Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

AKTUALISASI PANCASILA

Oleh:

Kelompok 8

1. Tiwi Wahyuningsih
2. Robul Faddiansah
3. Erik Handoko

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN
2021
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulilah, kiranya tiada kata yang dapat diucapkan kecuali puji syukur
kehadirat Allah SWT yang selalu melindungi, mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penyusunan makalah yang berjudul “Aktualisasi Pancasila” dapat diselesaikan
dengan lancar.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan hormat setinggi-
tingginya dan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini. Ucapan ini ditujukan kepada yang terhormat:
1. Bapak dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan masukan terhadap
penyusunan makalah ini

2. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu
kelancaran pembuatan makalah ini

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan,
sehingga saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan penulis untuk
menyempurnakan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan
dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk masalah-masalah sejenis. Amien.

Pasir Pengaraian, November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................................- 1 -
PENDAHULUAN.............................................................................................................................- 1 -
A. Latar Belakang Masalah....................................................................................................- 1 -
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................- 3 -
C. Tujuan...............................................................................................................................- 3 -
BAB II............................................................................................................................................- 4 -
PEMBAHASAN...............................................................................................................................- 4 -
A. Definisi..............................................................................................................................- 4 -
a. Definisi Pancasila.......................................................................................................- 4 -
b. Definisi Aktualisasi Pancasila.................................................................................- 5 -
B. Tujuan Aktualisasi Pancasila.............................................................................................- 6 -
1. BIDANG POLITIK......................................................................................................- 11 -
2. BIDANG EKONOMI..................................................................................................- 12 -
3. BIDANG SOSIAL BUDAYA.........................................................................................- 14 -
4. BIDANG HUKUM.....................................................................................................- 15 -
C. Hambatan Dalam Melakukan Aktualisasi Pancasila........................................................- 17 -
D. Cara mengaktualisasi pancasila dalam kehidupan masyarakat.......................................- 19 -
BAB III.........................................................................................................................................- 23 -
PENUTUP....................................................................................................................................- 23 -
A. KESIMPULAN...................................................................................................................- 23 -
DAFTAR RUJUKAN.......................................................................................................................- 24 -

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pancasila merupakan dasar Negara Indonesia yang dirumuskan oleh para


pendiri bangsa dan secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945.
Hal ini tertuang dalam alinea keempat Undang – Undang Dasar tahun 1945. Nilai- nilai
dari Pancasila berasal dari akar budaya bangsa Indonesia yang luhur. Sebagai suatu
dasar Negara maka Pancasila senantiasa dijadikan landasan dalam pengaturan
kehidupan bernegara, yang berarti bahwa segala macam peraturan perundang-
undangan dan kebijakan yang diambil oleh para penyelenggara Negara tidak boleh
bertentangan dengan Pancasila.
Hal ini menegaskan bahwa Pancasila merupakan suatu acuan yang dijadikan
dasar dalam bertindak oleh segenap bangsa Indonesia. Sebagai warga negara
Indonesia, maka kita diwajibkan untuk mengaktualisasi berbagai nilai –nilai yang
terkandung dalam Pancasila dalam berbagai bidang kehidupan.
Dalam perjalanan sejarah eksistensi Pancasila sebagai dasar filsafat Negara
Republik Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi dan manipulasi politik
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, pancasila tidak lagi diletakkan sebagai
dasar filsafat serta pandangan hidup bangsa dan Negara Indonesia melainkan direduksi,
dibatasi dan dimanipulasi demi kepentingan politik penguasa Negara pada saat itu.
Dampak yang paling serius atas manipulasi pancasila adalah terjadinya kasus –
kasus sosial yang terjadi beberapa tahun belakangan. Mulai dari ringan, sedang hingga
sampai yang berat, dalam bentuk tindak pelanggaan, perilaku menyimpang dan tindak
kriminal. Antara lain seks bebas, penggunaan narkoba, terorisme, dan berbagai
aktifitas yang menyimpang lainnya. Kegelisahan pun muncul di kalangan para orang
tua, masyarakat, pemuka agama, apalagi para pendidik. Namun sayangnya tidak semua
pihak yang mengambil sikap, peran serta kontibusi yang jelas dan nyata untuk mencari
jalan keluar mengenai masalah – masalah sosial yang sedang terjadi saat ini. Yang bisa
dilakukan adalah pengarahan, penyuluhan, dan penyuluhan dan himbauan kepada
seluruh warga masyarakat.

1
Terdapat norma – norma yang tidak berfungsi lagi atau bahkan hilang akibat
era globalisasi, yang semestinya harus diketahui dan dipahami untuk dimanifestasikan
dalam kehidupan sosial. Di dalam realitasnya, kehidupan mengalami disfungsi nilai –
nilai.
Pancasila bukan berpaham komunisme dan bukan berpaham kapitalisme.
Pancasila tidak berpaham individualisme dan tidak berpaham kolektivisme. Bahkan
bukan berpaham teokrasi dan bukan perpaham sekuler. Posisi Pancasila inilah yang
merepotkan penerapan nilai-nilainya ke dalam kehidupan praktis berbangsa dan
bernegara. Sedangkan mempelajari Pancasila sebagai dasar negara, ideologi, ajaran
tentang nilai-nilai budaya dan pandangan hidup bangsa Indonesia adalah kewajiban
moral seluruh warga negara Indonesia. Pancasila yang benar dan sah (otentik) adalah
yang tercantum dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Hal
itu ditegaskan melalui Instruksi Presiden RI No.12 Tahun 1968, tanggal 13 April 1968.
Penegasan tersebut diperlukan untuk menghindari tata urutan atau rumusan sistematik
yang berbeda, yang dapat menimbulkan kerancuan pendapat tentang isi Pancasila yang
benar dan sesungguhnya.
Masyarakat Indonesia yang terbiasa santun dalam berprilaku, melaksanakan
musyawarah mufakat dalam menyelesaikan masalah, mempunyai kearifan local yang
kaya dan pluralis, serta bersikap toleran dan gotong – royong mulai cenderung berubah
menjadi hagemoni – hagemoni kelompok yang saling mengalahkan dan berprilaku
tidak jujur. Semua ini menegaskan bahwa terjadi ketidakpastian jati diri dan karakter
bangsa yang bermuara pada disorientasi dan belum dihayatinya nilai – nilai Pancasila
sebagi filosofi dan ideologi bangsa ini, memudarnya kesadaran terhadap nilai – nilai
budaya bangsa, serta bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Berdasarkan alasan serta kenyataan objektif tersebut maka seluruh bagian dari
masyarakat Indonesia harus bertanggungjawab bersama untuk mengaktualisasikan
nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Makalah ini dibuat agar kita senantiasa mencintai, menghayati, dan
mengaktualisasi nilai – nilai Pancasila dalam kehidupan kita sehari-hari.. Sehingga
kelak apabila kita terjun ke masyarakat kita akan menjadi manusia Pancasila, yakni
manusia yang selalu berpedoman teguh pada Pancasila.

2
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka makalah ini secara khusus membahas


permasalahan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan pancasila?
2. Apa yang dimaksud dengan aktualisasi pancasila?
3. Apakah tujuana danya aktualisasi pancasila?
4. Seberapa penting aktualisasi pancasila dalam era globalisasi?
5. Bagaimana aktualisasi pancasila dalam aspek sosial, hokum, budaya dan ekonomi?
6. Apa sajakah hambatan dalam melakukan aktualisasi pancasila?
7. Bagaimana cara mengaktualisasi Pancasila dalam kehidupan masyarakat?

