Anda di halaman 1dari 17

Makalah Pendidikan Pancasila

Aktualisasi Pancasila Dalam Kehidupan


Kampus
Disusun Oleh:
Kelompok 4
Anggota :
AMALIA NURULINDAH UTAMI1717780
MUHAMMAD ILYAS1717921
SYAEFI NAZAR KUSNIDA1717999
VATAR REYNALDO1718012
WIDIANA LISBANIWATI1718017
Kelas : IC

Analisis Kimia
Politeknik AKA Bgor

1
Kata Pengantar

Assalamu’alaikumWr.Wb
Puji Syukur selalu dipanjatkan akan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah
ini yang berjudul Aktualisasi Pancasila Dalam Kehidupan Kampus.
Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan dengan memikirkan segala yang
dibutuhkan dalam makalah ini. Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam
rangka mengenal satu sama lain antar anggota kelompok, para pembaca mengenai materi
yang telah penulis lakukan. Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapa pun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri
maupun bagi yang membacanya.

Bogor, 21 Mei 2018

Penyusun

i
Daftar Isi
Kata Pengantar........................................................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................................................ii
BAB I.....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................2
1.4 Metodologi Penulisan...................................................................................................................2
BAB II....................................................................................................................................................3
Landasan Teori.......................................................................................................................................3
2.1 Pancasila Sebagai Dasar Negara...................................................................................................3
2.2 Aktualisasi Pancasila....................................................................................................................5
2.3 Tri Dharma Perguruan Tinggi......................................................................................................6
2.4 Budaya Akademik........................................................................................................................8
2.5 Kampus Sebagai Moral Force Pengembangan Hukum dan HAM...............................................9
2.6 Study Kasus................................................................................................................................10
2.7 Pertanyaan..................................................................................................................................11
BAB III...................................................................................................................................................13
PENUTUP..............................................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................................13
3.2 Saran...........................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila sebagai dasar Negara bangsa Indonesia hingga sekarang telah mengalami
perjalanan waktu yang tidak sebentar, dalam rentang waktu tersebut banyak hal atau peristiwa
yang terjadi menemani perjalanan Pancasila, sehingga berdirilah pancasila seperti sekarang ini
didepan semua bangsa Indonesia.
Mulai peristiwa pertama saat pancasila dicetuskan sudah menuai banyak konflik di
internal para pencetusnya, hingga sekarangpun di era reformasi dan globalisasi Pancasila
masih hangat diperbincangkan oleh banyak kalangan berpendidikan terutama kalangan Politik
dan mahasiswa. Kebanyakan dari para pihak yang memperbincangkan masalah Pancasila
adalah mengenai awal dicetuskannya Pancasila tentang sila pertama.
Memang dari sejarah awal perkembangan bangsa Indonesia dapat kita lihat bahwa
komponen masyarakatnya terbentuk dari dua kelompok besar yaitu kelompok agamis dalam
hal ini didominasi oleh kelompok agama Islam dan yang kedua adalah kelompok Nasionalis.
Kedua kelompok tersebut berperan besar dalam pembuatan rancangan dasar Negara kita
tercinta ini.
Maka, setelah banyak aspek memperbincangkan pancasila sebagai dasar Negara.
Sekarang pancasilapun dijadikan bahan perbincangan sebagai prilaku yang digunakan
didalam kampus. Dimana didalam kampus tersebut akan terdidik dengan kepemimpinan
pancasilan. Baik dalam prilaku bergaul juga dalam proses belajar mengajar didalamnya. Serta
molekul-molekul yang menjadi bagiannya.
Makalah ini dibuat sebagai catatan perjalanan Pancasila dari jaman ke jaman, agar kita
senantiasa tidak melupakan sejarah pembentukan Pancasila sebagai dasar Negara, dan juga
dapat digunakan untuk menjadi penengah bagi pihak yang sedang berbeda pendapat tentang
dasar Negara supaya kedepan kita tetap seperti semboyan kita yaitu “Bhineka Tunggal Ika”.
Terutama hal tersebut dalam penerapannya dalam kehidupan kita. Termasuk dilingkungan
kampus.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang disebut pancasila sebagai dasar negara?
2. Apa yang dimaksud dengan tri dharma perguruan tinggi?

