Dosen Pengampu :
Dr. H. Husin Bafadhal, Lc., MA
Dr. Minnah Elwiddah, M.Ag
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini tentang
“ Ilmu dan Moral”. Makalah ini kami susun guna untuk memenuhi salah satu
syarat tugas mata kuliah Filsafat Ilmu dan kami sebagai penulis sangat berharap
pembaca.
baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh
karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar
Kemudian tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah turut memberikan kontribusi sehingga kami dapat menyusun makalah
ini khususnya kepada Bapak dan Ibu Dosen mata kuliah Filsafat Ilmu yang telah
Hormat Kami,
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Ilmu ................................................................................. 3
B. Hakikat Moral ............................................................................... 8
C. Hubungan Ilmu dan Moral ............................................................ 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 20
B. Saran ............................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
bidang kesehatan itu sendiri sudah cukup untuk membuat zaman ini lebih
1
buku tersebut ia menulis akan keyakinannya bahwa dengan demikian umat
pemilik alam”.
berat yang dihadapi sekarang ini tidak sedikit berasal dari hasil yang dicapai
sebelumnya.
ْض الَّ ِذيْ َع ِملُوْ ا لَ َعلَّهُ ْم ْ َظَهَ َر ْالفَ َسا ُد فِى ْالبَرِّ َو ْالبَحْ ِر ِب َما َك َسب
ِ َّت اَ ْي ِدى الن
َ اس لِيُ ِذ ْيقَهُ ْم بَع
َيَرْ ِجعُوْ ن
Artinya : “ Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka
merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar)”. (Q.S Ar-Ruum:41)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Ilmu
rangsang, manusia bereaksi mencari tahu. Untuk mencari tahu sesuatu maka
filsafat pengetahuan adalah kontak antara dua besaran; yakni subjek yang
manusia, yaitu pengetahuan filsafat, ilmu dan agama. Ketiga pengetahuan ini
1. Pengertian Ilmu
pengertian dalam serapan kata dari Bahasa Arab yaitu “ilm” yang berarti
3
katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan
berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar
dari keterbatasannya.
2. Syarat-syarat Ilmu
Dari pengertian ilmu diatas, suatu pengetahuan dapat dikatakan Ilmu
ilmiah, yaitu :
4
a. Objektif.
bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada
b. Metodis.
c. Sistematis.
harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang logis dan teratur
d. Universal.
bersifat umum.
5
3. Landasan Ilmu
a. Landasan ontologi.
berangkat dari fakta yang empirik sensual tertangkap indra, dalam arti
menalarnya.
ada, tertangkap indra serta tunjukkan pula bahwa fakta itu logik dan
rasional.
b. Landasan epistemologi,
berupa ilmu?.
lain, metode ilmiah adalah cara yang dilakukan ilmu untuk menyusun
6
kebenaran. Metode ilmiah terdiri dari langkah-langkah, perumusan
c. Landasan aksiologi
agar ramalan itu menjadi kenyataan atau tidak. Jadi ilmu memiliki tiga
7
sedang moral pada dasarnya adalah petunjuk-petunjuk tentang apa
B. Hakikat Moral
Secara etimologis, kata moral sama dengan kata etika, keduanya berarti
adat kebiasaan. Kata moral berasal dari bahasa Latin yaitu mos (jamak :
mores), sedangkan kata etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ta etha, yakni
Dari kata ethos terbentuk istilah etika yang digunakan Aristoteles untuk
menunjukan filsafat moral. Etika merupakan salah satu dari tiga cabang
filsafat yang membicarakan tentang nilai (axiologi), ukuran baik dan buruk
perbuatan.
bukan paksaan dari luar, yang disertai pula oleh rasa tanggug jawab atas
8
c. Menurut K.Bertens (2004:11) moral adalah nilai-nilai dan norma-norma
Singkatnya, secara etimologis moral dan etika sama artinya, tetapi dalam
penilaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral dan atau moralitas dipakai
untuk perbuatan yang sedang dinilai. Adapun etika dipakai untuk pengkajian
membedakan ajaran moral dan etika. Ajaran moral adalah ajaran, wejangan,
dan bertindak agar ia menjadi manusia yang baik. Sumber langsung ajaran
moral adalah berbagai orang dalam kedudukan yang berwenang, seperti orang
tua dan guru, para pemuka masyarakat dan agama, dan tulisan para orang
bijak. Etika bukan sumber tambahan bagi ajaran moral, tetapi filsafat atau
Etika adalah sebuah ilmu bukan ajaran. Jadi, etika dan ajaran moral tidak
berada di tingkat yang sama. Yang mengatakan bagaimana kita harus hidup,
bukan etika melainkan moral. Etika mau mengerti ajaran moral tertentu, atau
Ukuran baik dan buruk perbuatan dalam arti etis memainkan peranan
dalam hidup setiap manusia. Bukan saja sekarang ini tapi juga di masa
9
lampau. Ilmu-ilmu seperti antropologi budaya dan sejarah memberitahukan
bahwa pada semua bangsa dan dalam segala zaman ditemukan keinsafan
tentang baik dan buruk, tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak
boleh dilakukan. Akan tetapi segera perlu ditambah, bahwa tidak semua
bangsa dan semua zaman mempunyai pengertian yang sama tentang baik dan
buruk.
Ada bangsa atau kelompok sosial yang mengenal “tabu”, sesuatu yang
terkena larangan apa pun, dan sebaliknya ada hal-hal yang di zaman dulu
sering dipraktekkan dan dianggap biasa saja, tapi akan ditolak sebagai tidak
etis oleh semua hampir bangsa beradab sekarang ini. Sebagai contoh dapat
Jadi semua bangsa memiliki pengalaman tentang baik dan buruk, tetapi
tidak selalu ada pendapat yang sama tentang apa yang harus dianggap baik
hidup setiap manusia, baik pada tahap perorangan ataupun pada tahap sosial.
