Anda di halaman 1dari 16

Makalah Pancasila

Pancasila Dalam Paradigma kehidupan Kampus

Disusun Oleh :
Tessa Nurzazilla
NIM : 2201022038

Kelas 1C
DIII Teknik Sipil

Dosen Pengampu :
Bapak Ikhsan Yusda Prima,S.H

Politeknik Negeri Padang


Tahun Ajaran 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah Swt, yang telah
memberikan nikmat sehat sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Pancasila Dalam Pradigma Kehidupan Kampus”.
mencoba menggali informasi tentang “Pancasila Dalam Pradigma
Kehidupan Kampus” nantinya dapat bermanfaat bagi pembaca.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya penulis tidak sendirian. Penulis
mengucapkan terimaksih kepada bapak Ikhsan Yusda Prima Putra S.H. selaku
dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan selama penulisan makalah
ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua yang telah
memberikan dukungan baik secara moril dan materiel. Tidak lupa penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah memberikan
dorongan dan semangat selama penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, penulis harapkan kritik dan saran yang mendukung untuk menyempurnakan
makalah ini.

Padang, 6 Januari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................

DAFTAR ISI ........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................

A. Latar Belakang...................................................................................................................

B. Rumusan Masalah .............................................................................................................

C. Tujuan Penulisan ...............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................

A. Pengertian Pancasila dan Pradigma....................................................................................

B. Mengaktualisasi Pancasila .................................................................................................

C. TriDharma Perguruan Tinggi.........................................................................................

D. Kampus Sebagai Kekuatan Moral Pengembangan Hukum Dan Ham...........................

E. Kampus Sebagai Sumber Pengembangan Hukum..........................................................

F. Kampus Sebagai Kekuatan Moral Pembangunan Hak Asasi Manusia...........................

BAB III PENUTUP...............................................................................................................

A. Kesimpulan ........................................................................................................................

B. Saran ..................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila merupakan dasar Negara Indonesia yang dirumuskan oleh para


pendiri bangsa. Hal ini tertuang dalam alinea keempat Undang – Undang Dasar
tahun 1945. Nilai- nilai dari Pancasila berasal dari akar budaya bangsa
Indonesia yang luhur. Sebagai suatu dasar Negara maka Pancasila senantiasa
dijadikan landasan dalam pengaturan kehidupan bernegara, yang berarti bahwa
segala macam peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang diambil oleh
para penyelenggara Negara tidak boleh bertentangan dengan Pancasila.
Hal ini menegaskan bahwa Pancasila merupakan suatu acuan yang
dijadikan dasar dalam bertindak oleh segenap bangsa Indonesia. Sebagai warga
negara Indonesia, maka kita diwajibkan untuk mengaktualisasi berbagai nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam berbagai bidang kehidupan.
Maka, setelah banyak aspek memperbincangkan Pancasila sebagai dasar
Negara, sekarang Pancasila pun dijadikan bahan perbincangan sebagai perilaku
yang digunakan di dalam kampus. Di mana di dalam kampus tersebut akan
terdidik dengan kepemimpinan Pancasila. Baik dalam perilaku bergaul juga
dalam proses belajar mengajar di dalamnya. Serta molekul-molekul yang
menjadi bagiannya. ancasila sebagai dasar Negara bangsa Indonesia hingga
sekarang telah mengalami perjalanan waktu yang tidak sebentar, dalam rentang
waktu tersebut banyak hal atau peristiwa yang terjadi menemani perjalanan
Pancasila, sehingga berdirilah pancasila seperti sekarang ini didepan semua
bangsa Indonesia. Mulai peristiwa pertama saat pancasila dicetuskan sudah
menuai banyak konflik diinternal para pencetusnya, hingga sekarangpun diera
reformasi dan globalisasi Pancasila masih hangat diperbincangkan oleh banyak
kalangan berpendidikan terutama kalangan Politik dan mahasiswa. Kebanyakan
dari para pihak yang memperbincangkan masalah Pancasila adalah mengenai
awal dicetuskannya Pancasila tentang sila pertama. Memang dari sejarah awal
perkembangan bangsa Indonesia dapat kita lihat bahwa komponen
masyarakatnya terbentuk dari dua kelompok besar yaitu kelompok agamis
dalam hal ini didominasi oleh kelompok agama Islam dan yang kedua adalah
kelompok Nasionalis. Kedua kelompok tersebut berperan besar dalam
pembuatan rancangan dasar Negara kita tercinta ini. Maka, setelah banyak
aspek memperbincangkan pancasila sebagai dasar Negara. Sekarang
pancasilapun dijadikan bahan perbincangan sebagai perilaku yang digunakan
didalam kampus. Dimana didalam kampus tersebut akan terdidik dengan
kepemimpinan pancasila. Baik dalam perilaku bergaul juga dalam proses belajar
mengajar didalamnya. Serta molekul-molekul yang menjadi bagiannya
Makalah ini dibuat sebagai catatan perjalanan Pancasila dari jaman ke
jaman, agar kita senantiasa tidak melupakan sejarah pembentukan Pancasila
sebagai dasar Negara, dan juga dapat digunakan untuk menjadi penengah bagi
pihak yang sedang berbeda pendapat tentang dasar Negara supaya kedepan kita
tetap seperti semboyan kita.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang disebut Pancasila sebagai dasar negara?
2. Apa yang dimaksud dengan tri dharma perguruan tinggi?
3. Bagaimana cara mengaktualisasikan Pancasila tersebut di perguruan
tinggi atau kampus.

