Anda di halaman 1dari 11

Makalah

“ Dualisme Olahraga ”

Oleh:

Fathu Iqbal Nur Asidiq 21086037

Dosen Pembimbing: Ade Zalindro, M.Pd

Zarwan, M.Kes

Ruki Febri Hartika, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan Kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia serta
hidayah-Nya telah memberikan kekuatan kepada penulis, sehingga telah dapat menyelesaikan
tugas Filsafat Olahraga ini yang berjudul :

“DUALISME OLAHRAGA”

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak terdapat banyak
kekurangan. Akhirnya, kritik, saran, dan masukan yang membangun sangat penulis butuhkan
untuk dijadikan pedoman dalam penulisan ke arah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Padang, 25 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
A. Apa pengertian dari Dualisme ................................................................................ 3
B. Bagaimana mengkaji sejarah Dualisme .................................................................. 3
C. Macam-macam Dualisme ....................................................................................... 5
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 7
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 7
B. Saran ....................................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pendidikan merupakan kunci untuk menapaki masa depan. Pendidikan menjadi penting
artinya karena melalui pendidikanlah yang menentukan arah kehidupan melalui proses
pembelajaran antar generasi. Melaui proses sosialisasi, enkulturasi di dalam institusi primer
yaitu dalam keluarga. Dari situlah proses pewarisan unsur budaya dalam hal ini adalah
pembelajaran dilakukan pertamakali.
Di dalam literature ilmu sosial disebutkan bahwa kebudayaan didefinisikan sebagai
suatu keseluruhan sistem ide, sistem sosial, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dimiliki manusia melalui proses belajar. Ini berarti kunci pokok dari
kehidupan manusia itu terletak dari adanya proses belajar. Sedemikian pentingnya pendidikan
ini dalam hidup, maka pendidikan selalu menjadi ranah selalu hangat untuk
diperbincangkan.Hal yang menarik lagi dalam diskursus mengenai tema besar ini adalah
pijakan akar budaya dan historisitas dari perkembangan pendidikan di Indonesia.
Suatu kondisi yang tidak boleh tidak ada seandainya kita mau meneliti tentang
perkembangan pendidikan di negeri kita ini adalah faktor kesejarahan.Bagaimanapun juga
sejarah warisan kolonial Belanda turut membentuk wajah pendidikan Indonesia. Kalau kita
perhatikan, dari jaman kolonial sampai sekarang ada tendensi yang mengarah pada pola akibat
bentukan budaya yang mengakar kuat. Fenomena pembagian menjadi dua bagian antara negeri
dan swasta, umum dan agama, sentralistik dan desentralisasi, menejemen berbasis sekolahan
dan menejemen berbasis pusat, kurikulum berbasis kompetensi dan kurikulum berbasis
pengetahuan, kesemuanya itu lebih kita tempatkan sebagai fakta sejarah.
Fonemena dulaisme keilmuan yang sekarang melanda umat Islam itu relative baru
(kira-kira awal abad 19 M, ketika bangsa Islam mulai dijajah).Dulaisme lembaga pendidikan
sekarang ini ada yang disebut sekolah umum dan ada diistilahkan sekolah agama, dimana
terciptalah sarjana agama yang begitu pintar ilmu syariah, tapi tidak tahu menahu-tahu tentang
ilmu umum. Begitu sebaliknya seorang profesor kimia, misalnya pintar sekali dibidangnya,
tapi selalu mengatakan ,saya ini orang awam untuk urusan agama.

