AKTUALISASI PANCASILA
Oleh:
Kelompok 8
1. Tiwi Wahyuningsih
2. Robul Faddiansah
3. Erik Handoko
Syukur alhamdulilah, kiranya tiada kata yang dapat diucapkan kecuali puji syukur
kehadirat Allah SWT yang selalu melindungi, mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penyusunan makalah yang berjudul “Aktualisasi Pancasila” dapat diselesaikan
dengan lancar.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan hormat setinggi-
tingginya dan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini. Ucapan ini ditujukan kepada yang terhormat:
1. Bapak dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan masukan terhadap
penyusunan makalah ini
2. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu
kelancaran pembuatan makalah ini
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan,
sehingga saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan penulis untuk
menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan
dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk masalah-masalah sejenis. Amien.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................................- 1 -
PENDAHULUAN.............................................................................................................................- 1 -
A. Latar Belakang Masalah....................................................................................................- 1 -
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................- 3 -
C. Tujuan...............................................................................................................................- 3 -
BAB II............................................................................................................................................- 4 -
PEMBAHASAN...............................................................................................................................- 4 -
A. Definisi..............................................................................................................................- 4 -
a. Definisi Pancasila.......................................................................................................- 4 -
b. Definisi Aktualisasi Pancasila.................................................................................- 5 -
B. Tujuan Aktualisasi Pancasila.............................................................................................- 6 -
1. BIDANG POLITIK......................................................................................................- 11 -
2. BIDANG EKONOMI..................................................................................................- 12 -
3. BIDANG SOSIAL BUDAYA.........................................................................................- 14 -
4. BIDANG HUKUM.....................................................................................................- 15 -
C. Hambatan Dalam Melakukan Aktualisasi Pancasila........................................................- 17 -
D. Cara mengaktualisasi pancasila dalam kehidupan masyarakat.......................................- 19 -
BAB III.........................................................................................................................................- 23 -
PENUTUP....................................................................................................................................- 23 -
A. KESIMPULAN...................................................................................................................- 23 -
DAFTAR RUJUKAN.......................................................................................................................- 24 -
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Terdapat norma – norma yang tidak berfungsi lagi atau bahkan hilang akibat
era globalisasi, yang semestinya harus diketahui dan dipahami untuk dimanifestasikan
dalam kehidupan sosial. Di dalam realitasnya, kehidupan mengalami disfungsi nilai –
nilai.
Pancasila bukan berpaham komunisme dan bukan berpaham kapitalisme.
Pancasila tidak berpaham individualisme dan tidak berpaham kolektivisme. Bahkan
bukan berpaham teokrasi dan bukan perpaham sekuler. Posisi Pancasila inilah yang
merepotkan penerapan nilai-nilainya ke dalam kehidupan praktis berbangsa dan
bernegara. Sedangkan mempelajari Pancasila sebagai dasar negara, ideologi, ajaran
tentang nilai-nilai budaya dan pandangan hidup bangsa Indonesia adalah kewajiban
moral seluruh warga negara Indonesia. Pancasila yang benar dan sah (otentik) adalah
yang tercantum dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Hal
itu ditegaskan melalui Instruksi Presiden RI No.12 Tahun 1968, tanggal 13 April 1968.
Penegasan tersebut diperlukan untuk menghindari tata urutan atau rumusan sistematik
yang berbeda, yang dapat menimbulkan kerancuan pendapat tentang isi Pancasila yang
benar dan sesungguhnya.
Masyarakat Indonesia yang terbiasa santun dalam berprilaku, melaksanakan
musyawarah mufakat dalam menyelesaikan masalah, mempunyai kearifan local yang
kaya dan pluralis, serta bersikap toleran dan gotong – royong mulai cenderung berubah
menjadi hagemoni – hagemoni kelompok yang saling mengalahkan dan berprilaku
tidak jujur. Semua ini menegaskan bahwa terjadi ketidakpastian jati diri dan karakter
bangsa yang bermuara pada disorientasi dan belum dihayatinya nilai – nilai Pancasila
sebagi filosofi dan ideologi bangsa ini, memudarnya kesadaran terhadap nilai – nilai
budaya bangsa, serta bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Berdasarkan alasan serta kenyataan objektif tersebut maka seluruh bagian dari
masyarakat Indonesia harus bertanggungjawab bersama untuk mengaktualisasikan
nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Makalah ini dibuat agar kita senantiasa mencintai, menghayati, dan
mengaktualisasi nilai – nilai Pancasila dalam kehidupan kita sehari-hari.. Sehingga
kelak apabila kita terjun ke masyarakat kita akan menjadi manusia Pancasila, yakni
manusia yang selalu berpedoman teguh pada Pancasila.
