Anda di halaman 1dari 16

PANCASILA MENJADI DASAR NEGARA

REPUBLIK INDONESIA

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Pancasila
Dosen Pengampu : Mulkam

Anggota :

1. Mahesa (2110010062)
2. Ramadhani (2110010090)
3. Muhammad Faishal (2110010094)
4. Masuti (2110010098)

Kelas 2E

PROGRAM STUDI TEKHNIK INFORMATIKA


UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD AL
BANJARI

2022
KATA PENGANTAR
Pertama – tama kami mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia”
ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas dari Bapak Raharjo, S.Pd., M.Sc pada mata kuliah Pancasila,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Raharjo, selaku dosen mata kuliah
Pancasila yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
kami pada khususnya, kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata kami sampaikan
terima kasih.

Banjarmasin, 27 Maret 202

i
Referens

i
KATA PENGANTAR................................................................................................i

BAB I.............................................................................................................................1

PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG............................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................2

C. TUJUAN................................................................................................................2

D. MANFAAT...........................................................................................................2

BAB II.......................................................................................................................3

PEMBAHASAN........................................................................................................3

A. Menelusuri Konsep Negara, Tujuan Negara dan Urgensi Dasar Negara.............3

1. Menelusuri konsep negara.....................................................................................3

2. Menelusuri Konsep dan Urgensi Dasar Negara....................................................3

B. Menggali Sumber Yuridis, Historis, Sosiologis, dan Politis tentang Pancasila


sebagai Dasar Negara................................................................................................4

C. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai


Dasar Negara.............................................................................................................6

D. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara...............7

E. Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara Untuk memahami urgensi Pancasila


sebagai dasar..............................................................................................................8

F. Fungsi dan Kedudukan Pancasila..........................................................................8

1. Hubungan Pancasila dengan Proklamasi Kemerdekaan RI...................................8

A. Bidang politik.......................................................................................................9

B. Bidang Ekonomi.................................................................................................10

C. Bidang sosial Budaya..........................................................................................10

D. Bidang Hankam..................................................................................................10

BAB III....................................................................................................................12

PENUTUP...............................................................................................................12

A. KESIMPULAN.............................................................................................12

B. SARAN.........................................................................................................12

Referensi......................................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pancasila secara etimologis berasal dari bahasa Sansakerta, “Panca” yang artinya adalah
lima, dan “Syla” yang berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan
kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila juga
merupakan buah pikiran, musyawarah, dan mufakat yang dilakukan para tokoh penting
pada masa perjuangan kemerdekaan.

Dalam Pancasila, ada lima sila atau pedoman yang perlu diketahui. Kelima prinsip yang
ada dalam Pancasila tersebut kali pertama dicetuskan oleh Presiden RI, Soekarno, pada 1
Juni 1945. Adapun lima prinsip yang dijadikan sila dalam Pancasila tersebut ialah
Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia mempunyai arti bahwa Pancasila
menjadi sumber nilai, norma, dan kaidah bagi segala peraturan hukum dan perundang-
undangan yang dibuat dan berlaku di Indonesia. Hal itu berarti peraturan dan hukum yang
berlaku harus bersumber pada Pancasila. Baik yang tertulis (UUD) maupun yang tak
tertulis (konvensi). Sebagai dasar negara, secara hukum Pancasila memiliki kekuatan
mengikat semua Warga negaranya. Pengertian mengikat ialah bahwa ketentuan mengenai
pembuatan segala peraturan dan hukum untuk bersumber pada Pancasila bersifat wajib dan
imperatif. Dengan kata lain, tidak boleh ada satu pun peraturan atau hukum di Indonesia
yang bertentangan dengan Pancasila.

Dari mempelajari bab ini, diharapkan para mahasiswa dapat mengetahui atau memahami
konsep, hakikat, dan pentingnya pancasila sebagai dasar negara, ideologi negara, atau dasar
filsafat negara Republik Indonesia dalam kehidupan bernegara. Kita sebagai generasi
muda seharusnya berpartisipasi atau berjuang untuk mewujudkan tujuan negara
berdasarkan pancasila. Agar partisipasi kita di masa yang akan datang efektif, maka perlu
perluasan dan pendalaman wawasan akademik mengenai dasar negara melalui mata kuliah
pendidikan pancasila.

1
B. RUMUSAN MASALAH
Setelah menyusun latar belakang makalah, kami memiliki beberapa rumusan masalah yang
relevan untuk dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1. Memahami Bagaimana Konsep Negara, Tujuan Negara dan Urgensi Dasar Negara ?
2. Mengapa Pancasila Diperlukan dalam Kajian sebagai Dasar Negara ?
3. Bagaimana Sumber Yuridis, Historis, Sosiologis, dan Politis tentang Pancasila sebagai Dasar
Negara ?
4. Bagaimana Cara Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai
Dasar Negara ?
5. Bagaimana Cara Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara?

