Disusun oleh :
Kelompok 12
Ishlahunafi’in (1908101071)
Melisah (1908101072)
Kelas / Semester: PAI B / 5
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongannya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Sholawat serta salam semuga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti. Aamiin…
Puji serta syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehatnya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas terstruktur dari mata
kuliah metode pembelajaran PAI yang berjudul “MULTI METODE
PEMBELAJARAN PAI METODE TANYA JAWAB, METODE DRILL DAN
METODE MAUIDZOH”.
Kami sendiri tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya.
Untuk itu, saya mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,
supaya makalah ini nantinya dapat manjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
ma’af yang sebesar-besarnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan .......................................................................................................... 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
a. Apa itu pengertian metode pembelajaran ?
b. Apa itu metode tanya jawab ?
c. Apa itu metode mauidzah hasanah ?
C. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui pengertian metode pembelajaran ?
b. Mengetahui metode tanya jawab ?
c. Mengetahui metode mauidzah hasanah ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Ramayulis. (2013). Profesi dan Etika Keguruan. Jakarta: Kalam Mulia. hlm. 192.
2
Ali Maulida. (2015). Metode dan Evaluasi Pendidikan Akhlak dalam Hadits
Nabawi.Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, 04(07). hlm. 856.
3
Ahmad Izzan dan Saehudin, Tafsir Pendidikan:Konsep Pendidikan Berbasis Al-Qur’an,
(Bandung: Humaniora, 2015), hlm.37
2
dilakukan oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan dalam suatu
kegiatan belajar mengajar sesuai dengan yang ada didalam Al-Qur’an. 4
4
Jusuf A. Feisal, Reorientasi Pendidikan Islam, (Depok : Gema Insani, 1995), hlm. 94
5
Arifin. (2011). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara. hlm. 144.
6
Ramayulis. (2015). Dasar–Dasar Kependidikan Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan.
Jakarta: Kalam Mulia. hlm. 279.
7
Soleh Ali. (2015). Pengantar Pendidikan Islam. Bogor: Marwah Indo Media. hlm. 125.
3
tetapi kebajikan adalah (kebajikan) orang yang bertaqwa. Masukilah
rumah-rumah dari pintu-pintunya dan bertaqwalah kepada Allah agar
kamu beruntung”.
Dalam ayat ini terdapat tiga keterangan, yaitu mengenai pertanyaan
sahabat tentang hilal dan jawabannya, keterangan mengenai memasuki
pintu rumah melalui pintu dan perintah bertaqwa kepada Allah. Metode
tanya jawab dapat disebut juga dengan metode dialog, tentang dialog dapat
dilakukan oleh seseorang dengan orang lain, baik dilakukan secara
langsung maupun tidak langsung. Dengan menggunakan metode tanya
jawab, perasaan dan emosi siswa dapat bangkit dan dapat memberikan
kesempatan siswa untuk bertanya tentang materi yang belum ia pahami. 8
Faktor pendukung implementasi pembelajaran metode tanya jawab
yaitu motivasi siswa yang baik, sarana prasarana dan sumber bahan ajar
yang mendukung, dan iklim sosial belajar yang kondusif. Solusi untuk
mengatasi faktor-faktor penghambat implementasi metode pembelajaran
tanya jawab yaitu pendidik senantiasa menjaga antusiasme selama
mengajar dan menghadirkan permainan atau cerita untuk mengatasi siswa
kurang konsentrasi, lelah, mengantuk dan kejenuhan saat pembelajaran.
a) Kelebihan dari Metode Tanya Jawab
1. Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa,
sekalipun ketika itu siswa sedang ribut, yang mengantuk kembali
tegar dan hilang rasa kantuknya.
2. Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya pikir,
termasuk daya ingatan.
3. Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam
menjawab dan mengemukakan pendapat.
b) Kekurangan
1. Siswa merasa takut, apalagi jika guru kurang dapat mendorong
siswa untuk berani, dengan menciptakan suasana yang tidak
tegang, melainkan akrab.