1
3. Bagaimana cara mengaktualisasikan pancasila tersebut diperguruan tinggi atau
kampus ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Pancasila sebagai dasar negara.
2. Memahami makna Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengenali betul peran dan cara mengaktualisasikan pancasila sendiri dalam
kehidupan, terutama dalam lingkungan kampus.

1.4 Metodologi Penulisan


Metode pustaka, yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan
data dari pustaka yang berhubungan dengan pokok bahasan yang kami bahas,baik berupa
buku maupun informasi dari internet.

2
BAB II

Landasan Teori

2.1 Pancasila Sebagai Dasar Negara


Sebelum kita beranjak mengenali pancasila dalam lingkungan kampus. Maka terpikir
sangatlah perlu bagi kita semua untuk mengetahui posisi, fungsi atau peran pancasila sebagai
dasar negara, sebelum kita akan melanjutkan pemahaman terhadap pancasila dan
aktualisasinya dalam kampus. Karena dengan mengetahui lebih jauh dan lebih dalam
pancasila sebagai dasar Negara kita nanti akan lebih paham untuk mengaktualisasikan dalam
kehidupan kita sehari-hari, termasuk dalam kampus.
Pengertian Pancasila sebagai dasar negara diperoleh dari alinea keempat Pembukaan
UUD 1945 dan sebagaimana tertuang dalam Memorandum DPR-GR 9 Juni 1966 yang
menandaskan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa yang telah dimurnikan dan
dipadatkan oleh PPKI atas nama rakyat Indonesia menjadi dasar negara Republik Indonesia.
Memorandum DPR-GR itu disahkan pula oleh MPRS dengan Ketetapan No.XX/MPRS/1966
jo. Ketetapan MPR No.V/MPR/1973 dan Ketetapan MPR No.IX/MPR/1978 yang
menegaskan kedudukan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari
tertib hukum di Indonesia.
Inilah sifat dasar Pancasila yang pertama dan utama, yakni sebagai dasar negara
(philosophische grondslaag) Republik Indonesia. Pancasila yang terkandung dalam alinea
keempat Pembukaan UUD 1945 tersebut ditetapkan sebagai dasar negara pada tanggal 18
Agustus 1945 oleh PPKI yang dapat dianggap sebagai penjelmaan kehendak seluruh rakyat
Indonesia yang merdeka.
Dengan syarat utama sebuah bangsa menurut Ernest Renan: kehendak untuk bersatu
(le desir d’etre ensemble) dan memahami Pancasila dari sejarahnya dapat diketahui bahwa
Pancasila merupakan sebuah kompromi dan konsensus nasional karena memuat nilai-nilai
yang dijunjung tinggi oleh semua golongan dan lapisan masyarakat Indonesia. Maka
pancasila merupakan intelligent choice karena mengatasi keanekaragaman dalam masyarakat
Indonesia dengan tetap toleran terhadap adanya perbedaan. Penetapan Pancasila sebagai dasar
negara tak hendak menghapuskan perbedaan (indifferentism), tetapi merangkum semuanya
dalam satu semboyan empiris khas Indonesia yang dinyatakan dalam seloka “Bhinneka
Tunggal Ika”.