1
Adanya pendidikan agama di sekolah-sekolah di Indonesia sudah tidak bisa dinafikan
lagi, akan tetapi kenapa pada faktanya pendidikan di Indonesia mengalami keterpurukan baik
dari sisi output pendidikan yang masih rendah bila dibandingkan negara-negara yang baru
merdeka seperti Vietnam. Begitupula tentang kenakalan remaja yang terjerumus ke dalam
korban narkoba semakin meningkat dari tahun ke tahun, serta tindakan korupsi yang sudah
mengakar di negeri ini. Kondisi ini tidak mungkin dibiarkan berlarut-larut paling tidak ada
peningkatan kualitas pendidikan dan penyelewengan pendidikan dapat diminimalisir.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari dualisme Dualisme?
2. Bagaimana mengkaji sejarah Dualisme?
3. Macam-macam Dualisme?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Dualisme.
2. Untuk mengetahui darimana sejarah dualisme itu.
3. Untuk mengetahui macam-macam Dualisme.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dualisme
Dualisme adalah konsep filsafat yang menyatakan ada dua substansi. Dalam pandangan
tentang hubungan antara jiwa dan raga, dualisme mengklaim bahwa fenomena mental adalah
entitas non-fisik. Gagasan tentang dualisme jiwa dan raga berasal setidaknya sejak zaman Plato
dan Aristoteles dan berhubungan dengan spekulasi tantang eksistensi jiwa yang terkait dengan
kecerdasan dan kebijakan.
Plato dan Aristoteles berpendapat, dengan alasan berbeda, bahwa "kecerdasan"
seseorang (bagian dari budi atau jiwa) tidak bisa diidentifikasi atau dijelaskan dengan fisik.
Versi dari dualisme yang dikenal secara umum diterapkan oleh René Descartes (1641), yang
berpendapat bahwa budi adalah substansi nonfisik. Descartes adalah yang pertama kali
mengidentifikasi dengan jelas budi dengan kesadaran dan membedakannya dengan otak,
sebagai tempat kecerdasan. Sehingga, dia adalah yang pertama merumuskan permasalahan
jiwa-raga dalam bentuknya yang ada sekarang.
Dualisme bertentangan dengan berbagai jenis monisme, termasuk fisikalisme dan
fenomenalisme. Substansi dualisme bertentangan dengan semua jenis materialisme, tetapi
dualisme properti dapat dianggap sejenis materilasme emergent sehingga akan hanya
bertentangan dengan materialisme non-emergent. Dualisme adalah ajaran atau aliran/faham
yang memandang alam ini terdiri atas dua macam hakekat yaitu hakekat materi dan hakekat
rohani. Kedua macam hakekat itu masing-masing bebas berdiri sendiri, sama azazi dan abadi.
Perhubungan antara keduanya itu menciptakan kehidupan dalam alam Contoh yang
paling jelas tentang adanya kerja sama kedua hakekat ini adalah terdapat dalam diri manusia.
Konsep Dualisme adalah Perbedaan antara bangsa kaya dan miskin, perbedaan antara berbagai
golongan masyarakat yang semakin meningkat. Pengertian dualisme itu sendiri dapat diartikan
sebagai adanya dua sistem yang sangat berbeda dan kedua-duanya wujud secara berdampingan.

B. Sejarah Dualisme
Dua dari pandangan kuno dari pertanyaan ini telah diubah sebagai filosofi Pra-Socratic:
“dualisme” muncul dalam ajaran Phitagorean tentang perpindahan jiwa, dan “kebendaan” hadir
seperti posisi falsafah sebagai “atomisme” Democritus.

