
Luas Bidang M = L = ½ P a b , dianggap sebagai beban.
Beban Bidang M ini menimbulkan reaksi di A dan B, sebesar :
b 1 P.a.b P.a.b .( b )
VA' . .
3 2 6
a 1 P.a.b P.a.b .( a )
VB' . .
3 2 6
Bila nilai tersebut dibagi angka kaku EI akan sama dengan θA dan θB :
Dari hitungan di atas, yaitu : P.a.b ( b )
θA
6 EI
P.a.b ( a )
θB
6 EI
Selanjutnya Momen Lentur akibat beban bidang M pada suatu titik X dapat dihitung dan
didapatkan :
1
M 'x V A' . x K . x
3
P a b . x . ( b ) P.b.x2 1
M 'x . x
6 2 3
2 2 2
P .b.x .( b x )
M 'x
6
P b ( 2 b2 3 x 2 )
L' x V A' K
6
Bila nilai-nilai tersebut dibagi angka kaku EI, akan didapatkan lendutan y dan putaran sudut θ.
Persamaan y dan θ di atas berlaku bagi 0 ≤ x ≤ a . Bila dikehendaki persamaan lendutan di
sebelah kanan P, maka dengan cara yang sama dapat ditempuh menyelesaikannya. Cara yang
ditempuh dengan memisalkan balok AB’ sebagai kantilever ini dikenal sebagai Conjugate Beam.
Bila a = b, maka :
1 2
P. .x
2 1 2
y ( 2 x2 )
6 EI 4
P .x 3
y ( 2 x 2 )
12 EI 4
P 3
dan θ ( 2 3 x 2 )
12 EI 4
P 2
Bila x 0, didapatkan y 0 dan θ A
16 EI
1 P3
x , didapatkan y dan θ x 0
2 48 EI
A!
B !!
!!
y x
1
B! d
Yo*
B!
Gambar III.15 : Balok sederhana dengan dibebani muatan terbagi rata
Luas Bid. M
B'
EI
1 2
q
2 8 q 3
B .
'
3 EI 12 EI
q 3 1 q 3
d .
12 EI 2 24 EI
3
q
1 A
24 EI
Selanjutny a :
3 2 1 q x3 ( x )
EI . y o ( x ) . ( x ) . ( q x ) . ( x ) yo
8 3 2 8 EI
x
yx . d y0
q 3 x q x 3. ( x )
yx
24 EI 8 EI
yx
qx
24 EI
. 3 3 x 2 . ( x )
Demikian pula :
x 1 x'
1 2 1
q x .( x ) . x ) .q x2.( x )
EI .
2 3 3
3 2
q qx
Jadi : x .( x )
24 EI 3 EI
q
x . ( 3 8 x 2 . 8 x )
24 EI
1
Persamaan ini hanya berlaku bila 0 x
2
Dari persamaan di atas didapatkan nilai lendutan dan putaran sudut maksimum, yaitu :
5 q 4
d Maks
384 E I
q 3
θA θB
24 EI
A X B M
x ( - x )
x M
.M
B
A a B
A dx
e
c
B!
d
Mx M x3 Mx
dx .( 2 x 2 )
6 EI 6 EI 6 EI
d M
A
6 EI
M M M
B A B!
6 EI 2 EI 3 EI
P
A
P
P
a) A B
x
Y X
b) c)
y Z
dy
yx
yx
d) dy
xy xy xy
yx dx
b
( M dM ) . y
T2 2 . dA IX
. dA
dM . y
I X . dA τ yx . b . dx ..........................................................( 4.2b )
atau
dM 1
dx b . I X
τ yx . . y . dA
atau
L
b . IX
τ yx . y . dA ....................................................................( 4.2c )
M m m' M dM
X h X
dA y y1 1
h
2
n n'
x dx b max
a) b) c)
yx
G dy
yx
dA
xy
dx dx
T1 b 1 b
d)
e)
Gambar IV.5. Diagram Tegangan Geser.
Mengingat pengertian persamaan ( 3.5 ) pada Bab III, persamaan ( 4.2c ) dapat dinyatakan sebagai :
L . Ms
τ xy ........................................................................( 4.3 )
b . IX
L . Ms
τ xy τ yx
b . IX
dengan
L Gaya Lintang pada suatu tampang
Ms Momen Statik tampang bagian di atas - nya garis sejajar garis netral melalui titik yang
ditinjau terhadap garis netral
b lebar tampang batang
I X Momen Inersia tampang batang terhadap garis netral
Bagi balok dengan tampang persegi, maka dA b . dy , sehingga rumus ( 4.2c ) di atas menjadi :
1
t
2
L
xy
IX
. y . dy
0
......................................................( 4.4a )
atau
1
L t
xy y2 2
2 Ix y1
atau
L 1
xy . t 2 y12 ......................................( 4.4b )
2 IX 4
merupakan persamaan parabola.
dengan persamaan :
1 1
Ms b . ( t 2 y2 )
2 4
b 25 cm
1
IX 25 . 603 450.000 cm4
12
Jadi persamaan tegangan geser adalah :
10000 Kg x 12.5 cm x ( 900 y 2 )
τ xy 0.011 x ( 900 y 2 ), yang merupakan
25 cm . 450000 cm2
fungsi parabola.