3
Mengenai hal itu pantaslah diingat pendapat Prof.Dr. Supomo: “Jika kita hendak
mendirikan Negara Indonesia yang sesuai dengan keistimewaan sifat dan corak masyarakat
Indonesia, maka Negara kita harus berdasar atas aliran pikiran Negara (Staatside) integralistik
… Negara tidak mempersatukan diri dengan golongan yang terbesar dalam masyarakat, juga
tidak mempersatukan diri dengan golongan yang paling kuat, melainkan mengatasi segala
golongan dan segala perorangan, mempersatukan diri dengan segala lapisan rakyatnya …”
Penetapan Pancasila sebagai dasar negara itu memberikan pengertian bahwa negara
Indonesia adalah Negara Pancasila. Hal itu mengandung arti bahwa negara harus tunduk
kepadanya, membela dan melaksanakannya dalam seluruh perundang-undangan. Mengenai
hal itu, Kirdi Dipoyudo (1979:30) menjelaskan: “Negara Pancasila adalah suatu negara yang
didirikan, dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan
mengembangkan martabat dan hak-hak azasi semua warga bangsa Indonesia (kemanusiaan
yang adil dan beradab), agar masing-masing dapat hidup layak sebagai manusia,
mengembangkan dirinya dan mewujudkan kesejahteraannya lahir batin selengkap mungkin,
memajukan kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan lahir batin seluruh rakyat, dan
mencerdaskan kehidupan bangsa (keadilan sosial).”
Pandangan tersebut melukiskan Pancasila secara integral (utuh dan menyeluruh)
sehingga merupakan penopang yang kokoh terhadap negara yang didirikan di atasnya,
dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan mengembangkan
martabat dan hak-hak azasi semua warga bangsa Indonesia. Perlindungan dan pengembangan
martabat kemanusiaan itu merupakan kewajiban negara, yakni dengan memandang manusia
qua talis, manusia adalah manusia sesuai dengan principium identatis-nya.
Pancasila seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 dan ditegaskan
keseragaman sistematikanya melalui Instruksi Presiden No.12 Tahun 1968 itu tersusun secara
hirarkis-piramidal. Setiap sila (dasar/ azas) memiliki hubungan yang saling mengikat dan
menjiwai satu sama lain sedemikian rupa hingga tidak dapat dipisah-pisahkan. Melanggar
satu sila dan mencari pembenarannya pada sila lainnya adalah tindakan sia-sia. Oleh karena
itu, Pancasila pun harus dipandang sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh, yang tidak
dapat dipisah-pisahkan. Usaha memisahkan sila-sila dalam kesatuan yang utuh dan bulat dari
Pancasila akan menyebabkan
Pancasila kehilangan esensinya sebagai dasar negara.
Sebagai alasan mengapa Pancasila harus dipandang sebagai satu kesatuan yang bulat
dan utuh ialah karena setiap sila dalam Pancasila tidak dapat diantitesiskan satu sama lain.
Secara tepat dalam Seminar Pancasila tahun 1959, Prof. Notonagoro melukiskan sifat

4
hirarkis-piramidal Pancasila dengan menempatkan sila “Ketuhanan Yang Mahaesa” sebagai
basis bentuk piramid Pancasila. Dengan demikian keempat sila yang lain haruslah dijiwai oleh
sila “Ketuhanan Yang Mahaesa”. Secara tegas, Dr. Hamka mengatakan: “Tiap-tiap orang
beragama atau percaya pada Tuhan Yang Maha Esa, Pancasila bukanlah sesuatu yang perlu
dibicarakan lagi, karena sila yang 4 dari Pancasila sebenarnya hanyalah akibat saja dari sila
pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.”
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa Pancasila sebagai dasar negara sesungguhnya
berisi:
 Ketuhanan yang maha esa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-
Persatuan Indonesia, yang ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, serta ber-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
 Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa, yang ber-
Persatuan Indonesia, yang ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, dan ber-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
 Persatuan Indonesia, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa, yang ber-Kemanusiaan yang
adil dan beradab, ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan, dan ber-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan, yang ber-Ketuha nan yang mahaesa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan
beradab, yang ber-Persatuan Indonesia, dan ber-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa,
yang ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Persatuan Indonesia, dan ber-
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan.

2.2 Aktualisasi Pancasila


Aktualisasi berasal dari kata aktual, yang berarti betul-betul ada, terjadi, atau
sesungguhnya, hakikatnya. Dimana pancasila memang sudah jelas berdiri di Negara Indonesia
sebagai dasar Negara dan ideologi Negara.

