DISUSUN OLEH
KELOMPOK 6
FAKULTAS TEKNIK
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang
Pemilihan Topik Karangan Ilmiah.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................. i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Sosial dan budaya adalah suatu unsur terkecil dalam tatanan hidup
bersama. Dalam tatanan hidup bersama sosial dan budaya berkaitan dengan
nila inilai pancasila. Menyimpangnya nilai-nilai pancasila dalam social
budaya masa kini mengakibatkan permasalahan-permasalahan yang
mengusik persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Pemahaman dan
kesadaran akan sosial dan budaya yang berpancasila diharapkan dapat
dikembangkan kembali. Dengan memperbaiki sosial dan budaya berarti
memperbaiki juga kualitas SDM dari akar-akarnya. Dengan begitu sosial dan
budaya mampu mendorong kesejahteraan dan kedamaian dalam tatanan hidup
bersama yang penuh dengan rasa aman. Pancasila dalam kehidupan sosial dan
budaya semakin dibutuhkan peranannya dalam pencapaian kesejahteraan
bersama, maka berbagai karakter sosial dan budaya yang ada dalam
pancasila harus diterapkan kepada warga negara untuk menciptakan
kesadaran dan rasa nasionalisme terhadap bangsa Indonesia.
1
1.3 Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dengan sosial dan budaya yang menerapkan sila dalam pancasila kita bias
mengajarkan warga negara untuk mengenal dan berhubungan baik dengan
saudara sebangsa dan setanah air, tidak mudah terprovokasi, siap bela negara,
dan ikut serta menjadi Sumber Daya Manusia yang unggul untuk diri sendiri
dan untuk Negara Indonesia. Sosial dan budaya memanglah bukan hal besar
jika dibandingkan dengan urusan negara yang lain. Tetapi sosial dan budaya
menyangkut kualitas Sumber Daya Manusia. Dengan berhubungan baik
dengan lingkungan akan tercipta Sumber Daya Manusia yang unggul, kreatif,
dan kompetitif. Dan dapat mendorong tujuan negara yaitu kesejahteraan dan
kedamaian terhadap sesama warga negara. Selain itu terciptanya Sumber Daya
Manusia yang berkualitas dan memiliki nilai sosial budaya tinggi akan
memberikan dampak besar bagi Bangsa Indonesia. Adanya sosial dan budaya
dalam lingkungan masyarakat dimulai dari kesadaran masing masing dan dari
3
lingungan positif yang juga berpengaruh dalam perkembangan sosial budaya
masyarakat.
Sosial budaya masa kini sudah menyimpang dari nilai-nilai moral yang
berlaku dalam masyarakat. Penyimpangan ini dapat dilihat dan dominan pada
generasi milenial sekarang yang mencontoh budaya barat, misalnya dalam cara
berpakaian dan kebiasaan perilaku. Cara berpakaian remaja yang mencontoh
budaya barat saat ini sudah sering diperbincangkan keberadaannya. Kebiasaan
perilaku budaya barat juga dijadikan sebagai kebiasaan baru, kalau saja
kebiasaan yang dicontoh adalah budaya baiknya seperti kedisiplinan waktu,
menghargai waktu, dan pekerja keras itu akan berdampak baik dalam sosial
budaya di Indonesia. Tetapi sayangnya kebiasaan perilaku yang ditiru adalah
budaya buruknya seperti seks bebas, narkoba, alkohol, dan lain sebagainya.
Budaya barat yang masuk ke Indonesia dapat dengan mudah diterima di
kalangan remaja, hal ini terjadi karena kurang tersaringnya budaya barat yang
masuk di Indonesia. Budaya yang masuk tersebut dinilai sebagai contoh
kebiasaan yang baru dan baik di kacamata generasi milenial saat ini.
4
norma yang ada. Dalam norma-norma sosial budaya lingkungan keluarga dan
pendidikan agama menjadi bagian penting, dalam menciptakan sosial budaya
yang positif dan berdampak bagi Sumber Daya Manusia.
1. Gotong royong
Ciri khas bangsa Indonesia salah satunya yaitu selalu menerapkan sikap
gotong royong untuk menumbuhkan kerukunan, kekeluargaan, dan sikap
tolong menolong dalam kehidupan masyarakat. Hal ini diyakini nantinya
akan mendorong pada persatuan Indonesia yang semakin menguat.