C. TUJUAN
Dari rumusan masalah diatas, kami memiliki beberapa tujuan yang kami muat, yaitu:
- Mengetahui konsep negara, tujuan negara dan urgensi pancasila
- Memahami pentingnya pancasila sebagai dasar negara
- Mengetahui sumber yuridis, historis, sosiologis, dan politis tentang pancasila sebagai dasar
negara
- Memahami cara membangun argumen tentang dinamika dan tantangan pancasila sebagai
dasar negara
- Mengetahui cara mendeskripsikan esensi dan urgensi pancasila sebagai dasar negara

D. MANFAAT
1. Sebagai ideologi negara
2. Mengatur penyelenggaraan negara
3. Menguatkan kepribadian bangsa
4. Menjadi pandangan hidup bangsa
5. Sebagai sumber hukum

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Menelusuri Konsep Negara, Tujuan Negara dan Urgensi Dasar Negara
1. Menelusuri konsep negara
Apakah Anda pernah mendengar istilah Homo Faber, Homo Socius, Homo
Economicus , dan istilah Zoon Politicon? Istilah-istilah tersebut mengisyaratkan bahwa
interaksi antarmanusia dapat dimotivasi oleh sudut pandang, kebutuhan, atau kepentingan
masing-masing. Akibatnya, pergaulan manusia dapat bersamaan (sejalan), berbeda, atau
bertentangan satu sama lain, bahkan meminjam istilah Thomas Hobbes manusia yang satu
dapat menjadi serigala bagi yang lain (homo homini lupus). Oleh karena itu, agar tercipta
kondisi yang harmonis dan tertib dalam memenuhi kebutuhannya, dalam memperjuangkan
kesejahteraannya, manusia membutuhkan negara. Apakah negara itu? Menurut Diponolo
(1975: 23-25) negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang berdaulat yang dengan tata
pemerintahan melaksanakan tata tertib atas suatu umat di suatu daerah tertentu. Sejalan
dengan pengertian negara tersebut, Diponolo menyimpulkan 3 (tiga) unsur yang lazim
disebut sebagai unsur konstitutif, yaitu:
a. Unsur tempat, atau daerah, wilayah atau territoir
b. Unsur manusia, atau umat (baca: masyarakat), rakyat atau bangsa
c. Unsur organisasi, atau tata kerjasama, atau tata pemerintahan. Berbicara tentang negara dari
perspektif tata negara paling tidak dapat dilihat dari 2 (dua) pendekatan, yaitu:
a. Negara dalam keadaan diam, yang fokus pengkajiannya terutama kepada bentuk dan struktur
organisasi negara
b. Negara dalam keadaan bergerak, yang fokus pengkajiannya terutama kepada mekanisme
penyelenggaraan lembaga-lembaga negara, baik di pusat maupun di daerah. Pendekatan ini juga
meliputi bentuk pemerintahan seperti apa yang dianggap paling tepat untuk sebuah Negara. Dasar
negara akan menentukan bentuk negara, bentuk dan sistem pemerintahan, dan tujuan negara yang
ingin dicapai, serta jalan apa yang ditempuh untuk mewujudkan tujuan suatu negara. 2.
Menelusuri Konsep Tujuan Negara Para ahli berpendapat bahwa amuba atau binatang bersel
satu pun hidupnya memiliki tujuan, apalagi manusia pasti memiliki tujuan hidup. Demikian pula,
suatu bangsa mendirikan negara, pasti ada tujuan untuk apa negara itu diidirikan. Secara teoretik,
ada beberapa tujuan negara diantaranya:
1. Kekuatan, kekuasaan dan kebesaran/keagungan
2. Kepastian hidup, keamanan, dan ketertiban
3. Kemerdekaan
4. Keadilan
5. Kesejahteraan dan kebahagiaan hidup Tujuan negara Republik Indonesia apabila disederhanakan
dapat dibagi 2 (dua), yaitu mewujudkan kesejahteraan umum dan menjamin keamanan seluruh
bangsa dan seluruh wilayah negara. Oleh karena itu, pendekatan dalam mewujudkan tujuan negara
tersebut dapat dilakukan dengan 2 (dua) pendekatan yaitu:
a. Pendekatan kesejahteraan (prosperity approach)

