PANCASILA SAKTI
Disusun oleh :
SHIELA AYUDIA
NIM : 1570031032
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA
1
DAFTAR ISI
Halaman
2
KATA PENGANTAR
Penyusun
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Puluhan tahun sudah kita peringati dan rayakan tanggal 1 Juni sebagai
Hari Lahir Pancasila dan 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
Dua kali setahun kita peringati Pancasila.Khusus tentang Hari Kesaktian
Pancasila. Tentu kita menghargai konteks peristiwa dan sejarah, mengapa tanggal
tersebut dipilih. Meskipun kata 'sakti', bisa menjadi perdebatan karena kata
tersebut mengandung makna yang sangat magis.
Sakti memiliki makna tidak terkalahkan, tidak dapat ditaklukkan. Sakti
biasanya menjadi predikat bagi seseorang yang memiliki suatu kekuatan tertentu,
baik fisik maupun non fisik, sehingga tidak akan terkena segala macam senjata
baik senjata tajam maupun senjata yang tidak nampak. Sakti merupakan kekuatan
yang bersifat kemampuan bertahan diri dari segala macam ancaman dan
gangguan, memiliki kekuatan yang sah, memiliki alasan kuat, benar atau adil,
dapat diterapkan pada tempatnya, dapat mengerjakan atau menyelesaikan hal yang
dirancang, mampu menjangkau masa depan.
Dalam era dimana manusia makin rasional maka kata sakti bisa kehilangan
makna substansinya bila realitasnya berbeda jauh dengan konteks kekinian dari
apa yang dikaitkan dengan kata sakti tersebut.
Katakanlah Pancasila sebagai sesuatu karya pendiri bangsa yang
dipandang sebagai dasar negara, ditafsirkan juga sebagai alat pemersatu, sebagai
pilar bahkan sebagai ideologi negara yang merupakan dasar dalam mengatur
penyelenggaraan negara disegala bidang, baik bidang ideologi, politik, ekonomi,
sosial-budaya dan hankam, telah dipandang sakti karena menurut interpretasi
sejarah telah berkali-kali dirongrong namun tetap eksis seiring kokohnya
eksistensi Republik Indonesia.
1
Era global menuntut kesiapan segenap komponen bangsa untuk
mengambil peranan sehingga dampak negatif yang kemungkinan muncul, dapat
segera diantisipasi. Kesetiaan, cinta tanah air dan patriotisme warga negara
kepada bangsa dan negaranya dapat diukur dalam bentuk kesetiaan terhadap
filsafat negaranya. Kesetiaan ini akan semakin mantap jika mengakui dan
meyakini kebenaran, kebaikan dan keunggulan Pancasila sepanjang masa.
Pancasila dalam kedudukannya sebagai Ideologi negara, diharapkan mampu
menjadi filter dalam menyerap pengaruh perubahan jaman di era globalisasi ini.
Keterbukaan ideologi Pancasila terutama ditujukan dalam penerapannya
yang berbentuk pola pikir yang dinamis dan konseptual.
Pancasila sebagai dasar ideologi bangsa memiliki kekuatan yang dapat
menyatukan bangsa Indonesia yang begitu beragam sehingga masing-masing
masyarakat dari berbagai macam suku, budaya, agama yang berbeda memiliki
rasa kebersamaan dan keterikayan yang kuat sebagai masyarakat Indonesia tanpa
adanya perbedaan. Semua itu terangkum dengan adanya Pancasila.
Pancasila bagi sebagian besar kalangan, terutama kaum intelektual, masih
cukup besar. Walau pada dekade terakhir, Pancasila seakan kehilangan trah-nya,
namun ia masih melekat kuat sebagai sesuatu yang bernilai untuk ditinggalkan
begitu saja. Bahkan, bagi kita yang masih memiliki nasionalisme Indonesia yang
kuat, mempertahankan Pancasila sebagai bagian dari eksistensi negara adalah
harga mati.
2
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Pancasila. Serta untuk memberikan gambaran mengenai pengertian
dari Pancasila Sakti kepada para pembacanya. Agar kita bisa berfikir kritis
terhadap suatu hal. Selain itu untuk memberikan informasi juga kepada para
pembaca makalah ini sebagai bahan bacaan untuk memperluas ilmu pengetahuan.,
dan juga agar setiap mahasiswa terutama saya sendiri, dapat mengapresiasikan
pendapat atau pandangan-pandangannya terhadap Mengapa pancasila dianggap
sakti hingga harus di lestarikan?.
BAB II
3
PEMBAHASAN
4
satu semboyan empiris khas Indonesia yang dinyatakan dalam seloka Bhinneka
Tunggal Ika.