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
a. Definisi Pancasila
1.Secara Etimologi
Pancasila berasal dari bahasa India yaitu bahasa sansekerta. panca berarti "lima"
syila (dengan huruf i pendek) berarti "batu sendi", "alas" atau "dasar". syiila
(dengan huruf i panjang ) berarti "peraturan","tingkah laku yang baik atau
penting".syiila itu sendiri dalam bahasa Indonesia menjadi susila artinya tingkah
laku yang baik.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pancasyila berarti lima dasar
sedangkan pancasyiila berarti lima aturan tingkah laku yang penting.
2.Secara histories
Istilah pancasila pertama kali digunakan oleh masyarakat India yang beragama
budha, dan pancasila itu sendiri berarti lima aturan atu five moral principles.
Istilah pancasila juga terdapat dalam kitab sutasoma karangan empu tantular
didalam kitab ini pancasila berarti berbatu sendi yang lima selain itu juga
mempunyai arti pelaksanaan kesusilaan yang lima yaitu
a.tidak boleh melakukan kekerasan
b.tidak boleh mencuri
c.tidak boleh berjiwa dengki
d.tidak boleh berbohong
e.tidak boleh mabuk minuman keras
Dalam istilah jawa pancasila disebut dengan istilah molimo yang terdiri dari lima
golongan yaitu mateni (membunuh), maling (mencuri), madhon (berzina), madat
(menghisap candu), main (berjudi). .dari keima larangan tersebut masih menjadi
pegangan moral orang-orang jawa sampai sekarang.
3.Secara terminologis
Dimulai sejak sidang BPUPKI tanggal 1 juni 1945, istilah pancasila digunakan
oleh Bung karno untuk memeberi nama pada lima dasar atau lima prinsip Negara
4
Indonesia merdeka.menurut beliau sendiri pancasila diperolehnya dari temanya
yang seorang ahli bahasa.
Selain hal itu sebagian pakar seperti moh yamin notonogoro, driyakarya,
berpendapat pancasila adalah filsafat oleh karena itu pancasila sebagai ratio dari
pada kehidupan Negara dan bangsa itu yang sesuai dengan akal yang merupakan
sumber kekuasaan jiwa bagi peningkatan martabat kehidupan manusia yang tidak
ada taranya serta pandangan hidup dalam bernegara dan ideology Negara dalam
arti cita-cita Negara yana menjadi basis bagi system kenegaraan.
5
Seluruh hidup kenegaraan dan tertib hukum di Indonenesia didasarkan atas
serta diliputi oleh dasar filsafat negara, asas politik dan tujuan negara, yakninya
Pancasila, diantaranya:
6
2. Masyarakat memiliki keyakinan akan ketangguhan, ketepatan, dan kebenaran
pancasila sebagai ideologi nasional, pandangan, nilai bangsa dan negara dalam
NKRI.
3. Masyarakat memiliki pemahaman, kemauan, dan kemampuan
mengimplementasikan pancasila dalam berbagai bidang kehidupan.
a) Elite politik,
b) Insan pers,
c) Anggota legislatif, eksekutif, yudikatif pusat dan daerah,
d) Tokoh agama, pendidikan, cendekiawan, pemuda, wanita, adat dan masyarakat,
e) Pengusaha,
f) Masyarakat luas.
Meskipun kita sebagai bangsa pernah beberapakali “terluka” karena ada pertikaian
antar agama, suku, budaya dan bahasa, namun masih ada harapan di masa mendatang
untuk sebuah kehidupan berbangsa dan bernegara yang aman, tenteram, adil, makmur
dan sejahtera.
