Anda di halaman 1dari 14

Nama : REXTILIANA

NIM :

1. JUDUL
IDENTIFIKASI TANAMAN BERDASARKAN KONDISI EKOLOGI

2. PENDAHULUAN

Ekologi tumbuhan berusaha menerangkan rahasia kehidupan pada tahapan


individu, populasi dan komunitas. Ketiga tingkatan utama itu membentuk sistem
ekologi yang dikaji dalam ekologi tumbuhan. Komunitas ialah beberapa kelompok
makhluk yang hidup bersama-sama dalam suatu tempat yang bersamaan, misalnya
populasi semut, populasi kutu daun, dan pohon tempat mereka hidup membentuk
suatu masyarakat atau suatu komunitas. . Komunitas memiliki derajat keterpaduan
yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi.
Dengan memperhatikan keanekaragaman dalam komunitas dapatlah diperoleh
gambaran tentang kedewasaan organisasi komunitas tersebut. Komunitas dengan
populasi ibarat makhluk dengan sistem organnya, tetapi dengan tingkat organisasi
yang lebih tinggi sehingga memiliki sifat yang khusus atau kelebihan yang tidak
dimiliki oleh sistem organ maupun organisasi hidup lainnya.
Perubahan komunitas yang sesuai dengan perubahan lingkungan yang terjadi akan
berlangsung terus sampai pada suatu saat terjadi suatu komunitas padat sehingga
timbulnya jenis tumbuhan baru akan kecil sekali kemungkinannya. Namun,
perubahan akan selalu terjadi.

3. MATERI
A. PENGERTIAN IDENTIFIKASI TANAMAN
Identifikasi tumbuhan adalah menentukan namanya yang benar dan
tempatnya yang tepat dalam sistem klasifikasi. Tumbuhan yang akan
diidentifikasikan mungkin belum dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan (belum
ada nama ilmiahnya), atau mungkin sudah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan.
Penentuan nama baru dan penentuan tingkat-tingkat takson harus mengikuti
aturan yang ada dalam KITT. Prosedur identifikasi tumbuhan yang untuk pertama
kali akan diperkenalkan ke dunia ilmiah memerlukan bekal ilmu pengetahuan
yang mendalam tentang isi KITT. Untuk identifikasi tumbuhan yang telah
dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan, memerlukan sarana antara lain bantuan
orang, spesimen herbarium, buku-buku flora dan monografi, kunci identifikasi
dan lembar identifikasi jenis. Flora adalah suatu bentuk karya taksonomi
tumbuhan yang memuat jenis-jenis tumbuhan yang ditemukan dalam suatu
wilayah tertentu. Sedangkan monografi adalah suatu bentuk karya taksonomi
tumbuhan yang memuat jenis-jenis tumbuhan yang tergolong dalam kategori
tertentu. baik yang terbatas pada suatu wilayah tertentu saja maupun yang
terdapat di seluruh dunia. Dan kunci identifikasi merupakan serentetan
pertanyaan-pertanyaan yang jawabnya harus ditemukan pada spesimen yang akan
diidentifikasi.
Bila semua pertanyaan berturut-turut dalam kunci identifikasi ditemukan
jawabnya, berarti nama serta tempatnya dalam sistem klasifikasi tumbuhan yang
akan diidentifikasi dapat diketahui. Lembar Identifikasi Jenis adalah sebuah
gambar suatu jenis tumbuhan yang disertai dengan nama klasifikasi jenis yang
bersangkutan
B. PENGERTIAN EKOLOGI
Ekologi pertanian adalah studi proses ekologi yang mengemudikan sistem
produksi pertanian. Pada ekologi pertanian, prinsip ekologi dibawa ke ekosistem
pertanian. Istilah ini seringkali diartikan, meski tidaklah tepat, sebagai sebuah
sains, gerakan, praktek. Babak ilmu yang dipelajari dalam ekologi pertanian tidak
terkait pada salah satu cara pertanian melainkan terkait dengan ekosistem
pertanian.

C. STRATEGI EKOLOGI
Pandai ekologi pertanian tidak sama sekali menentang
penggunaan teknologi dalam pertanian, melainkan menilai bagaimana, kapan,
dan bila teknolgi dapat dipakai seiring dengan kekayaan hayati, keberagaman
sosial, dan manusia. Ekologi pertanian menawarkan pola berdasarkan tempat
dalam mempelajari ekosistem pertanian, sehingga ekologi pertanian memahami
bahwa tidak telah tersedia rumus universal yang dapat dijalankan di seluruh
bangun-bangun ekosistem. Ekologi pertanian tidak diefinisikan berdasarkan
praktek pertanian tertentu.
Ekologi pertanian mempelajari pertanyaan terkait dengan sifat dasar
ekosistem pertanian, yaitu produktivitas, stabilitas, keberlanjutan, dan
kesetaraan.[3] Ekologi pertanian mempelajari keempat sifat dasar tersebut secara
interdisipliner, memakai ilmu alam sbg mempelajari elemen eksistem pertanian
seperti sifat tanah dan interaksi tanaman-hewan, juga ilmu sosial sbg memahami
efek praktek pertanian pada warga, pergerakan ekonomi sbg membangun cara
produksi baru, atau faktor kebiasaan istiadat yang menentukan praktek budi
kekuatan.