5
Aktualisasi Pancasila adalah bagaimana nilai-nilai Pancasila benar-benar dapat
tercermin dalam sikap dan perilaku seluruh warga negara mulai dari aparatur dan pimpinan
nasional sampai kepada rakyat biasa.
Nilai-nilai Pancasila yang bersumber pada hakikat Pancasila adalah bersifat universal,
tetap dan tak berubah. Nilai-nilai tersebut dapat dijabarkan dalam setiap aspek dalam
penyelenggaraan Negara dan dalam wujud norma-norma, baik norma hukum, kenegaraan,
maupun norma-norma moral yang harus dilaksanakan dan diamalkan oleh setiap warga
Negara Indonesia.
Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu :
A. Aktualisasi objektif
Aktualisasi Pancasila yang objektif adalah aktualisasi pancasila dalam berbagai bidang
kehidupan kenegaraan yang meliputi kelembagaan Negara antara lain, legislatif, eksekutif,
maupun yudikatif. Selain itu juga meliputi bidang-bidang aktualisasi lainnya. Seperti politik,
ekonomi, hokum terutama dalam penjabaran kedalam undang-undang, garis-garis besar
haluan Negara, hankam, pendidikan maupun bidang kenegaraan lainnya.
B. Aktualisasi Subjektif 
Aktualisasi Pancasila yang subyektif adalah aktualisasi pancasila pada setiap individu
terutama dalam aspek moral dalam kaitannya dengan hidup Negara dan masyarakat.
Aktualisasi yang subjektif tersebut tidak terkecuali baik warga Negara biasa, aparat
pentelenggara Negara, penguasa Negara, terutama kalangan elit politik dalam kegiatan politik,
maka dia perlu mawas diri agar memiliki moral ketuhanan dan kemanusiaan sebagaimana
terkandung dalam pancasila.
Aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara memerlukan kondisi dan iklim yang memungkinkan segenap lapisan masyarakat
yang dapat mencerminkan nilai-nilai Pancasila itu dan dapat terlihat dalam perilaku.
Perpaduan ciri tersebut di dalam kehidupan kampus melahirkan gaya hidup tersendiri yang
merupakan variasi dari corak kehidupan yang menjadikan kampus sebagai pedoman dan
harapan masyarakat.

2.3 Tri Dharma Perguruan Tinggi


Tridarma Perguruan Tinggi merupakan tiga tugas utama yang harus dijalankan oleh
perguruan tinggi sebagai wadah pembinaan potensi sumber daya manusia.

6
Tridarma perguruan tinggi itu adalah:

1.      Pendidikan dan Pengajaran


Pendidikan dan pengajaran dilaksanakan dalam bentuk proses belajar mengajar antara
dosen dan mahasiswa di kampus.
Tugas utama mahasiswa adalah menuntut ilmu, dan jika ia berhasil melewati segala
persyaratan yang ditentukan, ketika ia lulus, maka ia berhaka menyandang sebuah gelar
akademik.
Jika dikaitkan tidaram perguruan tinggi yang pertama ini, maka mahasiswa memiliki
fungsi akademis, yaitu mahasiswa sebagai calon pemikir, intelektual muda, atau pemuda elite.
Oleh karenanya, mahasiswa ditengah-tengah masyarakat dituntut untuk menampilkan
sifat-sifat akademis yang ada dalam dirinya, terutama dalam menyelesaikan persoalan
kemasyarakatan yeng terjadi di sekitarnya.
2.      Penelitian
Tridarma kedua ini merupakan unsur utama bagi pergururan tinggi dalam melaksanakan
fungsinya untuk mengkoordinasikan, memantau, dan menilai kegiatan penelitian yang
diadakan oleh segenap civitas akademika. Untuk memperkuat fungsi ini, disetiap perguruan
tinggi didirikan sebuah lembaga penelitian.
Lembaga penelitian mempunyai fungsi utama yaitu:
·         Melaksanakan penelitian ilmiah murni, teknologi dan seni.
·         Melaksanakan penelitian untuk mengembangkan universitas.
·         Melaksanakan penelitian yanh menyumbangkan konsepsi pembangunan wilayah dan atau
daerah, melalui kerjasama antar perguruan tinggi dan badan lainnya, di dalam atau di luar
negeri.
Adanya rasa ingin tahu yang tinggi, mendorong mahasiswa untuk mengadakan
penelitian-penelitian, mengadakan percobaan, dan eksperimen, sehingga hasilnya dapat
dinikmati bukan saja oleh kelompoknya tetapi juga buat masyarakat sekitarnya.
3.      Pengabdian pada Masyarakat
Tridarma ketiga ini, mensyaratkan perguruan tinggi untuk melakukan pengabdian pada
masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengabdian secara langsung seperti
program KKN atau melakukan penyuluhan mengenai suatu masalah di tengah masyarakat.
Pengabdian secara tidak langsung misalnya kegiatan penelitian yang dilakukan di
laboratorium, yang tujuannya adalah mengembangkan ilmu untuk kemajuan hidup
masyarakat.