τ max
b
Gambar IV.7. Tegangan Geser pada balok T
L . Ms
Berdasarkan persamaan (4.3 ) : dapat dihitung tegangan geser pada Flens, bila
b . IX
diketahui Gaya lintang L , lebar Flens B dan Momen Inersia I X , sedangkan Momen Statik Ms
pada daerah Flens dapat dihitung sebagai berikut :
1 1
Ms 12 B . ( a y ) .
(a y) B . ( a 2 y2 )
2 2
Dengan demikian tegangan geser pada Flens menjadi :
1
B . ( a 2 y2 )
L.
2 L . ( a 2 y2 )
12 .................................( 4.5 ).
B . Ix 2 IX
Selanjutnya dengan persamaan ( 4.5 ) dapat dihitung besarnya tegangan geser di Titik P, Q R
sebagai berikut :
Bila y = a, didapat τp = 0, yaitu tegangan geser pada permukaan atas.
L
Bila y = ( a - t ) , didapat Q ( 2 a t t 2 ) yaitu, tegangan geser pada batas Flens dan
2 IX
Rib.
Bagaimana tegangan geser pada titik R pada Rib di bawah titik Q ?
Momen Statik di Flens dapat dihitung sebagai Ms = ½ B . ( 2 a t - t ), masukkan nilai tersebut
ke dalam rumus umum tegangan geser, dengan mengingat lebar geser di Rib yang diperhitungkan,
didapat tegangan geser di R sebagai :
L.B.( 2 a t t2 ) B
R . Q ............................................( 4.6 )
2 b . IX b
b 40
τ max
Daerah Rib :
L . B . ( 2at t 2 ) 2500 x 160 x [( 2 x 26.25 x 15 15 2 ) ].
R
2 b . IX 2 x 40 x 2452500
R 1.1467 Kg/cm 2 R 1.15 Kg/cm 2
atau
L . Ms 2500 x ( 40 x 48.75 ) ( 48.75 ) 2
Max 1.211 Kg/cm2
b . IX 40 x 2452500
P M.y
σ1 dan tegang an lentur σ 2 sehingga tegangan menjadi :
A IX
P M.y
σ .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ... ( 5.1 )
A IX
Rumus ( 5.1 ) merupakan persamaan Linear.
MP.e
e P P P
y y y
c2 c1
c 2 c1
a) b) c)
P M . c1
σ Max ............................................ ( 5.1a )
A IX
Tegangan pada lapisan tepi ini menjadi Tekan maksimum.
Jika diambil y c 2 , maka persamaan ( 5.1 ) menjadi :
P M . c2
σ Min ....................... ( 5.1b )
A IX
Dari persamaan ( 5.1b ) , bahwa tegangan pada lapisan ini mungkin positif atau negatif.
Pada umumnya diharapkan Kolom selalu mendapatkan tegangan Tekan. Oleh karenanya perlu
diatur agar gaya yang eksentrik masih tetap akan menghasilkan nilai tegangan Tekan.
I
Bila r 2 , maka persamaan ( 5.1b ) menjadi :
A
P e . c2
σ (1 ) ............................................................. ( 5.1c )
A r2
e.c
Tegangan ini menjadi positif bila ( 2 2 ) lebih besar dari 1,
r
dan akan menjadi negatif bila suku tersebut lebih kecil dari 1.
Mencari nilai batas eksentrik untuk beban gaya normal pada tampang sebuah kolom persegi yang
mempunyai ukuran lebar b dan tebal t, agar kolom tidak mengalami tegangan tarik, gambar V.2
X e P
e . c2
Bila 1
Y r2
e.c 2 r 2
Z 1 I
e. t
2 A
1 1 2
e. t t
b 2 12
t 1
Didapat e t
6
Gambar V.2 Perspektif Kolom
v
Y
a 0 n
m
A
u
Z
MY P.n
MZ P.m
Sehingga tegangan yang terjadi adalah :
P P.m.y P.n .z
.......... .......... ......... ( 5.2 )
A IZ IY
IY
Dengan cara yang sama dapat dihitung nilai jari - jari energi r y2
A
Iz
dan r z2 sehingga persamaan ( 4.2 ) menjadi :
A
P m.y n .z
(1 ) .......... .......... ...... ( 5.2a )
A rz2
r y2
Persamaan ( 4.2 ) akan sama dengan Nol, bila :
m.y n .z
1 2
0 .......... .......... .......... ...( 5.2b )
rz r y2
rz2 ry2
u ; v
m n
Dengan pengertian eksentris e dan garis nol pada kolom, akan dapat dicari batas pada kolom, agar
gaya aksial yang bekerja di dalam batas tersebut selalu menimbulkan tegangan tekan.
Agar supaya kolom seperti pada gambar V.4, selalu bersifat tekan, maka perlu dicari batas e pada
tampang kolom. Hal ini berarti mencari nilai m dan n, agar garis nol terletak pada sisi tampang,
yaitu u = ½ t dan v = ½ b. Setelah dihitung didapat :
Y
m
m Z
t
n n
Pada kolom persegi, batas tersebut berbentuk layang – layang, seperti gambar IV.4 yang
selanjutnya disebut Inti.