D. PENDEKATAN
Ekologi pertanian dirumuskan oleh Organisasi sbg Kerja Sama dan
Pembangunan Ekonomi (OECD) sbg "studi hubungan sela tanaman pertanian dan
lingkungan" Ciri utama lain adalah ekologi pertanian sbg interaksi sela tanaman,
binatang, manusia, dan sekeliling yang terkait di dalam sistem pertanian. Ekologi
pertanian juga dirumuskan berdasarkan tempat geografis terkait. Pada belahan
bumi selatan misalnya, ekologi memerankan secara politik yang mempunyai
tujuan memenuhi kesetaraan sosial dan ekonomi untuk pelaku pertanian
tradisional dan warga pribumi.[6] Amerika Utara dan Eropa menjauhkan bidang
politik ini dan semakin mengarah untuk pendekatan ilmiah dengan sedikit bidang
sosial.
Padae pendekatan berbasis ekologi populasi, ekologi pertanian
menganalisis ekosistem pertanian dari babak dinamika populasi spesies tertentu
dan hubungannya dengan iklim dan biogeokimia, dan genetika populasi. Ekologi
pertanian inklusif memandang ekologi pertanian sbg babak dari pertanian, di
mana ekologi alam dan ekologi pertanian merupakan babak utama dari ekologi.
Ekologi alam mempelajari organisme dalam hal interaksinya dengan sekeliling
yang terkait alam. Sehingga ekologi pertanian menjadi dasar utama dalam
ilmu pemanfaatan area di mana manusia mengelola kekuasaan terhadap
organisme dalam sekeliling yang terkait yang terencana dengan tidak memihak

E. HUTAN TROPIKA
Hutan tropika basah merupakan komunitas yang dominan di Indonesia.
Sifat yang menyolok dari hutan tropis basah adalah volum persatuan luas dari
biomassa yang ada diatas tanah, sehingga memberi kesan bahwa lahan yang
ditumbuhinya itu merupakan lahan yang sangat subur. Tetapi pada kenyataannya
tidaklah demikian, tanah hutan dikawasan tropis itu umumnya miskin, kecuali
tanah-tanah alufial yang baru dan tanah-tanah vulkanik. Karena hujan lebat sering
terjadi, maka tanah juga mudah sekali terkena pembasuhan . Dalam keadaan
demikian tidaklah efisien dan menguntungkan bagi pertumbuhan apabila
kesuburan itu di simpan dalam tanah Tanggap dalam keadaan seperti ini,
tumbuhan yang tumb dalam habitat itu melalui proses evolusi telah
mengadaptasikan diri dan mengembangkan suatu sistem untuk mencegah
kehilangan hara makanan. Sistem daun hara dalam hutan tropis basah sangat
ketat, tahan kebocoran dan berjalan cepat, arti kata bahwa hara makanan yang
dilepas oleh dekomposisi serasa segera di serap kembali untuk digunakan dalam
pertumbuhan dan kemudian digabungkan kedalam tubuh tumbuhan.
Oleh karena temperatur dan kelembapan dikawasan tropik ini tinggi,
serasa yang digugurkan oleh tumbuhan setiap hari tidak tertimbun lebih lama
dilantai hutan melainkan segera mengalami dekomposisi. Proses dekomposisi
berjalan jauh lebih cepat dari pada di hutan-hutan beriklim sedang dan dingin.
Serasa menghilang dalam waktu beberapa minggu saja. Penyerapan hara
makanan sering pula dibantu oleh kehadiran jamur-jamur mikroriza yang hidup
bersimbiosis dengan akar-akar. Miselia jamur itu sendiri bertindak sebagai organ
penyerap bagi tumbuhan inagnya. Sering pula dapat dijumpai bahwa bulu-bulu
akar dan miselia masuk kedalam daun-daun atau jaringan-jaringan yang sedang
berdekomposisi dan langsung menyerap hara makanan.
Jadi jelas sekali bahwa sebagian besar hara makanan yang dilepas oleh
serasah tersebut tidak mempunyai kesempatan untuk disimpan dalam tanah tetapi
langsung dikembalikan ke dalam tubuh tumbuhan. Dengan demikian nyata sekali
bahwa sebagian besar hara makanan di hutan tropis basah tersimpan dalam
tumbuhan hidup. Oleh karena kondisi yang seperti itu, maka akan terrjadi
limpahan hara yang mendadak bila hutan ditebang habis kemudian di ikuti
dengan pembakaran, tetapi hara makanan tersebut tidak akan tinggal terlalu lama
dalam tanah karena akan segera dibasuh oleh hujan lebat. Besar kesuburan tanah
akan meningkat cepat tetapi hanya untuk sementara saja dan biasanya menurun
lagi dengan cepat dalam tempo beberapa tahun.