Mengenai hal itu pantaslah diingat pendapat Prof.Dr. Supomo: Jika kita
hendak mendirikan Negara Indonesia yang sesuai dengan keistimewaan sifat dan
corak masyarakat Indonesia, maka Negara kita harus berdasar atas aliran pikiran
Negara (Staatside) integralistik Negara tidak mempersatukan diri dengan
golongan yang terbesar dalam masyarakat, juga tidak mempersatukan diri dengan
golongan yang paling kuat, melainkan mengatasi segala golongan dan segala
perorangan, mempersatukan diri dengan segala lapisan rakyatnya
Penetapan Pancasila sebagai dasar negara itu memberikan pengertian
bahwa negara Indonesia adalah Negara Pancasila. Hal itu mengandung arti bahwa
negara harus tunduk kepadanya, membela dan melaksanakannya dalam seluruh
perundang-undangan.
Pandangan tersebut melukiskan Pancasila secara integral (utuh dan
menyeluruh) sehingga merupakan penopang yang kokoh terhadap negara yang
didirikan di atasnya, dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk
melindungi dan mengembangkan martabat dan hak-hak azasi semua warga bangsa
Indonesia. Perlindungan dan pengembangan martabat kemanusiaan itu merupakan
kewajiban negara, yakni dengan memandang manusia qua talis, manusia adalah
manusia sesuai dengan principium identatis-nya.
Pancasila seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 dan
ditegaskan keseragaman sistematikanya melalui Instruksi Presiden No.12 Tahun
1968 itu tersusun secara hirarkis-piramidal. Setiap sila (dasar/ azas) memiliki
hubungan yang saling mengikat dan menjiwai satu sama lain sedemikian rupa
hingga tidak dapat dipisah-pisahkan. Melanggar satu sila dan mencari
pembenarannya pada sila lainnya adalah tindakan sia-sia. Oleh karena itu,
Pancasila pun harus dipandang sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh, yang
tidak dapat dipisah-pisahkan. Usaha memisahkan sila-sila dalam kesatuan yang
utuh dan bulat dari Pancasila akan menyebabkan Pancasila kehilangan esensinya
sebagai dasar negara.
5
Sebagai alasan mengapa Pancasila harus dipandang sebagai satu kesatuan
yang bulat dan utuh ialah karena setiap sila dalam Pancasila tidak dapat
diantitesiskan satu sama lain. Secara tepat dalam Seminar Pancasila tahun 1959,
Prof. Notonagoro melukiskan sifat hirarkis-piramidal Pancasila dengan
menempatkan sila Ketuhanan Yang Mahaesa sebagai basis bentuk piramid
Pancasila. Dengan demikian keempat sila yang lain haruslah dijiwai oleh sila
Ketuhanan Yang Mahaesa. Secara tegas, Dr. Hamka mengatakan: Tiap-tiap
orang beragama atau percaya pada Tuhan Yang Maha Esa, Pancasila bukanlah
sesuatu yang perlu dibicarakan lagi, karena sila yang 4 dari Pancasila sebenarnya
hanyalah akibat saja dari sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas
ke arah mana tujuan yang ingin dicapainya sangat memerlukan pandangan hidup
(filsafat hidup). Dengan pandangan hidup inilah sesuatu bangsa akan memandang
persoalan-persoalan yang dihadapinya dan menentukan arah serta cara bagaimana
memecahkan persoalan-persoalan tadi. Tanpa memiliki pandangan hidup maka
suatu bangsa akan merasa terombang-ambing dalam menghadapi persoalan-
persoalan besar yang pasti akan timbul, baik persoalan-persoalan di dalam
masyarakatnya sendiri, maupun persoalan-persoalan besar umat manusia dalam
pergaulan masyarakat bangsa-bangsa di dunia ini. Dengan pandangan hidup yang
jelas sesuatu bangsa akan memiliki pegangan dan pedoman bagaimana ia
memecahkan masalah-masalah polItik, ekonomi, sosial dan budaya yang timbul
dalam gerak masyarakat yang makin maju. Dengan berpedoman pada pandangan
hidup itu pula suatu bangsa akan membangun dirinya.
6
baik. Pada akhirnya pandangan hidup sesuatu bangsa adalah kristalisasi dari nilai-
nilai yang dimiliki suatu bangsa itu sendiri, yang diyakini kebenarannya dan
menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkannya.