7
Akibatnya nilai-nilai sosial budaya negara lain yang belum tentu sesuai dengan
kepribadian bangsa kita pun akan masuk dan berkembang di dalam masyarakat. Oleh
karena itu diperlukan sikap yang tepat dalam merespon masuknya arus globalisasi
supaya kita tidak sekedar menjadi obyek dari segala perubahan tersebut tetapi menjadi
subyek yang mampu memilih pengaruh budaya luar dan tata nilai yang bermanfaat
bagi kemajuan bangsa.
8
(mengapa kita mesti menaati negara?). Oleh karena Pendidikan Politik yang diberikan
kepada warga negara harus mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar
negara sekaligus sebagai etika politik, sehingga nilai-nilai Pancasila akan selalu
hidup dalam berbagai dimensi kehidupan setiap warga negara.
Dalam menghadapi pengaruh globalisasi ada tiga sikap merespons yang dapat
dilakukan, antara lain:
a. Sikap anti modernisasi yaitu: sikap menolak semua pengaruh modernisasi barat atau
globalisasi. Pandangan yang ekstrim ini menganggap kebudayaan barat semua negatif.
b. Sikap menerima semua pengaruh barat dan menjadikan kebudayaan barat sebagai
akibat atau asal model.
c. Sikap selektif artinya: tidak menolak atau menerima kebudayaan barat begitu saja,
akan tetapi disesuaikan dengan dasar norma-norma dan kepribadian suatu bangsa.
9
Sikap yang harus ditunjukan dalam pengaruh globalisasi terhadap kehidupan bangsa
dan Negara adalah sebagai berikut :
1) Bangsa Indonesia harus mempunyai sikap dan tindakan riil terhadap bentuk-
bentuk kekerasan yang berkaitan dengan pelanggaran hak asasi manusia dan
mengecam pihak-pihak yang melakukannya tanpa adanya tekanan dari berbagai
pihak.
2) Pemerintah ikut serta dalam misi perdamaian dunia dibwah komando PBB di
daerah-daerah konflik.
3) Bangsa Indonesia harus bertindak tegas terhadap berbagai bentuk intervensi dari
negara-negara lain atau lembaga Internasional.
4) Bangsa Indonesia harus mempunyai sikap dalam menjaga nilai-nilai luhur bangsa
Indonesia yang bermartabat.Sejalan dengan banyaknya saluran komunikasi dan
informasi yang banyak bertentangan dengan nilai-nilai kepribadian bangsa
Indonesia, seperti aksi kekerasan , pornografi, penistaan agama, dan lain-lain.
5) Bangsa Indonesia harus meningkatkan perannya dalam pergaulan Internasional
yang menyangkut masalah isu sentral yang berkaitan dengan demokrasi, HAM,
lingkungan hidup, dan keamanan karena Indonesia sebagai salah satu bangsa yang
besar mempunyai kepentingan pula dalam masalah-masalah tersebut.
Jadi adanya kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan
suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh
positif dan pengaruh negatif. Dampak-dampak pengaruh globalisasi tersebut kita
kembalikan kepada diri kita sendiri sebagai generasi muda Indonesia agar tetap
menjaga etika dan budaya, agar kita tidak terkena dampak negatif dari globalisasi.
10
1. BIDANG POLITIK
Landasan aksiologis (sumber nilai) system politik Indonesia adalah dalam pembukaan
UUD 1945 alenia IV “….. maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu
dalam suatu Undang-undang dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia yang Berkedaulatan rakyat dengan berdasar
kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemasusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat indonesia”. Sehingga system politik Indonesia adalah Demokrasi
pancasila.
Globalisasi merupakan sekutu masyarakat dan bukan lawan seperti terkesan selama
ini. Tetapi perlu diingat pula bahwa setiap agenda politik Indonesia di era global harus
sejalan dengan apa yang menjadi aspirasi dan kepentingan rakyat Indonesia. Selama
ini, sedang gencar-gencarnya Negara maju dalam melakukan politik luar negeriny
yang selalu mengintervensi Negara lain dengan tujuan tertentu. Misalnya,
menyangkut ekspolitasi sumber daya alam di Freeport, pertambangan Blok Cepu, dan
tempat-tempat yang melalui agenda politiknya.