Ini yang menjadi alasan kenapa perladangan berpindah hanya dapat


bertahan beberapa tahun saja. Daun-daun bahan organik dan mineral terputus
sama sekali dengan adanya penebangan habis, karena arus penyediaan penerus
bahan-bahan organik dari tumbuhan hidup terpenggal. Nama komunitas harus
dapat memberikan keterangan mengenai sifat-sifat komunitas tersebut. Cara yang
paling sederhana, memberi nama itu dengan menggunakan kata-kata yang dapat
menunjukkan bagaimana wujud komunitas seperti padang rumput, padang pasir,
hutan jati. Cara yang paling baik untuk menamakan komunitas itu adalah dengan
mengambil beberapa sifat yang jelas dan mantap, baik hidup maupun tidak.
Ringkasannya pemberian nama komunitas dapat berdasarkan :
1. Bentuk atau struktur utama seperti jenis dominan, bentuk hidup
atau indikator lainnya seperti hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau hutan
Dipterocarphaceae, dapat juga berdasarkan sifat tumbuhan dominan seperti hutan
sklerofil.
2. Berdasarkan habitat fisik dari komunitas, seperti komunitas
hamparan lumpur, komunitas pantai pasir, komunitas lautan,dll
3. Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional misalnya tipe
metabolisme komunitas. Berdasarkan sifat lingkungan alam seperti iklim,
misalnya terdapat di daerah tropik dengan curah hujan yang terbagi rata
sepanjang tahun, maka disebut hutan hujan tropik.

Macam-macam Komunitas. Di alam terdapat bermacam-macam


komunitas yang secara garis besar dapat dibagi dalam dua bagian yaitu
1. Komunitas akuatik, komunitas ini misalnya yang terdapat di laut, di
danau, di sungai, di parit atau di kolam.
2. Komunitas terrestrial, yaitu kelompok organisme yang terdapat di
pekarangan, di hutan, di padang rumput, di padang pasir, dll.

Menurut Nybakken (1988) bagi tumbuhan akuatik, intensitas cahaya


sangat menentukan penggunaan energy untuk fotosintesis.Tumbuhan kekurangan
energy jika intensitas cahaya berkurang. Semakin cerah suatu perairan semakin
jauh cahaya matahari yang dapat tembus kedalam perairan dan dengan begitu
akan banyak ditemukan tumbuhan laut seperti lamun yang memerlukan cahaya
matahari untuk melakukan fotosintesis.