C. Tujuan

1. Untuk memahami pengetian dari pancasila dan aktualisasi pancasila


2. Untuk mengetahui tujuan adanya aktualisasi pancasila
3. Untuk mengetahui pentingnya aktualisasi pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat di era grobalisasi.
4. Untuk mengetahui bagaimana kita sebagai bangsa Indonesia mengamalkan
Pancasila dan UUD 1945 dalam aspek sosial, hokum, budaya dan ekonomi.
5. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang memperngaruhi aktualisasi
pancasila.
6. Untuk mengetahui bagaimana kita sebagai bangsa Indonesia mengaktualisasi
Pancasila dalam kehidupan masyarakat

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi

a. Definisi Pancasila
1.Secara Etimologi
Pancasila berasal dari bahasa India yaitu bahasa sansekerta. panca berarti "lima"
syila (dengan huruf i pendek) berarti "batu sendi", "alas" atau "dasar". syiila
(dengan huruf i panjang ) berarti "peraturan","tingkah laku yang baik atau
penting".syiila itu sendiri dalam bahasa Indonesia menjadi susila artinya tingkah
laku yang baik.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pancasyila berarti lima dasar
sedangkan pancasyiila berarti lima aturan tingkah laku yang penting.
2.Secara histories
Istilah pancasila pertama kali digunakan oleh masyarakat India yang beragama
budha, dan pancasila itu sendiri berarti lima aturan atu five moral principles.
Istilah pancasila juga terdapat dalam kitab sutasoma karangan empu tantular
didalam kitab ini pancasila berarti berbatu sendi yang lima selain itu juga
mempunyai arti pelaksanaan kesusilaan yang lima yaitu
a.tidak boleh melakukan kekerasan
b.tidak boleh mencuri
c.tidak boleh berjiwa dengki
d.tidak boleh berbohong
e.tidak boleh mabuk minuman keras
Dalam istilah jawa pancasila disebut dengan istilah molimo yang terdiri dari lima
golongan yaitu mateni (membunuh), maling (mencuri), madhon (berzina), madat
(menghisap candu), main (berjudi). .dari keima larangan tersebut masih menjadi
pegangan moral orang-orang jawa sampai sekarang.
3.Secara terminologis
Dimulai sejak sidang BPUPKI tanggal 1 juni 1945, istilah pancasila digunakan
oleh Bung karno untuk memeberi nama pada lima dasar atau lima prinsip Negara

4
Indonesia merdeka.menurut beliau sendiri pancasila diperolehnya dari temanya
yang seorang ahli bahasa.
Selain hal itu sebagian pakar seperti moh yamin notonogoro, driyakarya,
berpendapat pancasila adalah filsafat oleh karena itu pancasila sebagai ratio dari
pada kehidupan Negara dan bangsa itu yang sesuai dengan akal yang merupakan
sumber kekuasaan jiwa bagi peningkatan martabat kehidupan manusia yang tidak
ada taranya serta pandangan hidup dalam bernegara dan ideology Negara dalam
arti cita-cita Negara yana menjadi basis bagi system kenegaraan.

b. Definisi Aktualisasi Pancasila


Aktualisasi merupakan suatu bentuk kegiatan melakukan realisasi antara
pemahaman akan nilai dan norma dengan tindakan dan perbuatan yang dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan aktualisasi pancasila, berarti penjabaran
nilai-nilai pancasila dalam bentuk norma-norma, serta merealisasikannya dalam
kehidupan berBangsa dan berNegara. Dalam aktualisasi Pancasila ini, penjabaran
nilai-nilai Pancasila dalam bentuk norma-norma, dijumpai dalam bentuk norma
hukum, kenegaraan, dan norma-norma moral. Sedangkan realisasinya dikaitkan
dengan tingkah laku semua warga negara dalam masyarakat, berBangsa dan
berNegara, serta seluruh aspek penyelenggaraan negara.

Aktualisasi Pancasila, dapat dibedakan ke dalam 2 jenis :

1. Aktualisasi Pancasila secara Obyektif

Aktualisasi Pancasila secara Obyektif artinya, realisasi penjabaran nilai-


nilai Pancasila dalam bentuk norma-norma dalam setiap aspek penyelenggaraan
negara, baik dalam bidang Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif, maupun semua
bidang kenegaraan lainnya. Aktualisasi Obyektif ini terutama berkaitan dengan
peraturan perundang-undangan Indonesia

Contohnya : dalam penyelenggaraan kenegaraan maupun tertib hukum Indonesia,


asas politik dan tujuan negara, serta pelaksanaan konkretnya didasarkan pada dasar
falsafah negara (Pancasila)

5
Seluruh hidup kenegaraan dan tertib hukum di Indonenesia didasarkan atas
serta diliputi oleh dasar filsafat negara, asas politik dan tujuan negara, yakninya
Pancasila, diantaranya:

- Garis-garis Besar Haluan Negara.


- Hukum, perundang-undangan dan peradilan.
- Pemerintahan.
- Politik dalam negeri dan luar negeri.
- Keselamatan, keamanan dan pertahanan.
- Kesejahteraan
- Kebudayaan.
- Pendidikan dan lain sebagainya.
2. Aktualisasi Pancasila secara Subyektif

Aktualisasi Subyektif, artinya realisasi penjabaran nilai-nilai Pancasila


dalam bentuk norma-norma ke dalam diri setiap pribadi, perseorangan, setiap
warga negara, setiap individu, setiap penduduk, setiap penguasa dan setiap orang
Indonesia. aktualisasi ini berkaitan dengan kesadaran , ketaatan serta kesiapan
individu untuk mengamalkan Pancasila (norma-norma moral). Aktualisasi
Pancasila subyektif ini diharapkan dapat tercapai agar nilai-nilai pancasila tetap
melekat dalam hati sanubari bangsa Indonesia, dan demikian itu disebut dengan
Kepribadian Bangsa Indonesia (Kepribadian Pancasila). Maka dengan hal inilah
bangsa Indonesia memiliki ciri karakteristik yang menunjukkan perbedaannya
dengan bangsa lain.

Aktualisasi Subyektif ini lebih penting dari Aktualisasi Obyektif, karena


Aktualisasi Pancasila yang subyektif merupakan kunci keberhasilan Aktualisasi
Pancasila secara Obyektif.

D. Tujuan Aktualisasi Pancasila

Tujuan aktualisasi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan


bernegara antara lain;

1. Masyarakat memahami secara mendalam konsep, prinsip, dan nilai Pancasila


dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

6
2. Masyarakat memiliki keyakinan akan ketangguhan, ketepatan, dan kebenaran
pancasila sebagai ideologi nasional, pandangan, nilai bangsa dan negara dalam
NKRI.
3. Masyarakat memiliki pemahaman, kemauan, dan kemampuan
mengimplementasikan pancasila dalam berbagai bidang kehidupan.

