Anda di halaman 1dari 5

Nama : Rifkah

NIM : H061211008

Fakultas : MIPA

Prodi : Geofisika

Ekologi Lingkungan

Ekologi adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari interaksi antara


makhluk hidup dengan makhluk hidup lain dan juga dengan lingkungan
sekitarnya. Dalam ilmu lingkungan, ekologi dijadikan sebagai ilmu dasar untuk
memahami interaksi di dalam lingkungan. Komponen yang terlibat dalam
interaksi ini dapat dibagi menjadi komponen biotik (hidup) dan abiotik (tak
hidup). Sistem ekologi terbentuk dari kesatuan dan interaksi antarkomponen
penyusun ekosistem yang saling berhubungan satu sama lain. Analisis ekologi
digunakan oleh manusia untuk menciptakan lingkungan hidup berkelanjutan
dengan cara yang dapat dipertanggungjawabkan demi pengamanan dan
kelestarian, dan kesejahteraan. Asas-asas ekologi digunakan dalam menganalisis
lingkungan hidup manusia, pertambahan penduduk, peningkatan produksi
makanan, penghijauan, erosi, banjir, pelestarian plasma nutfah, dan hewan-hewan
langka, koleksi buah-buahan langka, dan pencemaran lingkungan.

Ekologi merupakan ilmu dengan topik yang luas dan kompleks, yang
mencakup hierarki dan keanekaragaman hayati, jumlah dan persebaran organisme,
peran dan interaksi antarorganisme, habitat dan relung, jaring-jaring makanan,
daur nutrien dan daur biogeokimia, serta berbagai proses lainnya. Berbagai
pendekatan dapat digunakan untuk mengelompokkan ekologi menjadi sejumlah
subdisiplin ilmu, baik menurut pola spasial (tempat) dan temporal (waktu), subjek
yang dipelajari, maupun keterkaitan dengan bidang ilmu lainnya.

A. Konsep Lingkungan
 Lingkungan

Lingkungan merupakan segala sesuatu di sekitar organisme yang


mempengaruh hidup organisme tersebut. Suatu organisme selalu hidup dalam
ingkungan yang merupakan suatu ekosistem. Lingkungan merujuk ke suatu
organisme, sedangkan ekosistem tidak dapat merujuk ke suatu jenis organisme.
Lingkungan dapat dinyatakan secara kualitatif, sedangkan ekosistem hanya dapat
dinyatakan secara kuantitatif.
 Ekosistem

Suatu sistem ekologi disebut sebagai ekosistem. Susunan dai ekosistem


ialah seluruh organisme yang berfungsi bersama dalam suatu wilayah yang
berinteraksi dengan lingkungan fisiknya. Interaksi ini membentuk aliran energi
yang menghasilkan struktur biota yang jelas dan siklus materi antara bagian hidup
dan tak hidup. Struktur yang sama terbentuk dalam berbagai ekosistem yang
berbeda. Semua ekosistem memiliki komponen biotik dan abiotik. Komponen
biotiknya dapat dikelompokkan berdasarkan tingkat trofiknya. Semua ekosistem
juga memiliki fungsi utama yang sama, yaitu mengalirkan energi dan membentuk
siklus materi.

 Interkasi organisme

Ekologi mempelajari tentang interaksi antar-organisme dan interkasi


organisme dengan komponen abiotik. Bentuk interaksi ini berupa cara-cara
organisme beradaptasi untuk memanfaatkan lingkungannya. Mahluk hidup
membutuhkan energi dan materi yang konstan untuk mempertahankan
kehidupanya sehingga interaksi selalu melibatkan materi dan energi. Interaksi
organisme terjadi di dalam ekosistem yang mencakup kegiatan pemangsaan,
persaingan, dan hubungan simbiosis.

