Anda di halaman 1dari 9

MASUKNYA ISLAM DAN PERADABAN MELAYU

0leh :
1. Muhammad Rahman Hidayat (1720104085)
2. Oprian Riski (1720104092)
3. Pudtri Ramadani (1720104093)
4. R.A. Deva Trinanda Putri (1720104094)
Dosen Pengampuh : Syafran Ariansyah, M.Ag.

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
2019
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam memiliki karakteristik global, yang mana bisa diterima dalam setiap ruang dan waktu.
Namun saat ia memasuki berbagai kawasan wilayah, karakteristik globalnya seolah-olah hilang
melebur ke dalam berbagai kekkuatan lokal yang dimasukinya. Khususnya dikawasan Nusantara,
dimana disana identik dengan budaya melayu, budaya Melayu yang ada di Nusantara menjadikan
Agama Islam disana berkarakter Islam melayu. Islam dan masyarakat tradisional Melayu pada
dasarnya adalah bentuk Islam pribumi, yang dianut sebagai prinsip-prinsip akidah dengan ajaran-
ajaran ritualnya. Islamisasi tidak pernah berlangsung secara sekaligus, akan tetapi melalui proses
yang berjalan secara bertahap-tahap.

Dunia kebudayaan Melayu membentang dari malaysia dan Indonesia sampai ke Fhilipina
Selatan Integrasi pemikiran Islam dan peradaban Melayu menjadikan akulturasi dan asimilasi
antara keduanya hingga melahirkan corak peradaban Melayu Islam baru yang memiliki
karakteristik tersendiri yang berbeda dengan peradaban Islam di tempat lain. Dinamika pemikiran
Islam di wilayah Melayu dari zaman ke zaman membentuk karakter peradaban Melayu yang
Islami. Islam menjadi faktor pemersatu berbagai suku Melayu dan ‘supra-identity’ lintas batas
geografis, sentimen etnik, identitas kesukuan, adat istiadat dan tradisi lokal Melayu. Bahasa
Melayu menjadi media penyebaran peradaban Melayu Islam karena dijadikan sebagai ‘lingua
franca’ oleh para cendekiawan muslim, ulama, dan pedagang. Ia memiliki peran penting dalam
pembentukan tradisi intelektual Islam di Dunia Melayu Nusantara yang menghasilkan karya
ilmiah di berbagai bidang. Karya-karya ini berkembang dalam waktu lama, sehingga memiliki
pengaruh besar dalam pembentukan tradisi intelektual-sosial Islam dalam bingkai peradaban
Islam di wilayah Melayu Nusantara. Masuknya pengaruh Islam ke dalam peradaban Melayu tidak
hanya pada tataran religious saja, namun lebih luas dan komprehensif, di antaranya meliputi; ilmu
pengetahuan, politik, kebudayaan, adat istiadat, kesenian, kesusastraan, bahasa, undang-undang
Melayu dan lainnya. Sekalipun demikian, proses Islamisasi masih terus berlanjut terutama di
daerah-daerah pedalaman, khususnya bagi suku-suku primitif tertutup di Indonesia yang masih
menganut animisme. Sampai sekarang kita masih bisa menyaksikan pengenalan Islam terhadap
suku Kubu di Jambi, Badui di Banten, apalagi suku-suku di sekitar Lembah Balim di Irian barat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Masuknya Islam dan Peradaban Melayu?
2. Bagaimana Teori Datangnya Islam ke Kawasan Melayu?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetaui Sejarah Masuknya Islam dan Peradaban Melayu
2. Untuk Mengetaui Teori Datangnya Islam ke Kawasan Melayu.
PEMBAHASAN