Sasaran aktualisasi pancasila :

a) Elite politik,
b) Insan pers,
c) Anggota legislatif, eksekutif, yudikatif pusat dan  daerah,
d) Tokoh agama, pendidikan, cendekiawan, pemuda, wanita, adat dan masyarakat,
e) Pengusaha,
f) Masyarakat luas.

Meskipun kita sebagai bangsa pernah beberapakali “terluka” karena ada pertikaian
antar agama, suku, budaya dan bahasa, namun masih ada harapan di masa mendatang
untuk sebuah kehidupan berbangsa dan bernegara yang aman, tenteram, adil, makmur
dan sejahtera.

A. Pentingnya aktualisasi pancasila dalam era globalisasi

Kehadiran era globalisasi membawa dampak positif maupun negatif.


Globalisasi membuka peluang-peluang baru untuk peningkatan kesejahteraan manusia
melalui kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi globalisasi juga
memberikan tantangan kepada suatu bangsa akan kekuatannya menghadapi pengaruh
global pada semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara dapatkah ia menjaga
eksistensinya atau justru menjadi korban atas semua pengaruh global tersebut. Oleh
karena itu globalisasi dapat menjadi berkah apabila suatu bangsa dapat memanfaatkan
peluang dengan tepat, tetapi akan menjadi musibah atau mendatangkan masalah bagi
bangsa yang tidak mempunyai kesiapan untuk memasukinya. Sebagai bangsa kita
tidak mungkin menutup diri dari pergaulan dengan bangsa asing. Keterbukaan dan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada eraglobalisasi ini tidak mungkin kita
abaikan begitu saja. Proses akulturasi budaya sebagai akibat frekuensi hubungan antar
bangsa yang semakin intensif merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan lagi.

7
Akibatnya nilai-nilai sosial budaya negara lain yang belum tentu sesuai dengan
kepribadian bangsa kita pun akan masuk dan berkembang di dalam masyarakat. Oleh
karena itu diperlukan sikap yang tepat dalam merespon masuknya arus globalisasi
supaya kita tidak sekedar menjadi obyek dari segala perubahan tersebut tetapi menjadi
subyek yang mampu memilih pengaruh budaya luar dan tata nilai yang bermanfaat
bagi kemajuan bangsa.

Kehidupan politik rakyat Indonesia selalu didasari oleh nilai-nilai


Pancasila. Pancasila merupakan landasan dan tujuan kehidupan politikbangsa kita.
Berkaitan dengan hal tersebut, proses pembangunan politik yang sedang berlangsung
di negara kita sekarang ini harus diarahkan pada  proses  implementasi  sistem 
politik  demokrasi  Pancasila  yang handal, yaitu sistem politik yang tidak hanya kuat,
tetapi juga memiliki kualitas   kemandirian  tinggi yang   memungkinkannya   untuk
membangun atau mengembangkan dirinya secara terus-menerus sesuai dengan
tuntutan aspirasi masyarakatnya dan perubahan zaman. Dengan demikian,  sistem 
politik  demokrasi  Pancasila  akan  terus  berkembang bersamaan  dengan 
perkembangan  jati  dirinya,  sehingga  senantiasa mempertahankan,  memelihara 
dan  memperkuat  relevansinya  dalam kehidupan politik. Nilai-nilanya bukan saja
dihayati dan dibudayakan, tetapi diamalkan dalam kehidupan politik bangsa dan
negara kita yang terus berkembang. Oleh karena, secara langsung Pancasila telah
dijadikan etika politik seluruh seluruh komponen bangsa dan negara Indonesia. 

Proses  reformasi  yang  sedang  berjalan  di  Indonesia merupakan bukti


kedinamisan kehidupan politik masyarakat Indonesia. Akan tetapi, kedinamisan  itu 
jangan  sampai  menanggalkan  nilai-nilai  Pancasila. Kehidupan politik  yang
semakin  demokratis  dengan  ditandai  olehnya terbukanya saluran aspirasi politik
masyarakat, seperti adanya kebebasan mendirikan partai politik, kebebasan
berpendapat, pemilihan presiden, wakil presiden, anggota legislatif serta kepala
daerah secara langsung, harus  selalu  didasari  oleh  nilai-nilai  Pancasila.  Sehingga 
pelaksanaan kegiatan-kegiatan  tersebut  selalu  mencerminkan  kepribadian  bangsa
Indonesia yang ber-Pancasila. Apabila   dikaitkan   dengan   pendidikan   politik,  
pemahaman terhadap Pancasila sebagai etika politik merupakan salah satu bagian dari
tujuan diberikannya pendidikan politik,   sebagaimana dikemukakan oleh Pojman
(2003:1) yang memandang kajian dan pemikiran tentang falsafah negara menjadi 
keharusan  dalam rangka memahami pertanyaan besar “why I should be obey the state?

8
(mengapa kita mesti menaati negara?). Oleh karena   Pendidikan Politik yang diberikan
kepada warga negara harus mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar
negara sekaligus sebagai  etika  politik,  sehingga  nilai-nilai  Pancasila  akan  selalu 
hidup dalam berbagai dimensi kehidupan setiap warga negara.

Fenomena globalisasi berpengaruh  kepada pergeseran atau perubahan tata


nilai,sikap  dan  perilaku  pada  semua  aspek  kehidupan  bermasyarakat,  berbangsa 
dan bernegara.    Perubahan yang positif dapat memantapkan  nilai-nilai  Pancasila 
sebagai falsafah hidup bangsa dan mengembangkan kehidupan nasional yang lebih
berkualitas. Tuntutan  dan  aspirasi  masyarakat  terakomodasi  secara  positif  disertai 
upaya-upaya pengembangan,   peningkatan   pemahaman,   penjabaran,  
pemasyarakatan,   dan implementasi  Pancasila  dalam  semua  aspek  kehidupan.
Adapun  perubahan  yang negatif  harus  dideteksi  dan  diwaspadai  sejak dini  serta 
melakukan  aksi  pencegahan berbagai  bentuk  dan  sifat  potensi  ancaman  terhadap 
Negara  Kesatuan  Republik Indonesia (NKRI). 

Dalam menghadapi pengaruh globalisasi ada tiga sikap merespons yang dapat
dilakukan, antara lain:

a. Sikap anti modernisasi yaitu: sikap menolak semua pengaruh modernisasi barat atau
globalisasi. Pandangan yang ekstrim ini menganggap kebudayaan barat semua negatif.
b. Sikap menerima semua pengaruh barat dan menjadikan kebudayaan barat sebagai
akibat atau asal model.
c. Sikap selektif artinya: tidak menolak atau menerima kebudayaan barat begitu saja,
akan tetapi disesuaikan dengan dasar norma-norma dan kepribadian suatu bangsa.

Berdasarkan beberapa alternatif sikap dalam menghadapi pengaruh globalisasi


tersebut di atas, bangsa Indonesia menentukan sikap untuk selektif terhadap segala
kemajuan yang datang. Artinya kita tidak mungkin menutup diri dari segala
perubahan tetapi kita harus tetap waspada bahkan menolak terhadap pengaruh negatif
dari perubahan tersebut. Dengan demikian kita akan menerima segala pengaruh yang
bersifat positif demi kemajuan bangsa dan kesejahteraan rakyat, tetapi menolak tegas
segala pengaruh yang akan membawa akibat kesensaraan rakyat dan hilangnya
kepribadian atau jati diri kita sebagai bangsa. Adapun dasar atau ukuran nilai-nilai
tersebut sesuai dengan kepribadian kita tentu saja adalah ideologi nasional yaitu
Pancasila.