Soal V.5.2 : Carilah nol pada profil berikut yang dibebani muatan terpusat, di A, seperti pada
gambar.
A A 20 A 20
50 60
60
20
30 75 75
60 30 60
50
Gambar B : Beberapa Tampang Kolom
Soal V.5.3 : Carilah tegangan yang terjadi pada kolom pendek yang dibebani muatan
P = 120.000 Kg, bila tampang kolomnya seperti pada gambar di bawah ini.
70 P
50
100
x
EI
II III IV
Gambar V.5 Kolom Langsing dimuati beban Aksial
I
Gambar V.6 Beberapa Peristiwa Tekuk pada Kolom
Analisa pada gambar V.6 – II sebagai berikut : Pada sebuah titik X pada kolom akan terjadi
momen lentur sebesar : MX = – P . ( d – y )
Hal ini berarti bahwa : 1) d mungkin sama dengan nol, yang berarti bahwa ujung kolom tetap di
tempat atau kolom tetap tegak dalam keadaan seimbang dan tidak tidak ada batas yang patut
dikemukakan untuk beban P ini. 2) Mungkin cos kℓ = 0, yang berarti :
nπ
k ; bila n merupakan bilangan khayal, dan batas P didapat bila n 1, yang memberikan :
2
π π2 π 2 . EI
k atau k 2 2 ; sehingga : PT ......................... ( 5.6 )
2 4 4 2
Bilamana rumus ( 4.6 ) dimasukan ke dalam ( 4.5 ) akan didapat :
π.x
y d ( 1 cos ) ....................................................................( 5.7 )
2
Persamaan ini disebut persamaan Elastik untuk kolom.
Rumus – rumus di atas dikenal dengan Rumus Euler untuk kolom langsing dengan salah satu ujung
terjepit dan ujung lainnya bebas.
Dengan cara – cara yang sama didapat menurut Gambar V.6 sebagai berikut :
π 2 . EI Min
Kejadian Tekuk I : PT
2
π 2 . EI Min
Kejadian Tekuk II : PT
4 2
2 π 2 . EI Min
Kejadian Tekuk III : PT
2
4 π 2 . EI Min
Kejadian Tekuk IV : PT
2
PT π 2 EI Min
σT
....................................... ( 5.8a )
A 2 A
2 I
Dengan menggunakan jari - jari inersia rMin Min , serta angka kelangsingan λ ,
A rMin
π2E π2E
didapat tegangan kritis : σ T 2 .................................... ( 5.8b )
2 λ
rMin
Tegangan ini menggambarkan suatu diagram lengkung asimtot, seperti pada gambar IV.7.
Karena tegangan kritis ini berlaku dalam batas hukum Hooke, maka :
π2 E E
σ T σ atau 2
σ atau λ π . ............................ ( 5.9 )
λ σ
Suku – suku λ, E dan σ untuk bahan – bahan tertentu mempunyai nilai tertentu. Oleh karena itu
batas λ perlu ditetapkan.
Misalnya untuk baja St. 37, tegangan batasnya σ 2000 Kg/cm 2 dan E = 2.100.000 Kg/cm2, maka
didapat : λ > 102.
Dan untuk baja St. 52 dengan σ 3000 Kg/cm 2 didapat : : λ > 83.
σT
4000
3000
Tetmayer
2000
1000
EULER
PT π 2 EI Min PT . 2
atau I Min .............. ( 5.9a )
A 2 A π2 . E
Untuk bahan baja dengan E = 2,1 . 106 Kg/cm2, maka persamaan ( 4.9a ) dapat dinyatakan sebagai :
Imin = 0,385 PT . ℓ2
Bila : I dalam cm4 ; PT dalam ton ; ℓ dalam m.
Dengan memasukkan angka aman, misalnya : n = 3,5 didapat :
Imin = 1,348 PT . ℓ2
Dengan cara yang sama untuk kayu pada peristiwa I didapat :
Imin = 7,79 PT . ℓ2
Dengan memasukkan angka aman didapat :
Imin = 15,58 PT . ℓ2
Tnjauan ini berdasarkan sifat tampang batang.
Rumus Tetmayer
Apabila Rumus Euler tidak berlaku, maka untuk menetapkan batas tegangan dilakukan pelbagai
percobaan, tetapi karena banyak faktor, sehingga perhitungan yang didapat memberikan hasil yang
tidak pasti. Pengembangan lebih lanjut teori ini akan dibahas pada masing – masing konstruksi baja,
kayu atau beton.
Hasil percobaan yang dilakukan oleh L. von Tetmayer dimana rumus Euler untuk λ di atas angka
tertentu sangat mirip dengan rumus Euler, tetapi di bawah batas tersebut memberikan beban tekuk.
Misalnya untuk baja-cor, Tetmayer memberikan nilai batas λ = 105. Disini hanya diberikan rumus
Tetmayer untuk baja pada peristiwa I, bila angka langsing 105 > λ >, dan ditulis :
σT = 1746 – 11,4 λ
σT = 1746 – 11,4 . 80 = 1746 – 912 = 834 Kg/cm2.
