Anda di halaman 1dari 8

MATERI PERTEMUAN KE 3 : Karakteristik Tanah dan Klasifikasi

Tanah
BAHASAN : Batas-batas Konsistensi Tanah
3.1. Definisi Konsistensi Tanah
Istilah konsistensi dapat diartikan sebagai kedudukan fisik tanah berbutir halus
(tanah kohesif) pada kadar air tertentu. Konsistensi ini hanya dimiliki oleh tanah
berbutir halus karena mengandung partikel mineral lempung. Partikel mineral
lempung dalam tanah menyebabkan sifat plastis pada tanah sehingga mempunyai
kemampuan untuk menyesuaikan perubahan bentuk tanpa retak-retak. Secara
alamiah, sifat-sifat tanah kohesif dapat dibagi menjadi empat keadaan pokok yang
dapat terjadi karena adanya perubahan kadar air (w), yaitu : padat (solid), semi
padat (semi solid), plastis (plastic), cair (liquid).
Kedudukan kadar air transisi bervariasi pada berbagai jenis tanah. Konsistensi
tergantung pada gaya tarik antara partikel mineral lempungnya. Pengurangan kadar
air dalam jumlah yang sembarang menghasilkan berkurangnya tebal lapisan kation
dan terjadi penambahan gaya tarik antarpartikelnya. Bila tanah dalam kedudukan
plastis, besarnya jaringan gaya antar partikel akan sedemikian hingga partikelnya
bebas untuk relatif menggelincir antara satu dengan yang lainnya, dengan kohesi
antaranya tetap terpelihara. Pengurangan kadar air juga akan menghasilkan
pengurangan volume tanah.

Gambar 3.1. Konsistensi tanah dinyatakan dalam batas-batas Atterberg

Untuk menjelaskan sifat konsistensi tanah berbutir halus pada kadar air
yang bervariasi, Atteberg (1911) menyatakannya dalam batas-batas konsistensi
Atterberg, yaitu batas cair (Liquid Limit), batas plastis (Plastic Limit) dan batas
susut (Shrinkage Limit). Kedudukan batas konsistensi dari tanah kohesif dalam
Gambar 3.1.
3.2. Pengertian Batas Cair, Batas Plastis dan Batas Susut
1. Batas Cair (Liquid Limit)
Batas cair adalah kadar air dinyatakan dalam persen, dimana terjadi transisi dari
keadaan plastis ke keadaan cair. Kadar air dinyatakan dalam persen, dari tanah
yang dibutuhkan untuk menutup goresan yang berjarak 0,50 in sepanjang dasar
contoh tanah dalam mangkok sesudah 25 pukulan.

Gambar 3.2. Peralatan pengujian batas cair di laboratorium

Gambar 3.3. Grafik hasil pengujian batas cair (liquid limit)


2. Batas Plastis (Plastic Limit)
Batas plastis adalah :
- Kadar air dinyatakan dalam persen, dimana terjadi transisi dari keadaan
semi padat ke keadaan plastis
- Kadar air dinyatakan dalam persen, dimana tanah apabila digulung sampai
dengan diameter 1/8 in (3,2 mm) menjadi retak-retak.

(a) (b)
Gambar 3.4. Uji batas plastis; (a). contoh tanah yang sedang digulung; (b).
gulungan tanah yang retak-retak.

3. Batas Susut (Shrinkage Limit)


Batas susut adalah :
- Kadar air dinyatakan dalam persen, dimana terjadi transisi dari keadaan
padat ke keadaan semi padat.
- Kadar air dinyatakan dalam persen, dimana perubahan volume suatu massa
tanah tetap tidak berubah walaupun dipanasi lebih lanjut.
Percobaan batas susut dilaksanakan dalam laboratorium dengan cawan
porselen diameter 44,4mm dengan tinggi 12,7mm. Bagian dalam cawan
dilapisi dengan pelumas dan diisi dengan tanah jenuh sempurna. Kemudian
dikeringkan dalam oven. Volume ditentukan dengan mencelupkannya dalam
air raksa. Batas susut dinyatakan dalam persamaan :
 (m −m ) (v − v ) 
SL =  1 2 − 1 2 w  x100% .......................................................(1.1)
 m2 m2 
Dengan :
m1 : berat tanah basah dalam cawan percobaan (gr)
m2 : berat tanah kering oven (gr)
v1 : volume tanah basah dalam cawan (cm3)
v2 : volume tanah kering oven (cm3)
w : berat volume air
Batas-batas Atteberg sangat berguna untuk identifikasi dan klasifikasi tanah. Batas-
batas ini sering digunakan secara langsung dalam spesifikasi, guna mengontrol
tanah yang digunakan untuk struktur urugan tanah. Hubungan variasi kadar air dan
volume total dari tanah pada kedudukan batas cair, batas plastik dan batas susut
diperlihatkan pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5. Hubungan antara volume tanah total dengan pengurangan kadar air
Berdasarkan batas-batas Atterberg tersebut diatas, maka diperoleh :
1. Indeks plastisitas (Plasticity Index = PI), adalah perbedaan antara batas cair dan
batas plastis suatu tanah.
PI = LL – PL
Indeks plastisitas akan merupakan interval kadar air dimana tanah masih
bersifat plastis. Karena itu indeks plastis menunjukkan sifat keplastisan
tanahnya. Jika tanah mempunyai interval kadar air daerah plastis yang kecil,
maka keadaan ini disebut dengan tanah kurus. Sedangkan jika tanah
mempunyai interval kadar air daerah plastis yang besar disebut tanah gemuk.
Batasan mengenai indeks plastis, sifat, macam tanah dan kohesinya diberikan
oleh Atteberg terdapat dalam Tabel 1.1 dibawah ini.
Tabel 3.1. Nilai indeks plastisitas dan macam tanah
PI Sifat Macam Tanah Kohesi
0 Non plastis Pasir Non kohesif
<7 Plastisitas rendah Lanau Kohesif sebagian
7-17 Plastisitas sedang Lempung berlanau Kohesif
>17 Platisitas tinggi Lempung Kohesif

