AKTUALISASI PANCASILA
Oleh:
Kelompok 7
Syukur alhamdulilah, kiranya tiada kata yang dapat diucapkan kecuali puji
syukur kehadirat Allah SWT yang selalu melindungi, mencurahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah yang berjudul “Aktualisasi
Pancasila” dapat diselesaikan dengan lancar.
2. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah
membantu kelancaran pembuatan makalah ini
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka makalah ini secara khusus membahas
permasalahan sebagai berikut:
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Maka pancasila merupakan intelligent choice karena mengatasi
keanekaragaman dalam masyarakat Indonesia dengan tetap toleran terhadap
adanya perbedaan.Penetapan Pancasila sebagai dasar negara tak hendak
menghapuskan perbedaan (indifferentism), tetapi merangkum semuanya dalam
satu semboyan empiris khas Indonesia yang dinyatakan dalam seloka “Bhinneka
Tunggal Ika”.
Mengenai hal itu pantaslah diingat pendapat Prof.Dr. Supomo: “Jika kita
hendak mendirikan Negara Indonesia yang sesuai dengan keistimewaan sifat dan
corak masyarakat Indonesia, maka Negara kita harus berdasar atas aliran pikiran
Negara (Staatside) integralistik … Negara tidak mempersatukan diri dengan
golongan yang terbesar dalam masyarakat, juga tidak mempersatukan diri dengan
golongan yang paling kuat, melainkan mengatasi segala golongan dan segala
perorangan, mempersatukan diri dengan segala lapisan rakyatnya …”
Penetapan Pancasila sebagai dasar negara itu memberikan pengertian
bahwa negara Indonesia adalah Negara Pancasila.Hal itu mengandung arti bahwa
negara harus tunduk kepadanya, membela dan melaksanakannya dalam seluruh
perundang-undangan. Mengenai hal itu, Kirdi Dipoyudo (1979:30) menjelaskan:
“Negara Pancasila adalah suatu negara yang didirikan, dipertahankan dan
dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan mengembangkan martabat
dan hak-hak azasi semua warga bangsa Indonesia (kemanusiaan yang adil dan
beradab), agar masing-masing dapat hidup layak sebagai manusia,
mengembangkan dirinya dan mewujudkan kesejahteraannya lahir batin selengkap
mungkin, memajukan kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan lahir batin seluruh
rakyat, dan mencerdaskan kehidupan bangsa (keadilan sosial).”
Pandangan tersebut melukiskan Pancasila secara integral (utuh dan
menyeluruh) sehingga merupakan penopang yang kokoh terhadap negara yang
didirikan di atasnya, dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk
melindungi dan mengembangkan martabat dan hak-hak azasi semua warga bangsa
Indonesia.Perlindungan dan pengembangan martabat kemanusiaan itu merupakan
kewajiban negara, yakni dengan memandang manusia qua talis, manusia adalah
manusia sesuai dengan principium identatis-nya.
4
Pancasila seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 dan
ditegaskan keseragaman sistematikanya melalui Instruksi Presiden No.12 Tahun
1968 itu tersusun secara hirarkis-piramidal. Setiap sila (dasar/ azas) memiliki
hubungan yang saling mengikat dan menjiwai satu sama lain sedemikian rupa
hingga tidak dapat dipisah-pisahkan. Melanggar satu sila dan mencari
pembenarannya pada sila lainnya adalah tindakan sia-sia.Oleh karena itu,
Pancasila pun harus dipandang sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh, yang
tidak dapat dipisah-pisahkan. Usaha memisahkan sila-sila dalam kesatuan yang
utuh dan bulat dari Pancasila akan menyebabkan Pancasila kehilangan esensinya
sebagai dasar negara.