3
Penganut paham Phytagoras berpegang pada itikad keagamaan bahwa, jiwa, saat
kematian, perpindahan jiwa semata dari jasad yang mereka tempati menjadi tubuh yang
lainnya, terkadang perpindahan terjadi tidak hanya dalam spesies yang sama. In order to hold
this, mereka harus membuat perbedaan yang jelas antara dua hal, antara tubuh dan jiwa.
Walaupun bagi penganut Phitagoras, pengajaran individu adalah kombinasi dari tubuh
dan jiwa, terdapat keyakinan yang sangat penting bahwa pada pandangan ini telah ditegakkan.
Pertama, tubuh dan jiwa dapat dipisahkan. Bahkan, kematian didefinisikan oleh para penganut
Phitagoras adalah pemisahan jiwa dari tubuhnya maka jiwanya kini “bebas” dari tubuhnya, dan
dapat berpindah pada yang lain. Yang kedua, memberi pemisahan, orang yang “nyata” adalah
buan tubuhnya melainkan jiwanya, jiwanya adalah dimensi utama dalam “personalitas” orang
tersebut.
Di abad ke-17, Rene Descartes, yang akrab disapa “Bapak dari filsafat
modern”,kemungkinan menjadi sosok yang paling terkenal karena pernyataannya tentang
dualisme. Tanpa menuju ke arah yang lebih jelas kehausan dan argumen penting, kita dapat
menyatakan bahwa dasar Descartez sama saja dengan kedua pernyataan utama yang memiliki
karakter dualisme dari formula awal. Bahwa jiwa atau pikiran adalah hal yang terpisah dan
terbedakan dari tubuh disebabkan oleh “dualisme” dan keduanya, salah saatu yang piling kita
ketahui, yang paling “berdiri sendiri”, adalah pikiran dan jiwa.
Dengan demikian “Aku” sebagai renungan yang paling terkenal, “Aku merasa karena
itulah Aku”, adalah sebuah “Aku” tang merupakan sebuah renungan. Sebuah “Keutamaan
berpikir”.Sebagai bagian dari pondasi metafisik dari satu tradisi utama keagamaan kita, sebaik
kemungkinannya pemahaman filsafah paling dominan tentang orang seperti apakah yang
berada di dunia Timur, dualisme adalah kenyataan dari kepentingan yang sangat besar.
Pebendaharaan kata kita dan bahkan cara kita dalam mengorganisir sisitem pendidikan
teredam dalam asumsi tersebut. “Sebuah suara pikiran dan suara tubuh”, kita telah diberitahu
selama berabad-abad.
Dualisme dua dari pandangan kuno daripertanyaan ini telah diubah sebagai filosofi Pra-
Socratic “dualisme” muncul dalam ajaran Phitagorean tentang perpindahan jiwa, dan
“kebendaan” hadir seperti posisi falsafah sebagai “atomisme” Democritus. Penganut paham
Phytagoras berpegang pada itikad keagamaan bahwa, jiwa, saat kematian, perpindahan jiwa
semata dari jasad yang mereka tempati menjadi tubuh yang lainnya (terkadang perpindahan
terjadi tidak hanya dalam spesies yang sama).
In order to hold this, mereka harus membuat perbedaan yang jelas antara dua hal, antara
tubuh dan jiwa. Walaupun bagi penganut Phitagoras, pengajaran individu adalah kombinasi
4
dari tubuh dan jiwa, terdapat keyakinanyang sangat penting bahwa pada pandangan ini telah
ditegakkan. Pertama, tubuh dan jiwa dapat dipisahkan. Bahkan, kematian didefinisikan oleh
para penganut Phitagoras adalah pemisahan jiwa dari tubuhnya (maka jiwanya kini “bebas”
dari tubuhnya, dan dapat berpindah pada yang lain). Yang kedua, memberi pemisahan, orang
yang nyata adalah bukan tubuhnya melainkan jiwanya, jiwanya adalah dimensi utama dalam
“personalitas” orang tersebut.
Plato menghibur dan melewati posisidualis dalam dialognya, The phaedo, yang
menghadirkan Socrates dihari kematiannya dia membujuk peserta yang hadir (kebanyakan
adalah penganur Phytagorea itu sendiri) bahwa dia tidak benar benar akan mati, kematian
adalah peristiwa lepasnya jiwa dari tubuh dan pembebasan jiwa dari tubuh kemudian akan
menju ke dunia yang lebih “tinggi”.
Ketika komunitas Kristen berkembang, mereka merebut padangan dualisme diatas
sebagai dasar filsafat untuk titik berat setelah kehidupan mereka. Sejak pembuktian bahwa
tubuh tidak hidup setelah mati berlimpah, kepercayaan kehidupan setela mati dapat bertumpu
pada pendapat bahwa ada sesuatu yang lain pada orang tersebut, jiwanya yang telah lepas dari
tubuhnya, tidak lagi membutuhkan tubuhnya, karena itu jiwa akan tetap hidup setelah
kematiannya. Ditambah lagi keutamaan bahwa jiwa tersebut adalah “orang yang tepat”. Jauh
lebih pentingdari tubuh dalam penentuan dirinya dan takdirnya.

C. Macam-macam Dualisme
a. Dualisme sosial
Dikemukakan oleh profesor Boeke, yang mengatakan bahwa di dalam suatu
masyarakat mungkin terdapat dua sistem sosial yang sangat berbeda. Kedua-duanya wujud
secara berdampingan dimana yang satu tidak dapat sepenuhnya menguasai yang lainnya.
Sistem sosial yang satu modern sedang yang lainnya tradisional. Sistem sosial yang lebih
modern ini terutama berasal dari negara-negara barat.

b. Dualisme Teknologi
Dalam menelaah mengenai dualisme di negara berkembang dua ahli ekonomi yaitu
Higgins dan Myint telah melakukan suatu studi tentang dualisme ini. Higgins menekankan
kepada adanya dualisme di bidang teknologi. Yang dimasud dengan dualisme teknologi adalah
suatu keadaan dimana di dalam sesuatu bidang kegiatan ekonomi tertentu digunakan teknik
memproduksi dan organisasi produksi yang sangat berbeda sekali coraknya, dan
mengakibatkan perbedaan yang besar sekali dalam tingkat produktivitas.
5
c. Dualisme Finansial
Sedang Myint lebih banyak menyoroti masalah lembaga keuangan di negara
berkembang. Analisa Myint mengenai pasar yang yang melahirkan adanya dualisme finansiil.
Pengertian itu dapat dijelaskan dalam dua golongan yaitu:
a) adanya pasar uang yang memiliki organisasi yang sempurna (organized money market).
b) adanya pasar uang yang tidak terorganisir sama sekali (unorganization money market).
Untuk pasar uang yang pertama meliputi Bank-bank komersiil dan Badan-badan
keuangan lainnya. Hal ini terutama terdapat dikota-kota besar dan pusat-pusat perdagangan.
Sedang pasar uang jenis yang kedua adalah bentuk pasar uang yang bukan berbentuk
institusional terdiri dari tuan-tuan tanah, pedagang-pedagang perantara. Biasanya pasar uang
jenis ini sangat menonjol untuk daerah pedesaan yang terkenal dengan renternir dan sistem
ijon. Adanya kebutuhan yang mendesak akan uang mengakibatkan cara tersebut yang mudah
dijangkau oleh masyarakat di pedesaan.