7
Karena Pancasila sudah merupakan pandangan hidup yang berakar
dalam kepribadian bangsa, maka ia diterima sebagai dasar negara yang mengatur
hidup ketatanegaraan. Hal ini tampak dalam sejarah bahwa meskipun dituangkan
dalam rumusan yang agak berbeda, namun dalam 3 buah UUD yang pernah kita
miliki yaitu dalam pembukaan UUD 1945, dalam Mukadimah UUD Sementara
Republik Indonesia 1950. Pancasila itu tetap tercantum didalamnya, Pancasila
yang lalu dikukuhkan dalam kehidupan konstitusional itu, Pancasila yang selalu
menjadi pegangan bersama saat-saat terjadi krisis nasional dan ancaman terhadap
eksistensi bangsa kita, merupakan bukti sejarah sebagai dasar kerohanian negara,
dikehendaki oleh bangsa Indonesia karena sebenarnya ia telah tertanam dalam
kalbunya rakyat. Oleh karena itu, ia juga merupakan dasar yang mampu
mempersatukan seluruh rakyat Indonesia.
b. Dalam Naskah Politik yang bersejarah, tanggal 22 Juni 1945 alinea IV yang
kemudian dijadikan naskah rancangan Pembukaan UUD 1945 (terkenal dengan
sebutan Piagam Jakarta).
8
2.2. PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA
9
Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden dan peraturan-peraturan pelaksanaan
lainnya) yang dikeluarkan oleh negara dan pemerintah Republik Indonesia
haruslah pula sejiwa dan sejalan dengan Pancasila (dijiwai oleh dasar negara
Pancasila). Isi dan tujuan dari peraturan perundang-undangan Republik Indonesia
tidak boleh menyimpang dari jiwa Pancasila. Bahkan dalam Ketetapan MPRS No.
XX/MPRS/1966 ditegaskan, bahwa Pancasila itu adalah sumber dari segala
sumber hukum (sumber hukum formal, undang-undang, kebiasaan, traktaat,
jurisprudensi, hakim, ilmu pengetahuan hukum).
10
c) Persatuan Indonesia, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa, yang ber-
Kemanusiaan yang adil dan beradab, ber-Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, dan
ber-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
d) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa,
yang ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Persatuan
Indonesia, dan ber-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
e) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, yang ber-Ketuhanan
yang mahaesa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-
Persatuan Indonesia, dan ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan.
11
sebagai norma dasar bagi penyusunan norma hukum di Indonesia. Negara
Indonesia memiliki hukum nasional yang merupakan satu kesatuan sistem hukum.
Sistem hukum Indonesia itu bersumber dan berdasar pada pancasila sebagai
norma dasar bernegara. Pancasila berkedudukan sebagai grundnorm (norma dasar)
atau staatfundamental norm (norma fondamental negara) dalam jenjang norma
hukum di Indonesia.
Nilai-nilai pancasila selanjutnya dijabarkan dalam berbagai peraturan
perundangam yang ada. Perundang-undangan, ketetapan, keputusan,
kebijaksanaan
pemerintah, program-program pembangunan, dan peraturan-peraturan lain pada
hakikatnya merupakan nilai instrumental sebagai penjabaran dari nilai-nilai
dasar pancasila.
a. Nilai Ketuhanan
Nilai ketuhanan Yang Maha Esa Mengandung arti adanya pengakuan
dan keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pancipta alam semesta.
Dengan nilai ini menyatakan bangsa indonesia merupakan bangsa yang religius
bukan bangsa yang ateis. Nilai ketuhanan juga memiliki arti adanya pengakuan
akan kebebasan untuk memeluk agama, menghormati kemerdekaan beragama,
tidak ada paksaan serta tidak berlaku diskriminatif antar umat beragama.
b. Nilai Kemanusiaan
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti kesadaran
sikap dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas
dasar tuntutan hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana
mestinya.
c. Nilai Persatuan
Nilai persatuan indonesia mengandung makna usaha ke arah bersatu
dalam kebulatan rakyat untuk membina rasa nasionalisme dalam Negara
12
Kesatuan Republik Indonesia. Persatuan Indonesia sekaligus mengakui dan
menghargai sepenuhnya terhadap keanekaragaman yang dimiliki bangsa
indonesia.
d. Nilai Kerakyatan
Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan /perwakilan mengandung makna suatu pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui
lembaga-lembaga perwakilan.
e. Nilai Keadilan
Nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengandung makna
sebagai dasar sekaligus tujuan, yaitu tercapainya masyarakat Indonesia Yang
Adil dan Makmur secara lahiriah ataupun batiniah. Nilai-nilai dasar itu sifatnya
abstrak dan normatif. Karena sifatnya abstrak dan normatif, isinya belum dapat
dioperasionalkan. Agar dapat bersifat operasional dan eksplisit, perlu
dijabarkan ke dalam nilai instrumental. Contoh nilai instrumental tersebut
adalah UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya.