7
Pengabdian pada masyarakat adalah pengalaman ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
langsung kepada masyarakat secara melembaga melalui metodologi ilmiah. Ini sebagai
tanggung jawab luhur perguruan tinggi dalam usaha mengembangkan kemampuan
masyarakat sehingga dapat mempercepat tercapainya tujuan pembangunan nasional.

Ketiga tridarma di atas dijalankan oleh perguruan tinggi atas nama lembaga, maupun
atas nama civitas akademika secara personal, yang dalam pelaksanaanya searah dan sesuai
dengan norma-norma Pancasila. Ketiga fungsi ini tidak boleh lepas dari kehidupan civitas
akademika  (dosen, mahasiswa, alumni, pimpinan dan staf), karena mereka semua adalah
bagian masyarakat kampus maupun masyarakat sosial pada umumnya.

2.4 Budaya Akademik


Budaya merupakan nilai yang dilahirkan oleh warga masyarakat yang mendukungnya.
Budaya akademik merupakan nilai yang dilahirkan oleh masyarakat akademik yang
bersangkutan.
 Pancasila merupakan nilai luhur bangsa Indonesia.
 Masyarakat akademik di manapun berada, hendaklah perkembangannya dijiwai oleh
nilai budaya yang berkembang di lingkungan akademik yang bersangkutan. Suatu nilai
budaya yang mendorong tumbuh dan berkembangnya sikap kerja sama, santun,
mencintai kemajuan ilmu dan teknologi, serta mendorong berkembangnya sikap
mencintai seni.
Perguruan tinggi sebagai suatu institusi dalam masyarakat memiliki cirri khas
tersendiri disamping lapisan-lapisan masyarakat lainnya. Warga dari suatu perguruan tinggi
adalah insane-insan yang memiliki wawasan dan integritas ilmiah. Oleh karena itu masyarakat
akademik harus senantiasa mengembangkan budaya ilmiah yang merupakan esensi pokok
dari aktivitas perguruan tinggi. Terdapat sejumlah cirri masyarakat ilmiah sebagai budaya
akademik. Yaitu,
1. kritis
2. kreatif
3. objektif
4. analitis
5. konstruktif
6. dinamis
7. dialogis

8
8. menerima kritik
9. menghargai prestasi ilmiah/akademik
10. bebas dari prasangka
11. menghargai waktu
12. memiliki dan menjunjung tinggi tradisi ilmiah
13. berorientasi ke masadepan
14. kesejawatan/kemitraan (PPMB 1990 II-2).
Masyarakat ilmiah inilah yang harus dikembangkan dan merupakan budaya dari suatu
masyarakat akademik.

2.5 Kampus Sebagai Moral Force Pengembangan Hukum dan HAM


Kampus merupakan wadah kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian
masyarakat, sekaligus merupakan tempat persemaian dan perkembangan nilai-nilai luhur.
Kampus merupakan wadah perkembangan nilai-nilai moral, di mana seluruh warganya
diharapkan menjunjung tinggi sikap yang menjiwai moralitas yang tinggi dan dijiwai oleh
pancasila.
Kampus merupakan wadah membentuk sikap yang dapat memberikan kekuatan moral
yang mendukung lahir dan berkembangnya sikap mencintai kebenaran dan keadilan dan
menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Masyarakat kampus sebagai masyarakat ilmiah harus benar-benar mengamalkan
budaya akademik. Masarakat kampus wajib senantiasa bertanggung
jawab secara moral atas kebenaran obyektif, bertanggung jawab terhadap masarakat bangsa
dan negara, serta mengabdi pada kesejahteraan kemanusiaan. Oleh karena itu sikap masarakat
kampus tidak boleh tercemar oleh kepentingan-kepentingan politik penguasa sehingga benar-
benar luhur dan mulia.
A. Kampus Sebagai Sumber Pengembangan Hukum
Dalam rangka bangsa Indonesia melaksanakan reformasi dewasa ini suatu agenda
yang sangat mendesak untuk mewujudkan adalah reformasi dalam bidang hukum dan
peraturan perundang- undangan. Negara indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum,
oleh karena itu dalam rangka melakukan penataan Negara untuk mewujudkan masyarakat
yang demokratis maka harus menegakkan supremasi hukum. Agenda reformasi yang pokok
untuk segera direalisasikan adalah untuk melakukan reformasi dalam bidang hukum.
Konsekuensinya dalam mewujudkan suatu tatanan hukum yang demokratis, maka harus
dilakukan pengembangan hukum positif.