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Pancasila sebagai dasar negara
2. Memahami makna dari Pancasila dalam perilaku sehari hari serta
mengenali peran dan cara mengaktualisasi Pancasila sendiri dalam
kehidupan, terutma dalam linkungan perguruan tinggi atau kampus.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

Sebelum kita beranjak mengenali pancasila dalam lingkungan kampus.


Makaterpikir sangatlah perlu bagi kita semua untuk mengetahui posisi,
fungsi atau peran pancasila sebagai dasar negara, sebelum kita akan
melanjutkan pemahaman terhadap pancasila dan aktualisasinya dalam
kampus. Karena dengan mengetahui lebih jauh dan lebih dalam pancasila
sebagai dasar Negara kita nanti akan lebih paham untuk mengaktualisasikan
dalam kehidupan kita sehari-hari, termasuk dalam kampus.
Pengertian Pancasila sebagai dasar negara diperoleh dari alinea keempat
Pembukaan UUD 1945 dan sebagaimana tertuang dalam Memorandum
DPR-GR 9 Juni 1966 yang menandaskan Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa yang telah dimurnikan dan dipadatkan oleh PPKI atas nama rakyat
Indonesia menjadi dasar negara Republik Indonesia. Memorandum DPR-GR
itu disahkan pula oleh MPRS dengan Ketetapan No.XX/MPRS/1966 jo.
Ketetapan MPR No.V/MPR/1973 dan Ketetapan MPR No.IX/MPR/1978
yang menegaskan kedudukan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum atau sumber dari tertib hukum di Indonesia.
Inilah sifat dasar Pancasila yang pertama dan utama, yakni sebagai dasar
negara (philosophische grondslaag) Republik Indonesia. Pancasila yang
terkandung dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 tersebut ditetapkan
sebagai dasar negara Pancasila yang terkandung dalam alinea keempat
Pembukaan UUD 1945 tersebut ditetapkan sebagai dasar negara pada
tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI yang dapat dianggap sebagai
penjelmaan kehendak seluruh rakyat Indonesia yang merdeka. Dengan syarat
utama sebuah bangsa menurut Ernest Renan: kehendak untuk bersatu (le
desir d'etre ensemble) dan memahami Pancasila dari sejarahnya dapat
diketahui bahwa Pancasila merupakan sebuah kompromi dan konsensus
nasional karena memuat nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh semua
golongan dan lapisan masyarakat Indonesia. Maka Pancasila merupakan
intelligent choice karena mengatasi keanekaragaman dalam masyarakat
Indonesia dengan tetap toleran terhadap adanya perbedaan. Penetapan
Pancasila sebagai dasar negara tak hendak menghapuskan perbedaan
(indifferentisme), tetapi merangkum semuanya dalam satu semboyan empiris
khas Indonesia yang dinyatakan dalam seloka"Bhinneka Tunggal Ika".
Mengenai hal itu pantaslah dingat pendapat Prof.Dr. Supomo: "Jika kita
hendak mendirikan Negara Indonesia yang sesuai dengan keistimewaan sift
dan corak masyarakat Indonesia, maka Negara kita harus berdasar atas aliran
pikiran Negara (Staatside) integralistik .. Negara tidak mempersatukan diri
dengan golongan yang terbesar dalam masyarakat, juga tidak
mempersatukan diri dengan golongan yang paling kuat, melainkan
mengatasi segala golongan dan segala perorangan mempersatukan diri
dengan segala lapisan rakyatnya Penetapan Pancasila sebagai dasar negara
itu memberikan pengertian bahwa negara Indonesia adalah Negara
Pancasila. Hal itu mengandung arti bahwa negara harus tunduk kepadanya,
membela dan melaksanakannya dalam seluruh perundang- undangan.
Mengenai hal itu, Kirdi Dipoyudo (1979:30) menjelaskan: "Negara Pancasila
adalah suatu negara yang didirikan, dipertahankan dan dikembangkan