Berkaitan dengan 1965 Incident Road Show in the United States, ada satu
peristiwa monumental yang tidak bisa begitu saja ditelan dan diterima secara
bulat-bulat. Peristiwa ini masih berjalan sampai sekarang, yaitu upacara nasional
pada tanggal 1 Oktober pagi di Lubang Buaya, Jakarta yang oleh pemerintahan
Orde Baru, di bawah pimpinan Suharto/Soeharto, diberi nama Hari Kesaktian
Pancasila. Kita semua tahu dari pelajaran sekolah apa sebabnya diberi nama Hari
Kesaktian Pancasila, yaitu telah terbukti bahwa Pancasila itu ampuh dan berhasil
menghalau dan menumpas komunis dan Partai Komunis Indonesia (PKI) dari
13
muka bumi Indonesia dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari kehancuran pada
percobaan kudeta PKI tahun 1965. Benarkah demikian? Apakah arti sesunggunya
di balik peringatan ini?
Setiap tanggal 1 Oktober pagi, hampir semua pejabat kunci negara Republik
Indonesia (RI) berkumpul di Lubang Buaya, Jakarta untuk mengadakan ritual,
memperbaharui dan mengkokohkan tekat untuk melindungi negara RI dari
rongrongan komunis melalui Partai Komunis Indonesia (PKI). Upacara ritual ini
disimbolkan dengan pengorbanan nyawa yang sangat memilukan dan menyayat
hati dari 6 jenderal senior dan lainnya.
Jenderal TNI A.H. Nasution juga disebut sebagai salah seorang target
namun dia selamat dari upaya pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya
Ade Irma Suryani Nasution dan ajudan AH Nasution, Lettu Pierre Tandean
tewas dalam usaha pembunuhan tersebut.
14
Selain itu beberapa orang lainnya juga turut menjadi korban:
Kolonel Sugiono
Para korban tersebut kemudian dibuang ke suatu lokasi di Pondok Gede, Jakarta
yang dikenal sebagai Lubang Buaya. Mayat mereka ditemukan pada 3 Oktober
1965.
15
Padahal Pancasila bukanlah sebuah kitab, bukanlah sebuah barang yang
memiliki kekuatan luar biasa atau hipnotis, tetapi kita bisa terpengaruh untuk
menjalankan aktivitas hidup di dalam segala bidang mengikuti apa yang
terkandung dalam Pancasila. Bukankah itu berarti Pancasila itu sakti? Ya, kita
sebagai warga negara Indonesia menganggap Pancasila sakti sampai-sampai
setiap tanggal 1 Oktober dianggap sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
Lalu mengapa setiap tanggal 1 Oktober dianggap sebagai Hari Kesaktian
Pancasila? Ini dikarenakan peristiwa pada tanggal 30 September 1965 yang
merupakan awal dari Gerakan 30 September (G30SPKI). Oleh pemerintah
Indonesia, pemberontakan ini merupakan wujud usaha mengubah unsur Pancasila
yang merupakan dasar Negara Indonesia menjadi ideologi komunis..
Betapa saktinya Pancasila, Pancasila dianggap sakti karena tidak ada satu
orangpun yang boleh mengubah dan mangganti dari isi yang telah tercantum
dalam pancasila a dari pandangan hidup bangsa dan nilai-nilai murni/falsafah
bangsa Indonesia. Oleh karena itu Pancasila harus dilestarikan karena Pancasila
merupakan identitas bangsa Indonesia yang membedakan bangsa kita dengan
bangsa lain.
16
kehidupan kita sehingga kita bisa menjalankan kehidupan kita dengan lebih baik.
Selain itu di dalam kelima sila tersebut, memiliki kandungan yang sangat banyak
dan bermanfaat yang bisa kita jadikan pedoman untuk bersama-sama mewujudkan
cita-cita Bangsa Indonesia sehingga terciptalah Indonesia yang aman dan makmur.
Untuk itu kita sebagai warga negara Indonesia yang baik harus
mengamalkan dan melestarikan nilai-nilai yang terkandung dari setiap sila yang
ada pada Pancasila, agar kita bersama-sama bisa cepat mewujudkan cita-cita
Bangsa Indonesia dan terwujudnya cita-cita tersebut berlangsung lama.
17
demokrasi. Oleh karenanya asas sila pertama Pancasila lebih berkaitan dengan
legitimasi moralitas.
Para pejabat eksekutif, anggota legislatif, maupun yudikatif, para pejabat
negara, serta para penegak hukum, haruslah menyadari bahwa selain legitimasi
hukum dan legitimasi demokratis yang kita junjung, juga harus diikutsertakan
dengan legitimasi moral. Misalnya, suatu kebijakan sesuai hukum, tapi belum
tentu sesuai dengan moral.