Selain itu, terjadi intervensi politik berkaitan dengan isu demokrasi, hak asasi
manusia, terorisme, lingkungan hidup yang justru merugikan negara kuat. Oleh karena
itu, sebagai pengamalan dari Pancasila Indonesia perlu memosisikan diri dalam
mengambil sikap politik yang berorientasi pada kepentingan nasionalnya, bukan pada
kepentingan Negara lain.
Dimana demokrasi pancasila itu merupakan system pemerintahan dari rakyat dalam
arti rakyat adalah awal mula kekuasaan Negara sehingga rakyat harus ikut serta dalam
pemerintahan untuk mewujudkan suatu cita-cita. Organisasi sosial politik adalah
wadah pemimpin-pemimpin bangsa dalam bidangnya masing-masing sesuai dengan
keahliannya, peran dan tanggung jawabnya. Sehingga segala unsur-unsur dalam
organisasi sosial politik seperti para pegawai Republik Indonesia harus mengikuti
pedoman pengamalan Pancasial agar berkepribadian Pancasila karena mereka selain
warga negara Indonesia, juga sebagai abdi masyarakat, dengan begitu maka segala
kendala akan mudah dihadapi dan tujuan serta cita-cita hidup bangsa Indonesia akan
terwujud.
11
Sejak Republik Indonesia berdiri, masalah korupsi, kolusi, dan nepotisme selalu
muncul ke permukaan. Bermacam-macam usaha dan program telah dilakukan oleh
setiap pemerintahan yang berkuasa dalam memberantas korupsi tetapi secara umum
hukuman bagi mereka tidak sebanding dengan kesalahannya, sehingga gagal untuk
membuat mereka kapok atau gentar. Mengapa tidak diterapkan, misalnya hukuman
mati atau penjara 150 tahun bagi yang terbukti.
Para elit politik dan golongan atas seharusnya konsisten memegang dan
mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila dalam setiap tindakan. Dalam era globalisasi
saat ini , pemerintah tidak punya banyak pilihan. Karena globalisasi adalah sebuah
kepastian sejarah, maka pemerintah perlu bersikap. ”Take it or Die” atau lebih dikenal
dengan istilah ”The Death of Government”. Kalau kedepan pemerintah masih ingin
bertahan hidup dan berperan dalam paradigma baru ini maka orientasi birokrasi
pemerintahan seharusnya segera diubah menjadi public services management.
2. BIDANG EKONOMI
Seiring dengan kemajuan teknologi Informasi yang menghadirkan kemudahan dalam
melakukan akses informasi, aktifitas perekonomian berkembang pesat melampaui
batas Negara. Kemajuan tersebut telah mendorong globalisasi ekonomi yang
membentuk pasar bebas. Regionalisme dan aliansi ekonomi berkembang pesat dengan
adanya aliansi-aliansi ekonomi seperti Asia-Pasific Economic Cooperation ( APEC ),
ASEAN Free Trade Agreement ( AFTA ), North American Free Trade Agreement
( NAFTA ), dan European Union ( EU). Pemberlakuan pasar bebas dan perdagangan
bebas menciptakan iklim kompetisi yang ketat, mendorong setiap negara mendorong
mengembangkan produk-produk unggulan yang kompetitif.
Ekonomi menurut pancasila adalah berdasarkan asas kebersamaan, kekeluargaan
artinya walaupun terjadi persaingan namun tetap dalam kerangka tujuan bersama
sehingga tidak terjadi persaingan bebas yang mematikan. Dengan demikian pelaku
ekonomi di Indonesia dalam menjalankan usahanya tidak melakukan persaingan
bebas, meskipun sebagian dari mereka akan mendapat keuntungan yang lebih besar
dan menjanjikan. Hal ini dilakukan karena pengamalan dalam bidang ekonomi harus
berdasarkan kekeluargaan. Jadi interaksi antar pelaku ekonomi sama-sama
menguntungkan dan tidak saling menjatuhkan.