dengan tujuan untuk melindungi dan mengembangkan martabat dan hak-hak
azasi semua warga bangsa Indonesia (kemanusiaan yang adil dan beradab),
agar masing-masing dapat hidup layak sebagai manusia, mengembangkan
dirinya dan mewujudkan kesejahteraannya lahir batin selengkap mungkin,
memajukan kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan lahir batin seluruh
rakyat, dan mencerdaskan kehidupan bangsa (keadilan sosial).' Pandangan
tersebut melukiskan Pancasila secara integral (utuh dan menyeluruh)
sehingga merupakan penopang yang kokoh terhadap negara yang didirikan
diatasnya, dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk
melindungi dan mengembangkan martabat dan hak-hak azasi semua warga
bangsa Indonesia. Perlindungan dan pengembangan martabat kemanusiaan
itu merupakan kewajiban negara, yakni dengan memandang manusia qua
talis, manusia adalah manusia sesuai dengan principium identatis-nya.
Pancasila seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 dan ditegaskan
keseragaman sistematikanya melalui Instruksi Presiden No.12 Tahun 1968
itu tersusun secara hirarkis-piramidal. Setiap sila (dasar/ azas) memiliki
hubungan yang saling mengikat dan menjiwai satu sama lain sedemikian
rupa hingga tidak dapat dipisah-pisahkan. Melanggar satu sila dan mencari
pembenarannya pada sila lainnya adalah tindakan sia-sia. Oleh karena itu.
Pancasila pun harus dipandang sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh,
yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Usaha memisahkan sila-sila dalam
kesatuan yang utuh dan bulat dari Pancasila akan Pancasila kehilangan
esensinya sebagai dasar negara. Sebagai alasan mengapa Pancasila harus
dipandang sebaqai satu kesatuan yang bulat dan utuh ialah karena setiap sila
alam Pancasila tidak dapat diantitesiskan satu sama lain. Secara tepat dalam
Seminar Pancasila tahun 1959, Prof. Notonagoro melukiskan sift hirarkis-
piramidal Pancasila dengan menempatkan sila "Ketuhanan Yang Maha Esa"
sebagai basis bentuk pyramid Pancasila. Dengan demikian keempat sila
yang lain haruslah dijiwai oleh sila "Ketuhanan Yang Maha Esa". Secara
tegas, Dr. Hamka mengatakan: "Tiap-tiap orang beragama atau percaya pada
Tuhan Yang Maha Esa, Pancasila bukanlah sesuatu yang perlu dibicarakan
lagi, karena sila yang 4 dari Pancasila sebenarnya hanyalah akibat saja dari
sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa Pancasila sebagai dasar
negara sesungguhnya berisi
Ketuhanan Yang Maha Esa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan
beradab, yang ber-Persatuan Indonesia, yang ber-Kerakyatan yang dipimpin
ole hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta ber-
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Ketuhanan Yang Maha
Esa, yang ber-Persatuan Indonesia, yang ber- Kerakyatan yang dipimpin ole
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan ber-Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Persatuan Indonesia, yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa yang ber-
Kemanusiaan yang adil dan beradab, ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan ber-Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan /perwakilan, yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, yang
ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber- Persatuan Indonesia, dan
ber-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, yang ber-Ketuhanan Yang
Maha Esa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-
Persatuan Indonesia, dan ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan

B.MENGAKTUALISASI PANCASILA
Aktualisasi berasal dari kata aktual, yang berarti betul-betul ada, terjadi,
atau sesungguhnya. Dimana pancasila memang sudah jelas berdiri di Negara
Indonesia sebagai dasar Negara dan ideologi Negara.
Aktualisasi Pancasila adalah bagaimana nilai-nilai Pancasila benar-benar
dapat tercermin dalam sikap dan perilaku seluruh warga negara mulai dari
aparatur dan pimpinan nasional sampai kepada rakyat biasa.
Nilai-nilai Pancasila yang bersumber pada hakikat Pancasila adalah
bersifat universal, tetap dan tak berubah. Nilai-nilai tersebut dapat dijabarkan
dalam setiap aspek dalam penyelenggaraan Negara dan dalam wujud norma-
norma, baik norma hukum, kenegaraan, maupun norma-norma moral yang
harus dilaksanakan dan diamalkan oleh setiap warga Negara Indonesia.
Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu :
a. Aktualisasi objektif
Aktualisasi Pancasila yang objektif adalah aktualisasi Pancasila dalam berbagai
bidang kehidupan kenegaraan yang meliputi kelembagaan Negara antara lain,
legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. selain itu juga meliputi bidang-bidang
aktualisasi lainnya. Seperti politik, ekonomi, hukum terutama dalam penjabaran
kedalam undang-undang, garis-garis besar Haluan Negara, hankam, pendidikan
maupun bidang kenegaraan lainnya.

b. Aktualisasi Subjektif
Aktualisasi Pancasila yang subyektif adalah aktualisasi pancasila pada setiap
individu terutama dalam aspek moral dalam kaitannya dengan hidup Negara dan
masyarakat. Aktualisasi yang subjektif tersebut tidak terkecuali baik warga
Negara biasa, apart penyelenggara Negara, penguasa Negara, terutama kalangan
elit politik dalam kegiatan politik, maka dia perlu mawas diri agar memiliki
moral ketuhanan dan kemanusiaan sebagaimana terkandung dalam pancasila.
Aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara memerlukan kondisi dan iklim yang memungkinkan segenap lapisan
masyarakat yang dapat mencerminkan nilai-nilai Pancasila itu dan dapat terlihat
dalam perilaku. Perpaduan ciri tersebut di dalam kehidupan kampus melahirkan
gaya hidup tersendiri yang merupakan variasi dari corak kehidupan yang
menjadikan kampus sebagai pedoman dan harapan masyarakat.