Salah satu contoh yang teranyar yakni gaji para pejabat penyelenggara
negara itu sesuai dengan hukum, namun mengingat kondisi rakyat yang sangat
menderita belum tentu layak secara moral (legitimasi moral).
Hal inilah yang membedakan negara yang berketuhanan Yang Maha Esa
dengan negara teokrasi. Walaupun dalam negara Indonesia tidak mendasarkan
pada legitimasi religius, namun secara moralitas kehidupan negara harus sesuai
dengan nilai-nilai Tuhan terutama hukum serta moral dalam kehidupan bernegara.
Makna kedua Kemanusiaan, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
mengandung makna bahwa negara harus menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia sebagai makhluk yang beradab, selain terkait juga dengan nilai-nilai
moralitas dalm kehidupan bernegara.
Negara pada prinsipnya adalah merupakan persekutuan hidup manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari
umat manusia di dunia hidup secara bersama-sama dalam suatu wilayah tertentu,
dengan suatu cita-cita serta prinsip-prinsip hidup demi kesejahteraan bersama.
Kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung nilai suatu kesadaran
sikap moral dan tingkah laku manusia yang didasarkan pada potensi budi nurani
manusia dalam hubungan norma-norma baik terhadap diri sendiri,
sesama manusia, maupun terhadap lingkungannya.
Oleh Karena itu, manusia pada hakikatnya merupakan asas yang bersifat
fundamental dan mutlak dalam kehidupan negara dan hukum. Dalam kehidupan
negara kemanusiaan harus mendapat jaminan hukum, maka hal inilah yang
diistilahkan dengan jaminan atas hak-hak dasar (asas) manusia. Selain itu, asas
18
kemanusiaan juga harus merupakan prinsip dasar moralitas dalam pelaksanaan
dan penyelenggaraan negara.
Makna ketiga, Keadilan. Sebagai bangsa yang hidup bersama dalam suatu
negara, sudah barang tentu keadilan dalam hidup bersama sebagaimana yang
terkandung dalam sila II dan V adalah merupakan tujuan dalam kehidupan negara.
Nilai kemanusiaan yang adil mengandung suatu makna bahwa pada hakikatnya
manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab harus berkodrat adil.
Dalam pengertian hal ini juga bahwa hakikatnya manusia harus adil dalam
hubungan dengan diri sendiri, adil terhadap manusia lain, adil terhadap
lingkungannya, adil terhadap bangsa dan negara, serta adil terhadap Tuhannya.
Oleh karena itu, dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, segala
kebijakan, kekuasaan, kewenangan, serta pembagian senantiasa harus berdasarkan
atas keadilan. Pelanggaran atas prinsip-prinsip keadilan dalam kehidupan
kenegaraan akan menimbulkan ketidakseimbangan dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.
Makna keempat, Persatuan. Dalam sila Persatuan Indonesia
sebagaimana yang terkandung dalam sila III, Pancasila mengandung nilai bahwa
negara adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis, yaitu sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial. Negara merupakan suatu persekutuan
hidup bersama diantara elemen-elemen yang membentuk negara berupa suku, ras,
kelompok, golongan, dan agama. Konsekuensinya negara adalah beraneka ragam
tetapi tetap satu sebagaimana yang tertuang dalam slogan negara yakni Bhinneka
Tunggal Ika.
Makna kelima, Demokrasi. Negara adalah dari rakyat dan untuk rakyat,
oleh karena itu rakyat adalah merupakan asal mula kekuasaan negara. Sehingga
dalam sila kerakyatan terkandung makna demokrasi yang secara mutlak harus
dilaksanakan dalam kehidupan bernegara. Maka nilai-nilai demokrasi yang
terkandung dalam Pancasila adalah adanya kebebasan dalam memeluk agama dan
keyakinannya, adanya kebebasan berkelompok, adanya kebebasan berpendapat
dan menyuarakan opininya, serta kebebasan yang secara moral dan etika harus
sesuai dengan prinsip kehidupan berbangsa dan bernegara.
19
Seandainya nilai-nilai Pancasila tersebut dapat diimplementasikan
sebagaimana yang terkandung di dalamnya, baik oleh rakyat biasa maupun para
pejabat penyelenggara negara, niscayalah kemakmuran dan kesejahteraan bangsa
dan negara bukanlah hal yang mustahil untuk diwujudkan secara nyata.