 Suksesi

Suksesi merupakan proses perubahan komposisi spesies di dalam suatu


bentang alam atau ekosistem. Perubahan komposisi terjadi karena adanya
gangguan pada ekosistem atau bentang alam yang merupakan habitat satwa.
Setelah gangguan menghilang atau lenyap, para satwa mencoba mengembalikan
kondisi habitat seperti semula. Proses suksesi dapat terjadi secara cepat atau
perlahan. Suksesi yang berlangsung selama ratusan tahun akan mencapai tahapan
akhir yang membuat suatu komunitas, ekosistem, atau bentang alam tidak dapat
berubah lagi. Suksesi dapat dibedakan berdasarkan proses terjadinya yaitu
menjadi suksesi primer dan suksesi sekunder. Suksesi primer adalah suksesi yang
terjadi pada ekosistem atau bentang alam yang tidak menyisakan habitat sedikit
pun. Lokasi suksesi primer dapat ditemukan pada wilayah geografis yang luas.
Suksesi primer umumnya terjadi di daerah yang terkena letusan gunung api,
seperti pada letusan gunung Krakatau dan letusan gunung Merapi. Proses
pemulihan pada suksesi primer sangat sulit dilakukan karena kondisi abiotik telah
banyak berubah. Pada suksesi sekunder, pemulihan dapat terjadi dengan cepat.
Lokasi yang mengalami suksesi sekunder berada pada areal tebang pilih, lokasi
pohon tumbang, atau peladangan berpindah. Suksesi sekunder tidak memperbaiki
secara menyeluruh karena gangguan yang timbul tidak merusak seluruh
lingkungan.
B. Ruang Lingkup
Ada dua komponen yang terlibat dalam interaksi antara makhluk hidup
dengan lingkungannya, yaitu komponen hidup (disebut komponen biotik atau
faktor biotik) dan komponen tak hidup (disebut komponen abiotik atau faktor
abiotik). Semua jenis makhluk hidup dengan berbagai perannya merupakan
komponen biotik, termasuk patogen dan parasit penyebab penyakit. Komponen
abiotik merupakan penyusun ekosistem yang berupa benda-benda tak hidup,
misalnya air, udara, cahaya, suhu, kelembapan, atmosfer, tanah, dan keasaman. Di
lingkungan laut, keasinan, kadar oksigen, kejernihan air, dan energi matahari juga
termasuk komponen abiotik yang memengaruhi organisme di dalamnya.
 Hierarki
Dunia biologis dapat dikelompokkan secara hierarkis menurut subjek yang
dipelajari. Secara berurutan, unit terkecil hingga terbesar yaitu sel, jaringan,
organ, organisme, spesies, populasi, komunitas, ekosistem, bioma, dan biosfer.
Ekologi juga dapat dibagi menjadi beberapa cabang berdasarkan pengelompokan
ini (di atas tingkat organisme individual), misalnya ekologi populasi, ekologi
komunitas, dan ekologi ekosistem. Populasi diartikan sebagai semua organisme
dari spesies yang sama yang hidup di tempat dan waktu yang sama. Komunitas
adalah semua populasi dari dua spesies organisme atau lebih yang hidup di tempat
dan waktu yang sama. Ekosistem yaitu semua makhluk hidup (biotik) dan benda
mati (tak hidup atau abiotik) yang berada di tempat yang sama. Bioma yakni
sekelompok ekosistem serupa yang memiliki sifat lingkungan fisik yang sama di
seluruh dunia. Terakhir, biosfer merupakan keseluruhan ekosistem di Bumi.
 Keanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayati atau biodiversitas menggambarkan keanekaragaman
kehidupan mulai dari gen hingga ekosistem. Keanekaragaman hayati mencakup
setiap tingkat organisasi biologis, misalnya keanekaragaman spesies,
keanekaragaman ekosistem, dan keanekaragaman genetik. Para ilmuwan tertarik