5
pemilu yang diselenggarakan pemerintah dengan berlandaskan sifat luber
jurdil atau langsung, umum, bebas, rahasia dan jujur, adil.
6
7. Menjunjung Tinggi Hak Asasi Manusia
Sebagai negara yang menjunjung tinggi HAM, masyarakat perlu
memahami sikap adil dan jauh dari tindakan kekerasan dan diskriminasi.
Setiap orang memiliki hak dan kewajiban untuk menerapkan sikap ini agar
tercipta lingkungan yang aman.
Selain itu, tak dapat dimungkiri nilai-nilai sosial dari luar dapat masuk
ke tengah masyarakat. Contohnya seperti semangat bekerja keras,
kedisiplinan, sikap ilmiah, merupakan beberapa nilai sosial dari luar yang
dapat diterima sesuai nilai-nilai Pancasila.
7
3. Gotong royong atau saling membantu antar sesama manusia
Gotong royong merupakan salahsatu ciri khas dari bangsa Indonesia
karena diyakini dapat menumbuhkan sikap kerukunan. Dengan demikian,
perwujudan nilai-nilai pancasila dalam bidang sosial budaya yaitu:
mengambil keputusan melalui musyawarah, menghargai pendapat orang
lain, gotong royong, dan lainnya.
Dengan sosial dan budaya yang menerapkan sila dalam pancasila kita bisa
mengajarkan warga negara untuk mengenal dan berhubungan baik dengan
saudara sebangsa dan setanah air, tidak mudah terprovokasi, siap bela
negara, dan ikut serta menjadi Sumber Daya Manusia yang unggul untuk
diri sendiri dan untuk Negara Indonesia.
4. Sikap cinta tanah air dan tidak lupa darimana kita berasal
Contohnya, memakai produk lokal dibandingkan produk luar negri, hal ini
juga dapat memajukan ekonomi negara.
8
8. Melestariikan kebudayaan asli
Indonesia memiliki beragam budaya yang berasal dari beragam suku
bangsa . Budaya ini adalah identitas bangsa, sehingga sebagai warga negara
kita perlu melestarikan budaya asli atau budaya setempat.
9
Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), fungsi Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa berarti seluruh kegiatan masyarakat hendaknya sesuai dengan
Dilansir kelima sila Pancasila.
Kelima sila itu diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan. Mulai dari
keluarga hingga lingkungan masyarakat Selain sebagai pandangan hidup
bangsa, Pancasila juga berfungsi sebagai dasar negara Indonesia.
Meskipun Pancasila masih tetap berdiri sebagai ideologi sah, bukan berarti
kita harus abai terhadap ancaman-ancaman di luar itu. Ancaman terhadap
Pancasila Di era Indonesia modern atau pascareformasi yang ditandai dengan
jatuhnya Orde Baru di bawah Soeharto, tekanan terhadap eksistensi Pancasila
terus berlangsung. Banyak kritik yang mengatakan bahwa Pancasila hanya
slogan dan mitos saja. Hal ini sebenarnya telah terlihat dari beberapa hal.
Dalam level negara misalnya, adanya pencabutan Ketetapan MPR No II tahun
1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (P-4) dan
pembubaran Badan Pelaksanaan dan Pembinaan dan Pendidikan P-4. Tidak
hanya itu saja, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20/2003
menghilangkan Pancasila sebagai mata pelajaran wajib di lembaga pendidikan
formal. Ancaman lainnya adalah maraknya persoalan-persoalan sosial klasik
seperti konflik-konflik sosial berbasis ras dan agama, pelanggaran HAM, dan
ancaman radikalisme yang telah banyak memakan korban jiwa. Dalam hal
radikalisme misalnya, beberapa penelitian dan lembaga survai seperti Setara
Instititute mencatat bahwa sebagain besar masyarakat di berbagai wilayah
Indonesia bersikap intoleran terhadap perbedaan. Mirisnya, penelitian-
penelitian yang dilakukan sejumlah lembaga seperti BNPT, the Wahid
Institute, UIN Syarief Hidayatullah, dan the Habibie Center menemukan bahwa
beberapa sekolah dan perguruan tinggi negeri ternama di Indonesia terpapar
paham intoleran dan radikal yang berpotensi mengancam keutuhan bangsa.