C.TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI


Pembangunan di Bidang Pendidikan yang dilaksanakan atas falsafah Negara
Pancasila diarahkan untuk membentuk manusia manusia pembangunan yang
berjiwa Pancasila, membentuk manusia-manusia Indonesia yang seat jasmani
dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan
kecerdasan yang tinggi disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsa dan
negara dan mencintai sesama manusia.
Peranan perguruan tinggi dalam usaha pembangunan mempunyai tugas
pokok menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran diatas perguruan tingkat
menengah berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia dengan cara ilmiah yang
meliputi: pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, yang disebut Tri Darma Perguruan Tinggi.
Peningkatan peranan Perguruan Tinggi sebagai satuan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan tinggi dalam usaha pembangunan selain
diarahkan untuk menjadikan Perguruan Tinggi sebagai pusat pemeliharaan dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni, juga mendidik
mahasiswa untuk berjiwa penh pengabdian serta memiliki tanggung jawab yang
besar pada masa depan bangsa dan Negara, serta menggiatkan mahasiswa,
sehingga bermanfaat bagi usaha pembangunan nasional dan pengembangan
daerah.
Perlu diketahui, bahwa pendidikan tinggi sebagai institusi dalam
masarakat bukanlah merupakan menara gading yang jauh dari kepentingan
masyarakat, melainkan senantiasa mengembangkkan dan mengabdi kepada
masarakat. Maka menurut PP. No. 60 Th. 1999, bahwa Perguruan Tinggi
mempunyai 3 tugas
pokok, yaitu:
1. Pendidikan tinggi
2. Penelitian
3. Pengabdian terhadap masyarakat
Jadi, di Perguruan Tinggi atau yang biasa disebut dengan kampus, tidak hanya
mengajar akan tetapi mendidik. Dimana dengan didikan tersebut mahasiswa
akan lebih didampingi baik secara intelektual dan emosional. Contoh umumnya
adalah bagaimana cara mahasiswa bergaul dalam sehari-hari mereka dengan
berpedoman pada pancasila. Budaya akademik merupakan nilai yang dilahirkan
oleh masyarakat akademik yang bersangkutan. Masyarakat akademik
dimanapun berada, hendaklah perkembangannya dijiwai ole nilai budaya yang
berkembang dilingkungan akademik yang bersangkutan. Swatu nilai budaya
yang mendorong tumbuh dan berkembangnya sikap kerja sama, santun,
mencintai kemajuan ilmu dan teknologi, serta mendorong berkembangnya sikap
mencintai seni. Perguruan tinggi sebagai suatu institusi dalam masyarakat
memiliki ciri khas tersendiri disamping lapisan-lapisan masyarakat lainnya.
Warga dari suatu perguruan tinggi adalah insan-insan yang memiliki wawasan
dan integritas ilmiah. Oleh karena itu masyarakat akademik harus senantiasa
mengembangkan budaya ilmiah yang merupakan esensi pokok dari aktivitas
perguruan tinggi. Terdapat sejumlah ciri masyarakat ilmiah sebagai budaya
akademik, yaitu kritis, kreatif, objektif, analisis, konstruktif, dinamis, dialogis,
menerima kritik, menghargai prestasi ilmiah/akademik, bebas dari prasangka,
menghargai waktu, memiliki dan menjunjung tinggi tradisi ilmiah, berorientasi