Pilar Sistem Ekonomi Pancasila yang meliputi :
1. ekonomika etik dan ekonomika humanistik
12
2. nasionalisme ekonomi & demokrasi ekonomi
3. ekonomi berkeadilan sosial.
Namun pada kenyataannya, sejak pertengahan 1997 krisis ekonomi yang menimpa
Indonesia masih terasa hingga hari ini. Di tingkat Asia, Indonesia yang oleh sebuah
studi dari The World Bank (1993) disebut sebagai bagian dari Asia miracle
economics, the unbelieveble progress of development, ternyata perekonomiannya
tidak lebih dari sekedar economic bubble, yang mudah sirna begitu diterpa badai
krisis (World Bank, 1993).
Seorang pengamat Ekonomi Indonesia, Prof. Laurence A. Manullang, mengatakan
bahwa selama bertahun-tahun berbagai resep telah dibuat untuk menyembuhkan
penyakit utang Internasional, tetapi hampir disepakati bahwa langkah pengobatan
yang diterapkan pada krisis utang telah gagal. Fakta yang menyedihkan adalah
Indonesia sudah mencapai tingkat ketergantungan (kecanduan) yang sangat tinggi
terhadap utang luar negeri. Sampai sejauh ini belum ada resep yang manjur untuk bisa
keluar dari belitan utang. Penyebabnya adalah berbagai hambatan yang melekat pada
praktik yang dijalankan dalam sistem pinjaman internasional, tepatnya negara-negara
donor (Bogdanowicz-Bindert, 1993).
Keputusan pemerintah yang terkesan tergesa-gesa dalam mengambil kebijakan untuk
segera memasuki industrialisasi dengan meninggalkan agraris, telah menciptakan
masalah baru bagi national economic development. Bahkan menurut sebagian pakar
langkah Orde baru dinilai sebagai langkah spekulatif seperti mengundi nasib,
pasalnya, masyarakat Indonesia yang sejak dahulu berbasis agraris Sebagai
konsekuensinya, hasil yang didapat, setelah 30 tahun dicekoki ideologi ‘ekonomisme’
itu justru kualitas hidup masyarakat Indonesia semakin merosot tajam (dekadensia).
Jika hingga saat ini kualitas perekonomian belum menampakkan perubahan yang
signifikan, tidak menutup kemungkinan, akan mendapat pukulan mahadasyat dari arus
globalisasi. Kekhawatiran ini muncul, karena pemerintah dalam proses pemberdayaan
masyarakat lemah masih parsial dan cenderung dualisme, antara kemanjaan
(ketergantungan) pemerintah kepada IMF, sementara keterbatasan akomodasi bentuk
perekonomian masyarakat yang tersebar (diversity of economy style) di seluruh
pelosok negeri tidak tersentuh. Hal ini juga terlihat jelas pada kebijakan-kebijakan
pemerintah yang tidak proporsional, tidak mencerminkan model perekonomian yang
telah dibangun oleh para Founding Father terdahulu. Hal ini dapat dilihat pada
beberapa kasus, misalnya, pencabutan subsidi di tengah masyarakat yang sedang sulit
13
mencari sesuap nasi, mengelabuhi masyarakat dengan raskin (beras untuk rakyat
miskin), atau jaring pengaman sosial (JPS) lain yang selalu salah alamat.
14
individu atau kelompok. Sehingga kontribusi profesi individu/kelompok itulah yang
akan mendapat tempat dimanapun mereka berprestasi.
Ini menunjukan bahwa filter Pancasila tidak berperan optimal, itu terjadi karena
pengamalan Pancasila tidak sepenuhnya dilakukan oleh bangsa Indonesia. Oleh
karena itu harus ada tindakan lanjut agar budaya bangsa Indonesia sesuai dengan
Pancasila. Pembudayaan Pancasila tidak hanya pada kulit luar budaya misalnya hanya
pada tingkat propaganda, pengenalan serta pemasyarakatan akan tetapi sampai pada
tingkat kemampuan mental kejiwaan manusia yaitu sampai pada tingkat akal, rasa dan
kehendak manusia.