Mereka menargetkan kelompok muda untuk menyebarkan paham tersebut
10
karena bagi mereka kelompok muda adalah ‘investasi’ untuk melanggengkan
ideologi anti Pancasila. Sedihnya, generasi-generasi kita begitu rentan dalam
mengadopsi ideologi intoleran. Tidak hanya menginfiltrasi kaum muda,
paham-paham radikal juga mulai menyusup ke badan-badan pemerintahan
yang strategis (Suhardi Alius, 2019: 10). Merujuk pada kondisi-kondisi di atas,
artinya Pancasila sedang dalam ancaman. Oleh karena itu, perlu upaya
revitalisasi terhadap pengamalan nilai-nilai Pancasila dengan cara yang efektif,
konsisten, dan benar.
11
khususnya yang terkait dengan pengetahuan kebangsaan dan kebudayaan.
Ketiga, penegakan hukum. Nilai-nilai Pancasila yang ada dalam konstitusi
telah tercermin dalam sejumlah peraturan dan instrumen internasional yang
telah diratifikasi untuk melindungi hak-hak warga negara. Pemerintah tak
boleh segan-segan untuk menegakkan aturan hukum demi menjaga persatuan
dan keutuhan bangsa.
Etika dan moral menjadi dasar dalam perkembangan sosial dan budaya di
Indonesia. Menciptakan etika dan moral yang baik juga menjadi bagian dari
upaya pembangunan sosial dan budaya. Di indonesia sekarang ini, etika dan
moral semakin sulit dimengerti lagi. Dari hal-hal kecil yang seharusnya tidak
dibesar-besarkan menjadi besar karena kesalah pahaman dan etika moral yang
tidak mementingkan lagi persaudaraan berbangsa dan bernegara. Mungkin
contoh etika dan moral dapat dijumpai dalam dunia perpolitikan. Dimana
beberapa bulan yang lalu diadakannya piilihan presiden, para pendukung sudah
masa bodoh dengan kedamaian dan kesejahteraan negara demi membela calon
yang didukungnya. Etika dan Moral orang kini sangat mudah dicampur tangani
oleh pihak lain yang tidak bertanggung jawab, lebih tepatnya ada seorang
provokator yang mudah sekali menghasut para masyarakat yang tidak menahu
apa apa. Kehidupan masyarakat indonesia yang sekarang lebih ke individualis
juga menjadi faktor dalam beretika. Pergaulan masa kini membawa dampak
yang tidak mudah untuk diselesaikan. Terutama pengaruh dalam teknologi,
telephone genggam dari kalangan anak-anak hingga dewasa sudah banyak
yang menggunakannya, tetapi dalam penggunaanya tidak dibatasi, jaringan
internet yang sangat luas dapat memberikan dampak negatif jika tidak diawasi
dalam penggunannya terutama dalam penyaringan informasi yang harus benar-
benar ditekankan mulai sekarang. Berita hoax atau berita bohong yang sering
sekali muncul menimbulkan keresahan bagi masyarakat. Misalnya pada
tanggal 23 September 2019 lalu telah terjadi kerusuhan di Wamena Papua yang
disebabkan oleh hoax, kejadian ini sangat meresahkan hingga warga sekitar
harus mengungsi dan menyelamatkan diri dari kerusuhan tersebut. Di era
12
sekarang ini beretika dan berbudaya tidak hanya dalam lingkungan saja, tetapi
etika sosial budaya dalam dunia maya juga harus mulai di antisipasi, melihat
semakin banyak berita hoax yang sering muncul dan meresahkan masyarakat.
Banyak pengaruh kecil yang bisa menjadi permasalahan dalam kehidupan
sosial dan budaya, terutama dalam beretika dan bermoral. Contoh perilaku
dalam etika dan moral dapat kita lihat dalam penerapan pancasila, jadikan
pancasila sebagai pegangan bagi masyarakat indonesia seluruhnya. Hal-hal
kecil seperti ini harus dibiasakan, meski kecil jika terjadi dalam skala besar dan
menjadi kebiasaan juga dapat berdampak buruk bagi kedamaian negara.