A. Sejarah Masuknya Islam dan Peradaban Melayu

Menurut Thomas Walker Arnold, sulit untuk menentukan bilakah masa tepatnya Islam masuk
ke Indonesia. Hanya saja, sejak abad ke-2 Sebelum Masehi orang-orang Ceylon telah berdagang
dan masuk abad ke-7 Masehi, orang Ceylon mengalami kemajuan pesat dalam hal perdagangan
dengan orang Cina. Hinggalah, pada pertengahan abad ke-8 orang Arab telah sampai ke Kanton.1
Mengenai tempat asal kedatangan Islam yang menyentuh Indonesia, di kalangan para sejarawan
terdapat beberapa pendapat. Ahmad Mansur Suryanegara mengikhtisarkan teori masuknya Islam
dalam tiga teori besar. Pertama, teori Gujarat, India. Islam dipercayai datang dari wilayah Gujarat
– India melalui peran para pedagang India muslim pada sekitar abad ke-13 M. Kedua, teori
Makkah. Islam dipercaya tiba di Indonesia langsung dari Timur Tengah melalui jasa para
pedagang Arab muslim sekitar abad ke-7 M. Ketiga, teori Persia. Islam tiba di Indonesia melalui
peran para pedagang asal Persia yang dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke
nusantara sekitar abad ke-13 M. Mereka berargumen akan fakta bahwa banyaknya ungkapan dan
kata-kata Persia dalam hikayat-hikayat Melayu, Aceh, dan bahkan juga Jawa.2 Melalui
Kesultanan Tidore yang juga menguasai Tanah Papua, sejak abad ke-17, jangkauan terjauh
penyebaran Islam sudah mencapai Semenanjung Onin di Kabupaten Fakfak, Papua Barat.

Kalau ahli sejarah Barat beranggapan bahwa Islam masuk di Indonesia mulai abad 13 adalah
tidak benar, Abdul Malik Karim Amrullah berpendapat bahwa pada tahun 625 M sebuah naskah
Tiongkok mengkabarkan bahwa menemukan kelompok bangsa Arab yang telah bermukim di
pantai Barat Sumatra (Barus).3 Pernyataan yang hampir senada dikemukakan Arnold, bahwa
mungkin Islam telah masuk ke Indonesia sejak abad-abad awal Hijriah. Meskipun kepulauan
Indonesia telah disebut-sebut dalam tulisan ahli-ahli bumi Arab, di dalam tarikh Cina telah
disebutkan pada 674 M orang-orang Arab telah menetap di pantai barat Sumatera.4

Jika Dunia Melayu dilihat secara komprehensif dalam rentang masa, dapat diketahui bahwa
sebelum datangnya Islam bangsa Melayu sudah ada, bahkan sejak zaman pra Hindu-Buddha di
Nusantara, kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia, terutama di Malaysia, Sumatera,
Kalimantan dan sekitarnya. Dalam perspektif kesamaan sejarah dan budaya, secara umum
identitas bangsa Melayu hingga saat ini terdiri dari empat fase pilar sejarah, yaitu; fase pra Hindu-
Buddha, fase Hindu-Buddha, fase Islam dan fase kolonialisme.5 Namun hingga saat ini, pengaruh
Islam pada suku bangsa Melayu sangat kuat dan dominan dari pada yang lainnya. Setelah masuk

1
Arnold Thomas W. Sejarah Da'wah Islam, ( Jakarta: Widjaya, 1985), hlm. 317.
2
Saifullah, Sejarah & Kebudayaan Islam di Asia Tenggara, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010),hlm. 15.
3
Amrullah, Dari Perbendaharaan Lama: Menyingkap Sejarah Islam di Indonesia, (Jakarta: Gema Insani Press,
2017), hlm. 3-4.
4
Arnold, Op.Cit., hlm. 318-319.
5
Mahyudin Almudra, Redefinisi Melayu, Upaya Menjebatani Perbedaan Konsep Kemelayuan Bangsa Serumpun,
Yogyakarta: Balai Pengkajian dan Pengembangan Budaya Melayu, 2008), hlm 6-14.
dan berkembangnya pemikiran Islam di Nusantara, terjadi perubahan kebudayaan dan peradaban
Melayu, baik dari segi gagasan (ideofak), aktivitas (sosiofak), dan benda (artefak). Sebagian
sejarahwan berpendapat, bahwa Islam masuk ke Nusantara sejak sekitar abad permulaan kelahiran
Islam (abad ke-7), pendapat lain abad ke-11, dan berkembang semakin cepat pada abad ke-13
karena sudah dapat menguasai sebagian Melayu Nusantara dengan berdirinya kerajaan Islam.
Secara umum, Islam dapat diterima dengan mudah oleh bangsa Melayu karena karakternya yang
igaliter dan populis. Islam tidak mengenal sistem kasta dan kependetaan, sehingga memungkinkan
keterlibatan semua lapisan masyarakat dalam seluruh aspek kehidupan.