3
b. Pendekatan keamanan (security approach)
2. Menelusuri Konsep dan Urgensi Dasar Negara
Secara etimologis, istilah dasar negara maknanya identik dengan istilah Grundnorm
(norma dasar), rechtsidee (cita hukum), staatsidee (cita negara), philosophische grondslag
(dasar filsafat negara). Secara terminologis atau secara istilah, dasar negara dapat diartikan
sebagai Landasan dan sumber dalam membentuk dan menyelenggarakan negara. Dasar
negara juga dapat diartikan sebagai sumber dari segala sumber hukum negara.
Dasar negara merupakan suatu norma dasar dalam penyelenggaraan bernegara
yang menjadi sumber dari segala sumber hukum sekaligus sebagai cita hukum
(rechtsidee), baik tertulis maupun tidak tertulis dalam suatu negara. Cita hukum ini akan
mengarahkan hukum pada cita-cita bersama dari masyarakatnya. Cita-cita ini
mencerminkan kesamaan-jesamaan kepentingan di antara sesama warga masyarakat
Prinsip bahwa norma hukum itu bertingkat dan berjenjang, termanifestasikan dalam
Undang- Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan yang tercermin pada pasal 7 yang menyebutkan jenis dan hierarki Peraturan
Perundang-undangan, yaitu sebagai berikut:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
B. Menggali Sumber Yuridis, Historis, Sosiologis, dan Politis tentang Pancasila sebagai Dasar
Negara
1. Sumber Yuridis Pancasila sebagai Dasar Negara Secara yuridis ketatanegaraan, Pancasila
merupakan dasar negara Republik Indonesia sebagaimana terdapat pada Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yang kelahirannya ditempa dalam proses
kebangsaan Indonesia. Melalui Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
sebagai payung hukum, Pancasila perlu diaktualisasikan agar dalam praktik berdemokrasinya tidak
kehilangan arah dan dapat meredam konflik yang tidak produktif (Pimpinan MPR dan Tim Kerja
Sosialisasi MPR periode 2009--2014, 2013: 89). Tidak hanya itu, serta ditegaskan dalam Undang-
Undang No 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Perundang- undangan bahwa Pancasila ialah
sumber dari segala sumber hukum negeri. Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum negeri, ialah sesuai dengan Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945, bahwa Pancasila ditempatkan sebagai dasar serta pandangan hidup negara dan sekaligus
dasar filosofis bangsa serta negara sehingga tiap modul muatan peraturan perundang- undangan
tidak boleh berlawanan dengan nilai- nilai yang 86 tercantum dalam Pancasila (Pimpinan MPR dan
Tim Kerja Sosialisasi MPR periode 2009-2014, 2013: 90-91)
2. Sumber Historis Pancasila sebagai Dasar Negara Dalam persidangan yang diselenggarakan guna

4
mempersiapkan Indonesia merdeka, Radjiman meminta kepada anggotanya untuk memastikan dasar
negara. Sebelumnya, Muhammad Yamin serta Soepomo mengungkapkan pemikirannya mengenai
dasar negara. Setelah itu dalam pidato 1 Juni 1945, Soekarno menyebut dasar negara dengan
menggunakan bahasa Belanda, Philosophische grondslag bagi Indonesia merdeka. Philosophische
grondslag itulah fundamen, filsafat, benak yang sedalam- dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam-
dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia merdeka. Soekarno pula menyebut dasar
negara dengan sebutan„ Weltanschauung‟ atau pandangan dunia (Bahar, Kusuma, dan Hudawaty,
1995: 63, 69, 81; dan Kusuma, 2004: 117, 121, 128, 129). Selain pengertian yang diungkapkan oleh
Soekarno, “dasar negara” dapat disebut pula “ideologi negara”, seperti dikatakan oleh Mohammad
Hatta: “Pembukaan UUD, karena memuat di dalamnya Pancasila sebagai ideologi negara, beserta
dua pernyataan lainnya yang menjadi bimbingan pula bagi politik negeri seterusnya, dianggap sendi
daripada hukum tata negara Indonesia. Undang-undang ialah pelaksanaan daripada pokok itu dengan
Pancasila sebagai penyuluhnya, adalah dasar mengatur politik negara dan perundang-undangan
negara, supaya terdapat Indonesia merdeka seperti dicita-citakan: merdeka, bersatu, berdaulat, adil
dan makmur”. Pancasila dijadikan sebagai dasar negara, yaitu sewaktu ditetapkannya Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 pada 8 Agustus 1945. Pada
mulanya, pembukaan direncanakan pada tanggal 22 Juni 1945, yang terkenal dengan Jakarta-charter
(Piagam Jakarta), tetapi Pancasila telah lebih dahulu diusulkan sebagai dasar filsafat negara
Indonesia merdeka yang akan didirikan, yaitu pada 1 Juni 1945, dalam rapat Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Terkait dengan hal tersebut, Mahfud MD (2009:14)
menyatakan bahwa berdasarkan penjelajahan historis diketahui bahwa Pancasila yang berlaku
sekarang merupakan hasil karya bersama dari berbagai aliran politik yang ada di BPUPKI, yang
kemudian disempurnakan dan disahkan oleh PPKI pada saat negara didirikan
3. Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Dasar Negara Secara ringkas, Latif (Pimpinan MPR dan
Tim Kerja Sosialisasi MPR periode 2009--2014, 2013) menguraikan pokok-pokok moralitas dan
haluan kebangsaan- kenegaraan menurut alam Pancasila sebagai berikut. Pertama, nilai-nilai
ketuhanan (religiusitas) sebagai sumber etika dan spiritualitas (yang bersifat vertical transcendental)
dianggap penting sebagai fundamental etika kehidupan bernegara. Sebagai negara yang dihuni oleh
penduduk dengan multiagama dan multikeyakinan, negara Indonesia diharapkan dapat mengambil
jarak yang sama, melindungi terhadap semua agama dan keyakinan serta dapat mengembangkan
politiknya yang dipandu oleh nilai – nilai agama. Kedua, nilai- nilai kemanusiaan universal yang
bersumber dari hukum Tuhan, hukum alam, serta sifat- sifat sosial( bersifat horizontal) dianggap
penting sebagai fundamental etika- politik kehidupan bernegara dalam pergaulan dunia. Prinsip
kebangsaan yang luas menuju pada persaudaraan dunia yang dikembangkan lewat jalur
eksternalisasi serta internalisasi Ketiga, nilai-nilai etis kemanusiaan harus mengakar kuat dalam
lingkungan pergaulan kebangsaan yang lebih dekat sebelum menjangkau pergaulan dunia yang lebih
jauh. Indonesia memiliki prinsip dan visi kebangsaan yang kuat, bukan saja dapat mempertemukan
kemajemukan masyarakat dalam kebaruan komunitas politik bersama, melainkan juga mampu
memberi kemungkinan bagi keragaman komunitas untuk tidak tercerabut dari akar tradisi dan
kesejarahan masing-masing. Keempat, nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, dan nilai serta cita- cita