4. BIDANG HUKUM
Pancasila bukan mendadak terlahir pada saat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus
1945, tetapi melalui proses panjang sejalan dengan panjangnya perjalanan sejarah
bangsa Indonesia. Pancasila terlahir dalam nuansa perjuangan dengan melihat
pengalaman dan gagasan-gagasan bangsa lain, tetapi tetap berakar pada kepribadian
dan gagasan-gagasan bangsa Indonesia sendiri. Oleh sebab itu, Pancasila bisa diterima
sebagai dasar negara Indonesia merdeka. Sejarah telah mencatat, kendati bangsa
Indonesia pernah memiliki tiga kali pergantian UUD,tetapi rumusan Pancasila tetap
berlaku didalamnya.
Kini, yang terpenting adalah bagaimana rakyat, terutama kalangan elite nasional,
melaksanakan Pancasila dalam segala sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Jangan lagi menjadikan Pancasila sekadar rangkaian kata-kata indah tanpa makna.
Jika begitu, maka Pancasila tak lebih dari rumusan beku yang tercantum dalam
Pembukaan UUD ’45. Pancasila akan kehilangan makna bila para elite tidak mau
bersikap atau bertindak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Bila Pancasila tidak
tersentuh dengan kehidupan nyata, Pancasila tidak akan bergema. Maka, lambat-laun
pengertian dan kesetiaan rakyat terhadap Pancasila akan kabur dan secara perlahan-
lahan menghilang.
Di depan Sidang Umum PBB, 30 September 1960, Presiden Soekarno menegaskan
bahwa ideologi Pancasila tidak berdasarkan faham liberalisme ala dunia Barat dan
faham sosialis ala dunia Timur. Juga bukan merupakan hasil kawinan keduanya.
Tetapi, ideologi Pancasila lahir dan digali dari dalam bumi Indonesia sendiri. Secara
singkat Pancasila berintikan Ketuhanan Yang Maha Esa (sila pertama), nasionalisme
(sila kedua), internasionalisme (sila ketiga), demokrasi (sila keempat), dan keadilan
15
sosial (sila kelima). Dan dari berbagai macam rumusan Pancasila, yang sah dan benar
adalah rumusan Pancasila yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945 sesuai dengan
Ketetapan MPRS No.XX/MPRS/1966 dan Ketetapan MPRNo.III/MPR/2000.
Dalam kehidupan kebersamaan antar bangsa di dunia, dalam era globalisasi yang
harus diperhatikan, pertama, pemantapan jati diri bangsa. Kedua, pengembangan
prinsip-prinsip yang berbasis pada filosofi kemanusiaan dalam nilai-nilai Pancasila,
antara lain:
1. Perdamaian—bukan perang.
2. Demokrasi—bukan penindasan.
3. Dialog—bukan konfrontasi.
4. Kerjasama—bukan eksploitasi.
5. Keadilan—bukan standar ganda.
Namun saat ini betapa rapuhnya sistem dan penegakkan hukum (law enforcement) di
negeri ini dan karena itu merupakan salah satu kendala utama yang menghambat
kemajuan bangsa, sistem hukum yang masih banyak mengacu pada sistem hukum
kolonial, penegakkan hukum yang masih terkesan tebang pilih, belum konsisten
merupakan mega pekerjaan rumah serta jalan panjang yang harus ditempuh dalam
bidang hukum, Kepercayaan masyarakat terhadap supremasi hukum, termasuk
lembaga-lembaga penegak hukum, kian terpuruk . contohnya setelah putusan Kasasi
Akbar Tanjung, sebagian besar masyarakat menganggap putusan Mahkamah Agung
itu mengusik keadilan masyarakat sehingga menimbulkan rasa kekecewaan yang
sangat besar. Akibatnya, kini ada kecenderungan munculnya sinisme masyarakat
terhadap setiap gagasan dan upaya pembaharuan hukum yang dimunculkan oleh
negara maupun civil society.