F. Struktur Komunitas
Struktur yang diakibatkan oleh penyebaran organisme di dalam, dan
interaksinya dengan lingkungannya dapat disebut pola. Analisis komunitas
tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan atau komposisi jenis dan
bentuk atau struktur vegetasi. Dalam ekologi hutan, satuan vegetasi yang
dipelajari atau diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang merupakan asosiasi
konkret dari semua spesies tetumbuhan yang menempati suatu habitat. Hasil
analisis komunitas tumbuhan diajikan secara deskripsi mengenai komposisi
spesies dan struktur komunitasnya. Struktur suatu komunitas tidak hanya
dipengaruhi oleh hubungan antarspesies, tetapi juga oleh jumlah individu dari
setiap spesies organisme. Hal yang demikian itu menyebabkan kelimpahan relatif
suatu spesies dapat mempengaruhi fungsi suatu komunitas, bahkan dapat
memberikan pengaruh pada keseimbangan sistem dan akhirnya berpengaruh pada
stabilitas komunitas itu sendiri (Heddy, dkk., 1986).
Ada sejumlah cara untuk mendapatkan informasi tentang struktur dan
komposisi komunitas tumbuhan darat. Namun yang paling luas diterapkan adalah
cara pencuplikan dengan kuadrat atau plot berukuran baku. Cara pencuplikan
kuadrat dapat digunakan pada semua tipe komunitas tumbuhan dan juga untuk
mempelajari komunitas hewan yang menempati atau tidak berpindah. Rincian
mengenai pencuplikan kuadrat meliputi ukuran, cacah, dan susunan plot cuplikan
harus ditentukan untuk membentuk komuniatas tertentu yang dicuplik
berdasarkan pada informasi yang diinginkan (Supriatno, 2001).
Untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan diperlukan parameter
kualitatif. Adapun beberapa parameter kualitatif komunitas tumbuhan antara lain
fisiognomi, fenologi, periodisitas, stratifikasi, kelimpahan, penyebaran, daya
hidup, dan bentuk pertumbuhan. Sedangkan parameter kuantitatif dalam analisis
komunitas tumbuhan adalah densitas, frekuensi, luas penutupan,indeks nilai
penting (INP), perbandingan nilai penting (summed dominance ratio), indeks
dominansi, indeks keanekaragaman, indeks kesamaan, dan homogenitas suatu
komunitas. (Setiadi, 1983).
Komunitas dapat dicatat dengan kategori utama dari bentuk-bentuk
pertumbuhan pertumbuhan (pohon, semak, belikar, lumut dan alga) yang
menyusun struktur komunitas hewan dan tumbuhan secara fisik (Odum,1971).
Menurut Setiadi (1983), untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan
diperlukan parameter kualitatif. Adapun beberapa parameter kualitatif komunitas
tumbuhan antara lain fisiognomi, fenologi, periodisitas, stratifikasi, kelimpahan,
penyebaran, daya hidup, dan bentuk pertumbuhan. Sedangkan parameter
kuantitatif dalam analisis komunitas tumbuhan adalah densitas, frekuensi, luas
penutupan,indeks nilai penting (INP), perbandingan nilai penting (summed
dominance ratio), indeks dominansi, indeks keanekaragaman, indeks kesamaan,
dan homogenitas suatu komunitas. Berikut adalah struktur komunitas dan
karakter komunitas :
1. Kualitatif, seperti komposisi, bentuk hidup, fenologi dan vitalitas. Vitalitas
menggambarkan kapasitas pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme.
2. Kuantitatif, seperti Frekuensi, densitas dan densitas relatif. Frekuensi kehadiran
merupakan nilai yang menyatakan jumlah kehadiran suatu spesies di dalam suatu
habitat. Densitas (kepadatan) dinyatakan sebagai jumlah atau biomassa per unit
contoh, atau persatuan luas/volume, atau persatuan penangkapan.
3. Sintesis adalah proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu
arah yang berlangsung lambat secara teratur pasti terarah dan dapat diramalkan.
Suksesi-suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam
komunitasnya dan memerlukan waktu. Proses ini berakhir dengan sebuah komunitas
atau ekosistem yang disebut klimas. Dalam tingkat ini komunitas sudah mengalami
homoestosis. Menurut konsep mutahir suksesi merupakan pergantian jenis-jenis
pioner oleh jenis-jenis yang lebih mantap yang sangat sesuai dengan lingkungannya
Secara garis besar komunitas dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
sebagai berikut :
1. Komunitas perairan terdiri atas populasi dari berbagai jenis organisme yang seluruh
anggotanya hidup di dalam air, baik di air tawar, di payau, atau di air asin.
Karakteristik biogeokimia lingkungan perairan mempengaruhi keragaman kehidupan
jenis organisme penghuninya. Dalam komunitas perairan itu sendiri terdapat komunitas
bentos yang terdiri atas hewan-hewan yang melekat pada dasar perairan, komunitas
plankton yang merupakan organisme kecil yang terapung dan gerakannya tergantung
arus, dan neuston yang anggotanya bergerak di permukaan air.
2. Komunitas daratan terdiri atas populasi organisme yang seluruh hidupnya
terdapat di atas daratan. Komunitas ini dapat dibedakan atas komunitas daratan berair,
seperti hutan rawa, hutan magrove, dan habitat daratan kering. Setiap organisme hidup
(biotik) di lingkungan atau di suatu daerah berinteraksi dengan faktor-faktor fisik dan
kimia yang biasa disebut faktor biotik (yang tidak hidup). Faktor biotik dengan abiotik
saling mempengaruhi atau saling mengadakan pertukaran material yang
merupakansuatu sistem. Disebut sistem karena penyebaran organisme hidup di dalam
lingkunagn tidak terjadi secara acak, menunjukkan suatu “keteraturan” sesuai dengan
kebutuhan hidupnya. Setiap sistem yang demikian disebut ekosistem. Jadi komunitas
dengan lingkungan fisiknya membentuk ekosistem (Soerianegara,1988).

1. Struktur fisik
Struktur fisik suatu komunitas tampak apabila komunitas tersebut
diamati meliputi :
 Stratifikasi vertikal
Stratifikasi merupakan lapisan-lapisan secara vertikal yang di bentuk oleh
keadaan bentuk atau (life from) angota-angota komonitas tersebut, yang di pakai
sebagai dasar biasanya ketinggian dari pohon tersebut (Guritno, 1995).

 Horisontal heterogenitas
Hasil dari sebuah susunan dari pengaruh lingkungan dan biologis.
2. Struktur biologi
Struktur biologi komunitas meliputi :
 Dominasi spesies
Dikawasan tropika jarang sekali terjadi komunitas alami dirajai oleh hanya satu
jenis, dan bila ada biasanya komunitas tersebut mempunyai habitat yang ekstrim yang
hanya jenis-jenis tertentu saja yang dapat toleran dan mampu hidup pada habitat
tersebut. Sebagai contoh dapay kita ambil hutan manggrove ( hutan payau atau hutan
bakau yang dirajai oleh beberapa jenis saja dan masing-masing jenis menjadi
dominan pada kondisi habitat tertentu. Pada umumnya dikawasan tropik dalam suatu
komunitas setiap jenis mempunyai kedudukan yang hampir sama, tidak ada yang
menjadi ” raja ” atau ” dominan”. Karekteristik komunitas dikawasan tropis adalah
keanekaragaman jenis tinggi. Indeks dominansi (index of dominance) adalah
parameter yang menyatakan tingkat terpusatnya dominansi (penguasaan) spesies
dalam suatu komunitas. Keanekaragaman spesies merupakan cirri tingkatan
komunitas berdasarkan organisasi biologinya. Keanekaragaman spesies dapat
digunakan untuk menyatakan struktur komunitas dan mengukur stabilitas komunitas,
yaitu kemampuan suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil meskipun ada
gangguan terhadap komponen-komponennya (Soegianto, 1994). Dominansi
merupakan sifat komunitas yang memperlihatkan jumlah jenis organisme yang
melimpah di suatu daerah (Kandeigh, 1980).