Sebagai alasan mengapa Pancasila harus dipandang sebagai satu kesatuan
yang bulat dan utuh ialah karena setiap sila dalam Pancasila tidak dapat
diantitesiskan satu sama lain. Secara tepat dalam Seminar Pancasila tahun 1959,
Prof. Notonagoro melukiskan sifat hirarkis-piramidal Pancasila dengan
menempatkan sila “Ketuhanan Yang Mahaesa” sebagai basis bentuk piramid
Pancasila. Dengan demikian keempat sila yang lain haruslah dijiwai oleh sila
“Ketuhanan Yang Mahaesa”. Secara tegas, Dr. Hamka mengatakan: “Tiap-tiap
orang beragama atau percaya pada Tuhan Yang Maha Esa, Pancasila bukanlah
sesuatu yang perlu dibicarakan lagi, karena sila yang 4 dari Pancasila sebenarnya
hanyalah akibat saja dari sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.”
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa Pancasila sebagai dasar negara
sesungguhnya berisi:
5
3. Persatuan Indonesia, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa, yang ber-
Kemanusiaan yang adil dan beradab, ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, dan ber-
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan, yang ber-Ketuha nan yang mahaesa, yang
ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Persatuan Indonesia,
dan ber-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, yang ber-Ketuhanan yang
mahaesa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-
Persatuan Indonesia, dan ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan.
6
bidang aktualisasi lainnya.Seperti politik, ekonomi, hokum terutama dalam
penjabaran kedalam undang-undang, garis-garis besar haluan Negara, hankam,
pendidikan maupun bidang kenegaraan lainnya.
B. Aktualisasi Subjektif
Aktualisasi Pancasila yang subyektif adalah aktualisasi pancasila pada
setiap individu terutama dalam aspek moral dalam kaitannya dengan hidup
Negara dan masyarakat. Aktualisasi yang subjektif tersebut tidak terkecuali baik
warga Negara biasa, aparat pentelenggara Negara, penguasa Negara, terutama
kalangan elit politik dalam kegiatan politik, maka dia perlu mawas diri agar
memiliki moral ketuhanan dan kemanusiaan sebagaimana terkandung dalam
pancasila.
Aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara memerlukan kondisi dan iklim yang memungkinkan
segenap lapisan masyarakat yang dapat mencerminkan nilai-nilai Pancasila itu
dan dapat terlihat dalam perilaku. Perpaduan ciri tersebut di dalam kehidupan
kampus melahirkan gaya hidup tersendiri yang merupakan variasi dari corak
kehidupan yang menjadikan kampus sebagai pedoman dan harapan masyarakat.
7
Peningkatan peranan Perguruan Tinggi sebagai satuan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan tinggi dalam usaha pembangunan selain diarahkan
untuk menjadikan Perguruan Tinggi sebagai pusat pemeliharaan dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni, juga mendidik
mahasiswa untuk berjiwa penuh pengabdian serta memiliki tanggung jawab yang
besar pada masa depan bangsa dan Negara, serta menggiatkan mahasiswa,
sehingga bermanfaat bagi usaha pembangunan nasional dan pengembangan
daerah.
Perlu diketahui, bahwa pendidikan tinggi sebagai institusi dalam
masarakat bukanlah merupakan menara gading yang jauh dari kepentingan
masyarakat, melainkan senantiasa mengembangkan dan mengabdi kepada
masarakat. Maka menurut PP. No. 60 Th. 1999, bahwa Perguruan Tinggi
mempunyai 3 tugas pokok, yaitu:
1. Pendidikan tinggi
2. Penelitian
3. Pengabdian terhadap masyarakat
Jadi, di Perguruan Tinggi atau yang biasa disebut dengan kampus, tidak
hanya mengajar akan tetapi mendidik. Dimana dengan didikan tersebut
mahasiswa akan lebih didampingi baik secara intelektual dan emosional. Contoh
umumnya adalah bagaimana cara mahasiswa bergaul dalam sehari-hari mereka
dengan berpedoman pada pancasila.
