Anda di halaman 1dari 25

Menentukan

Batas-batas Atterberg (pengujian laboratorium)

Oleh :
Tim Geoteknik Polban

Laboratorium Uji Tanah


Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bandung
2005
Dasar Teori
Dapat dibayangkan suatu contoh tanah mengandung butiran padat dan rongga pori,
sedangkan rongga pori dapat terisi udara dan cair. Sebagai ilustrasi apabila tanah
berbutir halus mengandung mineral lempung, maka dapat menimbulkan retakan. Sifat
kohesif disebabkan karena adanya air yang yang tersekap (adsorbed water) di sekeliling
permukaan dari permukaan lempung.
Keadaan-keadaan ini dengan istilah yang dipakai untuk pembatasan antaranya adalah
sebagaimana digambarkan di bawah ini :
Batas kadar air tanah suatu keadaan ke keadaan berikutnya sebagai batas-batas Atterberg/kekentalan, batas-
batas Atterberg yang penting adalah :
1. Batas cair (Liquid Limit/LL)
Batas cair adalah kadar air dimana suatu tanah berubah dari keadaan cair menjadi plastis. Cara
menetukannya adalah dengan menggunakan alat Casagrande, pada tanah yang telah dicampur dengan
air, kemudian ditaruh dalam cawan dan dibuat alur dengan memakai alat pencoak (grooving tool).
Perubahan bentuk alur dapat dilihat setelah kedua tepi alur berhimpit dengan cara memutar engkol
sehingga cawan dinaikkan dan dijatuhkan pada dasar dengan menghitung banyaknya pukulan.
Kadar air dari tanah, dalam persen dan jumlah pukulan untuk masing-masing uji digambarkan
sebuah grafik semi-log. Hubungan antara kadar air dan log N dapat dianggap sebagai suatu garis
lurus. Garis lurus tersebut dinamakan sebagai Kurva Aliran (flow curve). Kadar air yang
bersesuaian dengan N=25, yang ditentukan dari kurva aliran adalah batas cair dari tanah yang
bersangkutan.
N (N/25)0,121
20 0,973
Harga-harga (N/25)0,121 21 0,979
22 0,985
23 0,990
24 0,995
25 1,000
26 1,005
27 1,009
28 1,014
29 1,018
30 1,022
Dalam menentukan batas cair dilakukan tahapan sebagai berikut :
a. hasil-hasil yang diperoleh berupa jumlah pukulan dan kadar air yang
bersangkutan kemudian digambarkan dalam bentuk grafik, jumlah sebagai
sumbu mendatar dengan skala logaritma, sedangkan besar kadar air sebagai
sumbu tegak dengan skala biasa.
b. Buatlah garis lurus melalui titik-titik tadi, jika ternyata titik-titik yang
diperoleh tidak terletak pada satu garis lurus, maka buatlah garis lurus melalui
titik-titik berat tersebut, tentukan besarnya kadar air pada jumlah pukulan yang
didapatkan.
c.  Untuk memperoleh hasil yang teliti, maka jumlah pukulan diambil 4 titik.
Batas Plastis (Platic Limit/PL)
Batas plastis adalah kadar air minimum dimana suatu tanah
masih dalam keadaan plastis. Kadar air ini ditentukan dengan menggiling
tanah pada plat kaca sehingga diameter dari batang tanah yang dibentuk
demikian, mencapai 1/8 inchi atau 3,2 mm dengan ketentuan tanah mulai
pecah, maka kadar air tanah itu adalah batas plastis.
Selisih antara batas cair dan batas plastis adalah daerah dimana
tanah tersebut dalam keadaan plastis (Indeks Plastis/PL)