9
Sikap yang harus ditunjukan dalam pengaruh globalisasi terhadap kehidupan bangsa
dan Negara adalah sebagai berikut :
1) Bangsa Indonesia harus mempunyai sikap dan tindakan riil terhadap bentuk-
bentuk kekerasan yang berkaitan dengan pelanggaran hak asasi manusia dan
mengecam pihak-pihak yang melakukannya tanpa adanya tekanan dari berbagai
pihak.
2) Pemerintah ikut serta dalam misi perdamaian dunia dibwah komando PBB di
daerah-daerah konflik.
3) Bangsa Indonesia harus bertindak tegas terhadap berbagai bentuk intervensi dari
negara-negara lain atau lembaga Internasional.
4) Bangsa Indonesia harus mempunyai sikap dalam menjaga nilai-nilai luhur bangsa
Indonesia yang bermartabat.Sejalan dengan banyaknya saluran komunikasi dan
informasi yang banyak bertentangan dengan nilai-nilai kepribadian bangsa
Indonesia, seperti aksi kekerasan , pornografi, penistaan agama, dan lain-lain.
5) Bangsa Indonesia harus meningkatkan perannya dalam pergaulan Internasional
yang menyangkut masalah isu sentral yang berkaitan dengan demokrasi, HAM,
lingkungan hidup, dan keamanan karena Indonesia sebagai salah satu bangsa yang
besar mempunyai kepentingan pula dalam masalah-masalah tersebut.

         Jadi adanya kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan
suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh
positif dan pengaruh negatif. Dampak-dampak pengaruh globalisasi tersebut kita
kembalikan kepada diri kita sendiri sebagai generasi muda Indonesia agar tetap
menjaga etika dan budaya, agar kita tidak terkena dampak negatif dari globalisasi.

B. Aktualisasi pancasila dalam aspek sosial, hukum dan ekonomi

Untuk dapat berfungsi penuh sebagai perekat bangsa. Pancasila harus


diimplementasikan dalam segala tingkat kehidupan, mulai dari kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Pancasila), dan dalam segala aspek meliputi
politik, ekonomi, sosial budaya, dan hukum sebagai berikut :

10
1. BIDANG POLITIK
Landasan aksiologis (sumber nilai) system politik Indonesia adalah dalam pembukaan
UUD 1945 alenia IV “….. maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu
dalam suatu Undang-undang dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia yang Berkedaulatan rakyat dengan berdasar
kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemasusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat indonesia”. Sehingga system politik Indonesia adalah Demokrasi
pancasila.
Globalisasi merupakan sekutu masyarakat dan bukan lawan seperti terkesan selama
ini. Tetapi perlu diingat pula bahwa setiap agenda politik Indonesia di era global harus
sejalan dengan apa yang menjadi aspirasi dan kepentingan rakyat Indonesia. Selama
ini, sedang gencar-gencarnya Negara maju dalam melakukan politik luar negeriny
yang selalu mengintervensi Negara lain dengan tujuan tertentu. Misalnya,
menyangkut ekspolitasi sumber daya alam di Freeport, pertambangan Blok Cepu, dan
tempat-tempat yang melalui agenda politiknya.
Selain itu, terjadi intervensi politik berkaitan dengan isu demokrasi, hak asasi
manusia, terorisme, lingkungan hidup yang justru merugikan negara kuat. Oleh karena
itu, sebagai pengamalan dari Pancasila Indonesia perlu memosisikan diri dalam
mengambil sikap politik yang berorientasi pada kepentingan nasionalnya, bukan pada
kepentingan Negara lain.
Dimana demokrasi pancasila itu merupakan system pemerintahan dari rakyat dalam
arti rakyat adalah awal mula kekuasaan Negara sehingga rakyat harus ikut serta dalam
pemerintahan untuk mewujudkan suatu cita-cita. Organisasi sosial politik adalah
wadah pemimpin-pemimpin bangsa dalam bidangnya masing-masing sesuai dengan
keahliannya, peran dan tanggung jawabnya. Sehingga segala unsur-unsur dalam
organisasi sosial politik seperti para pegawai Republik Indonesia harus mengikuti
pedoman pengamalan Pancasial agar berkepribadian Pancasila karena mereka selain
warga negara Indonesia, juga sebagai abdi masyarakat, dengan begitu maka segala
kendala akan mudah dihadapi dan tujuan serta cita-cita hidup bangsa Indonesia akan
terwujud.

11
Sejak Republik Indonesia berdiri, masalah korupsi, kolusi, dan nepotisme selalu
muncul ke permukaan. Bermacam-macam usaha dan program telah dilakukan oleh
setiap pemerintahan yang berkuasa dalam memberantas korupsi tetapi secara umum
hukuman bagi mereka tidak sebanding dengan kesalahannya, sehingga gagal untuk
membuat mereka kapok atau gentar. Mengapa tidak diterapkan, misalnya hukuman
mati atau penjara 150 tahun bagi yang terbukti.
Para elit politik dan golongan atas seharusnya konsisten memegang dan
mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila dalam setiap tindakan. Dalam era globalisasi
saat ini , pemerintah tidak punya banyak pilihan. Karena globalisasi adalah sebuah
kepastian sejarah, maka pemerintah perlu bersikap. ”Take it or Die” atau lebih dikenal
dengan istilah ”The Death of Government”. Kalau kedepan pemerintah masih ingin
bertahan hidup dan berperan dalam paradigma baru ini maka orientasi birokrasi
pemerintahan seharusnya segera diubah menjadi public services management.

2. BIDANG EKONOMI
Seiring dengan kemajuan teknologi Informasi yang menghadirkan kemudahan dalam
melakukan akses informasi, aktifitas perekonomian berkembang pesat melampaui
batas Negara. Kemajuan tersebut telah mendorong globalisasi ekonomi yang
membentuk pasar bebas. Regionalisme dan aliansi ekonomi berkembang pesat dengan
adanya aliansi-aliansi ekonomi seperti Asia-Pasific Economic Cooperation ( APEC ),
ASEAN Free Trade Agreement ( AFTA ), North American Free Trade Agreement
( NAFTA ), dan European Union ( EU). Pemberlakuan pasar bebas dan perdagangan
bebas menciptakan iklim kompetisi yang ketat, mendorong setiap negara mendorong
mengembangkan produk-produk unggulan yang kompetitif.
Ekonomi menurut pancasila adalah berdasarkan asas kebersamaan, kekeluargaan
artinya walaupun terjadi persaingan namun tetap dalam kerangka tujuan bersama
sehingga tidak terjadi persaingan bebas yang mematikan. Dengan demikian pelaku
ekonomi di Indonesia dalam menjalankan usahanya tidak melakukan persaingan
bebas, meskipun sebagian dari mereka akan mendapat keuntungan yang lebih besar
dan menjanjikan. Hal ini dilakukan karena pengamalan dalam bidang ekonomi harus
berdasarkan kekeluargaan. Jadi interaksi antar pelaku ekonomi sama-sama
menguntungkan dan tidak saling menjatuhkan.
Pilar Sistem Ekonomi Pancasila yang meliputi :
1. ekonomika etik dan ekonomika humanistik