 Keanekaragaman jenis
Keragaman jenis adalah suatu sifat komunitas yang memperlihatkan tingkat-
tingkat keragaman jenis organisme yang dinyatakan dengan indeks keragaman.
Indeks keragaman adalah jumlah kelimpahan jenis yang dihitung secara
matematik dan dapat digunakan untuk mengetahui baik buruknya kualitas suatu
wilayah tertentu. Suatu komunitas yang mempunyai keragaman jenis yang tinggi
akan terjadi interaksi jenis yang melibatkan transfer energi (jaring makanan),
predasi, kompetisi, dan bagian relung yang lebih kompleks (Odum, 1971).
Keanekaragaman jenis merupakan karakteristik tingkatan dalam komunitas
berdasarkan organisasi bilogisnya, yang dapat digunakan untuk menyatakan struktur
komunitasnya. Suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman yang tinggi
jika komunitas tersebut disusun oleh banyak spesies dengan kelimpahan spesies sama
dan hampir sama. Sebaliknya jka suatu komunitas disusun oleh sedikit spesies dan
jika hanya sedikit spesies yang dominan maka keanekaragaman jenisnya rendah.
Keanekaragaman ( diversity ) adalah jumlah jenis tumbuhan atau hewan yang hidup
pada suatu tempat tertentu. Dihutan Kalimantan misalnya dalam satu hektar teradapat
pohon (dengan diameter lebih dari 10 cm ) sebanyak kurang lebih 400-500 yang
tergolong dalam 150-200 jenis, sehingga rata setiap jenis hanya mempunyai kurang
lebih 2 pohon perhektar. Tidak demikian halnya dikawasan beriklim sedang dan
dingin. Dalam satu hektar mungkin hanya terdapat 10-20 jenis saja, bahkan kurang
dari itu (Umar, 2013).

Ada dua cara untuk menentukan angka indeks ini yaitu menggunakan indeks
keanekaragaman Simpson (D) atau dengan indeks keanekaragaman Shanon- Wiener
(H′).
 D = S - 1/ln N
dimana,
D = indeks keanekaragaman
S = jumlah spesies
N = totaljumlahorganisme
 H = - Σ pi ln pi
dimana,
Pi = peluang kepentingan untuk tiap spesies (ni/N)
 Kelimpahan spesies
Kelimpahan adalah jumlah individu per satuan volume atau suatu area. Kelimpahan
individu dapat dijadikan indikator tingkat kesuburan pada suatu daearah. Kesuburan
suatu daerah dikatakan baik, apabila nilai keragaman tinggi dan kelimpahan jenis
rendah, ini berhubungan dengan prinsip kompetisi. Sebaliknya, suatu daerah yang
kurang subur adalah keragamanya rendah dan kelimpahan per individu tinggi.
Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang
terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis
seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian longsor
disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor
pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material sendiri,
sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material
tersebut. Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasiyang memengaruhi
suatu lereng yang curam, namun ada pula faktor-faktor lainnya yang turut
berpengaruh:
1. erosi yang disebabkan aliran air permukaan atau air hujan, sungai-
sungai atau gelombang laut yang menggerus kaki lereng-lereng bertambah curam
2. lereng dari bebatuan dan tanah diperlemah melalui saturasi yang
diakibatkan hujan lebat
3. gempa bumi menyebabkan getaran, tekanan pada partikel-partikel mineral dan
bidang lemah pada massa batuan dan tanah yang mengakibatkan longsornya
lereng-lereng tersebut
4. gunung berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan lebat dan aliran
debu-debu
5. getaran dari mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-bahan peledak, dan
bahkan petir
6. berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju
Dampak dari adanya tanah longsor pada komunitas tumbuhan, yaitu
a. Kebutuhan pokok pada tanaman akan unsur hara berkurang
b. Perubahan pada komunitas awal
Perlunya adaptasi kembali terhadap lingkungan yang baru (Setio Pandita, 2013.