5
kebangsaan itu dalam aktualisasinya harus menjunjung tinggi kedaulatan rakyat yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan. Dalam prinsip musyawarahmufakat, keputusan tidak didikte oleh kalangan
mayoritas maupun kekuatan minoritas elit politik serta pengusaha, namun dipimpin oleh
hikmat/kebijaksanaan yang memuliakan daya- daya rasionalitas deliberatif dan kearifan tiap
masyarakat tanpa pandang bulu. Kelima, nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai dan cita
kebangsaan serta demokrasi permusyawaratan itu memperoleh artinya sejauh dalam mewujudkan
keadilan social. Keseimbangan antara peran manusia sebagai makhluk individu dan peran manusia
sebagai makhluk sosial, juga antara pemenuhan hak sipil, politik dengan hak ekonomi, sosial dan
budaya.
4. Sumber Politis Pancasila sebagai Dasar Negara Dalam Pasal 1 ayat (2) dan di dalam Pasal 36A jo.
Pasal 1 ayat (2) UUD 1945, terkandung makna bahwa Pancasila menjelma menjadi asas dalam
sistem demokrasi konstitusional. Konsekuensinya, Pancasila menjadi landasan etik dalam kehidupan
politik bangsa Indonesia. Selain itu, bagi warga negara yang berkiprah dalam suprastruktur politik
(sektor pemerintah), yaitu lembaga-lembaga negara dan lembaga-lembaga pemerintahan, baik di
pusat maupun di daerah, Pancasila merupakan norma hukum dalam memformulasikan dan
mengimplementasikan kebijakan publik yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Pancasila
menjadi kaidah penuntun dalam setiap aktivitas sosial politiknya. Dengan demikian, sektor
masyarakat akan berfungsi memberikan masukan yang baik kepada sektor pemerintah dalam sistem
politik, diharapkan akan terwujud clean government dan good governance demi terwujudnya
masyarakat yang adil dalam kemakmuran dan masyarakat yang makmur dalam keadilan.
C. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Dasar Negara
1. Argumen tentang Dinamika Pancasila Dinamika Pancasila sebagai dasar negara dalam sejarah
bangsa Indonesia memperlihatkan adanya pasang surut dalam pelaksanaan nilai-nilai Pancasila.
Pada 1 Juni 1945, Pancasila disuarakan menjadi dasar negara dan diresmikan pada 18 Agustus 1945
dengan dimasukkannya sila-sila Pancasila dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945. Pada saat berdirinya negara Republik Indonesia yang ditandai
dengan dibacakannya teksProklamasi pada 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia sepakat pengaturan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
Namun, sejak November 1945 sampai menjelang ditetapkannya Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959,
pemerintah Indonesia mempraktikkan sistem demokrasi liberal. Setelah dilaksanakan Dekrit
Presiden, Indonesia kembali diganggu dengan munculnya paham lain. Pada masa pemerintahan
Presiden Soeharto Pancasila diletakkan pada kedudukan yang sangat kuat melalui TAP MPR No.
II/1978 tentang pemasyarakatan P-4. Pada masa Soeharto ini pula, ideologi Pancasila menjadi asas
tunggal bagi semua organisasi politik (Orpol) dan organisasi masyarakat (Ormas). Pada tahun 1998
muncul gerakan reformasi yang mengakibatkan Presiden Soeharto menyatakan berhenti dari jabatan
Presiden. Namun, sampai saat ini nampaknya reformasi belum secara konsekuen mengamalkan
Pancasila oleh seluruh elemen bangsa. Pada tahun 2004 sampai sekarang, berkembang gerakan para
akademisi dan pemerhati serta pencinta Pancasila yang kembali menyuarakan Pancasila sebagai
dasar negara melalui berbagai kegiatan seminar dan kongres. Hal tersebut ditujukan untuk
mengembalikan eksistensi Pancasila dan membudayakan nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan

6
hidup bangsa serta menegaskan Pancasila sebagai dasar negara guna menjadi sumber hukum dalam
penyelenggaraan pemerintahan negara.
2. Argumen tentang Tantangan terhadap Negara Pancasila harus senantiasa menjadi benteng moral
dalam menjawab tantangan-tantangan terhadap unsur-unsur kehidupan bernegara, yaitu sosial,
politik, ekonomi, budaya, dan agama. yaitu munculnya paham-paham yang bersandar pada otoritas
materi, seperti liberalisme, kapitalisme, komunisme, sekularisme, pragmatisme, dan hedonisme,
yang menggerus kepribadian bangsa yang berkarakter nilai-nilai Pancasila. Hal ini dapat dilihat
dengan jelas, betapa paham-paham tersebut telah masuk lebih jauh dalam kehidupan bangsa
Indonesia sehingga melupakan kultur bangsa Indonesia yang memiliki sifat religius, santun, dan
gotong- royong. Tantangan yang melanda bangsa Indonesia sebagaimana tersebut di atas, maka
dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a. Dilihat dari kehidupan masyarakat, terjadi kegamangan dalam kehidupan bernegara dalam era
reformasi ini karena perubahan sistem pemerintahan yang begitu cepat termasuk digulirkannya
otonomi daerah yang seluas-luasnya, di satu pihak, dan di pihak lain, masyarakat merasa bebas tanpa
tuntutan nilai dan norma dalam kehidupan bernegara. Akibatnya, sering ditemukan perilaku
anarkisme yang dilakukan oleh elemen masyarakat terhadap fasilitas publik dan aset milik
masyarakat lainnya yang dipandang tidak cocok dengan paham yang dianutnya.
b. Dalam bidang pemerintahan, banyak muncul di ranah publik aparatur pemerintahan, baik sipil
maupun militer yang kurang mencerminkan jiwa kenegarawanan.
Terdapat fenomena perilaku aparatur yang aji mumpung atau mementingkan kepentingan
kelompoknya saja. Hal tersebut perlu segera dicegah dengan cara meningkatkan efektivitas
penegakan hukum dan melakukan upaya secara masif serta sistematis dalam membudayakan nilai-
nilai Pancasila bagi para aparatur negara. Oleh karena itu, seluruh elemen masyarakat harus bahu-
membahu merespon secara serius dan bertanggung jawab guna memperkokoh nilai-nilai Pancasila
sebagai kaidah penuntun bagi setiap warga negara, baik bagi masyarakat maupun pemerintahan.
Dengan demikian, integrasi nasional diharapkan semakin kokoh dan secara bertahap bangsa
Indonesia dapat mewujudkan cita-cita dan tujuan negara yang menjadi idaman seluruh lapisan
masyarakat.
D. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara
1. Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara
a. Esensi Pancasila sebagai Dasar Negara Sebagaimana dipahami bahwa Pancasila secara legal
formal telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar dan ediologi negara Indonesia sejak 18 Agustus
1945. Mahfud M.D (2009:16-17) menegaskan bahwa penerimaan Pancasila sebagai dasar negara
membawa konsekuensi diterima dan berlakunya kaidah-kaidah penuntun dalam pembuatan
kebijakan negara terutama dalam politik hukum nasional Dan lebih lanjut . Dalam pembuatan politik
hokum atau kebijakan negara lainnya ,sebagai berikut;
1. Kebijakan umum dan politik hukum harus tetap menjaga integrasi atau keutuhan bangsa
2. Kebijakan umum dan politik hukum haruslah didasarkan pada upaya membangun demokrasi
dan nomokrasi sekaligus
3. Kebijakan umum dan politik hokum haruslah didasarkan pada upaya mmembangun keadillan