PI  LL  PL
•Batas Susut (Shringkage Limit/SL)
Suatu tanah akan menyusut apabila air yang dikandung secara perlahan-lahan
hilang dalam tanah. Dengan hilangnya air secara terus menerus, tanah akan mencapai
suatu tingkat keseimbangan dimana pemambahan kehilangan air tidak akan
menyebabkan perubahan. Kadar air dinyatakan dalam persen, dimana perubahan
volume adalah perubahan massa tanah berhenti, didefinisikan sebagai batas susut
(Shringkage limit).
Batas susut dapat ditentukan sebagai berikut dengan cara :
dimana : w1 = kadar air mula-mula pada saat ditempatkan di dalam mangkok uji batas susut.
∆w1 = Perubahan kadar air (antara kadar air mula-mula dan kadar air pada batas susut

SL  w1 (%)  w(%)
Tetapi :
m1  m 2
w 1 (%)  x100
m2
Dimana : m1 = massa tanah basah dalam mangkok pada
saat permulaan pengujian (gram)
m2 = massa tanah kering (gram)
Selan itu :
Δw(%) 
 V1  Vf . .ω
x100
m2
dimana : V1 = volume contoh tanah basah pada saat permulaan
pengujian (volume mangkok, cm3 )
Vf = volume tanah kering sesudah dikeringkan di dalam
oven (gr/cm3)
Dengan menggabungkan persamaan-persamaan di atas maka didapat :
 m1  m 2    Vi  Vf  ρω 
SL   100   100
 m2   m2 
Harga-harga batas Atterberg untuk Mineral Lempung :
Mineral Batas cair Batas Plastis Batas Kerut