Gunung berapi

Rata-rata segala kegiatan gunung api adalah berkaitan dengan zona


kegempaan aktif, sebab berhubungan langsung dengan batas lempeng. Pada batas
lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi sehingga
mampu melelehkan material sekitarnya yang merupakan cairan magma. Magma
akan mengintrusi batuan atau tanah di sekitarnya melalui retakan- retakan yang
merekah yang mendekati permukaan bumi. Gunung berapi terbentuk dari magma,
yaitu batuan cair yang ada terdalam di dalam lapisan bumi. Magma terbentuk akibat
panasnya suhu di dalam bumi. Pada kedalaman tertentu, suhu panas ini sangat tinggi
sehingga mampu melelehkan batu-batuan, batuan yang meleleh ini,
menghasilkan gas yang kemudian bercampur dengan magma. Sebagian besar magma
terbentuk pada kedalaman 60 hingga 160 km di bawah permukaan bumi. Sebagian
lainnya terbentuk pada kedalaman 24 hingga 48 km. Magma yang mengandung gas,
sedikit demi sedikit naik ke permukaan karena massanya yang lebih ringan
dibanding batu-batuan padat di sekelilingnya. Saat magma naik, magma tersebut
melelehkan batu-batuan di dekatnya sehingga terbentuklah kabin yang besar pada
kedalaman sekitar 3 km dari permukaan. Kabin magma (magma chamber) inilah
yang merupakan reservoir (gudang) dimana letusan material-material vulkanik
berasal. Magma yang mengandung gas, didalam kondisi di bawah tekanan batu-
batuan berat yang mengelilinginya. Tekanan ini menyebabkan magma meletus atau
melelehkan conduit (saluran) pada bagian batuan yang rapuh atau yang retak.
Magma bergerak keluar melalui saluran ini menuju ke permukaan. Saat magma
mendekati permukaan, kandungan gas di dalamnya terlepas. Gas dan magma ini
bersama-sama meledak dan membentuk lubang yang disebut lubang utama (central
vent). Sebagian besar magma dan material vulkanik lainnya kemudian menyembur
keluar melalui lubang ini. Setelah semburan berhenti, kawah (crater) yang
menyerupai mangkuk biasanya terbentuk pada bagian puncak gunung berapi.
Sementara lubang utama terdapat di dasar kawah tersebut. Setelah gunung berapi
terbentuk, tidak semua magma yang muncul pada letusan berikutnya naik sampai ke
permukaan melalui lubang utama. Saat magma naik, sebagian mungkin terpecah
melalui retakan dinding atau bercabang melalui saluran yang lebih kecil. Magma
yang melalui saluran ini mungkin akan keluar melalui lubang lain yang terbentuk
pada sisi gunung, atau mungkin juga tetap berada di bawah permukaan (Setio
Pandita, 2013).

Dampak gunung meletus:


Adapun dampak langsung yang ditimbulkan dari adanya gunung meletus
dengan hutan maupun kawasan hutan adalah ketika aliran lava pijar (magma) yang
sebagian terpecah di retakan dinding atau yang langsung keluar dari letusan melalui
lubang utama dapat menimbulkan kebakaran hutan di sekitar letusan gunung berapi
tersebut. Dampak lainnya ialah debu-debu vulkanik yang timbul dari letusan gunung
berapi dapat mengakibatkan layunya bahkan kematian pada pepohonan dan
tumbuhan di sekitar wilayah letusan gunung berapi (Setio Pandita, 2013).

Gangguan Hewan
Dampak gangguan hewan terhadap ekosistem tumbuhan diantaranya adalah:
a. Merusak tanaman
b. Menyebabkan gagal panen
c. Meyebabkan matinya tanaman

2. Gangguan buatan (oleh manusia) merupakan Gangguan ini dapat terjadi karena
campur tangan manusia yang secara sengaja merusak ekosistem. Gangguan ini
disebabkan oleh aktivitas manusia, yang dapat memiliki dampak paling besar pada
komunitas secara keseluruhan di muka bumi (Mastugino, 2012).

a. Mengubah pengalihan lahan


Gangguan yang disebabkan pengalihan fungsi lahan pertanian menjadi lahan
pertokoan sehingga merubah fungsi dari lahan tersebut. Selain pertokohan jugga
menjadi pembangunan jalan yang melewati hutan dapat merusak lingkungan. Pohon-
pohon yang menjadi tempat tinggal dan sumber makanan hewan ditebang sehingga
hewan tersebut teranca keberadaannya. Pembangunan rumah di perbukitan sangat
mengganggu keseimbangan lingkungan..Daerah-daerah di sekitar perbukitan dapat
terkena bencana, seperti banjir dan tanah longsor. Pembangungan pemukiman pada
daerah-daerah yang subur merupakan salah satu tuntutan kebutuhan akan pangan.
Semakin padat populasi manusia, lahan yang semula produktif menjadi tidak atau
kurang produktif. Pembangunan jalan kampung dan desa dengan cara betonisasi
mengakibatkan air sulit meresap ke dalam tanah. Sebagai akibatnya, bila hujan lebat
memudahkan terjadinya banjir. Selain itu, tumbuhan di sekitamya menjadi
kekurangan air sehingga tumbuhan tidak efektif melakukan fotosintesis (Haliza,
2011).
a. Penebangan pohon

Jenis kayu yang banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia,


contohnya meranti, kamper, jati, dan mahoni. Jenis-jenis kayu tersebut diambil dari
hutan. Adanya penebangan hutan secara liar dapat menimbulkan kerusakan pada
tempat hidup tumbuhan dan habitat hewan. Akibatnya banyak jenis tumbuhan yang
menjadi berkurang dan lama-lama menjadi langka. Hal ini terjadi karena pengambilan
secara terus-menerus tetapi tidak dilakukan penanaman kembali. Tumbuhan yang
menjadi langka akibat kerusakan habitatnya misalnya pohon jati, bunga anggrek, dan
bunga rafflesia (Haliza, 2011).
Hutan mempunyai peran yang sangat penting bagi ekosistem. Di dalam hutan
hidup berbagai jenis hewan dan tumbuhan. Hutan menyediakan makanan, tempat
tinggal, dan perlindungan bagi hewan-hewan tersebut. Jika pohon-pohon ditebang
terus, sumber makanan untuk hewan-hewan yang hidup di pohon tersebut juga akan
berkurang atau tidak ada, karena itu banyak hewan yang kekurangan makanan.
Akibatnya banyak hewan yang musnah dan menjadi langka. Selain menebang pohon,
manusia kadang-kadang membuka lahan pertanian dan perumahan dengan cara
membakar hutan.