2. Suatu kolom baja mempunyai tinggi 5 m yang dibebani muatan aksial P = 50 ton. Tetapkan
profil yang cocok untuk kolom tersebut, σ 1400 Kg/cm 2 . Bila kejadian ini pada daerah
Euler akan didapat :
Imin = 1,348 PT . ℓ2
Imin = 1,348 50 . 52 = 1685 cm4.
Dari daftar baja untuk DIL 20 didapat Imin = Iy = 2000 cm4. Dari ketetapan tersebur didapat
500
imin = 5,27 cm, sehingga: λ 94,9 105 masih diluar daerah Euler.
5,27
Dengan rumus Tetmayer didapat :
σT = 1746 – 11,4 λ
σT = 1746 – 11,4 . 94,9 = 664 Kg/cm2.
P P 50000
σ A 75.5 cm 2 .
A σ 664
Dari daftar tabel baja didapat : DIL 22
10
40
2.00 m
30
2. Sebuah rangka batang baja, salah satu batangnya mempunyai gaya batang desak sebesar 1.2
ton. Pilihlah profil baja siku yang dapat menahan gaya tersebut. Panjang batang dari sumbu
ke sumbu 1.25 m. E = 2,1.106 Kg/cm2
A B
K 1.2 ton 1.25 m K 1.2 ton
3. Sebuah kolom memikul beban terpusat P = 10 ton. Pilihlah profil baja yang diperlukan
untuk memikul beban tersebut, bila angka aman k = 2, dan kasus yang ditinjau adalah kasus
kolom yang dijepit kedua ujungnya seperti pada gambar C, serta tegangan baja yang
diizinkan σ 1200 Kg/cm 2, dan E = 2,1.106 Kg/cm2.
P A B P 10 Ton
6.00 m
A B Syarat Kesetimbangan
A B
X 0
Y 0
Gambar VI.1 Balok Sederhana
M 0
Jika suatu Struktur balok yang dijepit kedua ujungnya, atau balok yang terletak di atas tiga tumpuan
atau lebih, maka struktur tersebut akan menimbulkan lebih dari tiga buah reaksi perletakan, padahal
persyaratan kesetimbangan statik yang tersedia hanya 3 buah persamaan, sehingga diperlukan
penambahan persamaan. Tambahan persamaan ini diperoleh dari sifat perubahan bangun struktur,
baik berupa lendutan maupun perubahan sudut. Struktur demikian disebut Struktur Statik Tidak
Tertentu. Pada balok terjepit kedua ujungnya, terdapat 6 buah reaksi, sehingga diperlukan
penambahan 3 persamaan lagi yang dapat diturunkan dari perubahan bentuk. Struktur demikian
disebut statik tidak tentu tingkat 3. Dengan 6 persamaan itu keenam reaksi dapat dicari. Setelah
menghitung reaksi perletakan, kemudian dapat dihitung gaya dalamnya.
P .a .b.( b )
θ ' MA [ ] .......... .... ( 6.2c )
MA B 2 2
A A
Carilah Reaksi Perletakan, persamaan gaya dalam dan diagram gaya dalam
pada beberapa kasus struktur dibawah ini :
P 1 Ton P 1 Ton
A B A B
2m 3m 2m 3m
A B A B
5m 5m
P.b. 1
d . [ 2 12 b 2 ] .......................... ( 6.4a )
6 EI
Sebenarnya perletakan B tidak melendut, oleh karena itu harus
diberikan Gaya reaksi X sebagai lawan lendut. dari rumus lendutan
didapat :
X. 1 . 2
d' . [ 2 12 22 ] .......................... ( 6.4b )
6 EI
Karena perletakan di B tidak melendut, maka d d ' ; dari persamaan didapat :
P.b. 1 X. 1 . 2
. [ 2 12 b 2 ] . [ 2 12 22 ] .......... .......... .... ( 6.4c )
6 EI 6 EI
b . [ 2 12 b 2 ]
X . P .......... .......... .......... .......... .......... ........ ( 6.4d )
2 . [ 2 12 22 ]
M B . 1
Bki ............................................... ( 6.5a )
3 EI
MB . 2 P a b ( 2 b )
Bka .................. ( 6.5b )
3 EI 6 EI 2
Soal 1
P 1 Ton Soal 3
K q 1 Ton/m
A B C A
D C
2m 6m 3m
E 5m
6m B 6m
Soal 2
q 1 Ton/m P 1 Ton
A B C
D
6m 2m 4m
M .