Pada abad ke-12 dan 13 M, disebabkan banyaknya kekacauan dan peperangan di Timur
Tengah termasuk Perang Salib, mendorong penduduk Timur Tengah semakin ramai melakukan
kegiatan pelayaran ke Asia Tenggara. Faktor yang turut menentukan bagi bertambah ramainya
kegiatan perdagangan bangsa Arab dan Persia di Asia Tenggara ialah invasi beruntun bangsa
Mongol yang dipimpin oleh Jengis Khan ke atas negeri-negeri Islam sejak tahun 1220 M yang
berakhir dengan jatuhnya kekhalifatan Baghdad pada 1258 M. Peristiwa ini mendorong terjadinya
gelombang perpindahan besarbesaran kaum Muslimin ke India dan ke Asia Tenggara. Bersama
mereka hadir pula sejumlah besar faqir dan sufi pengembara dengan pengikut tariqat yang mereka
pimpin.

Kepulauan Melayu merupakan gerbang masuk terdepan bagi pelayaran ke timur. Karena itu
tidak heran jika kerajaan-kerajaan Islam awal seperti Samudra Pasai (1270-1514 M) dan Malaka
(1400-1511 M) muncul di sini. Kerajaan-kerajaan ini tumbuh dari pelabuhan atau bandar dagang,
dan menjadi kerajaan Islam setelah rajanya memeluk agama Islam. Dengan munculnya kerajaan-
kerajaan ini maka perlembagaan Islam, termasuk lembaga pendidikan, dapat didirikan. Semua
itulah yang memungkin penyebaran agama Islam dan transformasi budayanya dapat dilakukan.

Faktor lain bagi pesatnya perkembangan Islam ialah mundurnya perkembangan agama Hindu
dan Buddha, mengikuti surutnya kerajaan Hindu dan Buddha yang diikuti oleh mundurnya
peranan politiknya. Abad ke13 M ketika agama Islam mulai berkembang pesat di kepulauan
Melayu, sebagai contoh, ditandai dengan mundurnya kerajaan Sriwijaya atau Swarnabhumi. Pusat
imperium Buddhis di Nusantara ini mulai mengalami kemunduran disebabkan ronngrongan dua
kerajaan Hindu Jawa – Kediri dan Singasari – disusul dengan krisis ekonomi yang membelitnya.
Seabad berikutnya negeri ini dua kali diserbu Majapahit, sebuah imperium Hindu yang mulai
bangkit di Jawa Timur. Serbuan terakhir pada penghujung abad ke-14 M menyebabkan negeri itu
hancur dan tamat riwayatnya.

Mundurnya kerajaan Sriwijaya menyebabkan daerah-daerah taklukannya melepaskan diri dan


muncul menjadi kerajaan-kerajaan kecil yang merdeka. Di antaranya ialah Lamuri, Aru, Pedir,
Samalangga dan Samudra di pantai timur, dan Barus di pantai barat. Menjelang akhir abad ke-13
M, kerajaan-kerajaan kecil itu berhasil dipersatukan dan bergabung di bawah imperium baru,
Samudra Pasai. Setelah rajanya yang pertama, Meura Silu memeluk agama Islam dan berganti
nama menjadi Malik al-Saleh, kerajaan ini berubah menjadi kerajaan Islam. Pada tahun 1340 M
Sriwijaya diserbu oleh Majapahit yang menjadikan negeri itu semakin lemah dan kehilangan
pamor.Sebaliknya Samudra Pasai, walaupun juga digempur oleh Majapahit dan banyak sekali
harta kerajaan itu yang dirampas, masih dapat melanjutkan eksistensinya sebagai bandar dagang
utama di Selat Malaka. Begitulah sejarah awal pesatnya perkembangan agama Islam di kepulauan
Nusantara.

B. Teori Datangnya Islam ke Kawasan Melayu

Ada empat teori tentang islamisasi awal masuknya Islam di Indonesia, yaitu Islam bersumber
dari Anak Benua India (teori India), teori Arab, teori Persia, dan Teori China.