Sesungguhnya, Pancasila bukan hanya sekadar fondasi nasional negara Indonesia,
tetapi berlaku universal bagi semua komunitas dunia internasional. Kelima sila dalam
Pancasila telah memberikan arah bagi setiap perjalanan bangsa-bangsa di dunia
dengan nilai-nilai yang berlaku universal. Tanpa membedakan ras, warna kulit, atau
agama, setiap negara selaku warga dunia dapat menjalankan Pancasila dengan teramat
mudah. Jika demikian, maka cita-cita dunia mencapai keadaan aman, damai, dan
sejahtera, bukan lagi sebagai sebuah keniscayaan, tetapi sebuah kenyataan. Karena
cita-cita Pancasila sangat sesuai dengan dambaan dan cita-cita masyarakat dunia.
16
E. Hambatan Dalam Melakukan Aktualisasi Pancasila
17
secara serius oleh seluruh komponen negeri ini, bukan tidak mungkin Negara
Kesatuan Republik Indonesia akan rontok Ideologinya oleh masyarakatnya sendiri.
Penyelenggaraan suatu kegiatan semacam Penataran P4 yang dilakukan kepada
berjuta-juta masyarakat negeri ini dengan berbagai macam pola pendukung itu,
ternyata tidak mampu menghasilkan manusia Indonesia seutuhnya seperti yang
diharapkan sebagai mana mestinya. Dampak dari kegiatan ini berimbas pada
munculnya persepsi masyarakat bahwa kegiatan penataran P4 adalah pekerjaan yang
sia-sia dan tidak ada gunanya, hanya membuang waktu dan tenaga saja, sehingga
lontaran pendapat yang ada ditengah masyarakat menganggapnya kegiatan penataran
P4 itu gagal total dan akibatnya kefatalan persepsi yang dilahirkan dalam pikiran
masyarakat terhadap Ideologi Pancasila selalu dengan sikap yang sinis dan mala
menjadi bahan tertawaan oleh masyarakat terhadap segala sesuatu yang berhubungan
dengan Pancasila. Padahal tujuan awal diadakannya penataran P4 adalah sangat baik,
karena hasilnya nanti diharapkan terlahir insan-insan negeri ini sejiwa dengan isi yang
ada di dalam ke lima sila dari Pancasila itu sendiri.
Dikarena dalam pengelolaan penyelengaraan Penataran P4 tidak benar dan terarah
serta penerimaannya dengan suatu hal keterpaksaan dari para pesertanya itu, maka
hasilnya tidak dapat diharapkan sebagaimana mestinya. Dampak dari hal ini maka
lahirlah sikap-sikap yang melenceng dari garis besar yang ada dalam kelima sila dari
Pancasila itu sendiri, hingga negeri ini memunculkan manusia-manusia yang berjiwa
korup, beringas, individualistik, materialis, kapitalis, hedonis serta faham-faham
melenceng dari makna-makna Pancasila hingga menimbulkan suatu krisis budaya.
Dari keadaan yang demikian itu, maka secara tidak langsung akan tercipta suatu
pembudayaan sikap yang memperburuk keadaan peradaban bangsa ini pada taraf yang
sangat memprihatinkan hingga melahirkan pembiadaban budaya. ”Ketika terjadi krisis
tentang jatidiri bangsa, maka masyarakat tidak peduli lagi tentang ideologi bangsanya,
karena dianggap tidak berpihak kepadanya dan mencoba mencari-cari ideologi lain
termasuk memuja-muja bangsa lain dari berbagai aspek yang mereka pahami dan
dengan serta merta caranya sendiri, mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari”
(Naya Sujana, 2008). Dalam situasi semacam ini masyarakat rawan denga tindakan-
tindakan ke arah negatif, hal tersebut disebabkan tidak adanya pegang hidup yang
kuat dalam dirinya, dan bukan tidak mungkin dapat kehilangan kendali diri hingga
berdampak pada lunturnya jatidiri bangsa. Seiring dengan kencangnya arus globalisasi
yang mengusung beragam ideologi dari dunia barat dengan intensitas tingginya
18
penyebaran dalam situs virtual digital, dimana keberadaannya sulit dibendung lagi
pergerakannya, secara berkala sedikit banyak mempengaruhi perilaku masyarakat