3
EI . θ 'C B 2 M B
6
Putaran Sudut di B : θ B Kanan θ oB Kanan θ 'B Kanan
Putaran Sudut di B : θ B Kanan 2.25 2 M B ....... ( b )
A x B M B
0 VA . 1 Q . 3 M B Kiri 0
VA . 6 6 . 3 2.8125 0
QX Q 6 Ton
15.1875
3m 3m VA 2.531 Ton ( )
6
VA 1 6 m VB M A 0 VB . 1 Q . 3 M B Kiri 0
M B Kiri 2.8125 VB . 6 6 . 3 2.8125 0
20.8125
Bidang M VB 3.469 Ton ( )
6
II - 1b) Persamaan Gaya Dalam
M Max 0.390
Balok A B : 0 x 6
Bidang L 1
VA 2.531 M X VA . x q x 2
2
1
M X 2.351. x .1 . x 2
2
L X VA q x 2.531 1 x
VB Kiri 3.469 NX HA 0
Bidang N
Bagian X MX LX NX
A - B 0 MA 0 + 2.531 0
2.531 MMax + 0.390 0 0
6 MB - 2.8125 - 3.469 0
B C VB Kanan . 2 P . 3 M B Kanan 0
D VB Kanan . 6 1 . 3 2.8125 0
3m 3m 5.1875
VB Kanan 0.969 Ton ( )
2 6 m 6
VB Kanan VC
MB 0 :
VC . 2 P . 3 M B Kanan 0
Bidang M
MB Kanan 2.8125 VC . 6 1 . 3 2.8125 0
0.1875
VC
6
0.031 Ton ( )
M D 0.093 II - 2b) Persamaan Gaya Dalam
Bidang L
VB Kanan 0.969 VB Kanan 0.969 Balok B C : B D : 0 x 3
M X VB Kanan . x M B Kanan
LX VB Kanan 0.969 Ton
VC 0.031 N X H BC 0
VC 0.031
Bidang N Balok B C : D C : 3 x 6
H BC 0 M X VB Kanan . x P1 (x 3) M B Kanan
LX VB Kanan P 0.031 Ton
N X H BC 0
2. Akibat Momen M A
2. θ 'B Kiri
θ 'A B M A . 1
A EI . θ"A 2 MA
3
MB M A . 1
EI . θ 'B Kiri MA
VA EI ; 1 6 m
VB 6
Putaran
( Karena
Sudut di A
Perletakan
: θ A θ oA θ 'A θ "A 0
Jepit )
3. Putaran Sudut di A : θA 9 M B 2 M A 0
A θ "A θ "B Kiri
B Putaran Sudut di A : M A 4.5 0.5 M B
MA
Putaran Sudut di B: θ B Kiri θ oB Kiri θ 'B Kiri θ "B Kiri
EI; 1 6 m Putaran Sudut di B: θ B Kiri 9 2 MB MA
VA VB Putaran Sudut di B: θ B Kiri 9 2 M B 4.5 0.5 M B
Putaran Sudut di B: θ B Kiri 4.5 1.5 M B ....... ( a )
6 MC 0.1875 - 0.219 0
N X H BC 0
A B C
I. Bentangan A B C : Tinjau Titik B
E
2 EI ; 1 12 m 3 EI ; 2 12 m I.1 Balok A B :
a 5 m b 7 m I.1.a) Akibat Gaya Terpusat P1 3 Ton di E
Balok A B P1 a b ( 1 b )
θ oA
P1 3 Ton 6 . 2 EI . 1
MA MB
A E B EI . θ oA
3 x 5 x 7 x ( 19 )
1995
θA θ B Kiri 6 x 2 x 12 144
o 2
EI . θ A 13.854 Tonm
a 5m b7m
P1 a b ( 1 a )
VA 2EI; 1 12 m
V Kiri θ oB Kiri
6 . 2 EI . 1
B
EI . θ oB Kiri
3 x 5 x 7 x ( 17 )
1785
P1 3 Ton 6 x 2 x 12 144
A B EI . θ oB Kiri 12.396 Tonm 2
θ oA E θ oB Kiri
Tanda Putaran Sudut :
a 5m b7m
Searah Jarum Jam (Positip)
VA 2EI; 1 12 m
VBKiri Berlawanan Arah Jarum Jam ( Negatip )
BAHAN AJAR MEKANIKA BAHAN A - 128 HALAMAN 91
MINGGU, 25 JULI 2021 - FOLDER - WORD - 1 - B
28 February 2022
I.1b. Akibat Momen M A di A
θ 'A θ 'B Kiri M A . 1 12 M A
A B θ 'A
MA 3 (2EI) 3 (2EI)
2EI ; 1 12m EI θ 'A 2 M A
VA VB M A . 1 12 M A
θ 'B Kiri
6 (2EI)
6 (2EI)
MKiri
"
B
EI θ 'B Kiri M A
θ " θ
A A B Kiri B
I.1c. Akibat Momen M B di B
2EI ; 1 12m
M B . 1 12 M B
VA VB θ"A
6 (2EI) 6 (2EI)
Balok BC EI θ"A M B
q 2 Ton/m
MB MC M B . 1 12 M B
θ"B Kiri
3 (2EI) 3 (2EI)
B C
θB Kanan θ C Kiri EI θ"B Kiri 2 M B
I.1d) Titik A :
3EI ; 2 12 m
EI θ A EI θ oA EI θ 'A EI θ"A 0 ............... (Persamaan 1)
V Kanan
VCKiri
B
EI θ A 13.854 2 M A M B 0
q 2 Ton/m
M A 6. 927 0.5 M B
I.1e) Titik B :
B o C
θ B Kanan
θ o