12
2. nasionalisme ekonomi & demokrasi ekonomi
3. ekonomi berkeadilan sosial.
Namun pada kenyataannya, sejak pertengahan 1997 krisis ekonomi yang menimpa
Indonesia masih terasa hingga hari ini. Di tingkat Asia, Indonesia yang oleh sebuah
studi dari The World Bank (1993) disebut sebagai bagian dari Asia miracle
economics, the unbelieveble progress of development, ternyata perekonomiannya
tidak lebih dari sekedar economic bubble, yang mudah sirna begitu diterpa badai
krisis (World Bank, 1993).
Seorang pengamat Ekonomi Indonesia, Prof. Laurence A. Manullang, mengatakan
bahwa selama bertahun-tahun berbagai resep telah dibuat untuk menyembuhkan
penyakit utang Internasional, tetapi hampir disepakati bahwa langkah pengobatan
yang diterapkan pada krisis utang telah gagal. Fakta yang menyedihkan adalah
Indonesia sudah mencapai tingkat ketergantungan (kecanduan) yang sangat tinggi
terhadap utang luar negeri. Sampai sejauh ini belum ada resep yang manjur untuk bisa
keluar dari belitan utang. Penyebabnya adalah berbagai hambatan yang melekat pada
praktik yang dijalankan dalam sistem pinjaman internasional, tepatnya negara-negara
donor (Bogdanowicz-Bindert, 1993).
Keputusan pemerintah yang terkesan tergesa-gesa dalam mengambil kebijakan untuk
segera memasuki industrialisasi dengan meninggalkan agraris, telah menciptakan
masalah baru bagi national economic development. Bahkan menurut sebagian pakar
langkah Orde baru dinilai sebagai langkah spekulatif seperti mengundi nasib,
pasalnya, masyarakat Indonesia yang sejak dahulu berbasis agraris Sebagai
konsekuensinya, hasil yang didapat, setelah 30 tahun dicekoki ideologi ‘ekonomisme’
itu justru kualitas hidup masyarakat Indonesia semakin merosot tajam (dekadensia).
Jika hingga saat ini kualitas perekonomian belum menampakkan perubahan yang
signifikan, tidak menutup kemungkinan, akan mendapat pukulan mahadasyat dari arus
globalisasi. Kekhawatiran ini muncul, karena pemerintah dalam proses pemberdayaan
masyarakat lemah masih parsial dan cenderung dualisme, antara kemanjaan
(ketergantungan) pemerintah kepada IMF, sementara keterbatasan akomodasi bentuk
perekonomian masyarakat yang tersebar (diversity of economy style) di seluruh
pelosok negeri tidak tersentuh. Hal ini juga terlihat jelas pada kebijakan-kebijakan
pemerintah yang tidak proporsional, tidak mencerminkan model perekonomian yang
telah dibangun oleh para Founding Father terdahulu. Hal ini dapat dilihat pada
beberapa kasus, misalnya, pencabutan subsidi di tengah masyarakat yang sedang sulit

13
mencari sesuap nasi, mengelabuhi masyarakat dengan raskin (beras untuk rakyat
miskin), atau jaring pengaman sosial (JPS) lain yang selalu salah alamat.

3. BIDANG SOSIAL BUDAYA


Perkembangan dunia yang tanpa batas dapat menimbukan dampak positif maupun
dampak negativ. Dari setiap dampak yang ditimbulkan, dalam bidang sosial budaya
tampak nyata berpengaruh dalam setiap aktivitas kehidupan masyarakat Indonesia.
Hal ini dapat ditunjukan adanya perubahan gaya hidup masyarakat yang semakin
modern dan konsumtif, bahkan menggeser nilai-nilai lokal yang selama ini
diprtahankan. Sikap yang harus ditunjukkan oleh masyarakat Indonesia sebagai
pengamalan dari Pancasila dalam menghadapi nilai-nilai globalisasi, terutama dalam
kehidupan sosial budaya.
Berikut sikap pengamalan dari pancasila dalam menghadapi kehidupan sosial saat ini,
yaitu :
a. Gaya hidup masyarakat harus diselaraskan dengan nilai, norma, estetika, terutama
yang berkaitan dengan mode pakaian, pergaulan dan kebiasaan hidup, serta adat
istiadat. Sikap yang harus ditunjukkan terhadap pengaruh tersebut , adalah dengan
adanya himbauan, pendidikan, bahkan aturan yang tegas terhadap fenomena
tersebut dalam menjaga nilai-nilai yang selama ini dijaga oleh bangsa Indonesia.
Cara efektif dalam menangkalnya adalah dengan melalui pendidikan formal
maupun nonformal, baik disekolah, pendidikan keagamaan dan acara-acara lain
yang memberikan perhatian terhadap etika dan moral bangsa Indonesia.
b. Sikap individualisme yang memengaruhi budaya masyarakat Indonesia yang biasa
bergotong-royong dan kekeluargaan. Hal tersebut perlu diperhatikan dalam
kehidupan sosial masyarakat Indonesia.
c. pengaruh sikap materialistis dan sekularisme, yaitu sikap yang lebih
mementingkan nilai materi daripada yang lainnya sehingga dapat merusak sendi-
sendi kehidupan yang menjunjung keadilan dan moralitas. Selain itu, sekularisme
perlu juga diwaspadai karena Indonesia sebagai negara yang menjunjung tinggi
nilai-nilai Ketuhanan.
Perubahan sosial berikutnya bahwa pluralitas tidak terfocus hanya pada aspek SARA,
tetapi dimasa yang akan datang kemajemukan masyarakt Indonesia yang sangat
heterogen ditandai dengan adanya sinergi dari peran, fungsi dan profesionalisme

14
individu atau kelompok. Sehingga kontribusi profesi individu/kelompok itulah yang
akan mendapat tempat dimanapun mereka berprestasi.
Ini menunjukan bahwa filter Pancasila tidak berperan optimal, itu terjadi karena
pengamalan Pancasila tidak sepenuhnya dilakukan oleh bangsa Indonesia. Oleh
karena itu harus ada tindakan lanjut agar budaya bangsa Indonesia sesuai dengan
Pancasila. Pembudayaan Pancasila tidak hanya pada kulit luar budaya misalnya hanya
pada tingkat propaganda, pengenalan serta pemasyarakatan akan tetapi sampai pada
tingkat kemampuan mental kejiwaan manusia yaitu sampai pada tingkat akal, rasa dan
kehendak manusia.