8
kemajuan ilmu dan teknologi, serta mendorong berkembangnya sikap mencintai
seni.
Perguruan tinggi sebagai suatu institusi dalam masyarakat memiliki cirri
khas tersendiri disamping lapisan-lapisan masyarakat lainnya.Warga dari suatu
perguruan tinggi adalah insane-insan yang memiliki wawasan dan integritas
ilmiah.Oleh karena itu masyarakat akademik harus senantiasa mengembangkan
budaya ilmiah yang merupakan esensi pokok dari aktivitas perguruan
tinggi.Terdapat sejumlah cirri masyarakat ilmiah sebagai budaya akademik.Yaitu,
1.kritis 2. kreatif 3. objektif 4. analitis 5. konstruktif 6. dinamis 7. dialogis 8.
menerima kritik 9. menghargai prestasi ilmiah/akademik 10. bebas dari prasangka
11. menghargai waktu 12. memiliki dan menjunjung tinggi tradisi ilmiah 13.
berorientasi ke masadepan 14. kesejawatan/kemitraan (PPMB 1990 II-2).
Masyarakat ilmiah inilah yang harus dikembangkan dan merupakan budaya dari
suatu masyarakat akademik.
9
A. Kampus Sebagai Sumber Pengembangan Hukum
Dalam rangka bangsa Indonesia melaksanakan reformasi dewasa ini suatu
agenda yang sangat mendesak untuk mewujudkan adalah reformasi dalam bidang
hukum dan peraturan perundang- undangan. Negara indonesia adalah negara yang
berdasarkan hukum, oleh karena itu dalam rangka melakukan penataan Negara
untuk mewujudkan masyarakat yang demokratis maka harus menegakkan
supremasi hukum. Agenda reformasi yang pokok untuk segera direalisasikan
adalah untuk melakukan reformasi dalam bidang hukum. Konsekuensinya dalam
mewujudkan suatu tatanan hukum yang demokratis, maka harus dilakukan
pengembangan hukum positif.
Sesuai dengan tatib hukum Indonesia dalam rangka pengembangan hukum
harus sesuai dengan tatib hukum Indonesia. Berdasarkan tatib hukum Indonesia
maka dalam pengembangan hukum positif Indonesia, maka falsafah negara
merupakan sumber materi dan sumber nilai bagi pengembangan hukum. Hal ini
berdasarkan Tap No. XX/MPRS/1966, dan juga Tap No. III/MPR/2000. namun
perlu disadari, bahwa yang dimaksud dengan sumber hukum dasar nasional,
adalah sumber materi dan nilai bagi penyusunan peraturan perundang-undangan
di Indonesia. Dalam penyusunan hukum positif di Indonesia nilai pancasila
sebagai sumber materi, konsekuensinya hukum di Indonesia harus bersumber
pada nilai-nilai hukum Tuhan (sila I), nilai yamh terkandung pada harkat,
martabat dan kemanusiaan seperti jaminan hak dasar (hak asasi) manusia (sila II),
nilai nasionalisme Indonesia (sila III), nilai demokrasi yang bertumpu pada rakyat
sebagai asal mula kekuasaan negara (sila IV), dan nilai keadilan dalam kehidupan
kenegaraan dan kemasyarakatan (sila V).
Selain itu, tidak kalah pentingnya dalam penyusunan dan pengembangan
hukum aspirasi dan realitas kehidupan masyarakat serta rakyat adalah merupakan
sumber materi dalam penyusunan dan pengembangan hukum.
B. Kampus Sebagai Kekuatan Moral Pembangunan Hak Asasi Manusia
Dalam penegakan hak asasi manusia tersebur, mahasiswa sebagai
kekuatan
10
moral harus bersikap obyektif, dan benar-benar berdasarkan kepentingan moral
demi harkat dan martabat manusia, bukan karena kepentingan politik terutama
kepentingan kekuasaan politik dan konspirasi kekuatan internasional yang ingin
menghancurkan negara Indonesia. Perlu kita sadari bahwa dalam penegakan hak
asasi tersebut, pelanggaran hak asasi dapat dilakukan oleh seseorang, kelompok
orang termasuk aparat negara, penguasa negara baik disengaja ataupun tidak
disengaja (UU. No. 39 Tahun 1999).