Sekarang harus memulai menciptakan sosial budaya yang berpancasila. Jangan
sampai warga negara Indonesia tidak mendapat kesejahteraan karena perilaku
warga negaranya sendiri.
Dunia pendidikan sekarang juga harus ikut berpartisipasi dan lebih kuat
dalam mengajarkan, mendukung, dan menciptakan sikap beretika,
bermoral,dan bersosial budaya sesuai pancasila. Agar generasi penerus bangsa
selanjutnya dapat menciptakan generasi yang mampu menjunjung tinggi etika
dalam bersosial dan berbudaya sesuai dengan pedoman negara pancasila.
Menciptakan generasi yang tidak mudah terprovokasi, menghargai dan
menghormati perbedaan yang ada, dan menjalin hubungan baik dalam
berbangsa dan bernegara di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam buku
“Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini” Plato berpendapat bahwa natura
manusia adalah jiwanya, yang terdiri atas intelektualistasnya, semangatnya,
dan nafsunya. Oleh sebab itu, struktur negara identik dengan struktur jiwa
manusia. Struktur jiwa manusia tercipta secara alamiah, kodrat, dan dari lahir.
Dalam jiwa manusia dapat diketahui sesuatu yang menjadi kebiasan seseorang,
dari kebiasaan tersebut terbentuklah karakter dan sosial budaya dalam diri.
Dari jiwa manusia yang berkarakter, dan bersosial budaya manusia adalah
kekuatan negara setelah pancasila. Mengapa? Karena jiwa manusia menjadi
bagian dari dasar berdirinya negara dalam perkembangan kedepannya, jika
jiwa manusia memiliki karakter dan sosial budaya yang baik maka akan
menciptakan kesejahteraan dalam skala kecil yaitu dalam diri orang itu sendiri,
tetapi jika seluruh masyarakat mampu memiliki keduanya, kesejahteraan akan
13
tercipta dengan skala yang lebih besar, kesejahteraan dalam suatu negara
setelah peran pemerintah menyejahterakan masyarakatnya. Sosial budaya di
Indonesia sangat beragam. Dari daerah satu dengan daerah yang lain memiliki
karakteristik budaya yang tidak sama. Dari adat istiadat, kepercayaan, dan
bahasa dalam berkomunikasi. Budaya yang berbeda sudah menjadi ciri khas di
Indonesia, budaya yang ada lahir secara alamiah sesuai dengan lingkungannya.
Dalam berkebudayaan terdapat budaya murni dan budaya kebiasaan, budaya
murni ialah suatu kebiasaan yang sudah ada dalam lingkunnya sejak seseorang
dilahirkan, misalnya yang dilahirkan di pulau jawa, mestinya sudah dari lahir
cara berkomunikas dan logat bahasa akan berbeda dengan daerah lain misalnya
di sulawesi.
14
Menciptakan masyarakat yang produktif dan bergotong, mewujudkan nilai
nilai pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sumber Daya
Manusia yang berkualitas akan berdampak bagi kesejahteraan di Indonesia.
Politik adalah sistem atau tatanan hidup bersama. Salah satu sistem politik
yang ada di Indonesia adalah demokrasi. Seperti ditegaskan dalam buku
Politics Aristoteles apabila manusia ingin menggapai kesempurnaannya ia
necessarily (secara perlu) mesti masuk dalam tatanan hidup bersama. Dengan
manusia dimaksutkan “jiwa” manusia. Manusia terdiri dari tiga bagian: bagian
tertinggi, akal budi, bagian roh/semangat, dan bagian yang disebut appetitive.