1. Teori India

Teori ini di kemukakan oleh Pijnappel, Snouck Hurgronje, Moquette, dan Fatimi. Dalam
teori ini di jelaskan bahwa islam pertama kali datang ke Indonesia berasal dari anak Benua
India sekitar abad ke-13. Pijnappel mengajukan buktiadanya persamaan mazhab Syaf'i anatara
di Anak Benua dengtan di Indonesia. Orang-orang mazhab Syafi'i bermigrasi dan menetap di
Gujarat dan Malabar kemudian membawa islam ke Nusantara. Jadi ia berpendapat bahwa
islamisasi di Nusantara dilakukan oleh orang Arab, tetapi bukan datang langsung dari Arab,
melainkan dari India, terutama dari Gujarat dan Malabar.

Snouck Hurgronje berpendapat bahwa saat Islam mempunyai pengaruh yang kuat di kota-
kota India Selatan, banyak muslim Dhaka yang di sana. Mereka inilah yang pertama
menyebarkan Islam ke kepulauan Melayu, kemudian diikuti oleh orang-orang Arab. Ia
berpendapat bahwa Islam Nusantara berasal dari India, karena sudah lama terjalin hubungan
perdagangan antara Indonesia dengan India dan adanya inskripsi tetua tentang Islam yang
terdapat di Sumatra mengindikasikan adanya hubungan anatara Sumatra dan Gujarat.

Snouck Hurgronje menybutkan bahwa Sumatra Utara, yaitu mengenai Pasai dalam kisah
perjalanan Ibn Battuta, musafir Maroko yang singgah di daerah pada tahun 1345 M dalam
perjalanannya dari Benggala ke Tiongkok merupakan tempat yang penting bagi rekonstruksi
perkembangan Islam di kepulauan itu.

2. Teori Arab

Teori ini antara lain dikemukakan oleh Sir Thomas Arnold, Crawfurd, Niemann, dan de
Hollander. Arnold berpendapat bahwa selain dari Coromandel dan Malabar Islam Nusantara
juga berasal dari Arab. Bukti yang ia ajukan ialah adanya kesamaan mazhab antara di
Coromandel dan Malabar dengan mazhab mayoritas umat islam di nusantaram yaitu mazhab
syafi'i mazhab ini dibawa oleh para pedagang Coromandel dan Malabar ke Nusantara. Mereka
mempunyai peranan penting dalam perdagangan antara India dan Nusantara. Di sampimg
melakukan kegiatan perdagangan, mereka juga menyebarkan agama islam.
Mengenai pendapatnya tentang asal Islam Nusantara dari Arab, Arnold berpendapat bahwa
para pedagang Arab membawa Islam kepada saat mereka menguasai perdagang Barat-Timur
sejak awal abad ke-7 M dan ke-8 M. dapat di duga bahwa mereka juga menyebarkan agama
Islam ke Nusantara. Arnold juga mengatakan bahwa sebuah sumber Cina menyebutkan bahwa
menjelang perempat ketiga abad ke-7 M ada seorang Arab yang menjadi pemimpin
pemukiman Arab muslim di pesisir barat Sumatra. Mereka ini juga melalukan kawin campur
dengan penduduk setempat, sehingga muncullah komunitas muslim.

Crawfurd mengatakan bahwa Islam dikenalkan langsung dari Arab, meskipun demikian
dia juga menegaskan bahwa hubungan bangsa Melayu-Indonesia dengan kaum muslim dari
pesisir Timur India juga merupakan faktor penting. Niemann tidak menyebut tentang waktu
masuknya Islam ke Nusantara, Sedangkan de Hollander mengatakan kemungkinan pada abad
ke-13 M sudah ada orang arab di Jawa. Niemann dan de Hollander mengatakan bahwa Islam
datang dari Hadramaut, karena adanya persamaan antara mazhab yang dianut oleh muslim
Hadramaut dengan muslim Nusantara, yaitu mazhab syafi'i.

3. Teori Persia

Teori ini di kemukakan oleh P.A. Hoesein Djajadiningrat. Dalam teori ini dinyatakan
bahwa Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-13 M di Sumatra, yang berpusat di Samudra
pasai. Dia mendasarkan argumennya pada persamaan budaya yang berkembang di kalangan
masyarakat Islam Indonesia dengan budatya yang ada di Persia. Bukti-bukti persamaan
budaya itu antara lain, adanya peringatan 10 Muharram atau asyura yang merupakan tradisi
yang berkembang dalam masyarakat Syiah. Untuk memperingati hari kematian Husain di
Kerbela. Tradisi ini diperingati dengan membuat bubur syura. Bulan Muharram di Mingkabau
disebut dengan bulan Hasan-Husain, sedangkan di Sumatra Tengah sebelah barat di sebut
dengan bulan tabut. Mereka mengarak keranda yang di atasnamakan keranda Husain yang di
sebut dengan "Keranda Tabut" untuk dilempar ke sungai.