Terlebih lagi hingga kini kita selaku bangsa tentulah malu terhadap para
pendiri negara yang telah bersusah payah meletakkan pondasi negara berupa
Pancasila, sedangkan kita kini seakan lupa dengan tidak melaksanakan nilai-nilai
Pancasila yang sangat sakti tersebut.
Perilaku KKN, kerusuhan antar sesama warga negara, ketidakadilan dan
ketimpangan sosial, berebut jabatan, perilaku asusila, serta berbagai perilaku
abmoral lainnya adalah segelintir perilaku yang hanya dapat merusak nilai
Pancasila itu sendiri. Kini, Marilalah kita kembali junjung tinggi nilai-nilai
Pancasila agar kita tetap dipandang sebagai bangsa dan negara yang beradap,
beragama, beretika, dan bermoral
Pancasila sebagai dasar negara yang telah disepakati dan ditetapkan oleh
wakil-wakil suku, agama, ras, dan antar-golongan pada tahun 1945 adalah
landasan bagi rakyat Indonesia
Belakangan setelah orde baru jatuh dan digantikan oleh orde yang disebut
Orde Reformasi, peringatan hari Kesaktian Pancasila ini sepertinya mulai
dilupakan. Terbukti tanggal 1 Oktober tersebut tidak lagi ditetapkan sebagai hari
libur nasional sebagaimana sebelumnya.
20
asing lagi terdengar di telinga masyarakat pada umumnya, bukan hanya manusia
yang bisa disebut sakti Pancasila pun juga diartikan sebagai sesuatu yang sakti,
namun untuk Pancasila kata sakti kurang dapat mewakili makna yang
terkandung di dalam pengertian Pancasila sakti itu sendiri, lebih di titik beratkan
pada KETEPATAN Pancasila bagi bangsa Indonesia dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Mengapa ? Karena pada dasarnya tanpa kita sadari
Pancasila memiliki kekuatan untuk dapat menyatukan keragaman masyarakat
Indonesia yang notabennya memiliki berbagai macam perbedaan mulai dari
perbedaan suku, agama, ras dan lain sebagainya, kesemuanya itu dapat disatukan
oleh Pancasila di dalam wadahnya yang lebih di spesifikasikan lagi ke dalam
suatu nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku. Selain itu Pancasila juga menjadi
suatu dasar ideologi dari negara indonesia ini. Dengan demikian Pancasila juga
dapat diartikan sebagai akar dari segala sumber kekuatan bangsa Indonesia.
Sehingga bila kita mengatakan bahwa Pancasila itu adalah tepat bagi bangsa
Indonesia, maka harus memenuhi ketentuan tersebut di atas yakni memiliki
kekuatan yang sah, benar dan adil, dapat diterapkan, mampu menyelesaikan
tujuan bangsa, dan dapat dipergunakan sebagai pegangan dalam menjangkau masa
depan.
Kalau ditelaah dari makna katanya menurut KBBI sakti adalah mampu (kuasa)
berbuat sesuatu yg melampaui kodrat alam. Lalu Mengapa pancasila dianggap
sakti hingga harus dilestarikan?
21
Menurut pandangan dan pendapat saya karna seluruh warga negara Indonesia
harus menaati dan mengamalkan apa yang terkandung dalam nilai-nilai pancasila
itu sendiri entah itu presiden, pejabat negara maupun wargan negara biasa,
semuanya mempunyai kewajiban dan hak yang sama dalam mengamalkan nilai-
nilai dari pancasila dan patuh terhadap konstitusi di Indonesia yaitu UUD 1945,
karna pancasila merupakan pedoman kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara yang telah disepakati bersama oleh Bangsa Indonesia berdasarkan nilai
luhur dan jati diri Bangsa Indonesia yang telah dibuat oleh para tokoh
kemerdekaan yang menginginkan bangsa Indonesia mempunya tujuan yang sama
terhadap pancasila yang terdapat dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945
alinea keempat.
22
kehidupan bermasyarakat seperti halnya menjaga kebersamaan, prinsip-prinsip
nilai kebenaran dan keadilan.
Pada masa Orba, Pancasila digerakkan dari atas melalui program- program
yang telah dirumuskan pemerintah, top down. Di era reformasi, negara hampir
jarang menyebut kata Pancasila, terlebih membuat program yang berbau
Pancasila. Pancasila sengaja dibiarkan tanpa ada perhatian yang serius dari
negara. Di saat seperti itulah, muncul keunikan bangsa ini, yaitu nilai-nilai
Pancasila terus hidup sebagai akar falsafah bangsa.
Kemudian Pancasila mengeluarkan kesaktiannya dengan membangkitkan
kesadaran publik tentang nilai-nilai kebenaran yang diyakini secara substansial.