pada cara keanekaragaman ini memengaruhi proses ekologi yang kompleks yang
beroperasi di tingkat dan di antara tingkat masing-masing. Keanekaragaman
hayati memainkan peran penting dalam layanan ekosistem yang menjaga dan
meningkatkan kualitas hidup manusia. Keanekaragaman hayati (khususnya
keanekaragaman spesies) dan ekosistem saling memengaruhi. Perubahan
lingkungan dapat mengakibatkan hilangnya keanekaragaman hayati sehingga
kestabilannya perlu dijaga.
 Habitat
Habitat adalah jenis lingkungan alami yang ditempati oleh suatu spesies
tertentu untuk hidup. Habitat dari suatu spesies merupakan tempat yang
digunakan oleh spesies tersebut untuk menemukan makanan, tempat tinggal,
perlindungan, dan bereproduksi. Beberapa jenis habitat misalnya habitat terestrial
yang meliputi hutan, padang rumput, dan gurun; habitat air tawar meliputi sungai,
danau, dan kolam; habitat laut meliputi teluk, laut lepas, terumbu karang, dan
dasar laut. Organisme yang mengalami pergeseran habitat merupakan bukti akan
adanya persaingan di alam. Sebagai contoh, salah satu populasi kadal tropis
(Tropidurus hispidus) memiliki tubuh yang lebih rata dibandingkan dengan
populasi utama mereka yang hidup di sabana terbuka. Populasi kadal tropis yang
tinggal di singkapan batuan yang terisolasi dapat bersembunyi di celah-celah
bebatuan sehingga tubuh mereka yang rata memberikan keuntungan selektif.
Pergeseran habitat juga terjadi dalam sejarah perkembangan kehidupan amfibi,
dan pada serangga yang bertransisi dari habitat akuatik ke darat. Istilah biotop dan
habitat kadang-kadang digunakan secara bergantian, tetapi biotop berlaku untuk
lingkungan komunitas, sedangkan habitat berlaku untuk lingkungan suatu spesies.
Relung
Dalam ekologi, relung adalah sekumpulan kondisi biotik dan abiotik yang
menjadikan suatu spesies dapat bertahan hidup dan mempertahankan jumlah
populasi yang stabil. Definisi ini diajukan oleh George Evelyn Hutchinson pada
tahun 1957 meskipun konsep relung ekologis telah mulai diperkenalkan sejak
tahun 1917 oleh Joseph Grinnell.[36] Jika habitat adalah lokasi spesifik tempat
suatu organisme hidup, relung adalah peran yang dimainkan oleh spesies di dalam
suatu ekosistem. Relung menggambarkan posisi suatu spesies dalam jaring-jaring
makanan dan hubungannya dengan spesies lainnya dalam suatu ekosistem. Seiring
dengan perubahan ekosistem, misalnya oleh rekayasa, relung juga dapat berubah
melalui proses yang disebut konstruksi relung. Konstruksi ini berperan sebagai
jembatan yang menghubungkan ekologi, evolusi, dan ekosistem.
 Jejaring makanan
Jaring-jaring makanan merupakan jejaring ekologis dasar. Tumbuhan
menangkap energi matahari dan menggunakannya untuk menyintesis gula
sederhana melalui fotosintesis. Mereka mengumpulkan nutrien lalu dimakan oleh
herbivora sehingga energi ditransfer ke organisme pemakannya melalui konsumsi.
Jalur makan-memakan linier sederhana dari spesies trofik basal ke konsumen
teratas disebut rantai makanan. Pola rantai makanan yang saling terkait dalam
komunitas ekologis menciptakan jaring-jaring makanan yang kompleks. Jaring
makanan merupakan peta konsep atau perangkat heuristik yang digunakan untuk
menggambarkan dan mempelajari jalur aliran energi dan material.
Gambaran jaring makanan sering kali memiliki keterbatasan dibandingkan
dengan dunia nyata. Pengukuran empiris jaring makanan secara lengkap