Montmorillonite 100 – 900 50 – 100 8,5 – 15

Nontronite 37 – 72 19 – 27  

Illite 60 – 120 35 – 60 15 – 17

Kaolinite 30 – 110 25 – 40 25 – 29

Halloysite terhidrasi 50 – 70 47 – 60  

Halloysite 35 – 55 30 – 45  

Attapulgite 160 – 230 100 – 120  

Chlorite 44 – 47 36 – 40  

Allophone 200 – 250 130 – 140  


1.Alat batas Cassagrande yang terdiri dari :
a. Cawan batas cair
b. Alat pencoak (grooving tool)
2.Pelat kaca
3.Spatula
4.Krus kadar air
5.Timbangan (ketelitian 0,01 gr)
6.Desiccator
7.Oven dengan pengatur suhu (110 ± 50 C)
8.Air suling
9. Batang pembanding dengan diameter 3 mm dan panjang 10 cm.
10. Evaporating disk, porcelen: ± Ø 4,5”
11. Shrinkage disk, dasar rata, dari porcelen atau nionel.
12. Straight edge
13. Glass, cup, permukaan rata.
14. Glass plate (prong plate).
15. Graduate cylinder, 25 ml, tiap garis pembacaan ukuran volume 0,2 ml.
16. Air raksa (mercury)
17. Saringan 0,42 mm (No. 40).
A. Batas Cair
1. Siapkan 4 x 2 buah krus kadar air.
2. Contoh tanah yang lolos saringan No. 40 sebanyak ± 500 gram diaduk di
atas plat kaca, sambil ditambah Aquadest hingga benar-benar homogen.
3. Atur tinggi jatuh dari cawan batas cair 1 cm.
4. Masukkan contoh tanah ke dalam cawan, aduk lagi dengan spatula,
kemudian ratakan permukaannya sehingga diperoleh ketebalan bagian
tengah ± 1 cm.
5. Tekan alat pencoak tegak lurus terhadap permuakaan cawan dari belakang
ke muka, sehingga contoh tanah terbelah menjadi dua bagian.
6. Lakukan pengetukan dengan memutar engkol dari alat Cassagrande, hingga
bagian tengah dari coakan menyatu sepanjang 1/2 “ (1,25 cm), hal ini dapat
dikontrol dengan tangki alat pencoak, dan catat jumlah ketukannya. Pada
percobaan I ini, diusahakan untuk mendapatkan jumlah ketukan antara 40-50.
Bila lebih dari 50 ketukan (yang diinginkan), coakannya belum menyatu
sepanjang 1,25 cm, maka contoh tanah diaduk kembali sambil ditambahkan
Aquadest. Sebaliknya bila kurang dari jumlah ketukan yang diinginkan
coakkannya sudah menyatu 1,25 cm atau lebih, maka contoh tanah didiamkan
sebentar sehingga kadar airnya berkurang, kemudian diaduk kembali dan
percobaan diulangi.
7. Ambil contoh pada bagian coakan yang menyatu tsb, dan ukur kadar airnya.
8. Keluarkan contoh tanah dari cawan dan aduk kembali bersama-bersama sisa
contoh diatas pelat kaca sambil ditambahkan kadar airnya.
9. Lakukan lagi percobaan seperti di atas (langkah 4 sampai 7) sampai 4 kali,
sehingga diperoleh jumlah ketukan pada masing-masing percobaan sbb :
Percobaan II : antara 30 – 40 ketukan }
Percobaan III : antara 20 – 30 ketukan } masing-masing
dengan kadar air yang berbeda
Percobaan IV : antara 10 – 20 ketukan }
10. Setelah kadar air dari masing-masing percobaan tsb, diketahui maka data
tersebut diplot pada grafik semi-logaritma dengan jumlah ketukan (N) sebagai
absis dan kadar air (W) sebagai ordinat. Batas cair adalah harga kadar air (W)
pada ketukan (N) ke 25.
*)bila contoh tanah berbutir kasar, maka keringkan contoh tanah tersebut dan hancurkan gumpalan-gumpalannya dengan palu karet
kemudian saring dengan saringan No 40 (0,42 mm). bagian yang lolos diberi air (Aquadest) sambil diaduk dan didiamkan selama ± 24 jam
supaya kadar airnya merata. Bila contoh tanah mengandung sedikit butir kasar dapat langsung dilakukan percobaan, tapi pada waktu
pengadukan butiran-butiran yang kasar dikelurkan.
B batas Plastis
1. Siapkan 3 buah krus kadar air.
2. Ambil sedikit contoh tanah giling di telapak tangan hingga menjadi bulatan-
bulatan kira-kira sebesar kelereng, kemudian giling di atas plat kaca sehingga
membentuk batangan-batangan kecil dengan diameter 3,2 mm (1/8”).
Percobaan penggilingan dilakukan dengan secara seksama hingga diperoleh
batangan-batangan contoh tanah yang retak/patah pada diameter tepat 3,2 mm.
Bila belum mencapai diameter 3,2 mm contoh sudah retak, maka contoh
diremas kembali sambil ditambahkan sedikit kadar airnya dan sudah lebih
kecil dari 3,2 mm contoh belum retak, contoh diremas kembali sambil