Moralitas hanya terdapat pada manusia dan tidak terdapat pada makhluk
lain. Makhluk yang paling dekat dengan manusia tentunya binatang. Karena
10
Banyak filsuf berpendapat bahwa manusia adalah binatang plus, binatang
Pertanyaan ini oleh berbagai filsuf dijawab dengan cara yang berbeda-beda.
semua ciri ini dapat diterima sebagai sifat-sifat ciri khas manusiawi, tapi
Moralitas adalah suatu ciri khas manusia yang tidak dapat ditemukan pada
kesadaran tentang baik dan buruk, tentang yang boleh dan yang dilarang,
manusia sangat berhutang kepada ilmu dan teknologi. Berkat kemajuan dalam
bidang ini maka pemenuhan kebutuhan manusia bisa dilakukan secara lebih
11
kesehatan itu sendiri sudah cukup untuk membuat zaman ini lebih disenangi
terbuka luas bagi manusia. Pandangan optimistis itu berlangsung terus dan
yang disebutnya zaman positif yang mana sebagai puncak dan titik akhir
seluruh sejarah.
baru.
Science is power, Ilmu adalah kekuasaan. Kalimat yang keluar dari mulut
filsuf Inggris, Francis Bacon ini benar adanya. Sejak dalam tahap-tahap
12
memperbudak massa. Di pihak lain, kemajuan ilmu sering melupakan faktor
sendiri. Manusia sering berada dalam situasi yang tidak bersifat manusiawi ,
bagi Ilmuwan yang hidup dalam abad ke dua puluh yang telah mengalami
dua kali perang dunia dan hidup dalam bayangan kekhawatiran perang dunia
13
2. Masalah bebas nilai
teknologi yang bersifat merusak ini para ilmuwan terbagi ke dalam dua
golongan pendapat.
terhadap nilai-nilai, baik itu secara ontologis maupun aksiologis. Dalam tahap
ini tugas ilmuwan adalah menemukan pengetahuan dan terserah kepada orang
yakni:
teknologi-teknologi keilmuan.
b. Ilmu telah berkembang dengan pesat dan makin esoterik sehingga kaum
bahwa ilmu dapat mengubah manusia dan kemanusiaan yang paling hakiki
seperti pada kasus revolusi genetika dan teknik perubahan sosial. Berdasarkan
14
ketiga hal itu maka golongan kedua berpendapat bahwa ilmu secara moral
etika, tetapi juga tidak bisa serta merta menjadi pegangan untuk
kelompok.
tanggung jawab moral dan sosial. Dalam konteks ini, tanggung jawab
merusak manusia.
15
c. Dari sisi tanggung jawab sosial, ilmuwan memiliki dan memahami
Bila hubungan antara hati dan akal telah diputuskan maka manusia akan
pernah akan terjawab. Tanpa landasan moral maka ilmuwan mudah sekali
16
Paham sekularisme itulah yang pada akhirnya menyebabkan manusia
menyerahkan nasibnya pada alat yang dibuatnya sendiri dan kondisi inilah
ini berhadapan dengan pertanyaan pokok tentang jalan yang harus ditempuh
cara pengembangannya, tidak akan dapat dijawab oleh ilmu dan teknologi
hidup manusia, termasuk apa baik apa buruk bagi manusia modern. Patokan-
patokan tentang moralitas, makna dan tujuan hidup ternyata berakar pada
ilmu di barat hanya mengandalkan satu paradigma ilmu yaitu paradigma ilmu
warisan Descartes dan Newton. Paradigma ini tidak mampu melihat alam
secara keseluruhan.
kebudayaan barat, menyatakan bahwa pada awal dua dasawarsa terakhir abad
kedua puluh, dibalik kemudahan hidup yang ditawarkan oleh kemajuan Ilmu
17
dan teknologi, manusia modern berada dalam suatu keadaan krisis global
yang serius, yaitu suatu krisis kompleks dan multi dimensional yang segi-
Krisis ini merupakan krisis dalam dimensi intelektual, moral dan spiritual
yang belum pernah terjadi dalam sejarah umat manusia. Untuk pertama
lainnya yang tentu tidak cukup untuk menuliskan semuanya di makalah ini.
barat ialah karena kebudayaan itu dibangun hanya dengan menggunakan satu
Descartes dan Newton. Paradigma ini, kata Capra, tidak mampu melihat alam
18
Harus ada paradigma baru, kata Capra, yaitu mampu melihat alam semesta
ini sebagai suatu sistem secara keseluruhan. Sementara itu Islam selain ia
pada negara Madinah pada zaman Rasulullah, Abu Bakar dan Umar,
paradigma baru yang mungkin dimaksud Capra itu adalah paradigma baru
pengetahuan ilmu dan agama secara terintegrasi, tidak ada dikotomi terhadap
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
yang rasional dan kognitif dengan berbagai metode berupa prosedur dan tata
Suatu ilmu harus memenuhi syarat-syarat agar suatu ilmu itu dapat
dikatakan memiliki sifat ilmiah yang merupakan sifat dari ilmu itu sendiri
Secara etimologis, moral dan etika sama artinya, tetapi dalam penilaian
sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral dan atau moralitas dipakai untuk
perbuatan yang sedang dinilai. Adapun etika dipakai untuk pengkajian sistem
20
Hal ini terjadinya karena kekeliruan paradigma ilmu itu sendiri yang hanya
melihat alam semesta ini tidak secara keseluruhan. Dengan landasan moral
dan agama yang merupakan sumber moral, ilmuwan dapat terhindar dari
B. Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
Rosdakarya
22