8
Irham Abdulharis, Metode Pendidikan Islam Dalam Al-Qur’an, Jurnal Mubtadiin, Vol.
2 No. 02 (Juli- Desember 2019), hlm. 109
4
2. Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat
berpikir dan mudah dipahami siswa.
3. Waktu sering banyak terbuang, terutama apabila siswa tidak dapat
menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga orang. Jika jumlah
siswa banyak, tidak cukup waktu untuk memberikan pertanyaan
kepada setiap siswa
5
g) Tutur kata yang lemah lembut, perlahan-lahan, bertahap dan sikap
kasih sayang dalam konteks dakwah, dapat membuat seseorang
merasa dihargai rasa kemanusiaannya dan mendapat respon positif dari
mad’u (sasaran dakwah).
Prinsip-prinsip metode ini diarahkan kepada mad’u yang
kapasitas intelektual dan pemikiran serta pengalaman spiritualnya
tergolong kelompok awam. Dalam hal ini, peranan juru dakwah adalah
sebagai pembimbing, teman dekat yang setia, yang menyayangi dan
memberikannya segala hal yang bermanfaat serta membahagiakan
mad’unya.9
Adapun metode ceramah didalam Al-Qur’an terdapat didalam QS.
An-Nahl ayat 125
9
Aliyudin, Prinsip-Prinsip Metode Dakwah Menurut Al-Quran, (Bandung: UIN SGD,
2010), hlm 1018-1019
10
Irham Abdulharis, Metode Pendidikan Islam Dalam Al-Qur’an, Jurnal Mubtadiin, Vol.
2 No. 02 (Juli- Desember 2019), hlm. 111
6
3. Dapat menguasai seluruh kelas dengan mudah, meskipun
jumlah murid banyak.
4. Jika metode ini berhasil dengan baik, maka dapat menimbulkan
semangat bagi peserta didik untuk aktif dalam proses
pembelajaran.
5. Fleksibel, dalam arti bahwa jika waktu sedikit bahan dapat
dipersingkat, diambil yang penting-penting saja, jika terdapat
waktu longgar bisa disampaikan secara detail.
6. Membangun keakraban antara murid dan guru
11
Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu
Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta. hlm. 21
7
berupa angka-angka, untuk mendapatkan sebuah kesimpulan berhasil atau
tidaknya sebuah pengajaran yang telah dilaksanakan. Metode drill
merupakan suatu metode yang memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk melatih melakukan sesuatu keterampilan tertentu berdasarkan
penjelasan atau petunjuk guru.
Ciri khas dari metode ini adalah kegiatan yang berupa pengulangan
yang berkali-kali supaya asosiasi stimulus dan respons menjadi sangat
kuat dan tidak mudah untuk dilupakan. Dengan demikian terbentuklah
sebuah keterampilan (pengetahuan) yang setiap saat siap untuk
dipergunakan oleh yang bersangkutan.12
Dengan demikian metode drill ini bermaksud memberikan
pengetahuan dan kecakapan tertentu yang dapat menjadi milik anak didik
dan dikuasainya dengan baik, bukan hanya bertujuan untuk pengukuran
semata. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat penulis tegas di sini
bahwa yang dimaksud dengan metode drill dalam pendidikan agama Islam
adalah “suatu cara penyajian bahan pelajaran pendidikan agama Islam
dengan jalan melatih peserta didik secara berulang-ulang dan sungguh-
sungguh dalam bentuk lisan, tulisan, maupun aktivitas fisik agar peserta
didik memiliki ketangkasan atau keterampilan yang tinggi dalam
menguasai bahan pelajaran, memperkuat suatu asosiasi atau
menyempurnakan suatu keterampilan supaya menjadi permanen”.
Maka, di sini hal yang perlu ditekankan bagi seorang guru atau calon
guru PAI adalah bahwa penyajian pelajaran PAI dengan menggunakan
metode drill ini hanya dilakukan di dalam kelas bukan di luar kelas dan
tidaklah sekedar hanya mengulang-ulang pelajaran yang telah disampaikan
saja. Akan tetapi proses pengulangan di sini adalah materi yang
disampaikan tersebut diajarkan dengan berulang-ulang agar peserta didik
dapat memahaminya dengan baik dan memiliki asosiasi yang tinggi.