9
Sesuai dengan tatib hukum Indonesia dalam rangka pengembangan hukum harus
sesuai dengan tatib hukum Indonesia. Berdasarkan tatib hukum Indonesia maka dalam
pengembangan hukum positif Indonesia, maka falsafah negara merupakan sumber materi dan
sumber nilai bagi pengembangan hukum. Hal ini berdasarkan Tap No. XX/MPRS/1966, dan
juga Tap No. III/MPR/2000. namun perlu disadari, bahwa yang dimaksud dengan sumber
hukum dasar nasional, adalah sumber materi dan nilai bagi penyusunan peraturan perundang-
undangan di Indonesia. Dalam penyusunan hukum positif di Indonesia nilai pancasila sebagai
sumber materi, konsekuensinya hukum di Indonesia harus bersumber pada nilai-nilai hukum
Tuhan (sila I), nilai yamh terkandung pada harkat, martabat dan kemanusiaan seperti jaminan
hak dasar (hak asasi) manusia (sila II), nilai nasionalisme Indonesia (sila III), nilai demokrasi
yang bertumpu pada rakyat sebagai asal mula kekuasaan negara (sila IV), dan nilai keadilan
dalam kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan (sila V).
Selain itu, tidak kalah pentingnya dalam penyusunan dan pengembangan hukum
aspirasi dan realitas kehidupan masyarakat serta rakyat adalah merupakan sumber materi
dalam penyusunan dan pengembangan hukum.
B. Kampus Sebagai Kekuatan Moral Pembangunan Hak Asasi Manusia
Dalam penegakan hak asasi manusia tersebur, mahasiswa sebagai kekuatan moral
harus bersikap obyektif, dan benar-benar berdasarkan kepentingan moral demi harkat dan
martabat manusia, bukan karena kepentingan politik terutama kepentingan kekuasaan politik
dan konspirasi kekuatan internasional yang ingin menghancurkan negara Indonesia. Perlu kita
sadari bahwa dalam penegakan hak asasi tersebut, pelanggaran hak asasi dapat dilakukan oleh
seseorang, kelompok orang termasuk aparat negara, penguasa negara baik disengaja ataupun
tidak disengaja (UU. No. 39 Tahun 1999).
Dasawarsa ini, kita melihat dalam menegakkan hak asasi seringkali kurang adi.
Misalnya kasus pelanggaran di Timur-timur, banyak kekuatan yang mendesak untuk
mengusut dan mernyeret bangsa sendiri ke Mahkamah Internasional. Namun, ratusan ribu
rakyat kita. Seperti korban kerusuhan Sambas, Sampit, Poso dan lainnya tidak ada kelompok
yang mau memperjuangkannya. Padahal hak asasi mereka sudah diinjak-injak, jelaslah
kejadian serta menderitanya mereka sama. Akan tetapi tetap tidak ada yang mau menolong.
Jadi, marilah kita sebagai mahasiswa pencetus terjadinya reformasi, mari kita tujukan
pada dunia bahwa kita mampu dalam merealisasikan semua cita-cita dan tujuan dasar dari
reformasi. Akan tetapi disamping itu, perlu kita sadari juga bahwasanya kita merupakan
mahasiswa sebagai tonggak dari penjunjung tinggi hak asasi manusi masihlah belum
maksimal kinerjanya untuk hal yang disebutkan diatas. Maka, dari detik ini. Kita sebagai

10
generasi bangsa haruslah benar-benar menanamkan nilai-nilai pancasila dalam setiap prilaku
kita. Dimanapun, dan pada siapapun.