7
social bagi seluruh rakyat Indonesia.
4. Kebijakan umum dan pilotik hokum haruslah didasarkan pada prinsip toleransi beragama yang
berkeadaban. Pancasila sebagai dasar negara menurut pasal 2 undang-undang repuublik Indonesia
nomor 12 tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang-undangan merupakan sumber dari
segala sumber hukum negara. Pancasila adalah subtansi esensial yang mendapatkan kedudukan
formal yuridis dalam pembukuan undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945.Rumusan Pancasila sebagai dasar negara sebagaimana terdapat dalam undang-undang 1945.
Perumusan pacasila yang menyimpang dari pembukaan secara jelas merupakan perubahan secara
tidak sah atas pembukaan undang-undang RI Tahun 1945. Kedudukan Pancasila sebagai dasar
negara:
1. Pancasila sebagai dasar negara adalah sumber dari segala sumber tertib hokum Indonesia.
2. Meliputi suasana kebatinan(Geislichenhitergrund)dari UUD 1945
3. Mewujudkan cita-cita hokum bagi dasar negara (baik tertulis maupun tidak tertulis)
4. Mengandung norma yang mengharuskan UUD mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan
lain-lain penyelenggara (termasuk penyelenggara partai dab golongan fungsional)memegang teguh
cita-cita moral rakyat yang luhur
5. Merupakan sumber seangat abadi UUD 1945 bagi penyelenggaraan negara,para pelaksana
pemerintahan. Rumusan Pancasila secara imperative harus dilaksanakan oleh rakyat Indonesia
dalam kehiidupan berbangsa dan bernegara .Setiap sila Pancasila merupakan satu kesatuan yang
integral yang saling mengandaikan dan saling mengunci.
E. Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara Untuk memahami urgensi Pancasila sebagai dasar
Negara,dapat menggunakan 2 kata yaitu institusional(kelembagaan)dan human
resourses(personal/sumber daya manusia).
Pendekatan institusional yaitu membentuk dan menyelenggaran negara yang bersumber pada nilai-
nilai Pancasila,sehingga Indonesia memenuhi unsur-unsur menjadi negara yang modern,yang
menjamin terwujudnya tujuan negara atau terpenuhinya kepetingan Nasional(national interest)yang
terwujudnya masyarakat yang Makmur.
Sementara human resourses terletak pada dua aspek yaitu orang-orang yang memegang jabatan
dalam pemerintahan yang melaksanakan nilai-nilai pancasial secara murni dan konsekuen di dalam
pemenuhan tugas dan tanggung jawab. Pancasila sebagai dasar negara memegang makna bahwa
nilai-nilai Pancasila harus menjadi landasan dan pedoman dalam membentuk dan
memyelemmggrakan negara,termasuk menjadi sumber dan pedoman dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan.Apabila nilai-nilai Pancasila diamalkan secara konsisten,baik oleh
penyelenggara ataupun masyarakat ,maka akan terwujud tata kelola pemerintahan yg baik.
F. Fungsi dan Kedudukan Pancasila
Pancasila sebagai dasar negara berfungsi sebagai pokok pangkal bagi warga negara Indonesia
dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Terdapat lima sila
dalam Pancasila, setiap silanya memiliki nilai-nilai tersendiri. Nilai-nilai tersebut sekaligus
sebagai jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia. Nilai Pancasila berkembang sebagai nilai
dasar dan puncak budaya bangsa yang dirumuskan dan ditetapkan melalui pemikiran para

8
tokoh bangsa sebagai dasar negara dan pandangan hidup.Pancasila dasar Negara memiliki arti
dimana segala sesuatu berhubungan dengan kehidupan ketatanegaraan Indonesia yang
berdasarkan pancasila. Semua peraturan-peraturan yang ada di Indonesia semua harus berasal
dari pancasiia. Pancasila merupakan suatu ideologi yang dinamis dan terbuka berarti niliai-niliai
yang terdapat di dalamnya perlu diiakukan pengembangan sesuai dengan dinamika kehidupan
masyarakat Indonesia, secara operasional pancasila bersifat aktual, adaptif, dan maknanya dapat
diperbaharui. Pancasila berfungsi sebagai pandangan hidup dan juga dasar Negara Indonesia
yang diamana nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila-sila pancasila merupakan arahan
dalam kehidupan berbangsa.
1. Hubungan Pancasila dengan Proklamasi Kemerdekaan RI
Pada dasarnya,Proklamasi 17 Agustus 1945 bukanlah merupakan tujuan semata,melainkan
merupakan suatu sarana,isi dan arti yang pada pokoknya memuat dua hal, yaitu;
1. Pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia,baik pada dirinya sendiri maupun terhadap dunia luar
2. Tindakan-tindakan yang segera harus diselenggarakan berhubung dengan pernyataan
kemerdekaan itu Setelah Proklamasi dibacakan 17 agustus 1945 kemudian 18 agustus 1945 disusun
naskan undang-undang dasar yang didalamnya memuat pembukaan. Maka dapat ditentukan letak
dan sifat hubungan antara Proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945 dengan pembukaan UUD 1945
sebagai berikut;
1. Disebutkan kembali pernyataan kemerdekaan dalam bagian ketiga pembukaan menunjukkan
bahwa antara proklamasi dan pembukaan merupakan satu rangkaian yang tidak dapat dipisah-
pisahkan.
2. Ditetapkannya pembukaan pada 18 agustus 1945 bersama-sama ditetapkannya UUD,
3. Pembukaan hakikatnya merupakan pernyataan kemerdekaan yang lebih rinci dan adanya cita-cita
luhur yang menjadi semangat pendorong ditegakkannya kemerdekaan
4. Dengan demikian, sifat hubungan antara pembukaan dan proklamasi yaitu: memberikan
penjelasan terhadap dilaksanakannya proklamasi pada 17 agustus 1945, dan memberikan penegasan
dan juga memberikan pertanggungjawaban terhadap dilaksanakannya proklamasi 17 agustus 1945.
3. Hubungan Pancasila dengan pembukaan UUD 1945
Notonagoro(1982:24-26) menegaskan bahwa Undang-Undang Dasar tidak merupakan peraturan
hokum yang tinggi. Diatasnya masih ada dasar-dasar pokok bagi undang-undang dasar,yang
dinamakan pokok-pokok kaidah neggara yang fundamental(staatsfundementalnorm). Secara ilmiah
kaidah negara fundamental mengandung unsur mutlak yang dilihat dari dua segi ,sebagai berikut
A. Unsur Mutlak Staatsfundemental Dari Segi Terjadinya
1. Ditentukan oleh pembentuk negara
2. Terjelma dalam bentuk pernyataan lahir sebagai kehendak pembentuk negara
B. Dari Segi isinya memuat dasar-dasar Negara yang di bentuk
1. Asas kerohanian negara
2. Asas politik negara
3. Tujuan negara
4. Memuat ketentuan diadakannya UUD negara