4. BIDANG HUKUM
Pancasila bukan mendadak terlahir pada saat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus
1945, tetapi melalui proses panjang sejalan dengan panjangnya perjalanan sejarah
bangsa Indonesia. Pancasila terlahir dalam nuansa perjuangan dengan melihat
pengalaman dan gagasan-gagasan bangsa lain, tetapi tetap berakar pada kepribadian
dan gagasan-gagasan bangsa Indonesia sendiri. Oleh sebab itu, Pancasila bisa diterima
sebagai dasar negara Indonesia merdeka. Sejarah telah mencatat, kendati bangsa
Indonesia pernah memiliki tiga kali pergantian UUD,tetapi rumusan Pancasila tetap
berlaku didalamnya.
Kini, yang terpenting adalah bagaimana rakyat, terutama kalangan elite nasional,
melaksanakan Pancasila dalam segala sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Jangan lagi menjadikan Pancasila sekadar rangkaian kata-kata indah tanpa makna.
Jika begitu, maka Pancasila tak lebih dari rumusan beku yang tercantum dalam
Pembukaan UUD ’45. Pancasila akan kehilangan makna bila para elite tidak mau
bersikap atau bertindak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Bila Pancasila tidak
tersentuh dengan kehidupan nyata, Pancasila tidak akan bergema. Maka, lambat-laun
pengertian dan kesetiaan rakyat terhadap Pancasila akan kabur dan secara perlahan-
lahan menghilang.
Di depan Sidang Umum PBB, 30 September 1960, Presiden Soekarno menegaskan
bahwa ideologi Pancasila tidak berdasarkan faham liberalisme ala dunia Barat dan
faham sosialis ala dunia Timur. Juga bukan merupakan hasil kawinan keduanya.
Tetapi, ideologi Pancasila lahir dan digali dari dalam bumi Indonesia sendiri. Secara
singkat Pancasila berintikan Ketuhanan Yang Maha Esa (sila pertama), nasionalisme
(sila kedua), internasionalisme (sila ketiga), demokrasi (sila keempat), dan keadilan

15
sosial (sila kelima). Dan dari berbagai macam rumusan Pancasila, yang sah dan benar
adalah rumusan Pancasila yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945 sesuai dengan
Ketetapan MPRS No.XX/MPRS/1966 dan Ketetapan MPRNo.III/MPR/2000.
Dalam kehidupan kebersamaan antar bangsa di dunia, dalam era globalisasi yang
harus diperhatikan, pertama, pemantapan jati diri bangsa. Kedua, pengembangan
prinsip-prinsip yang berbasis pada filosofi kemanusiaan dalam nilai-nilai Pancasila,
antara lain:
1. Perdamaian—bukan perang.
2. Demokrasi—bukan penindasan.
3. Dialog—bukan konfrontasi.
4. Kerjasama—bukan eksploitasi.
5. Keadilan—bukan standar ganda.
Namun saat ini betapa rapuhnya sistem dan penegakkan hukum (law enforcement) di
negeri ini dan karena itu merupakan salah satu kendala utama yang menghambat
kemajuan bangsa, sistem hukum yang masih banyak mengacu pada sistem hukum
kolonial, penegakkan hukum yang masih terkesan tebang pilih, belum konsisten
merupakan mega pekerjaan rumah serta jalan panjang yang harus ditempuh dalam
bidang hukum, Kepercayaan masyarakat terhadap supremasi hukum, termasuk
lembaga-lembaga penegak hukum, kian terpuruk . contohnya setelah putusan Kasasi
Akbar Tanjung, sebagian besar masyarakat menganggap putusan Mahkamah Agung
itu mengusik keadilan masyarakat sehingga menimbulkan rasa kekecewaan yang
sangat besar. Akibatnya, kini ada kecenderungan munculnya sinisme masyarakat
terhadap setiap gagasan dan upaya pembaharuan hukum yang dimunculkan oleh
negara maupun civil society.
Sesungguhnya, Pancasila bukan hanya sekadar fondasi nasional negara Indonesia,
tetapi berlaku universal bagi semua komunitas dunia internasional. Kelima sila dalam
Pancasila telah memberikan arah bagi setiap perjalanan bangsa-bangsa di dunia
dengan nilai-nilai yang berlaku universal. Tanpa membedakan ras, warna kulit, atau
agama, setiap negara selaku warga dunia dapat menjalankan Pancasila dengan teramat
mudah. Jika demikian, maka cita-cita dunia mencapai keadaan aman, damai, dan
sejahtera, bukan lagi sebagai sebuah keniscayaan, tetapi sebuah kenyataan. Karena
cita-cita Pancasila sangat sesuai dengan dambaan dan cita-cita masyarakat dunia.

16
E. Hambatan Dalam Melakukan Aktualisasi Pancasila

Kencangnya hembusan angin globalisasi dengan segala macam dampak yang


ditimbulkan telah menerjang bangsa ini dengan intensitas begitu tinggi, sedikit
banyak telah mempengaruhi perilaku masyarakat negeri ini ke arah tumbuhnya
masyarakat kapitalis. Dampak dari  itu semua menyebabkan melencengnya perilaku
dari masyarakat terhadap  ideologi bangsa Pancasila yang seharusnya sebagai
pandangan dan pegangan hidup bangsa Indonesia itu. Eksisnya budaya impor yang
mengusung beragam faham-faham ideologi dari luar itu, sedikit banyak telah
mencuci otak penghuni bangsa ini, hingga membuat lunturnya semangat kebangsaan
dan pemahaman ideologi bangsanya sendiri dan tanpa sadar telah merubah pola
pikir dan gaya hidup kearah kebarat-baratan yang notabene sebagai bagian dari
masyarakat lebih modern. Bangsa ini sebenarnya tidak menutup mata atas datangnya
kebudayaan luar hadir  dan tumbuh di tengah-tengah masyarakat, namun dalam
implementasinya itu perlu adanya pengkajian secara mendalam tentang baik dan
buruknya, hal tersebut bertujuan sebagai filter terhadap budaya yang datang tidak
mematikan budaya lokal, hal tersebut dikarenakan penerapan ideologi negara yang
membedakannya. Hadirnya “Budaya Populer” yang telah menguasai perilaku insan
bangsa ini merupakan jilmaan atas berkuasanya budaya luar mempengaruhi dan
menguasai serta mempermainkan jiwa-jiwa republik ini yang tak dibentengi dengan
kuatnya penanaman ideologi Pancasila di dalam dirinya, membuat terciptanya
perilaku masyarakat yang meleceng dari seharusnya seperti yang telah digariskan
oleh ideologi Pancasila. Berbagai macam ketimpangan yang berkembang di tengah
masyarakat hingga menimbulkan lunturnya jatidiri bangsa itu berdampak pada
keterpurukan bangsa ini ke dalam krisis multi dimensi, bahkan sudah mengarah ke
krisis ideologi bangsa. Kenyataan ini disebabkan apa yang namanya ideologi
Pancasila selama ini hanya diperlakukan sebagai  tema, slogan dalam setiap
kesempatan bahkan tak luput dari hiasan semata tanpa memperdulikan lagi
pengimplementasian pengamalannya. Keberadaan ideologi Pancasila pada
kenyataannya telah kalah pamornya dengan ideologi-ideologi lain yang telah
terserap oleh warganya, bersamaan dengan arus globalisasi yang berkembang, dan
ini akan terus bergolak menggerogoti Pancasila lebih dalam lagi hingga akhirnya
tumbang dan lenyap ditelan derasnya modernisasi. Jika hal ini tidak diantisipasi