Kebenaran tidak hanya milik penguasa semata, tetapi rakyat sudah mampu
membedakan dan memilah apa yang dinamakan sebagai kebenaran yang hidup.
Ada dua arus kesaktian Pancasila, arus atas dan bawah. Arus atas, kesaktian
Pancasila diwujudkan oleh kelompok menegah-atas dengan pembelaan terhadap
kriminalisasi pimpinan KPK, Bibit-Candra. Arus bawah, kesaktian Pancasila
diwujudkan dalam perlawanan rakyat kecil, Ibu Prita dalam menghadapi RS Omni
Internasional. Aksi koin peduli Prita dan dukungan masyarakat terhadap KPK
melalui gerakan sosial merupakan bentuk nyata protes masyarakat terhadap
ketidakadilan dan kebenaran. Protes itu menunjukkan buruknya pengadilan di
Indonesia. Dari dua kasus tersebut, baik masyarakat dan pers secara sadar telah
membangkitkan kesadaran kolektif untuk memperjuangkan nilai-nilai
kemanusiaan, persatuan, kebenaran, dan keadilan sosial.
Seiring derasnya arus globalisasi dan permasalahan bangsa kekinian, nilai-
nilai Pancasila harus selalu dihidupkan agar bisa hadir di tengah-tengah
masyarakat. Permasalahan bangsa sudah kompleks. Segala macam bencana baik
bencana alam dan sosial terus melanda bangsa ini. Persatuan dan kesatuan mulai
rapuh di tengah pertikaian para elite yang menjalar ke bawah, bahkan akhir-akhir
ini konflik sesama warga terjadi di Tarakan, Kalimantan Timur, kemanusiaan dan
ketuhanan semakin sirna di beberapa daerah dengan adanya kekerasan terhadap
jemaat HKBP di Bekasi. Rasa keadilan sosial menjadi harapan yang semakin
menjauh dari masyarakat.
23
Penegakan Pancasila sebagai ideologi yang beradab dan bermartabat di
tengah-tengah era globalisasi ini sangat penting. Pancasila diletakkan sebagai
falsafah dan dasar negara untuk memperkokoh kehidupan berbangsa dan
bernegara. Kita tidak bisa lepas dan lari dari gempuran modernitas dan globalisasi.
Peringatan Hari Kesaktian Pancasila adalah bukti sejarah bahwa bangsa ini bisa
bertumbuh menjadi bangsa yang besar ketika mampu menggerakkan seluruh
elemen bangsa untuk bersatu dan memaknai Pancasila sebagai ideologi pemersatu
bangsa.
Kesaktian Pancasila hendaknya dimaknai sebagai suatu tekad yang mampu
membangkitkan semangat kebersamaan, kebenaran, keadilan, dan persatuan yang
kini mulai mengancam. Kini saatnya kita membangkitkan kesadaran kolektif
bahwa Pancasila mempunyai peran besar dalam mempersatukan keberagaman
bangsa Indonesia. Pancasila hadir bukan sebagai simbol dan alat indoktrinasi
politik, tetapi Pancasila hadir menjadi tulang punggung tegaknya NKRI dan
keberagaman sampai sekarang ini. Semoga bangsa ini menjadi bangsa yang cerdas
dan menemukan kembali jati diri sebagai manusia Indonesia yang Pancasilais.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
24
Pancasila sebagai dasar negara menunjukkan bahwa Pancasila itu sebagai
sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari seluruh tertib hukum yang ada
di Negara RI. Berarti semua sumber hukum atau peraturan2, mulai dari UUD`45,
Tap MPR, Undang-Undang, Perpu (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang2),
PP (Peraturan Pemerintah), Keppres (Keputusan Presiden), dan seluruh peraturan
pelaksanaan yang lainnya, harus berpijak pada Pancasila sebagai landasan
hukumnya. Semua produk hukum harus sesuai dengan Pancasila dan tidak boleh
bertentangan dengannya.
Filsafat Pancasila adalah hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya
dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu
(kenyataan, norma-norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling
bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi bangsa Indonesia.
Nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan ideologi tertinggi, yang
dalam perumusannya sangat-sangat di teliti kesaktiannya, dalam menjawab
permasalahan jaman, contohnya seperti era globalisasi sekarang ini.
Falsafah Pancasila yang terkandung dalam butir pancasila, dapat kita tarik
simpulannya bahwa, pancasila merupakan landasan dasar kehidupan dari segala-
gala yang hidup, artinya, setiap urutan butir-butirnya dapat di artikan Segitiga
Terbalik dan cara impelementasinya pun berdasarkan urutan pasal yang ada, agar
dapat membawa suatu bangsa pada kehidupan masyarakatnya yang madani.