kemasa depan, kesejawatan/kemitraan (PPMB 1990 11-2). Masyarakat ilmiah
inilah yang harus dikembangkan dan merupakan budaya dari suatu masyarakat
akademik.
D. KAMPUS SEBAGAI KEKUATAN MORAL PENGEMBANGAN
HUKUM DAN HAM
Kampus merupakan wadah kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian
masyarakat, sekaligus merupakan tempat persemaian dan perkembangan nilai-
nilai luhur. Kampus merupakan wadah perkembangan nilai-nilai moral, dimana
seluruh warganya diharapkan menjunjung tinggi sikap yang menjiwai moralitas
yang tinggi dan dijiwai oleh pancasila.
Kampus merupakan wadah membentuk sikap yang dapat memberikan
kekuatan moral yang mendukung lahir dan berkembangnya sikap mencintai
kebenaran dan keadilan da menjunjung tinggi hak azasi manusia.
Masyarakat kampus sebagai masyarakat ilmiah harus benar- benar
mengamalkan budaya akademik. Masarakat kampus wajib senantiasa
bertanggung jawab secara moral atas kebenaran obyektif, bertanggung jawab
terhadap masyarakat bangsa dan negara, serta mengabdi pada kesejahteraan
kemanusiaan. Oleh karena itu sikap masyarakat kampus tidak boleh tercemar
oleh kepentingan-kepentingan politik penguasa sehingga benar-benar luhur dan
mulia.
E. KAMPUS SEBAGAI SUMBER PENGEMBANGAN HUKUM
Dalam rangka bangsa Indonesia melaksanakan reformasi dewasa ini suatu
agenda yang sangat mendesak untuk mewujudkan adalah reformasi dalam
bidang hukum dan peraturan perundang-undangan. Negara indonesia adalah
negara yang berdasarkan hukum, ole karena itu dalam rangka melakukan
penataan Negara untuk mewujudkan masyarakat yang demokratis maka harus
menegakkan supremasi hukum. Agenda reformasi yang pokok untuk segera
direalisasikan adalah untuk melakuka reformasi dalam bidang hukum
Konsekuensinya dalam mewujudkan suatu tatanan hukum yang demokratis,
maka harus dilakukan pengembangan hukum positif. Sesuai dengan tata tertib
hukum Indonesia dalam rangka pengembangan hukum harus sesuai dengan tata
tertib hukum Indonesia. Berdasarkan tata tertib hukum Indonesia maka dalam
pengembangan hukum positifIndonesia, maka falsafah negara merupakan
sumber materi dan sumber nilai bagi pengembangan hukum. Hal ini
berdasarkan Tap No. XX/MPRS/1966, dan juga Tap No. II1/MPR/2000. namun
perlu disadari, bahwa yang dimaksud dengan sumber hukum dasar nasional
adalah sumber materi dan nilai bagi penyusunan peraturan perundang-undangan
di Indonesia. Dalam penyusunan hukum positif di Indonesia nilai pancasila
sebagai sumber materi, konsekuensinya hukum di Indonesia harus bersumber
pada nilai- nilai hukum Than (sila I), nilai yang terkandung pada harkat,
martabat dan kemanusiaan seperti jaminan hak dasar (hak azasi) manusia (sila
II), nilai nasionalisme Indonesia (sila III), nilai demokrasi yang bertumpu pada
rakyat sebagai asal mula kekuasaan negara (sila IV) dan nilai keadilan dalam
kehidupankenegaraan dan kemasyarakatan (sila V). Selain itu, tidak kalah
pentingnya dalam penyusunan dan pengembangan hukum aspirasi dan realitas
kehidupan masyarakat serta rakyat adalah merupakan sumber materi dalam
penyusunan dan pengembangan hukum