Dasawarsa ini, kita melihat dalam menegakkan hak asasi seringkali kurang
adi. Misalnya kasus pelanggaran di Timur-timur, banyak kekuatan yang mendesak
untuk mengusut dan mernyeret bangsa sendiri ke Mahkamah Internasional.
Namun, ratusan ribu rakyat kita. Seperti korban kerusuhan Sambas, Sampit, Poso
dan lainnya tidak ada kelompok yang mau memperjuangkannya. Padahal hak
asasi mereka sudah diinjak-injak, jelaslah kejadian serta menderitanya mereka
sama. Akan tetapi tetap tidak ada yang mau menolong.
Jadi, marilah kita sebagai mahasiswa pencetus terjadinya reformasi, mari
kita tujukan pada dunia bahwa kita mampu dalam merealisasikan semua cita-cita
dan tujuan dasar dari reformasi. Akan tetapi disamping itu, perlu kita sadari juga
bahwasanya kita merupakan mahasiswa sebagai tonggak dari penjunjung tinggi
hak asasi manusi masihlah belum maksimal kinerjanya untuk hal yang disebutkan
diatas. Maka, dari detik ini. Kita sebagai generasi bangsa haruslah benar-benar
menanamkan nilai-nilai pancasila dalam setiap prilaku kita. Dimanapun, dan pada
siapapun.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pancasila sebagai paradigma pembangunan merupakan suatu sumber nilai,
kerangka piker, model, orientasi dasar, sumber asas serta arah dan tujuan
pembangunan.Yang meliputi pembangunan politik, IPTEK, pengembangan
bidang politik, poembangunan ekonomi, pembangunan social budaya,
pengembangan hankam, pembangunan pertahanan keamanan, dan sebagai
reformsi, baik itu reformasi hukum ataupun reformasi politik.Semuanya ditujukan
untuk membuat menjadikan bangsa yang semakin berkembang dan masyarakat
yang semakin mapan.
Pancasila sebagai aktualisasi diri yang berarti betul-betul ada, terjadi atau
sesungguhnya.Sehingga terbentuklah aktualisasi objektif dan subjektif.Aktualisasi
Pancasila yang objektif adalah pelaksanaan Pancasila dalam bentuk realisasi
dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, baik di bidang legislatif, eksekutif,
yudikatif maupun semua bidang kenegaraan lainnya.Aktualisasi Pancasila yang
subyektifadalah pelaksanaan dalam sikap pribadi, perorangan, setiap warga
negara, setiap individu, setiap penduduk, setiap penguasa, dan setiap orang
Indonesia.
Aktualisasi diripun meliputi mencakup dalam tridarma perguruan tinggi,
budaya akademik dan lingkungan kampus sebagai moral force pengembangan
hukum dan HAM, yang mencerminkan bahwa aktualisasi diri itupun benar-benar
ada dan terjadi disekitar kita. Terrmasuk dalam lingkungan kampus.
3.2 Saran
Sebelum kita terlampau melangkah jauh, menyisakan jejak yang tidak
pantas bagi seorang mahasiswa.Marilah kita kembali pahami arti dari keberadaan
pancasila itu sendiri. Serta kita harus sadar diri, bahwa kitalah yang akan
memegang Negara kita ini. Maka dari itu, mulai saat ini, biasakanlah berprilaku,
bertindak bahkan menganbil keputusan dengan jiwa pancasila kita. Karena dengan
12
itulah, akan terwujud bangsa yang makmur serta tujuan Negara akan mudah
dicapai.
13
DAFTAR PUSTAKA
14