umumnya terbatas pada habitat tertentu, seperti gua atau kolam, dan prinsip-
prinsip yang diperoleh dari studi jaring makanan diekstrapolasi ke sistem yang
lebih besar. Hubungan makan-memakan membutuhkan penyelidikan ekstensif ke
dalam isi usus organisme yang mungkin sulit untuk dijelaskan. Sebagai
alternatif, isotop stabil dapat digunakan untuk melacak aliran diet nutrien dan
energi dalam jaring makanan. Terlepas dari keterbatasan ini, jaring makanan tetap
menjadi alat yang berharga dalam memahami ekosistem komunitas.
 Tingkatan trofik
Sebuah piramida trofik (a) dan jaring-jaring makanan (b) yang
menggambarkan hubungan ekologis di antara organisme di ekosistem darat boreal
utara pada umumnya. Piramida trofik secara kasar mewakili biomassa (biasanya
diukur sebagai berat kering total) di setiap tingkatan. Tumbuhan umumnya
memiliki biomassa terbesar. Nama kategori trofik ditampilkan di sebelah kanan
piramida. Beberapa ekosistem, seperti berbagai lahan basah, tidak diatur sebagai
piramida yang ketat karena tumbuhan air tidak seproduktif tumbuhan darat
berumur panjang seperti pohon. Piramida trofik ekologi biasanya digambarkan
sebagai salah satu dari tiga jenis: 1) piramida angka, 2) piramida biomassa, atau 3)
piramida energi.
Tingkatan trofik (dari bahasa Yunani troph, τροφή, trophē, yang berarti
"makanan" atau "makan") adalah "sekelompok organisme yang memperoleh
sebagian besar energinya dari tingkatan yang lebih rendah (menurut piramida
ekologi) yang lebih dekat dengan sumber abiotik". Tautan dalam jaring-jaring
makanan menghubungkan relasi konsumsi atau trofisme antarspesies.
Keanekaragaman hayati dalam ekosistem dapat diatur ke dalam piramida trofik,
dengan dimensi vertikal yang mewakili hubungan makan-memakan dari dasar
rantai makanan hingga predator puncak, dan dimensi horizontal yang mewakili
kelimpahan atau biomassa di setiap tingkatan.
Berdasarkan peranannya dalam jaring-jaring makanan, suatu spesies
dikategorikan sebagai autotrof (atau produsen utama), heterotrof (atau konsumen),
dan dekomposer atau pengurai (juga meliputi detritivor). Autotrof adalah
organisme yang menciptakan makanannya sendiri. Mereka menghasilkan senyawa
organik kompleks (seperti karbohidrat, lemak, dan protein) dengan memanfaatkan
energi dari cahaya (fotosintesis) atau reaksi kimia anorganik (kemosintesis).
Heterotrof adalah organisme yang harus memakan organisme lain untuk
mendapatkan energi. Heterotrof dapat dibagi lebih lanjut menjadi beberapa
kelompok fungsional yang meliputi konsumen primer (herbivor ketat), konsumen
sekunder (pemangsa bersifat karnivor yang secara eksklusif memakan herbivor),
dan konsumen tersier (pemangsa yang memakan campuran herbivor dan
pemangsa lain). Omnivor tidak cocok dengan kategori fungsional ini karena
mereka memakan jaringan tumbuhan dan hewan. Meskipun demikian, omnivor
memiliki pengaruh fungsional yang lebih besar sebagai pemangsa. Di sisi lain,
dekomposer atau pengurai adalah organisme yang memecah organisme yang telah
mati melalui proses pembusukan, contohnya bakteri dan jamur. Pengurai juga
tergolong sebagai heterotrof yang menyerap nutrien secara langsung melalui
proses kimiawi dan biologis secara eksternal. Ada pula organisme pengurai yang
disebut detritivor seperti cacing tanah dan kutu kayu. Mereka mencerna dan
menguraikan bagian tubuh tumbuhan dan hewan, termasuk tinja.

Anda mungkin juga menyukai