Konsep Klimaks
Di dalam kondisi klimaks ini spesies-spesies itu dapat mengatur
dirinya sendiri dan dapat mengolah habitat sedemikian rupa sehingga
cenderung untuk melawan inovasi baru. Di dalam konsep klimaks ini Clements
(1974) berpendapat bahwa:
1. Suksesi dimulai dari kondisi lingkungan yang berbeda, tetapi akhirnya punya
klimaks yang sama.
2. Klimaks hanya dapat dicapai dengan kondisi iklim tertentu, sehingga
klimaks dengan iklim itu saling berhubungan. Dan kemudian klimaks ini
disebut klimaks klimatik.
3. Setiap kelompok vegetasi masing-masing mempunyai klimaks.
Adakalanya vegetasi terhalang untuk mencapai klimaks, oleh karena
beberapa faktor selain iklim. Misalnya adanya penebangan, dipakai untuk
penggembalaan hewan, tergenang dan lain-lain. Dengan demikian vegetasi
dalam tahap perkembangan yang tidak sempurna (tahap sebelum klimaks yang
sebenarnya) baik oleh faktor alam atau buatan. Keadaan ini disebut sub
klimaks. Komunitas tanaman sub klimaks akan cenderung untuk mencapai
klimaks sebenarnya jika faktor-faktor penghalang/penghambat dihilangkan.
Gangguan dapat menyebabkan modifikasi klimaks yang sebenarnya dan ini
menyebabkan terbentuknya sub klimaks yang berubah (termodifikasi).
Keadaan seperti ini disebut Disklimak. Sebagai contoh vegetasi terbakar
menyebabkan tumbuh dan berkembangnya vegetasi yang sesuai denga

3. RANGKUMAN
Salah satu optimalisasi ekologis di kegiatan pengelolaan dan
pengembangan lahan pasca tambang adalah dengan ekologi restorasi. Ekologi
restorasi adalah ilmu ekologi yang dapat diterapkan sebagai upaya untuk
memperbaiki atau memulihkan ekosistem yang rusak dan ekosistem yang
mengalami gangguan,sehingga lahan pasca tambang bisa pulih dan mencapai
suatu ekosistem yang mendekati kondisi aslinya(Rahmawaty 2002). Ada
beberapa hal yang di perlukan dalam memertorasi iklim yang rusak, seperti :
Protektif yaitu memperbaiki stabilitas lahan yang merupakan upaya –
upaya yang di lakukan untuk memperbaiki kondisi sifat tanah secara teknis
dengan menggunakan bahan – bahan tertentu yang fungsinya untuk dapat
memaksimalkan fungsi lahan agar sesuai dengan tujuan peruntukannya, dan
mempercepat penutupan lahan serta dapat mengurangi surface run off dan erosi
tanah.
Produktif yang mengarah pada peningkatan kesuburan tanah (Soil
fertility)sehingga bisa mengusahakan tanaman non kayu dan kayu yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar.
Konservatif merupakan kegiatan untuk membantu mempercepat
terjadinya suksesi alami kearah peningkatan keanekaragaman hayati terutama
pada spesies lokal serta bisa menyelamatkan spesies – spesies tanaman lokal yang
langka dan hampir punah.
Solusi lain dalam mengoptimalisasi ekologis juga dengan melakukan
fitoremediasi. Kegiatan ini di lakukan karena lahan pasca tambang menyebabkan
banyaknya limbah logam yang dihasilkan,sehingga menyebabkan terjadinya
toksisitas limbah logam tersebut terhadap tanaman yang di budidayakan.
Fitoremediasi dalam hal ini yaitu dengan memanfaatkan tumbuhan hijau ataupun
mikroorganisme yang dapat menyerap,memindahkan,menurunkan aktivitas unsur
toksik serta mengurangi kandungan senyawa toksik dalam tanah(Candra et al.
2019).
Melaksanakan revegetasi juga menjadi suatu usaha dalam mengatasi cekaman
lingkungan lahan pasca tambang khususnya untuk cekaman, suhu dan
kelembaban. Hal ini juga berkaitan dengan penyerapan air didalam tanah oleh
akar, sehingga dengan melakukan revegetasi tanaman secara urut mulai dari
proses penggunaan persemaian yang baik,kemudian pengadaan bibit yang
pastinya harus toleran dan adaptif terhadap cekaman serta pemeliharran tanaman
yang kaitannya pada peningkatan hara dan penambahan bahan organik
tanah,serta pengendalian OPT dapat dilakukan dengan memanfaatkan
pengendalian secara biologis yaitu menggunakan musuh alami