F. KAMPUS SEBAGAI KEKUATAN MORALPEMBANGUNAN HAK


ASASI MANUSIA

Dalam penegakan hak azasi manusia tersebut, mahasiswa sebagai kekuatan


moral harus bersikap obyektif dan benar-benar berdasarkan kepentingan moral
demi harkat dan martabat manusia, bukan karena kepentingan politik terutama
kepentingan kekuasaan politik dan konspirasi kekuatan internasional yang ingin
menghancurkan negara Indonesia. Perlu kita sadari bahwa dalam penegakan hak
azasi tersebut, pelanggaran hak azasi dapat dilakukan ole seseorang, kelompok
orang termasuk apparat negara, penguasa negara baik disengaja ataupun tidak
disengaja (UU. No. 39 Tahun 1999).
Dasawarsa ini, kita melihat dalam menegakkan hak azasi seringkali kurang
adil. Misalnya kasus pelanggaran di Timur-timur, banyak kekuatan yang
mendesak untuk mengusut dan mernyeret bangsa sendiri ke Mahkamah
Internasional. Namun, ratusan ribu rakyat kita seperti korban kerusuhan
Sambas, Sampit, Poso dan lainnya tidak ada kelompok yang mau
memperjuangkannya. Padahal hak azasi mereka sudah diniak-injak, jelaslah
kejadian serta menderitanya mereka sama. Akan tetapi tetap tidak ada yang
menolong.
Jadi, marilah kita sebagai mahasiswa pencetus terjadinya reformasi, mari
kita tujukan pada dunia bahwa kita mampu dalam merealisasikan semua cita-
cita dan tujuan dasar dari reformasi. Akan tetapi disamping itu, perlu kita sadari
juga bahwasanya kita merupakan mahasiswa sebagai tonggak dari penjunjung
tinggi hak azasi manusia masihlah belum maksimal kinerjanya untuk hal yang
disebutkan diatas. Maka, dari detik ini kita sebagai generasi bangsa haruslah
benar-benar menanamkan nilai-nilai pancasila dalam setiap perilaku kita baik
dimanapun,kapanpun dan pada siapapun
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pancasila sebagai paradigma pembangunan merupakan suatu sumber
nilai, kerangka pikir, model, orientasi dasar, sumber azas serta arah dan
tujuan pembangunan yang meliputi pembangunan politik, IPTEK,
pengembangan bidang politik, poembangunan ekonomi, pembangunan
social budaya, pengembangan hankam, pembangunan pertahanan
keamanan, dan sebagai reformasi, baik itu reformasi hukum ataupun
reformasi politik. Semuanya ditujukan untuk membuat menjadikan
bangsa yang semakin berkembang dan masyarakat yang semakin mapan.
Pancasila sebagai aktualisasi diri yang berarti benar-benar ada, terjadi
atau sesungguhnya. Sehingga terbentuklah aktualisasi objektif dan
subjektif. Aktualisasi Pancasila yang objektif adalah pelaksanaan
Pancasila dalam bentuk realisasi dalam setiap aspek penyelenggaraan
negara, baik di bidang legislatif, eksekutif, yudikatif maupun semua
bidang kenegaraan lainnya. Aktualisasi Pancasila yang subyektif adalah
pelaksanaan dalam sikap pribadi, perorangan, setiap warga negara, setiap
individu, setiap penduduk, setiap penguasa, dan setiap orang Indonesia.
Aktualisasi diripun meliputi mencakup dalam tridarma perguruan tinggi,
budaya akademik dan lingkungan kampus sebagai moral
force
pengembangan hukum dan HAM, yang mencerminkan bahwa aktualisasi
diri itupun benar-benar ada dan terjadi disekitar kita. Terrmasuk dalam
lingkungan kampus.
B. SARAN
Sebelum kita terlampau melangkah jauh, menyisakan jejak yang tidak
pants bagi seorang mahasiswa. Marilah kita Kembali pahami arti dari
keberadaan pancasila itu sendiri. Serta kita harus sadar diri, bahwa kitalah
yang akan memegang Negara kita ini. Maka dari itu, mulai saat ini,
biasakanlah berperilaku, bertindak bahkan mengambil keputusan dengan
jiwa pancasila kita. Karena dengan itulah, akan terwujud bangsa yang
makmur serta tujuan Negara akan mudah dicapai.
DAFTAR PUSTAKA

Wibisono Siswomihardjo Koento. 1985, I/mu Filsafat dan Aktualisasinya dalam


pembangunan Nasional. Yogyakarta.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Untuk Kelas 2 SMU.

http://www.scribd.com/doc/18184016/Pancasila-Sebaqai-Sumber-Nilai- Dan-Paradigma
Pembanqunan

http://www.anakkendari.co.cc/2009/01/pancasila-sebagai-paradigma pembangunan/

Anda mungkin juga menyukai