9
C. Pembukaan UUD 1945 memenuhi syarat sebagai status Fundementalnorm
A. Dari segi Terjadinya
1. Ditentukan oleh PPKI sebagai bentuk negara
2. Dalam alinea ketiga dinyatakan “maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya
B. Dari segi isinya memuat dasar-dasar Negara yang dibentuk Asas kerohanian Negara yaitu
Pancasila alinea ke 4”dengan berdasarkan ketuhanan”
1. Asas politik negara ,yaitu kedaulatan rakyat,alinea
2dan 4 2. Tujuan negara pada alinea ke 4 3. Ketentuan diadakannya UUD,alinea 4”…dalam
suatu UUD Negara Indonesia…”
Hubungan Pancasila dan kesimpulannya sebagai berikut;
1. Pembukaan UUD 1945 memenuhi syarat unsur mutlak sebagai staatsfundementalnorm.
2. Pancasila merupakan asas kerohanian dari pembukaan UUD 1945 sebagai sebagai
staatsfundementalnorm.
5. Impelentasi Pancasila dalam Perumusan kebijakan
A. Bidang politik
1. Sektor Suprestuktur Politik
2. Sektor Masyarakat
B. Bidang Ekonomi
Berikut adalah pandangan Mubyarto dalam Oesman dan Alfian(1993:240-241)
1. Sila pertama,roda perekonomian digerakkan oleh rangsangan-rangsangan ekonomi,social dan
moral
2. Sila ke dua,ada kehendak kuat dari seluruh masyarakat untuk mewujudkan pemerataan social,
(egalitarian),sesuai asa-asas kemanusiaan
3. Sila ke tiga,prioritas kebijaksanaan ekonomi adalah penciptaan perekonomian nasional yang
Tangguh.
4. Sila ke empat,koperasi merupakan sokoguru perekonomian dan merupakan bentuk saling konkrit
dari usaha Bersama.
5. Sila ke lima,adanya imbangan yang jelas dan tegas antara perencanaan di tingkat nasisonal dan
konsentralisasiuntuk mencapai keadilan ekonomi dan keadilan social.
C. Bidang sosial Budaya
Kebhinnekaan masayarakat sebagai kekuatan bukan lemehan,apalagi anggap sebagai factor
desentegratif,tanpa menghilangkan kewaspadaan upaya pecah belah dari pihak asing.Strategi yang
harus dilakukan pemerintah untuk memperkokoh kesatuan dan persatuan melalui pembangunan
social budaya di tentukan dalam pasal 31 ayat(5)dan pasal 2 UUD 1945. Nilai-nilai instrumental
Pancasila dalam memperkokoh keutuhan/integrase nasional,sejalan dengan pandangan ahli sosiologi
dan antropologi ;Selo Soemardjan dalam Oesman dan Alfin(1993:172) bahwa kebudayaan suatu
masyrakata dapat berkembang walaupun lambat seperti yang terjadi di masyarakat pedesaan yang
kurang interaksidengan masyarakat lain. Semua kebijakan social budaya yang harus dikembangkan
dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan berneggara harus menekan kan rasa kebersamaan,dan
semangat gotongroyong.