17
secara serius oleh seluruh komponen negeri ini, bukan tidak mungkin Negara
Kesatuan Republik Indonesia akan rontok Ideologinya oleh masyarakatnya sendiri.
Penyelenggaraan suatu kegiatan semacam Penataran P4 yang dilakukan kepada
berjuta-juta masyarakat negeri ini dengan berbagai macam pola pendukung itu,
ternyata tidak mampu menghasilkan manusia Indonesia seutuhnya seperti yang
diharapkan sebagai mana mestinya. Dampak dari kegiatan ini berimbas pada
munculnya persepsi masyarakat bahwa kegiatan penataran P4 adalah pekerjaan yang
sia-sia dan tidak ada gunanya, hanya membuang waktu dan tenaga saja, sehingga
lontaran pendapat yang ada ditengah masyarakat menganggapnya kegiatan penataran
P4 itu gagal total dan akibatnya kefatalan persepsi yang dilahirkan dalam pikiran
masyarakat terhadap Ideologi Pancasila selalu dengan sikap yang sinis dan mala
menjadi bahan tertawaan oleh masyarakat terhadap segala sesuatu yang berhubungan
dengan Pancasila. Padahal tujuan awal diadakannya penataran P4 adalah sangat baik,
karena hasilnya nanti diharapkan terlahir insan-insan negeri ini sejiwa dengan isi yang
ada di dalam ke lima sila dari Pancasila itu sendiri.
Dikarena dalam pengelolaan penyelengaraan Penataran P4 tidak benar dan terarah
serta penerimaannya dengan suatu hal keterpaksaan dari para pesertanya itu, maka
hasilnya tidak dapat diharapkan sebagaimana mestinya. Dampak dari hal ini maka
lahirlah sikap-sikap yang melenceng dari garis besar yang ada dalam kelima sila dari
Pancasila itu sendiri, hingga negeri ini memunculkan  manusia-manusia yang berjiwa
korup, beringas, individualistik, materialis, kapitalis, hedonis serta faham-faham
melenceng dari makna-makna Pancasila hingga menimbulkan suatu krisis budaya.
Dari keadaan yang demikian itu, maka secara tidak langsung akan tercipta suatu
pembudayaan sikap yang memperburuk keadaan peradaban bangsa ini pada taraf yang
sangat memprihatinkan hingga melahirkan pembiadaban budaya. ”Ketika terjadi krisis
tentang jatidiri bangsa, maka masyarakat tidak peduli lagi tentang ideologi bangsanya,
karena dianggap tidak berpihak kepadanya dan mencoba mencari-cari ideologi lain
termasuk memuja-muja bangsa lain dari berbagai aspek yang mereka pahami dan
dengan serta merta caranya sendiri, mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari”
(Naya Sujana, 2008). Dalam situasi semacam ini masyarakat rawan denga tindakan-
tindakan ke arah negatif, hal tersebut disebabkan tidak adanya pegang hidup yang
kuat dalam dirinya, dan bukan tidak mungkin dapat kehilangan kendali diri hingga
berdampak pada lunturnya jatidiri bangsa. Seiring dengan kencangnya arus globalisasi
yang mengusung beragam ideologi dari dunia barat dengan intensitas tingginya

18
penyebaran dalam situs virtual digital, dimana keberadaannya sulit dibendung lagi
pergerakannya, secara berkala sedikit banyak mempengaruhi perilaku masyarakat
negeri ini lebih banyak ke arah negatifnya daripda ke arah positifnya. Dampak dari itu
semua telah terekam dalam realitas kehidupan di tengah masyarakat, atas
melencengnya perilaku dari masyarakat akibat pengaruh eksisnya budaya impor yang
telah mencuci otak penghuni bangsa ini hingga membuat lunturnya semangat
kebangsaan dan pemahaman ideologi bangsanya sendiri. Masyarakat negeri ini telah
termakan oleh beragam ideologi yang terbawa oleh kencangnya arus globalisasi
melanda negeri ini, dan tanpa sadar telah merubah pola pikir dan gaya hidup kearah
kebarat-baratan yang notabene sebagai bagian dari masyarakat lebih modern.  Berapa
banyak negeri ini yang perilakunya jelas-jelas mengingkari dari nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila, dalam pikirannya seolah-olah Pancasila sebagai
penghambat modernisasi sehingga kalau diajak ngomong tentang Pancasila kupingnya
menjadi panas, matanya merah melotot menndakan sikap berontak dan pikirannya
bercampur baur penuh dengan ketidak jelasan hingga melahirkan sikap sinis
terhadapnya. Pancasila dihadapannya seolah-olah merupakan barang bekas, produk
gagal dan aliran rezim orde baru, sehingga masyarakat tak mau menanggapinya
bahkan timbul suatu kecenderungan untuk menjauhinya… gila…orang-orang yang
sudah termakan oleh provokasi atas eksisnya budaya impor…!. “Keadaan ini
disebabkan oleh kenyataan tidak dimaknainya secara benar tentang sistem nilai,
wawasan hidup dan sikap yang berlaku di masyarakat selama ini dan tidak
dibatinkannya pilar-pilar kebudayaan itu dalam diri setiap anggota masyarakat negeri
ini” (Kunjana Rahardi, 2000).

F. Cara mengaktualisasi pancasila dalam kehidupan masyarakat

Aktualisasi Pancasila adalah bagaimana nilai-nilai Pancasila benar-benar dapat


tercermin dalam sikap dan perilaku seluruh warga negara mulai dari aparatur Negara
sampai kepada rakyat biasa.

Nilai-nilai Pancasila yang bersumber pada hakikat Pancasila adalah bersifat universal,
tetap dan tak berubah. Nilai-nilai tersebut dapat dijabarkan dalam setiap aspek dalam
penyelenggaraan Negara dan dalam wujud norma-norma, baik norma hukum,

19
kenegaraan, maupun norma-norma moral yang harus dilaksanakan dan diamalkan
oleh setiap warga Negara Indonesia.

Sehingga dengan mengaktualisasikan Pancasila, ini bisa membangun nilai moral


bangsa kita dan masyarakat Indonesia menjadi kuat dan tidak kalah pada era
Globalisai.Dan negara kita menjadi makmur dan menjadi negara yang terpandang
Aktualisasi Pancasila juga akan membuat tercapainya tujuan nasional,yang terdapat
dalam UUD ’45 alinea ke 4.Walaupun sulit untuk mencapainya tetapi harus terus
untuk teap mengusahakannya.

Aktualisasi pancasila dalam kehidupan bermasyarakat terimplementasi kedalam


tingkah laku semua mayarakata Indonesia. Proses kehidupan yang tercermin dari nilai
nilai pancasila pada hakikatnya adalah konteks aktualisasi pancasila yang sebenarnya.

Dari kelima sila yang terkandung dalam pancasila teraktualisasi dalam kehidupan
bermasyarakat seperti :

- Sila I  Ketuhanan yang maha esa


Aktualisasi pancasila dalam kehidupan bermasyarakat sesuai sila I tercermin dalam
kehidupan religious atau kehidupan beragama. Indonesia mengakui perbedaan agama
dan tradisi yang berbeda. Dengan berpedoman pada sila ke I,cerminan sikap saling
toleransi,menghargai antar umat beragama hidup rukun berdampingan.
- Sila II  Kemanusiaan yang adil dan beradab
Aktualisasi pancasila dalam kehidupan bermasyarakat sesuai sila ke II tercermin dari
cara memanusiakan manusia dalam hidup bermasyarakat. Masyarakat Indonesia
menjunjung tinggi nilai nilai kemanusiaan, tidak membeda bedakan antar
golongan,suku dan ras. Konteks aktualisasi pada sila ke II tercermin dalam tingkah
laku masyarakat yang hidup rukun dengan berbagai suku dan budaya yang berbeda
seperti lingkungan perumahan yang terdiri dari beberapa suku, lingkungan kampus,
lingkungan pemerintahan dengan perwakilan anggota dewan dari seluruh suku di
Indonesia

- Sila III  Persatuan Indonesia


Aktualisasi pancasila dalam kehidupan bermasyarakat sesuai sila ke III tercermin dari
sikap persatuan antar golongan untuk satu tujuan membangun Negara menjadi lebih
baik lagi.