4. Teori Cina

Teori ini menyatakan bahwa Islam datang ke Nusantara bahwa dari timur Tengah/Arab
maupun Gujarat/India, tetapi dari Cina. Pada abad ke-9 M banyak orang muslim china di
kanton dan wilayah China Sekatan lain yang mengungsi ke Jawa, sebagian ke Kedah dan
Sumatra. Hal ini terjadi karena pada masa Huan Chou terjadi penumpasan terhadap penduduk
Kanton dan wilayah China Selatan lainnya yang mayoritas penduduknya beragama islam.
Mereka berusaha mengadakan revolusi politik terhadap keraton China pada ke 9 M. Pada
abad-abad berikutnya peranan orang China semakin tampak dengan adanya bukti-bukti
artefak, yakni adanya unsur-unsur China dalam arsitektur masjid-masjid Jawa kuno, seperti
tampak pada atap masjid Banaten, mustaka, yang berbentuk bola dunia yang menyerupai
setupa dengan dikelilingi tempat ular hampir selalu ada di masjid-masjid kuno di Jawa
sebelum arsitektur timur tengah memasuki wilayah ini, motif hiasan di masjid sedang Duwur
Paciran Lamongan dan lain-lain. Di samping adanya pengungsi China ke Jawa pada abad ke
9 M, pada abad ke 8-11 M sudah ada pemukimkan Arab muslim di China dan di Campa.

China mempunyai peranan yang besar dalam perkembangan Islam di Indonesia. Di


samping bukti-bukti di atas, arsitektur masjid Demak dan juga berdasarkan beberapa catatan
sejarah beberapa sultan dan sunan yang berperan dalan penyiaran agama islam di Indonesia
adalah keturunan China, misalnmya Raden Patah yang mempunyai nama China Jin Bun,
sunan Ampel dan lain-lain.
PENUTUP

A. Kesimpulan

Proses masuknya islam dan peradaban melayu terjadi dengan jalan yang sangat pelik dan
panjang, yang didasari pada teori-teori yang beragam pula. Diterimanya Islam oleh penduduk
pribumi, secara bertahap membuat Islam terintegrasi dengan tradisi, norma dan tatanan kehidupan
keseharian penduduk lokal. Hal ini menunjukan bahwa bangsa Indonesia mudah menerima nilai-
nilai dari luar dan menjadi bukti akan keterbukaan sikap mereka. Sikap ini pada gilirannya telah
ikut membentuk komunitas-komunitas muslim di daerah pesisir yang pada mulanya sebagai
tempat interaksi antara penduduk local dengan bangsa- bangsa asing, seperti yang disebutkan para
pakar dalam teori di atas, yaitu dari Arab, Persia, India dan China. Salah satu bukti kehadiran
bangsa-bangsa asing tersebut adalah adanya pekampungan yang disebut Pakojan (perkampungan
orang-orang Arab), Pachinan (perkampungan orang-orang china), Keling (perkampungan orang-
orang India) dan lain sebagainya di Indonesia. Komunitas pribumi yang telah terintegrasi ke
dalam Islam, selanjutnya terlembagakan secara politis dalam bentuk kerajaan-kerajaan Islam di
kawasan ini sejak masa yang paling awal.
DAFTAR PUSTAKA

Thomas W, Arnold. 1985. Sejarah Da'wah Islam. Jakarta: Widjaya.

Saifullah. 2010. Sejarah & Kebudayaan Islam di Asia Tenggara. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Amrullah. 2017. Dari Perbendaharaan Lama: Menyingkap Sejarah Islam di Indonesia. Jakarta:
Gema Insani Press.

Almudra, Mahyudin. 2008. Redefinisi Melayu, Upaya Menjebatani Perbedaan Konsep


Kemelayuan Bangsa Serumpun. Yogyakarta: Balai Pengkajian dan Pengembangan Budaya
Melayu.

Anda mungkin juga menyukai