Sebagai contoh dalam hal ini adalah seorang guru PAI akan
mengajarkan materi tentang al-Qur’an di mana peserta didik akan
12
Shaleh, Abdul Rachman, Pendidikan Agama Islam dan Pembangunan Watak Bangsa,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, ed. 1
8
menghafal sebuah ayat lengkap dengan artinya. Maka metode drill sangat
tepat diberikan dengan cara guru mengucapkan terlebih dahulu penggalan
ayat-ayat dan peserta didik mengikutinya baik secara individu,
berkelompok mapun klasikal dilakukan secara berulang-ulang hingga
peserta didik memiliki asosiasi dan keterampilan.
Pengulangan penggalan ayat tersebut dapat dilakukan lebih dari tiga
kali dan diikuti oleh peserta didik higga guru PAI menganggap bahwa
mereka para peserta didik sudah dapat menguasai bahan tersebut. Setelah
peserta didik menguasai satu penggalan ayat berikut artinya tersebut lalu
kemudian melanjutkan pada penggalan ayat berikutnya, demikian
selanjutnya dilakukan secara berulang-ulang. Secara spesifik ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan dari metode drill ini dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam (PAI), yaitu:
Pertama, cara penyajian bahan pelajaran pendidikan agama Islam
dengan jalan melatih peserta didik secara berulang-ulang dan sungguh-
sungguh. Latihan yang dilakukan guru PAI dengan cara berulang-ulang ini
menunjukkan sebuah proses bahwa materi yang diajarkan dapat dipahami
oleh peserta didik dengan jalan latihan yang dilakukannya secara berulang-
ulang.
Kedua, dalam bentuk lisan, tulisan, maupun aktivitas fisik. Latihan
berulang-ulang tersebut di atas yang dilakukan oleh guru dapat
dilaksanakan dalam bentuk lisan, tulisan, maupun aktivitas fisik. Latihan
berulang-ulang dengan lisan dapat dilakukan oleh guru PAI dengan
mengeluarkan suaranya untuk mengucapkan sebuah kata atau apapun itu
di depan kelas, lalu peserta didik mengikutinya, hingga mereka dapat
memiliki pemahaman dan asosiasi terhadap materi yang diajarkan.
Ketiga, agar peserta didik memiliki ketangkasan atau keterampilan
yang tinggi dalam menguasai bahan pelajaran, memperkuat suatu asosiasi
atau menyempurnakan suatu keterampilan supaya menjadi permanen. Hal
ketiga ini merupakan tujuan dari penggunaan metode drill tersebut di mana
peserta didik memiliki ketangkasan, keterampilan, dan memiliki asosiasi
supaya dapat pengetahuan tersebut menjadi dapat diketahui secara
9
permanen oleh peserta didik. Di sini berarti seorang guru PAI harus
menggunakan metode drill tersebut dalam capaian akhir bahwa materi
yang diajarkan dapat dipahami dan kuasai oleh peserta didik hingga
menjadi sebuah ilmu yang dapat dikuasainya.
Dalam proses pembelajaran PAI sesungguhnya metode drill diarahkan
untuk melatih ketrampilan baik fisik maupun mental, karena hanya dengan
latihan suatu ketrampilan dapat dikuasai. Latihan berhubungan dengan
pembentukan kemahiran atau kecakapan.
Tujuan metode drill adalah untuk memperoleh suatu ketangkasan,
keterampilan tentang sesuatu yang dipelajari anak dengan melakukannya
secara praktis pengetahuan-pengetahuan yang dipelajari anak itu. Secara
spesifik metode drill (latihan siap) ini biasanya dipergunakan untuk tujuan
agar peserta didik:
1) Memiliki keterampilan motoris/gerak, seperti menghafal kata-kata,
menulis, mempergunakan alat atau membuat suatu benda;
melaksanakan gerak dalam olah raga.