2.6 Study Kasus

Dua Kelompok Mahasiswa Tawuran di Kampus UNM Pakai Molotov


Detiknews Makassar - Dua kelompok mahasiswa Universitas Negeri Makassar (UNM)
saling serang di dalam kampusnya. Polisi yang datang ke lokasi langsung membubarkan aksi
bentrokan tersebut.
Kedua kelompok mahasiswa tersebut yakni diduga dari Fakultas Teknik dengan mahasiswa
dari Fakultas Bahasa. Mereka terlibat tawuran menggunakan bom molotov dan batu, di dalam
kampusnya sendiri, Minggu (4/1/2018) malam.
Aparat gabungan kepolisian dari Polsek Tamalate dan Polrestabes Makassar yang mendapat
laporan langsung mendatangi lokasi. Polisi membubarkan aksi anarkis dua kelompok
mahasiswa itu.
Aparat pun terpaksa harus melepaskan tembakan peringatan ke udara dan gas air mata. Itu
dilakukan untuk membubarkan kedua massa yang saling bertikai.
Menurut Wakapolsek Tamalate, Kompol Salang Paningo, polisi langsung mengimbau kedua
belah pihak mahasiswa untuk pulang setelah membubarkan bentrokan.
"Kami mendapat bantuan Polrestabes Makassar, dan dari patmor sama-sama turun, kami sisir
dan (mahasiswa) telah meninggalkan kampus, dan juga dari (Fakultas) Bahasa kami imbau
untuk meninggalkan kampus," ujar Salang di lokasi. Polisi menurutnya belum mengetahui
penyebab pasti tawuran yang terjadi di hari libur ini. Pada hari Senin (5/2), kata Salang, akan
diadakan agenda peresmian gedung di dalam kampus UNM. 
"Kita tidak tahu persis dugaannya apa, padahal ini hari Minggu. Besok ada kegiatan
peresmian gedung di kampus," tuturnya. 
Tidak ada korban jiwa maupun korban luka akibat peristiwa ini. Untuk memastikan bentrokan
susulan tidak terjadi, anggota polisi disiagakan di sekitar lokasi.
"Tidak ada korban, kami melaksanakan patroli dan pemantauan di lokasi sampai aman dan
terkendali," tutup Salang. 

2.7 Pertanyaan
1. Apa motif utama yang menyebabkan tawuran? Dimana peran akademik? (Kelompok
1)
2. Bagaimana peran mahasiswa untuk menghentikan tawuran tersebut? (Kelompok 3)
3. Mengapa dapat terjadi bentrok? Bagaimana peran mahasiswa agar tidak terjadi
bentrok? (Kelompok 7)
4. Mengapa kasus ini dapat berkelanjutan? Padahal mahasiswa sudah mendapatkan mata
kuliah Pancasila di kampus dan sudah mengetahui bahwa tawuran melanggar
Pancasila. (Kelompok 8)

11
5. Mengapa biaya kuliah mahal dan sering naik ? Apakah ada Undang-undang yang
mengatur tentang biaya kuliah? Dan mengapa dalam sistem penerimaan mahasiswa
baru sering terjadi kasus menyogok pihak kampus? (Kelompok 9)
6. Ketika di dalam forum serigkali terjadi perbedaan pendapat yang menyebabkan
terjadinya perdebatan. Bagaimana pendapat kalian? (Kelompok 10)