negeri ini lebih banyak ke arah negatifnya daripda ke arah positifnya. Dampak dari itu
semua telah terekam dalam realitas kehidupan di tengah masyarakat, atas
melencengnya perilaku dari masyarakat akibat pengaruh eksisnya budaya impor yang
telah mencuci otak penghuni bangsa ini hingga membuat lunturnya semangat
kebangsaan dan pemahaman ideologi bangsanya sendiri. Masyarakat negeri ini telah
termakan oleh beragam ideologi yang terbawa oleh kencangnya arus globalisasi
melanda negeri ini, dan tanpa sadar telah merubah pola pikir dan gaya hidup kearah
kebarat-baratan yang notabene sebagai bagian dari masyarakat lebih modern. Berapa
banyak negeri ini yang perilakunya jelas-jelas mengingkari dari nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila, dalam pikirannya seolah-olah Pancasila sebagai
penghambat modernisasi sehingga kalau diajak ngomong tentang Pancasila kupingnya
menjadi panas, matanya merah melotot menndakan sikap berontak dan pikirannya
bercampur baur penuh dengan ketidak jelasan hingga melahirkan sikap sinis
terhadapnya. Pancasila dihadapannya seolah-olah merupakan barang bekas, produk
gagal dan aliran rezim orde baru, sehingga masyarakat tak mau menanggapinya
bahkan timbul suatu kecenderungan untuk menjauhinya… gila…orang-orang yang
sudah termakan oleh provokasi atas eksisnya budaya impor…!. “Keadaan ini
disebabkan oleh kenyataan tidak dimaknainya secara benar tentang sistem nilai,
wawasan hidup dan sikap yang berlaku di masyarakat selama ini dan tidak
dibatinkannya pilar-pilar kebudayaan itu dalam diri setiap anggota masyarakat negeri
ini” (Kunjana Rahardi, 2000).
Nilai-nilai Pancasila yang bersumber pada hakikat Pancasila adalah bersifat universal,
tetap dan tak berubah. Nilai-nilai tersebut dapat dijabarkan dalam setiap aspek dalam
penyelenggaraan Negara dan dalam wujud norma-norma, baik norma hukum,
19
kenegaraan, maupun norma-norma moral yang harus dilaksanakan dan diamalkan
oleh setiap warga Negara Indonesia.
Dari kelima sila yang terkandung dalam pancasila teraktualisasi dalam kehidupan
bermasyarakat seperti :
20
Hal ini terbukti dari pembuktian masyarakat untuk memfilter budaya, merebut hak
bangsa yang terjajah oleh Negara lain dan saling melindungi antar msyarakat
Dari aktualisasi pancasila dalam kehidupan bermasyarakat tentu tidak semua perilaku
masyarakat sesuai dengan nilai nilai pancasila. Dalam implementasinya terjadi
degradasi nilai nilai pancasila. Masyarakat merukan elemen terpenting sebuah Negara
untuk mewujudkan tujuan Negara. Jika masyrakat tidak menggunakan pedomannya
dengan benar maka tujuan yang seharusnya bias dicapai akan sulit untuk di capai.
21
Berbagi permasalahan pokok negara terus – menerus muncul dan tantangan yang
dihadapi untuk mengatasinya pun tak kalah sulitnya. Upaya mengembangkan
masyarakat untuk memiliki perilaku dan sikap bertannggung jawab secara etis,
mengarahkan masyarakat menjadi masyarakat yang cerdas dan mandiri, menciptakan
system kehidupan yang tertib, aman, adil dan dinamis, serta system pendidikan
nasiaonal yang menunjang sosialisasi nilai – nilai Pancasila dan menginternalisasikan
ke dalam diri insan Indonesia
22
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan tersebut, dapat kita ambil beberapa kesimpulan dalam penulisan
makalah ini, yaitu;
23
6. Sasaran aktualisasi nilai-nilai Pancasila: a) elite politik, b) insan pers, c) anggota
legislatif, eksekutif, yudikatif pusat dan daerah, d) tokoh agama, pendidikan,
cendekiawan, pemuda, wanita, adat dan masyarakat, e) pengusaha, f) masyarakat
luas.
24
DAFTAR RUJUKAN
25