2) Mengembangkan kecakapan intelektual, seperti mengalikan, membagi,
menjumlahkan, mengurangi, menarik akar dalam hitungan mencongak.
Mengenal benda/bentuk dalam pelajaran matematika, ilmu pasti, ilmu
kimia, tanda baca dan sebagainya.
3) Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan
hal lain, seperti sebab akibat banjir-hujan; antara tanda huruf dan bunyi
-ing, ny dan lain sebagainya; penggunaan lambang/simbol di dalam
peta dan lain (Roestiyah, 1985: 79).
Dasar metode drill dalam al-qur’an, metode drill yang sebenarnya
menunjuk kepada hal itu secara riil tidaklah ditemukan secara lebih rinci
dalam al-Qur’an. Namun bila ditelusuri makna dari metode tersebut akan
ditemukan secara subtantif. Metode drill bersumber dari al-Qur’an dan
landasan yang dipakai untuk metode ini dapat dipahami dari ayat yang
berbunyi:
11
memiliki pengertian lebih luas karena latihan yang dilakukan
dengan berulang. Tentu bila materi yang diajarkan seorang guru
PAI dilakukan secara berulang-ulang akan membuat pemahaman
peserta didik lebih luas dan tepat.
2) Peserta didik siap menggunakan keterampilannya karena sudah
dibiasakan. Metode drill yang dilaksanakan oleh guru PAI
membuat ketarampilan para peserta didik lebih siap dia
pergunakan. Bila pengetahuan terkait dengan aktivitas fisik yang
menuntut pada suatu keterampilan, maka harus dikuasai latihan
tertentu yang dilakukan secara berulang-ulang akan lebih mudah
dikuasai dibanding dengan pembelajaran yang bersifat
verabalistik semata.
3) Peserta didik memperoleh kecakapan motoris. Kecakapan motoris
sangatlah penting dimiliki oleh para peserta didik karena hal itu
dapat dilihat realitasnya tanpa ada permainan penilaian yang
kurang tepat. Ukuran kecakapan motoris hanyalah pada dua hal
saja, yaitu bisa atau tidak bisa saja. Maka dengan penggunaan
metode drill hal ini dapat dilakukan dengan jelas, dan
pengetahuan peserta didik pun dapat diukur dengan jelas pula. Hal
yang dapat dilihat dari kecakapan motorik yang diperoleh peserta
didik adalah menulis, melafalkan huruf, membuat dan
menggunakan alat-alat.
4) Peserta didik memperoleh kecakapan mental. Kecakapan mental
sangat penting artinya bagi peserta didik dalam proses
perkembangan dirinya menjadi manusia terpelajar dan sukses di
masa depan. Penggunaan metode drill dalam kaitan ini dapat
membina kecakapan mental peserta didik hingga pengetahuannya
dapat member dampak yang besar dalam hidupnya. Terkati
dengan hal ini dapat dilihat dalam perkalian, penjumlahan,
pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.
12
B. Kelemahan Metode Drill
13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Metode tanya jawab adalah suatu cara pembelajaran dimana seorang guru
mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa tentang materi yang telah
diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca sambil memperhatikan proses
berfikir di antara peserta didik.
Metode drill dalam pendidikan agama Islam adalah “suatu cara penyajian
bahan pelajaran pendidikan agama Islam dengan jalan melatih peserta didik secara
berulang-ulang dan sungguh-sungguh dalam bentuk lisan, tulisan, maupun
aktivitas fisik agar peserta didik memiliki ketangkasan atau keterampilan yang
tinggi dalam menguasai bahan pelajaran, memperkuat suatu asosiasi atau
menyempurnakan suatu keterampilan supaya menjadi permanen”.
14
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Soleh. 2015. Pengantar Pendidikan Islam. Bogor: Marwah Indo Media.
Arifin. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara. hlm. 144.
Maulida, Ali. 2015. Metode dan Evaluasi Pendidikan Akhlak dalam Hadits
Nabawi. Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, 04(07).
15