Jawaban

1. Motif utamanya adalah dendam dari senior-seniornya. Peran akademik bagi


mahasiswa yang tawuran adalah drop out. Tidak ada toleransi lagi karena telah
mencemarkan nama kampus.
2. Ilmu yang kita dapat itu harus diterapkan, seperti dengan bermusyawarah dan
berdiskusi untuk mencapai mufakat. Masalah tidak harus diselesaikan dengan
kekerasan. Kita harus berpikir positif agar berguna ke depannya, jangan berpikiran
negatif seperti dendam.
3. Jawabannya seperti poin 1 dan 2.
4. Tawuran ini terjadi pada tahun 2012 yaitu antara mahasiswa Fakultas Teknik dengan
mahasiswa Fakultas Sastra. Di Fakultas Teknik, tingkat solidaritasnya biasanya tinggi
sehingga masalah pada senior-seniornya dapat juga menjadi masalah juniornya.
Saking solidnya, mahasiswa satu dengan yang lainnya terbawa pengaruh untuk
tawuran.
Padaha di kampus mahasiswa sudah mendapatkan mata kuliah Pancasila, itu kembali
lagi ke pribadinya masing-masing kita harus mengimplementasikan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
5. Biaya kuliah dan biaya pendaftaran mahasiswa baru itu sudah disesuaikan dengan
kebutuhan di kampus tersebut yaitu untuk meningkatkan fasilitas kampus. Seperti di
kampus Politeknik AKA Bogor, dengan naiknya harga bahan kimia atau semakin
banyaknya kebutuhan fasilitas kampus, pasti biaya kampus akan dinaikkan.
6. Ketika di dalam forum, diadakan musyawarah untuk mencapai mufakat dan
menyelesaikan masalah. Harus ada beberapa orang dalam forum tersebut yang sadar
pentingnya musyawarah agar tidak terjadi lagi perdebatan.

12
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pancasila sebagai paradigma pembangunan merupakan suatu sumber nilai, kerangka
piker, model, orientasi dasar, sumber asas serta arah dan tujuan pembangunan. Yang meliputi
pembangunan politik, IPTEK, pengembangan bidang politik, poembangunan ekonomi,
pembangunan social budaya, pengembangan hankam, pembangunan pertahanan keamanan,
dan sebagai reformsi, baik itu reformasi hukum ataupun reformasi politik. Semuanya
ditujukan untuk membuat menjadikan bangsa yang semakin berkembang dan masyarakat
yang semakin mapan.
Pancasila sebagai aktualisasi diri yang berarti betul-betul ada, terjadi atau
sesungguhnya. Sehingga terbentuklah aktualisasi objektif dan subjektif. Aktualisasi Pancasila
yang objektif adalah pelaksanaan Pancasila dalam bentuk realisasi dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara, baik di bidang legislatif, eksekutif, yudikatif maupun semua bidang
kenegaraan lainnya. Aktualisasi Pancasila yang subyektif adalah pelaksanaan dalam sikap
pribadi, perorangan, setiap warga negara, setiap individu, setiap penduduk, setiap penguasa,
dan setiap orang Indonesia.
Aktualisasi diripun meliputi mencakup dalam tridarma perguruan tinggi, budaya
akademik dan lingkungan kampus sebagai moral force pengembangan hukum dan HAM,
yang mencerminkan bahwa aktualisasi diri itupun benar-benar ada dan terjadi disekitar kita.
Terrmasuk dalam lingkungan kampus.

3.2 Saran
Sebelum kita terlampau melangkah jauh, menyisakan jejak yang tidak pantas bagi
seorang mahasiswa. Marilah kita kembali pahami arti dari keberadaan pancasila itu sendiri.
Serta kita harus sadar diri, bahwa kitalah yang akan memegang Negara kita ini. Maka dari itu,
mulai saat ini, biasakanlah berprilaku, bertindak bahkan menganbil keputusan dengan jiwa
pancasila kita. Karena dengan itulah, akan terwujud bangsa yang makmur serta tujuan Negara
akan mudah dicapai.

13
DAFTAR PUSTAKA

Wibisono Siswomihardjo Koento, 1985, Ilmu Filsafat dan Aktualisasinya dalam


pembangunan Nasional, Yogyakarta.

http://www.scribd.com/doc/18184016/Pancasila-Sebagai-Sumber-Nilai-Dan-Paradigma-
Pembangunan

http://www.anakkendari.co.cc/2009/01/pancasila-sebagai-paradigma-pembangunan/

http://master-exselen.blogspot.com/2012/12/aktualisasi-pancasila-dalam-kehidupan.html

14

Anda mungkin juga menyukai