dibiarkan kadar airnya berkurang.
3. contoh tanah yang lolos saringan No. 40 diaduk di atas plat kaca sehingga
benar-benar homogen. Bila perlu ditambah kadar airnya.
4. Setelah diperoleh contoh tanah yang retak/patah pada diameter tepat 3,2 mm,
ukur kadar airnya. Hingga kadar airnya tersebut adalah harga batas platisnya.
Catatan : Minimal harus diperoleh dua harga kadar air, kemudian dirata-ratakan
C. Batas Susut
1. Contoh tanah campur dengan air suling secukupnya dan diaduk sehingga
menyerupai pasta pada cawan persiapan, sehingga mudah diisikan kedalam
cawan penyusutan (Shrinkage disk) tanpa membawa serta masuk gelombang
udara. Banyaknya air yaagn dibutuhkan supaya tanah mudah diaduk dengan
kekentalan yang diinginkan kira-kira sama atau sedikit lebih besar dari
keadaan batas cair.
2. Cawan penyusut dibersihkan dan bagian dalamnya dilapisi tipis dengan
Vasiline (Greaser) yang kental untuk mencegah melekatnya pada cawan.
Contoh tanah yang yang sudah berupa pasta tadi dimasukan ke dalam cawan
penyusut (Shkrinkage disk) kira-kira 1/3 volumenya dan tanah diletakkan
pada tengah-tengah cawan dan dibiarkan mengalir ke pinggir dengan
mengetuk-ngetuk cawan penyusut. Masukan tanah sedikit demi sedikit sambil
cawan diketuk-ketuk sampai cawan penuh terisi pasta tanah dan dibiarkan
sampai melebur agar supaya udara yang masih tersekap terbawa ke
permukaan. Tanah yang kelebihan di permukaan cawan dipotong dengan
Straight Edge. Semua tanah yang melekat di luar cawan dibersihkan.
3. Setelah rata dan permukaan luarnya bersih, timbang berat cawan berisi isinya
(W1). Pasta tanah dibiarkan mongering sebentar di udara sehingga warna pasta
berubah dari tua menjadi muda, lalu dimasukan ke dalam oven (dikeringkan).
4. Setelah kering timbang berat cawan beseta isinya (W2), dan timbang juga berat
cawan penyusut dalam keadaan kosong dan bersih (W3).
5. Volume cawan = volume tanah basah diukur dengan diisi penuh air raksa,
buang yang berlebihan dengan cara menekan kaca kuat-kuat diatas cawan,
kemudian ukur dengan gelas ukur banyaknya air raksa yang ada di dalam
cawan penyusut = volume tanah basah = V.
6. Volume tanah kering diukur dengan mengeluarkan tanah kering dari cawan
penyusut lalu dicelupkan ke dalam gelas yang penuh dengan air raksa, dengan
cara sebagai berikut :
a. Cawan gelas diisi penuh air raksa dan kelebihan air raksa dibuang
dengan cara menekan Prong Plate (Plat kaca dengan tiga buah kawat
baja) di atas cawan gelas.
b. Air raksa yang melekat di luar cawan gelas dibersihkan.
c. Letakkan cawan gelas yang berisi air raksa itu ke dalam cawan gelas
yang lebih besar.
d. Letakkan tanah kering di atas air raksa pada cawan gelas.
e. Tekan hati-hati tanah kering d ke dalam air raksa dengan
menggunakan Prong Plate sampai Prong Plate rata dengan bibir
cawan. Perhatikan betul-betul jangan sampai ada udara yang terbawa
masuk ke dalam aor raksa.
f. Air raksa yang tumpah di ukur volumenya dengan gelas ukur =
volume tanah kering = Vs.
7        Maka kadar air batas susut dapat dihitung sebagai berikut :
W
kadar air : w  w x100%
Ws
Dimana : Ww  (W2  W3 )
Ws   W3  W1 
 V - Vs 
sehingga batas susut (Shrinkage Limit) : SL  w -  x 100% 
 Ws 
V.Contoh perhitungan
1) Batas Cair
menentukan kadar air :
Sampel IA pada interval 10-20 didapat = 15 ketukan
W1  6,400 gram
W2  43,390 gram
W3  30,090 gram
W2  W3 43,390  30,090
w x100%  x100%  56,142%
W2  W1 30,090  6,400
Sampel Ib pada interval 20-30 didapat = 24 ketukan
W1  6,420 gram
W2  61,880 gram
W3  42,340 gram
W2  W3 61,880  42,340
w x100%  x100%  54,399%
W2  W1 42,340  6,420
 Sampel 1C
0 ,121 0 ,121
N  48 
LL IC  W N    49,737   53,288%
 25   25 
 Sampel 1D
0 ,121 0 ,121
N  30 
LLIC  W N    53,240   54,427%
 25   25 
Jadi kadar Air rata-rata adalah
52,777  54,131  54,427  53,822
w  52,789%
4
dimana : w  kadar air
W1  berat cawan
W2  berat cawan  tanah basah
W3  berat cawan  tanah kering setelah dioven

Anda mungkin juga menyukai