C Kiri EI θ B Kiri EI θ oB Kiri EI θ 'B Kiri EI θ"B Kiri ....... (Persamaan 2)
EI θ B Kiri 12.396 M A 2 M B
3EI ; 2 12 m
EI θ B Kiri 12.396 ( 6.927 0.5 M B ) 2 M B
Kiri
V Kanan
B
V C EI θ B Kiri 5.469 1.5 M B
Bentang A B C
Balok B C : Tinjau Titik B
I. Bentangan A B C : Tinjau Titik B
I.2 Balok B C :
θ 'B Kanan θ 'C Kiri I.2.a) Akibat Beban terbagirata q 2 Ton/m
B C 1 q 32
MB θ oB Kanan
2EI; 2 12m
24 3EI
1 1
VBKanan VCKiri EI . θ oB Kanan x x 2 x 123 48 Tonm 2
24 3
1 q 32
θ oC Kiri
24 3EI
θ"B Kanan θ"C Kiri 1 1
B C EI . θ oC Kiri x x 2 x 123 48 Tonm 2
MC 24 3
2EI; 2 12m
VBKanan VCKiri
BAHAN AJAR MEKANIKA BAHAN A - 128 HALAMAN 92
MINGGU, 25 JULI 2021 - FOLDER - WORD - 1 - B
28 February 2022
I. Bentangan A B C : Tinjau Titik B
I.2 Balok B C :
I.2.b) Akibat Momen M B
MB .2 M . 12
θ 'B Kanan B
3 (3EI) 9 EI
4
EI θ 'B Kanan M B
3
I.2.b) Akibat Momen M B
MB .2
θ 'C Kiri MB
6 (3EI)
M B . 12 2
EI θ 'C Kiri MB
18 3
I.2.c) Akibat Momen M C
M C . 2 M C . 12
θ "B Kanan
6 (3EI) 18 EI
2
EI θ "B Kanan M C
3
I.2.c) Akibat Momen M C
MC . 2 M . 12
θ "C Kiri C
3 (3EI) 9 EI
4
EI θ "C Kiri MC
3
Persamaan pada Titik B : ............................ (Persamaan 2)
EI θ B Kanan EI θ oB Kanan EI θ 'B Kanan EI θ"B Kanan
4 2
θ B Kanan 48 MB MC
3 3
θ B Kanan 48 1.333 M B 0.667 M C ....... (Persamaan 3)
Persamaan 4 pada Titik B : θ B Kiri θ B Kanan
5.469 1.5 M B 48 1.333 M B 0.667 M C
2.833 M B 0.667 M C 53.469 .............. ( 4 )
B C
D
F
c7m d5m
3EI; 2 12 m 2EI ; 3 12 m
q 2 Ton/m P2 3 Ton
MB MC MC MD
B C C F D
c7m d5m
2EI ; 3 12 m
3EI; 2 12 m
VB Kanan VC Kanan VD
VC Kiri
II. Bentangan B C D : Tinjau Titik C II. Bentangan B C D : Tinjau Titik C
II.2 Balok B C : II.2 Balok B C :
II.2.a) Akibat Beban terbagirata q 2 Ton/m II.2.b) Akibat Momen M B
1 q 32 MB .2 M . 12
θ oB Kanan θ 'B Kanan B
24 3EI 3 (3EI) 9 EI
1 1 4
EI . θ oB Kanan x x 2 x 123 48 Tonm 2 EI θ 'B Kanan M B
24 3 3
3
1 q 2 II.2.b) Akibat Momen M B
θ oC Kiri
24 3EI MB .2
1 1 θ 'C Kiri MB
o
EI . θ C Kiri 3
x x 2 x 12 48 Tonm 2
6 (3EI)
24 3
M B . 12 2
Bentang B C D EI θ 'C Kiri MB
6 (3EI) 3
Balok B C : Tinjau Titik C II.2.c) Akibat Momen M C
M C . 2 M C . 12
' θ "B Kanan
θ '
θ 6 (3EI) 18 EI
B C
B Kanan C Kiri
MB 2
EI θ "B Kanan M C
2EI; 2 12m 3
V Kanan
VCKiri II.2.c) Akibat Momen M C
B
θ "C Kiri
MC . 2
C
M . 12
3 (3EI) 9 EI
θ"B Kanan θ"C Kiri 4
C EI θ "C Kiri M C
B 3
MC
2EI; 2 12m
EI θ CKiri θ CKiri θ 'CKiri θ "CKiri
o
2 4
VBKanan VCKiri EI θ CKiri 48 M B M C ........ (Persamaan 5)
3 3
P2 3 Ton
MC MD
II.2.b) Akibat Momen M C
C F D MC . 3
θ θ 'C Kanan
θ C Kanan D
3 (2EI)
c7 d 5 M . 12
EI θ 'C Kanan C 2 MC
2EI; 3 12 m 6
VD II.2.c) Akibat Momen M D
VCKanan
MD . 3
θ "C Kanan
6 (2EI)
P2 3 Ton M . 12
EI θ "C Kanan D MD
C F D 12
θ oC Kanan
θo
D II.2.d) Akibat Momen M D
c7 d 5 MD . 3
θ "D
2EI; 3 12 m 3 (2EI)
M . 12
VCKanan VD EI θ "D D
6
2 MD
M A 6.927 0.5 M B
M A 6.927 0.5 ( 15.277 )
M A 6.927 7.639 0.712 Tonm
M D 6.927 0.5 M C
M D 6.927 0.5 ( 15.277 )
M D 6.927 7.639 0.712 Tonm
A B C
D
E F
a 5m b 7 m 3EI ; 2 12 m c7 m d 5 m
2EI ; 1 12 m 2EI ; 3 12 m
q 2 Ton/m