20
Hal ini terbukti dari pembuktian masyarakat untuk memfilter budaya, merebut hak
bangsa yang terjajah oleh Negara lain dan saling melindungi antar msyarakat

- Sila IV  Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dan kebijaksanaan dalam


permusyawaratan
Aktualisasi pancasila dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan sila ke IV
tercermin dari sikap pengambilan keputusan yang dilakukan secara mufakat. Senagai
bangsa Indonesia, tradisi adanya musyawarah untuk pengambilan keputusan sudah
ada sedah dahulu, sehingga semua masalah yang menyangkut kepentingan bersama
hendaknya dimusyawarah. Hal ini terbukti dari sikap masyarakat yang sering
mengadakan musyawarah mulai dari lingkup kecil hingga lingkup pemerintahan yaitu
pesta demokrasi.

- Sila V  Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia


Aktualisasi pancasila dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan sila ke V
tercermin dari pemerataan dalam konteks keadilan bersama.

Dari aktualisasi pancasila dalam kehidupan bermasyarakat tentu tidak semua perilaku
masyarakat sesuai dengan nilai nilai pancasila. Dalam implementasinya terjadi
degradasi nilai nilai pancasila. Masyarakat merukan elemen terpenting sebuah Negara
untuk mewujudkan tujuan Negara. Jika masyrakat tidak menggunakan pedomannya
dengan benar maka tujuan yang seharusnya bias dicapai akan sulit untuk di capai.

Permasalah pokok dalam aktualisasi Pancasila  adalah bagaimana wujud realisasinya


itu, yaitu bagaimanna nilai – nilai pancasila yang universal itu dijabarkan dalam
bentuk – bentuk norma yang jelas dalam kaitannya dengan tingkah – laku semua
warga negara dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta dalam kaitannya
dengan segala aspek penyelenggaraan negara.
Berdasarkan pada hakikat sifat kodrat manusia bahwa setiap manusia adalah sebagai
individu dan sekaligus sebagai makhluk sosial. Kesepakatan kita sebagai suatu
kesepakatan yang luhur untuk mendirikan negara Indonesia yang berdasarkan pada
Pancasila mengandung konsekuensi bahwa kita harus merealisasikan Pancasila itu
dalam setiap aspek penyelenggaraan negara dan tingkah – laku dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

21
Berbagi permasalahan pokok negara terus – menerus muncul dan tantangan yang
dihadapi untuk mengatasinya pun tak kalah sulitnya. Upaya mengembangkan
masyarakat untuk memiliki perilaku dan sikap  bertannggung jawab secara etis,
mengarahkan masyarakat menjadi masyarakat yang cerdas dan mandiri, menciptakan
system kehidupan yang tertib, aman, adil dan dinamis, serta system pendidikan
nasiaonal yang menunjang sosialisasi nilai – nilai Pancasila dan menginternalisasikan
ke dalam diri insan Indonesia

22
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan tersebut, dapat kita ambil beberapa kesimpulan dalam penulisan
makalah ini, yaitu;

1. Aktualisasi pancasila, berarti penjabaran nilai-nilai pancasila dalam bentuk norma-


norma, serta merealisasikannya dalam kehidupan berBangsa dan berNegara

2. Pentingnya aktualisasi pancasila adalah karena kehadiran globalisasi yang dapat


membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara.

3. Agar nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dapat diaktualisasikan oleh


segenap warga masyarakat yang majemuk maka beberapa pedoman
pengimplementasian nilai-nilai Pancasila tersebut diatas, harusnya menjadi sebuah
kesepakatan mutlak yang harus ditaati oleh seluruh warga masyarakat yang
majemuk.

4. Strategi untuk menerapakan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan masyarakat


majemuk, melalui; a) Tahap artikulasi: pemberian penjelasan yang mantap tentang
isi kandungan, kebenaran rasional, struktur dan tujuan implementasi Pancasila, b)
Tahap internalisasi: usaha memasukkan gagasan tersebut dalam hati sanubari setiap
warga negara sehingga benar-benar memahami dan bersedia menerimanya sebagai
suatu kebenaran, c) Tahap aktualisasi: aplikasi gagasan tersebut dalam berbagai
bidang kehidupan secara nyata, baik dalam pemikiran maupun perbuatan.

5. Tujuan dari aktualisasi nilai-nilai Pancasila adalah; a) Masyarakat memahami


secara mendalam konsep, prinsip, dan nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, b) Masyarakat memiliki keyakinan akan ketangguhan, ketepatan,
dan kebenaran pancasila sebagai ideologi nasional, pandangan, nilai bangsa dan
negara dalam NKRI, c) Masyarakat memiliki pemahaman, kemauan, dan
kemampuan mengimplementasikan pancasila dalam berbagai bidang kehidupan.

23
6. Sasaran aktualisasi nilai-nilai Pancasila: a) elite politik, b) insan pers, c) anggota
legislatif, eksekutif, yudikatif pusat dan  daerah, d) tokoh agama, pendidikan,
cendekiawan, pemuda, wanita, adat dan masyarakat, e) pengusaha, f) masyarakat
luas.

24
DAFTAR RUJUKAN

Anonim. 2011. Aktualisasi Pancasila. http://oneberbagimateri.blogspot.com


/2011/12/aktualisasi-pancasila.html

Husni, Jumrida. 2011. Aktualisasi Pancasila Dalam berbagai aspek.


http://jumridahusni.blogspot.com/2011/07/aktualisasi-pancasila-dalam-berbagai.html

Dewa, Pepra. 2012. Aktualisasi/Implementasi Pancasila.


http://pepradewa.blogspot.com/2012/10/aktualisasi-implementasi-pancasila.html

Indah Utami, Dwi. 2010. Aktualisasi Pancasila Dalam Era Globalisasi.


http://chumyelith.blogspot.com/2010/01/aktualisasi-pancasila-di-era.html

Deni, Anggara. 2012. Pengertian dan Pengaruh globalisasi. http://deni-


anggara.blogspot.com/2012/03/pengertian-dan-pengaruh-globalisasi.html

Mulyono. Makalah: Dinamika Aktualisasi nilai Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa


dan Bernegara.

Riyanto, Astim.Makalah :Revitalisasi Penerapan Pancasil dalam Kehidupan Bangsa


yang Multi Kultur dan Multi Religi.

DRS. Kaelan, M.S, 1998, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta.

Aryakamara, 2008, Pengamalan pancasila, Jakarta.

Bambang sumadio, 1997, Sejarah Nasional Indonesia, dapartemen pendidikan dan


kebudayaan, Jakarta.

Hatta Muhammad, Panitia Lima,1984, Uraian Pancasila, Mutiara , Jakarta.

Wikipedia. 2012 Korupsi. http://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi.

25

Anda mungkin juga menyukai