Sakti bukan hanya memiliki kekuatan yang tidak dimiliki oleh orang lain
atau seseorang yang kebal teradap senjata-senjata tajam, namun pancasila juga
dapat dikatakan sakti karena dengan adanya pancasila perbedaan masyarakat
Indonesia yang begitu beragam dapat disatukan dalam satu wadah. Pancasila juga
memiliki kekuatan yang sah yang banyak tercantum dalam undang-undang yang
pernah berlaku di Indonesia maupun di TAP MPR, selain itu adanya pancasila
tidak tenggelam di telan oleh zaman yang kini telah berkembang era globalisasi
yang begitu luas, meskipun globalisasi sedang meraja namun Pancasila tetap
mampu menunjukkan eksistensinya sebagai suatu filsafah dan pandangan hidup
Bangsa.
25
Pancasila dianggap sakti karena tidak ada satu orangpun yang boleh
mengubah dan mangganti dari isi yang telah tercantum dalam pancasila. Selain
itu, karena pancasila itu sendiri dijadikan sebagai dasar negara/pondasi yang
penting dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang bermula
dari pandangan hidup bangsa dan nilai-nilai murni/falsafah bangsa Indonesia.
Pancasila itu harus diperlukan bukan sekedar sebagai ideologi politik,
melainkan juga sebagai nilai budaya inti (core value) yang menjiwai kehidupan
dan berfungsi sebagai motor serta simbol pengikat persatuan dalam masyarakat
majemuk Indonesia yang sedang mengalami perkembangan. Sebagai perangkat
nilai inti, Pancasila tidak hanya akan berfungsi sebagai kerangka acuan bagi
segenap warganegara dalam menghadapi tantangan, malainkan juga sebagai
kendali yang mengikat arah perkembangan kebudayaan agar tidak terlepas dari
akarnya.
Sementara itu sebagi simbol pengikat persatuan, Pancasila yang terwujud
sebagai konfigurasi perangkat nilai budaya inti yang diyakini kebenarannya
sebagai acuan bersama, mempunyai kekuatan integratif dalam masyarakat
majemuk yang mempunyai anekaragam latar belakang kebudayaan. Oleh karena
itu ia harus diwujudkan secara nyata dalam pengembangan kebudayaan bangsa
yang akan berfungsi sebagai acuan bagi masyarakat dalam menyelenggarakan
kehidupan sehari-hari maupun dalam menggapai tantangan kemajuan.
3.2. SARAN
26
kehidupan masyarakat sehari-hari dan bukannya untuk dihafalkan unsur-unsurnya
secara lepas, apabila dipuja-puja sebagai sesuatu yang sakti.
Oleh karena itu Pancasila harus diterjemahkan sebagai kerangka acuan
bagi perkembangan pranata sosial dan pengembangan sikap serta pola tingkah
laku masyarakat dalam menghadapi tantangan hidup yang penuh dinamika.
Peringatan Hari Kesaktian Pancasila setiap tanggal 1 Oktober, juga harus
dijadikan sebagai kesempatan untuk merefleksikan tentang pemaknaan nilai-nilai
dan kesaktian Pancasila itu sendiri. Hal ini penting khususnya bagi generasi muda
bangsa ini untuk meningkatkan semangat Pancasila yang sudah kurang membumi
di Indonesia (terlihat dari kebersamaan dan persaudaraan kita yang mulai
melemah).
Dengan adanya Peringatan Hari Kesaktian Pancasila memberi kita suatu
sejarah masa lalu bangsa Indonesia untuk belajar, karena generasi baru tidak akan
memiliki rasa percaya diri dan kebanggaan atas bangsa ini tanpa mengenali
sesungguhnya sejarah kehidupannya.
DAFTAR PUSTAKA
https://lppkb.wordpress.com/pancasila-sakti/
27
https://silviwahyuni.wordpress.com/2010/11/04/makalah-pancasila-sakti-dan-
ideologi-terbuka/
https://rizmarizmi.blogspot.co.id/2014/04/makalah-pancasila-dianggap-sakti.html
http://www.teropongsenayan.com/11465-benarkah-pancasila-sakti
http://004malpekanbaru.blogspot.co.id/p/hari-kesaktian-pancasila.html
http://peristiwa-id.com/makna-dibalik-hari-kesaktian-pancasila/
http://mahenisme.blogspot.co.id/2014/11/makalah-pancasila-sakti.html
http://daniiskandarmanajemen.blogspot.co.id/2010/11/mengapa-pancasila-
dianggap-sakti.html
http://duniadalampendidikan.blogspot.co.id/2015/10/makalah-kesaktian-
pancasila.html
28