d. Dualisme Regional
Pada tahun 1960 an banyak orang mulai membicarakan mengenai masalah dualisme
regional. Yang dimaksud dengan dualisme regional ini adalah ketidakseimbangan tingkat
pembangunan di berbagai daerah dalam suatu negara. Akibat dari ketidakseimbangan dalam
pembangunan mengakibatkan adanya jurang perbedaan tingkat kesejahteraan antar berbagai
daerah dan selanjutnya menimbulkan masalah sosial dan politik. Sebagai contoh misal
dualisme antara kota dengan desa, dualisme antara Pemerintahan Pusat dengan Pemerintahan
Daerah.
Adanya berbagai macam tersebut jelas kurang menguntungkan bagi pembangunan,
sebab akibat yang dapat ditimbulkan dapat berupa ada perbedaan yang menyolok antara
golongan kaya dan miskin dimana perbedaan ini semakin lama semakin melebar dengan
distribusi pembagian pemerataan pendapatan menjadi timpang. Di samping itu kemajuan di
bidang teknologi juga akan memberikan pengaruh terhadap tingkat kesempatan kerja yang ada.
Dualisme teknologi melahirkan akibat buruh terhadap lajunya pembangunan dan
kaharmonisan proses pembangunan.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dualisme adalah konsep filsafat yang menyatakan ada dua substansi. Dalam pandangan
tentang hubungan antara jiwa dan raga, dualisme mengklaim bahwa fenomena mental adalah
entitas non-fisik. Gagasan tentang dualisme jiwa dan raga berasal setidaknya sejak zaman Plato
dan Aristoteles dan berhubungan dengan spekulasi tantang eksistensi jiwa yang terkait dengan
kecerdasan dan kebijakan. Plato dan Aristoteles berpendapat, dengan alasan berbeda, bahwa
"kecerdasan" seseorang (bagian dari budi atau jiwa) tidak bisa diidentifikasi atau dijelaskan
dengan fisik.
Fonemena dulaisme keilmuan yang sekarang melanda umat Islam itu relative baru
(kira-kira awal abad 19 M, ketika bangsa Islam mulai dijajah). Dulaisme lembaga pendidikan
sekarang ini ada yang disebut sekolah umum dan ada diistilahkan sekolah agama, dimana
terciptalah sarjana agama yang begitu pintar ilmu syariah, tapi tidak tahu menahu-tahu tentang
ilmu umum. Begitu sebaliknya seorang profesor kimia, misalnya pintar sekali dibidangnya,
tapi selalu mengatakan ,saya ini orang awam untuk urusan agama.
Adanya pendidikan agama di sekolah-sekolah di Indonesia sudah tidak bisa dinafikan
lagi, akan tetapi kenapa pada faktanya pendidikan di Indonesia mengalami keterpurukan baik
dari sisi output pendidikan yang masih rendah bila dibandingkan negara-negara yang baru
merdeka seperti Vietnam. Begitupula tentang kenakalan remaja yang terjerumus ke dalam
korban narkoba semakin meningkat dari tahun ke tahun, serta tindakan korupsi yang sudah
mengakar di negeri ini. Kondisi ini tidak mungkin dibiarkan berlarut-larut paling tidak ada
peningkatan kualitas pendidikan dan penyelewengan pendidikan dapat diminimalisir.

B. Saran
Demikianlah makalah tentang Dualisme Olahraga yang telah di buat, jika masih banyak
kekurangan penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Mudah-mudahan dengan adanya
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

7
DAFTAR PUSTAKA

http://www.sejarah dualisme.com/2012/12/makalah-dualisme-pendidikan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Dualisme
http://jorjoran.wordpress.com/2011/06/19/makalah-dualisme-pendidikan-di-indonesia/
http://makalahku25.blogspot.com/2013/04/makalah-konsep-dualisme-dalam_1266.html

Anda mungkin juga menyukai