P1 3 Ton P2 3 Ton
MA MB Kiri MB Kanan MC Kiri MC Kanan MD
A B C D
E
F
a 5m b7m c7m d5m
2 EI ; 1 12 m 3 EI ; 2 12 m 2 EI ; 3 12 m
Data Struktur :
P1 P2 3 Ton
q 2 Ton/m
Bentang A B : 1 12 m ; EI 2
Bentang B C : 2 12 m ; EI 3
Bentang C D : 3 12 m ; EI 2
Hasil Momen :
M A M D 0.712 Tonm
M B M C 15.277 Tonm
_
Bidang M MD 0.712
MC 0
VD . 1 P2 . 7 M C Kanan M D 0
VD . 12 3 . 7 15.277 0.712 0
M F 1.968 VD . 12 21 15.277 0.712 0
6.435
VC Kanan 2.464 Bidang L VD 0.536 Ton ()
VC Kanan 2.464 12
II - 3.b) Persamaan Gaya Dalam
Balok C D : C F : 0 x 7
Bidang N
VD 0.536 VD 0.536 M X VC Kanan . x M C Kanan
HCD 0 L X VC Kanan 2.464 Ton
N X H CD 0
III.) Tabel Untuk Menggambar Diagram Gaya Dalam Balok C D : F D : 7 x 12
Bagian X MX LX NX
M X VC Kanan . x P2 (x 7) M C Kanan
C - F 0 MC - 15.277 + 2.464 0
M X 2.464 x 3 (x 7) 15.277
7 MF + 1.968 + 2.464 0
L X VC Kanan P2 0.536Ton
F - D 7 MF + 1.968 - 0.536 0 N X H CD 0
12 MD - 0.712 - 0.536 0
Bidang M
MB 15.277 MC 15.277
MA 0.712 MD 0.712
A B C D
M E 1.968 M Max 20.723 M F 1.968
Bidang L
VA 0.536 VB Kanan 12 VC Kanan 2.464
VB Kiri 2.464 VC Kiri 12 VD 0.536
Bidang N
P K
0 1 2 3 4 5 6 7
1 2
1 a
1 b1 2 2 a 2 b2 3
Jika pada balok menerus dibebani muatan terpusat P, bagaimana cara mencari reaksi
perletakannya?. Misalkan struktur di atas dipotong-potong menjadi sistem balok sederhana, dan
perhatikan balok 1 – 2 dan 2 – 3 seperti pada gambar VI.4 yang terletak di atas perletakan 1, 2 dan
3. Misalkan momen M1, M2 dan M3, merupakan momen peralihannya. Untuk menghitung momen
lentur M1, M2 dan M3 persyaratan putaran sudut akan dimanfaatkan. Misalnya θ10 harus sama
dengan putaran sudut θ12. Untuk menghitung putaran sudut di atas tumpuan ini digunakan metode
luas bidang momen sebagai beban.
Oleh karena itu harus dicari dahulu bidang momen akibat beban luar ini. Pada soal di atas
didapatkan :
M . M 2 . 1 A .a
θ 2ki 1 1 1 1 ......................... ( 6.6a )
6 EI 3 EI EI 1
M . M2 . 2 A .b
θ 2ka 3 2 2 2 ....................... ( 6.6b )
6 EI 3 EI EI 2
Dengan menyamakan kedua persamaan tersebut akan didapat
persamaan momen lentur sebagai berikut :
M1 . 1 M 2 . 1 A .a M3 . 2 M2 . 2 A .b
1 1 2 2 0 ................. ( 6.6c )
6 EI 3 EI EI 1 6 EI 3 EI EI 2
BAHAN AJAR MEKANIKA BAHAN A - 128 HALAMAN 102
MINGGU, 25 JULI 2021 - FOLDER - WORD - 1 - B
28 February 2022
Bila angka kaku EI seluruh balok sama, setelah diselesaikan diperoleh persamaan berikut ini.
Dengan demikian pada tumpuan 2 didapat satu persamaan tambahan.
6 A1 . a 1 6 A2 . b2
M 1 . 1 2 M 2 . ( 1 2 ) M 3 . 2 .......... ...... ( 6.6d )
1 2
Dengan demikian semua kelebihan momen tump uan dapat dicari.
Persamaan ini disebut Persamaan Tiga Momen.
Dengan menurunkan persamaan tiga momen pada semua tumpuan - antara
akan diperoleh momen peralihan pada seluruh balok.
P K
A B C
a b c d
1 2
MB
Pab Kcd
1 2
1 Pab ( 1 a ) Kcd ( 2 d )
MB . ( 1 2 )
3 6 1 62
atau
Pab ( 1 a ) Kcd ( 2 d )
MB ............................... ( 6.7 )
2 . 1 2 . 2
1
Bila K P ; a b c d ; maka didapat :
2
P a 2 ( 2a a ) 3 Pa 3 3
MB P.