Sebagaimana manusia, demikian juga negara. Bagi Plato konstitusi atau bentuk
negara mununjuk langsung pada siapa yang memerintah! Artinya, menunjuk ke
karakter yang memerintah. Ada beberapa bentuk negara berdasarkan karakter
dimanasetiap karakter tidak sama pemerintahannya. Karakter ini tentu saja
masuk ke dalam sosial dan budaya juga, karakter seorang pemimpin atau
pemerintah yang jujur, bijaksana, dan adil adalah sesuatu yang sangat lazim
diinginkan oleh setiap warga negara. Berbeda jika pemerintahan memiliki
karakter yang menyimpang dari kebijaksanaan seorang pemerintah. Dalam
dunia perpolitikan dewasa ini makin banyak para calon, para anggota
pemerintahan, dan para pejabat negara yang tidak mengamanahkan tugasnya
sebagaimana mestinya. Karakter para petinggi negara kini sudah sulit
dipercaya, kenapa? Tentu masyarakat sudah melihat, dari korupsi yang
semakin menjadi jadi, dari anggaran yang tidak sampai target, dan yang paling
sering adalah ketidak jujuran para kandidat yang menggunakan politik uang
dalam pemilu. Politik uang selalu ada dalam setiap pemilu meskipun sudah
dilarang keberadaannya. Dari sikap karakter yang tidak jujur ini sama saja
menciptakan seorang pemimpin yang tidak bijaksana dilihat dari cara
usahanya. Kejadian seperti ini memang sudah tidak asing lagi, cara berpolitik
yang tidak jujur menunjukkan bahwa tujuan ia mencalonkan diri bukanlah
untuk menyejahterakan masyarakat bersama tapi menyejahterakan diri sendiri,
dengan jabatan dan gaji yang diharapkan. Bahkan kadang karena waktu pemilu
15
menggunakan politik uang dengan dana yang tidak sedikit. Akhirnya
memberanikan diri untuk korupsi uang publik, dan mengembalikan uang yang
sebelumnya digunakan dalam memenangkan pemilu. Itulah sosial dan budaya
perpolitikan di Indonesia, tidak bersih dari politik uang, kejujuran, dan
kebijaksanaan para pemimpin. Ketiganya berdampak pada meningkatnya
jumlah korupsi.
Dalam penjelasan ini dapat diketahui bahwa moral, etika, dan karakter
sosial dan budaya di Indonesia kini harus benar-benar diperbaiki. Sepandai
apapun petinggi negara, sebesar apapun gaji petinggi negara jika tidak
dilandaskan dengan kejujuran dan kebijaksanaan maka tidak akan tercapai
kesejahteraan masyarakat bersama sampai kapanpun. Yang perlu kita
perhatikan adalah karakter etika dan moral yang harus mulai menciptakan
kebiasaan dan kebudaayaan yang jujur, disiplin, patuh terhadap aturan, dan
sadar diri akan kebaikan dan kejujuran.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
17
berbudaya, dengan cara menjaga toleransi terhadap sesama, mementingkan
kepentingan dan kesejahteraan bersama. Kita semua membutuhkan generasi
penerus yang lebih berkualitas, agar dapat meningkatkan SDM yang
menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan. Beberapa contoh dapat dimulai
dari diri sendiri seperti menghormati sesama tanpa memandang perbedaan
yang ada, membiasakan diri melakukan hal-hal positif, saling tolong
menolong terhadap sesama, dan mulai menghargai hal-hal kecil yang bersifat
positif. Memulai melestarikan kembali budaya-budaya di Indonesia agar
Indonesia memiliki citra yang baik akan budaya yang sangat banyak ini.
Berhati hati dalam bersosialisasi di media sosial, mengawasi dan membatasi
penggunakan teknologi, demi menghindari hoax yang menimbulkan
perpecahan terhadap saudara sebangsa dan setanah air. Marilah kita ikut serta
dalam meningkatkan kualitas SDM di Indonesia dengan sosial dan budaya,
seperti visi Indonesia di usia 74 tahun ini “SDM Unggul Indonesia Maju”.
Mengedepankan sikap gotong royong, menciptakan kedamaian dan
kesejahteraan di negara kita bersama Indonesia.
18
sosial, mengawasi dan membatasi penggunakan teknologi, demi menghindari
hoax yang menimbulkan perpecahan terhadap saudara sebangsa dan setanah
air.
3.2 Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
Alisjahbana, St.takdir. (1978). Tata Bahasa baru Bahasa Indonesia I. Jakarta: Dian
rakyat.
Bloch, Bernard & Trager. (1978). Outline of Linguistic analysis, dalam Henry
Guntur Tarigan, Psikonlinguistik. Bandung: Angkasa.
20