4. SUMBER PUSTAKA
Desmukh, I.1992. Ekologi dan Biologi Tropika. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Irwan, Z. O.1992. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem,
Komunitas, Di Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.
Michael, P.1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan
Laboratorium. Jakarta: UI Press
https://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_tumbuhan#:~:text=Identifikasi%20tu
mbuhan%20adalah%20menentukan%20namanya,dikenal%20oleh%20
dunia%20ilmu%20pengetahuan.
https://p2k.utn.ac.id/ind/2-3077-2966/Ekologi-Pertanian_117251_utn_p2k-
utn.html#:~:text=Ekologi%20pertanian%20adalah%20studi%20proses
,ekologi%20dibawa%20ke%20ekosistem%20pertanian
https://babelprov.go.id/artikel_detil/tekanan-ekologi-serta-optimasi-kelola-dan-
isu-pengembangan-untuk-menunjang-produksi-tanaman-budi
5. TES FORMATIF
ESSAI
1. Merupakan metamorphosis dari batang beserta daun-daunya yang menjadi tempat
cadangan makanan, serta beruas-ruas dan berbuku-buku adalah pengertian dari…..
Jawaban : Rimpang

2. Yang termasuk contoh dari bulbus adalah tumbuhan……


Jawaban : Alium ascalonacum

3. Jika ibu tangkai keluar lebih dari dua cabang pada suatu tempat yang sama tingginya
pada ibu tangkai, disebut dengan…..
Jawaban : Pleiochasial

4. Ujung daun pada daun sirsat adalah….


Jawaban : Meruncing

5. Daun yang memiliki duduk daun spiral, dan memilii 3 garis spirosti maka disebut
dengan rumus…
Jawaban : Tripirostik

6. Permukaan daun pada tumbuhan oryza sativa yaitu….


Jawaban : Kasap

7. Batang pada rumput teki percabangannya pada batang pokoknya dapat terlihat dengan
jelas disebut percabangan…..
Jawaban : Monopodial

8. Dibawah ini merupakan fungsi dari folium, kecuali…..


Jawaban : Oksidasi

9. Yang termasuk kedalam daun bertangkai adalah….


Jawaban : Mangifera indica

10. Susunan daun yang tidak lengkap ada beberapa macam dibawah ini, kecuali…
Jawaban : Daun penumpu

PILIHAN BERGANDA
1. Apakah nama ilmiah dari akar pada tumbuhan?
a. Caulis
b. Folium
c. Radix
d. Floss
Jawaban : C

2. Dibawah ini yang bukan termasuk fungsi daun bagi tumbuh-tumbuahan yaitu…..
a. Pernafasan (Respirasi)
b. Penguapan air (Transpirasi)
c. Memperkokoh Tumbuhan
d. Pengelolahan zat-zat Makanan (asimilasi)
Jawaban : C
3. Dibawah ini merupakan macam-macam dari ujung daun, kecuali..
a. Tumpul
b. Runcing
c. Meruncing
d. Berlekuk
Jawaban : D

4. Yang mana yang merupakan bentuk tepi daun dari daun cocor bebek?
a. Berombak
b. Beringgit
c. Bergerigi
d. Bergerigi ganda
Jawaban : B

5. Tumbuhan krokot,merupakan tumbuhan yang memiliki batang yang lunak dan berair,
hal ini menunjukkan bahwa batang krokot memiliki sifat…
a. Batang basah
b. Batang berkayu
c. Batang rumput
d. Batang mendong
Jawaban : A

6. Metamorfosis yang terjadi pada Allium cepa adalah…


a. Rimpang
b. Umbi batang
c. Umbi lapis
d. Umbi akar
Jawaban : C

7. Sebutkan bagian-bagian bunga yang benar dibawah ini…


a. Tangkai bunga, dasar bunga, tajuk bunga
b. Tangkai bunga, dasar bunga, kelopak
c. Tangkai bunga, tajuk bunga, klopak
d. Tangkai bunga, dasar bunga, kelopak, tajuk bunga
Jawaban : D

8. Jaringan yang berisi cadangan makanan untuk masa permulaan kehidupan tumbuhan
sebelum dapat mencari makan sendiri, merupakan salah satu tugas dari bagian-bagian
biji, yakni…
a. Tali pusar
b. Lembaga
c. Putih lembaga
d. Liang biji
Jawaban : C

9. Kuncup merupakan metamorphosis dari batang dan daunnya yang terdiri dari banyak
macamnya. Pada bunga mawar, juga merupakan penjelmaan dari kuncup, yakni
kuncup….
a. Kuncup ujung
b. Kuncup tidur
c Kuncup liar
d. Kuncup bunga
Jawaban : D

10. Dibawah ini mana yang termasuk daun majemuk campuran….


a. Manihot utilissima
b Mangifera indica
c Ceiba pentandra
d. Mimosa pudica
Jawaban : D

Anda mungkin juga menyukai