10
D. Bidang Hankam
Prinsip-prinsip yang mmerupakan nilai instrumental Pancasila dalam bidang pertahanan dan
kemanan yang terkandung dalam pasal 30 UUD 1945;
1. Kedukukan warga negara dalam pertahanan dan keamanan berdasarkan 30 ayat(1)UUD
1945”tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara”
2. Sistem pertahanan dan keaman Yang dianut adalah system pertahanan dan keamanan rakyat
semesta yang lazim disingkat Sishankamrata.
3. Tugas pokok TNI TNI terdiri atas Angkatan Darat,Angkatan Laut dan Angkatan udara ,sebagai
alat negara dan tugas pokok mempertahankan,melindungi,dan memelihara keutuhan kedaulatan
negara
4. Tugas Pokok POLRI Menjaga keamanan dan ketertiban masyarakkat, tugas pokok
melindungi,mengayomi melayani masyarakat serta menegakkan hukum.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari Pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa Pancasila sebagai dasar negara memiliki arti
bahwa Pancasila menjadi sumber nilai, norma, dan kaidah bagi segala peraturan hukum dan
perundang-undangan yang dibuat dan berlaku di Indonesia, baik yang tertulis maupun yang tidak
tertulis. Pancasila dapat dijadikan wadah untuk mempersatukan segala kebudayaan, suku, ras,
Bahasa, dan agama yang beraneka ragam yang ada di Indonesia. Hal ini yang menjadikan
Pancasila sebagai norma dasar dalam mencapai cita-cita bangsa. Pancasila sebagai dasar negara
memiliki peranan yang sangat penting dalam mengatur segala kegiatan kehidupan bangsa dan
negara yaitu untuk mewujudkan kehidupan yang berdasarkan nilai-nilai agar tercipta negara
yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur seperti yang tercantum dalam UUD 1945. Di dalam
Pancasila terkandung lima nilai yang menjadi pedoman kehidupan bagi rakyat Indonesia. Sila
pertama berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” Sila ini mengandung arti bahwa pengakuan atas
keberadaannya Tuhan sebagai pencipta alam semesta beserta isinya. Di negara Indonesia
terdapat perbedaan kepercayaan, tetapi semua kepercayaan tersebut mengakui bahwa Tuhan
sebagai pencipta alam beserta isinya. Sila pertama ini sangat diamalkan di Indonesia seperti
toleransi beragama yang sangat erat di Indonesia. Sila kedua berbunyi “Kemanusiaan yang Adil
dan Beradab” Sila ini mengandung arti bahwa setiap manusia adalah makhluk yang sama.
Masyarakat Indonesia memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara. Sila ketiga
berbunyi “Persatuan Indonesia” Sila ini mengandung arti bahwa kita sebagai warga negara
Indonesia harus Bersatu dan mengutamakan kepentingan bangsa diatas kepentingan

11
perseorangan. Sila keempat berbunyi “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan Perwakilan” Sila ini mengandung arti bahwa segala perbedaan
pendapat dapat diselesaikan dengan kepala dingin secara musyawarah. Musyawarah merupakan
suatu system pengambilan keputusan yang melibatkan banyak orang dengan mengakomodasi
semua kepentingan sehingga tercipta satu keputusan yang disepakati Bersama. Sila kelima
berbunyi “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia” Sila ini mengandung arti bahwa
keadilan yang didapatkan oleh seluruh masyarakat Indonesia seacara adil tidak dibeda-bedakan.
Jika seseorang melanggar peraturan akan diberikan sanksi yang adil sesuai dengan apa yang
telah diperbuatnya. Dengan adanya keadilan ini masyarakat akan merasakan kesetaraan dan
tidak ada yang merasa dirugikan. Dengan demikian, Pancasila merupakan dasar negara
Indonesia yang memegang peranan penting dalam negara kita. Kita sebagai warga negara harus
mengamalkan sila- sila Pancasila dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari agar
terciptanya masyarakat yang adil, makmur dan berdaulat.
B. SARAN
Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan dalam makalah
ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya pengetahuan, referensi yang
kami peroleh hubungannya dengan makalah ini. Penulis banyak berharap kepada para pembaca
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.
Referensi
Aisyah Baby Sutina, F. E. (2021). PANCASILA MENJADI DASAR NEGARA REPUBLIK
INDONESIA. PANCASILA MENJADI DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA, 4-16.
Deby Sabina, D. A. (2021). Jurnal Pendidikan Tambusai. Pancasila Sebagai Dasar Negara dan
Implementasinya, 2-4.
Febby Dwi Cahyani, M. F. (2018). PANCASILA SEBAGAI IDENTITAS DASAR NEGARA
REPUBLIK INDONESIA . PANCASILA SEBAGAI IDENTITAS DASAR NEGARA
REPUBLIK INDONESIA , 2-8.
NINGSIH, I. S. (2005). HAKIKAT PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN IDEOLOGI
NEGARA. HAKIKAT PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN IDEOLOGI
NEGARA, 3-7.
Rahmadani, W. (2021). MAKALAHPENDIDIKAN PANCASILA. SUMBER YURIDIS
PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA, 7-16.

12

Anda mungkin juga menyukai