2. Indeks kecairan (Liquidity Index)


Kadar air tanah asli relatif pada kedudukan plastis dan cair dapat
didefinisikan oleh indeks kecairan, LI menurut persamaan :
wn − PL wn − PL
LI = =
LL − PL PI
Dengan : Wn = kadar air asli
Dapat dilihat dari persamaan (3.1) bahwa jika wc = LL maka indeks kecairan
akan sama dengan 1. Sedangkan jika wc = PL indeks cair akan sama dengan
nol. Jika 0 < LI < 1, Tanah berada dalam daerah plastis , Jika LI  1, Tanah
dalam keadaan cair atau hampir cair.
3. Aktivitas (Activity = A), yaitu perbandingan antara indeks plastisitas dengan
prosentase berat butiran yang lebih kecil dari 2 µ (0,002mm) atau berukuran
lempung, dan dapat dituliskan sebagai berikut :
PI
A=
(% berat butiran lebih kecil dari 2 )
Tabel. 3.2. Aktivitas mineral lempung
Nama mineral Aktivitas (A)
Montmorillonite (Bentonite) 1–7
Illite 0,5 – 1
Kaolinite 0,5
Halloysite 0,5
Attapulgite 0,5 – 1,2
Allophane 0,5 – 1,2

• Aktivitas ini dapat digunakan sebagai indeks untuk mengidentifikasi


kemampuan mengembang dari suatu tanah lempung.
• Suatu tanah dikatakan aktif atau mudah kembang susut apabila nilai
aktivitasnya (A) lebih besar dari 1,25.

3.3.Contoh Soal :
Beberapa percobaan penentuan batas-batas konsistensi menghasilkan data sebagai
berikut :
Benda uji 4 3 2 1
Jumlah pukulan 12 17 23 28
Berat tanah basah + cawan (gr) 28,15 23,22 23,20 23,18
Berat tanah kering + cawan (gr) 24,20 20,80 20,89 20,90
Berat cawan (gr) 15,30 15,10 15,20 15,00
Tentukan batas cair (LL), indeks plastis (PI), dan indeks kecairan (LI) tanah
tersebut anggaplah PL = 20%, wn = 38%.
Penyelesaian :
Mencari kadar air tanah pada setiap uji
28,15 − 24,20
Uji 4 : w4 = x100% = 44,38%
24,20 − 15,30

23,22 − 20,80
Uji 3 : w3 = x100% = 42,46%
20,80 − 15,10
23,20 − 20,89
Uji 2 : w2 = x100% = 40,60%
20,89 − 15,20

23,18 − 20,90
Uji 1 : w1 = x100% = 38,64%
20,90 − 15,00

Hasil kadar air (w1, w2, w3, w4) dan jumlah pukulan digambarkan pada diagram
batas cair pada Gambar 3.6. Dari gambar diagram ini, pada pukulan ke 25
diperoleh kadar air 39%. Jadi batas cair (LL) = 39%.
Indeks plastis : PI = LL-PL = 39% - 20% = 19%
wn − PL wn − PL 38 − 20
Indeks kecairan : LI = = = = 94,74%
LL − PL PI 19

Gambar 3.6. Hubungan kadar air dan jumlah pukulan

3.4.Tugas :
1. Dari pengujian batas susut di laboratorium, diperoleh data sebagai berikut : berat
tanah dalam cawan mula-mula = 47 gram dengan volume 16,25 cm3. Setelah
dikeringkan dalam oven, beratnya tinggal 30 gram. Volume ditentukan dengan
mencelupkan tanah kering ini kedalam air raksa. Air raksa yang tumpah seberat
150,96 gram. Hitunglah batas susut tanah ini.
2. Lempung jenuh berbentuk kubus mempunyai volume 1 m3 dengan berat jenis
2,7 dan batas susut (SL) = 12%. Lempung mempunyai kadar air 20%
dikeringkan dibawah sinar matahari sampai mencapai kadar air 3%. Anggap
lempung ini adalah homogen dan isotropis tentukan tinggi kubus lempung
setelah kering.

Tugas dikumpulkan minggu depan sebelum kuliah dimulai

Anda mungkin juga menyukai