2.8.a 2 8a2 16
Selanjutnya reaksi perletakan A, B dan C dapat dicari dan gambar diagram gaya dalam dapat
digambar.
Jika konstruksi tersebut dibebani muatan terbairata, maka dari persamaan ( 6.7 ); beban P diganti
dengan q.dx dan persamaan menjadi :
x . ( 1 x ) ( 1 x ) . q . dx
MB
0
2 . 1
Setelah diselesaikan didapat :
1
M B q . 12
8
P
A B C D
E
a b
EI 1 1 EI 2 2 EI 3 3
ME
MB
Pab MC
2
Dengan menggunakan persamaan tiga momen, dapat dicari momen peralihan B dan C. Dari
persamaan lendutan dapat diturunkan persamaan berikut ini :
1
b . a.b. P . b
2 MB ( 1 2 ) MC . 2 2 .............................. ( 6.8a )
I 22
1
b . a.b. P . a
MB . 2 2 MC ( 2 3 ) 2 2 .............................. ( 6.8b )
I2
Jika momen inersia ( IX ) dan panjang balok serta letak beban tidak simetri, maka persamaan di atas
menjadi : M B 1 MB 2 MC 2 a.b.P ( 2 b )
.......... ......... ( 6.8c )
3 EI 1 3 EI 2 6 EI 2 6 EI 2 2
MC 3 MC 2 MB 2 a.b.P ( 2 a )
.......... ......... ( 6.8d )
3 EI 3 3 EI 2 6 EI 2 6 EI 2 2
Dari kedua persamaan diatas maka momen peralihan dapat dihitung. Pada kasus balok terletak di
atas empat tumpuan yang simetris, Maka MB = MC = M, ℓ1 = ℓ3 = ℓO dan I1 = I3 = IO maka
persamaan ( 6.8c dan 6.8d ) menjadi : M 0 M 2 P 22
3 EI 0 2 EI 2 16 EI 2
Setelah diselesaik an
didapatkan :
P 2 1
M . .......... .......... .......... ... ( 6.8e )
8 2 0 . I2
1
3 2 I0
BAHAN AJAR MEKANIKA BAHAN A - 128 HALAMAN 105
MINGGU, 25 JULI 2021 - FOLDER - WORD - 1 - B
28 February 2022
VI.6.3 KASUS 3. BALOK TERJEPIT KEDUA UJUNGNYA DAN DITUMPU
OLEH DUA PERLETAKAN DIANTARANYA
Balok menerus dijepit kedua ujungnya dan ditumpu oleh dua perletakan dibebani muatan terpusat
P di E seperti pada gambar VI.7 , Balok tersebut adalah balok statis tak tentu tungkat dua.
Carilah reaksi perletakannya.
P
B C
A D
E
a b
EI 1 EI 2 2 EI 3 3
1
ME
MB
Pab MC
2 MA MD
M A 1 M B 1
0 ..................................................................... ( 6.9a )
3 EI 1 6 EI 1
M A 1 M B 1 MB 2 MC 2 Pa b(2 b)
............... ( 6.9b )
6 EI 1 3 EI 1 3 EI 2 6 EI 2 6 EI 2 2
MD 3 MC 3 MC 2 MB 2 Pa b(2 a )
............... ( 6.9c )
6 EI 3 3 EI 3 6 EI 2 6 EI 2 6 EI 2 2
MD 3 MC 3
0 ..................................................................... ( 6.9d )
3 EI 3 6 EI 3
Apabila letak beban dan strukturnya simetris, yang berarti IAB = ICD = IO dan a = b = ½ ℓ,
maka MA = MD dan MB = MC ; bentangan ℓAB = ℓCD = ℓO ; menyebabkan persamaan
( 6.9a,b,c dan d ) menjadi :
MA O MA O
0 .......... .......... .......... .......... .......... .......... ....... ( 6.9e )
3 IO 3 IO
MA O MB O MB 2 Pa b (2 a )
.......... .......... .......... ( 6.9e )
6 IO 3 IO 2 I2 6EI 2
Oleh karena simetri momen yang dicari hanya MA dan MB. Dengan kedua persamaan di atas
momen tersebut dapat dicari. Setelah diselesaikan didapatkan :
Soal 1
P P P
B C
A D
3 3 3 3 3 3
Soal 2 q
A D
B C
6 6 6
Soal 3 q q
P
B C D
A
E
a b
1 2 3
1 N = 1 Kg.m/s2
Satuan Gaya adalah gaya yang akan mempercepat massa 1 Kg sebesar 1 m/s2
Definisi : Satuan Gaya didefinisikan sebagai sebuah Gaya yang menimbulkan satu satuan
percepatan bila dikerjakan pada satu satuan massa.
Satuan ini disebut Newton (N).
F = m * a F = Gaya (Newton)
m = massa (Kg)
a = percepatan (m/s2)
1 pon = 4.45 N
Percepatan Gravitasi (g) : 32.1740 Kaki/s2 ~ 32 Kaki/s2
g = 9.8006 m/s2 ~ 10 m/s2
1N = 105 dyne
1 Kg = 1000 gram = 103 gram
1 m/s2 = 100 cm/s2 = 102 cm/s2