MATERI 1 :
KEANEKARAGAMAN EKOSISTEM
Oleh :
2110213007 Jyoscie Dwi Arma Agustina
Asisten Praktikum :
Oki Laras Tagi
A. Latar Belakang
Keanekaragam hayati (biological-diversity atau biodiversity) adalah semua
makhluk hidup di bumi (tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme), termasuk
keanekaragaman genetik yang dikandungnya dan keanekaragaman ekosistem
yang dibentuknya. Keanekaragaman hayati itu sendiri terdiri atas tiga
tingkatan, yaitu keanekaragaman spesies, keanekaragaman genetik, dan
keanekaragaman ekosistem. Keanekaragaman spesies adalah semua spesies
makhluk hidup di bumi. Keanekaragaman geneti yaitu variasi genetik dalam
satu spesies, baik di antara populasi-populasi yang terpisah secara geografis,
maupun di antara individu-individu dalam satu populasi. Keanekaragaman
ekosistem yaitu komunitas biologi yang berbeda serta asosiasinya dengan
lingkungan fisik (ekosistem) masing- masing.
Kekayaan hayati tidaklah tersebar merata di dunia, karena masing-masing
daerah atau geografis di dunia memiliki perbedaan iklim, kondisi tanah, dan
perbedaan lingkungan lainnya. Indonesia bersama dengan 11 negara lainnya
yaitu Brazil, Peru, Ekuador, Malaysia, Columbia, Meksiko, India, Zaire,
Madagaskar, China, dan Australia merupakan megadiversity karena menjadi
negara-negara penyumbang 70% kekayaan hayati vertebrata dan tumbuh-
tumbuhan di dunia. Jika diperhatikan, umumnya negara-negara dengan
kekayaan hayati terbesar merupakan negara-negara yang terletak di daerah
tropis.
Ekosistem adalah unit fungsional dasar dalam ekologi yang di dalamnya
tercakup organisme dan lingkungannya (lingkungan biotik dan abiotik) dan di
antara keduanya saling memengaruhi. Ekosistem dikatakan sebagai suatu unit
fungsional dasar dalam ekologi karena merupakan satuan terkecil yang
memiliki komponen secara lengkap, memiliki relung ekologi secara lengkap,
serta terdapat proses ekologi secara lengkap, sehingga dalam unit ini siklus
materi dan arus energi terjadi sesuai dengan kondisi ekosistemnya. Interaksi
dalam suatu ekosistem dapat berupa simbiosis mutualisme, parasitisme,
komensalisme, predatorisme, dan kompetisi. Secara umum ada tiga tipe
ekosistem, yaitu ekosistem air (akuatik), ekosistem darat (terestrial), dan
ekosistem buatan.
Ukuran dari suatu ekosistem bervariasi, namun spesifik dan mencakup
daerah tertentu. Ekosistem bisa besar sekali dengan ratusan hewan dan
tumbuhan yang semuanya hidup dalam keserasian, namun juga bisa kecil
seperti halnya di dalam botol kultur in vitro. Ekosistem bisa kompleks namun
juga bisa sederhana seperti halnya di kutub utara atau kutub selatan ketika
hanya terdapat beberapa jenis makhluk hidup saja yang bisa hidup dalam
kondisi temperatur beku dan kondisi kehidupan yang. Oleh karena itu,
ekosistem tidak ditentukan oleh ukuran, namun ditentukan oleh struktur atau
komponennya.
Struktur dari suatu ekosistem harus terdiri dari komponen produsen,
konsumen, dekomposer, dan komponen tak hidup seperti air, intensitas cahaya,
matahari, suhu, kelembaban, dan sebagainya. Produsen yang berupa tumbuhan
dapat memanen energi dari matahari melalui proses fotosintesis. Energi yang
dihasilkan kemudian mengalir melalui rantai makanan hingga sampai kepada
konsumen. Dekomposer yang berada pada level rantai makanan paling rendah
selanjutnya memanfaatkan energi sekaligus merombak bahan organik menjadi
senyawa-senyawa organik.
B. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya praktikum mengenai keanekaragaman ekosistem
ini adalah untuk mengenal berbagai ekosistem yang ada di hutan Biologi dan
Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Andalas, serta untuk
mempelajari komponen-komponen pembentuk ekosistem yang ditemui di
hutan Biologi dan Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Andalas.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
C. Cara Kerja
Dibuat satu petak contoh berukuran 5 x 5 meter pada dua ekosistem masing-
masing meliputi ekosistem alami dan ekosistem buatan yang ditentukan oleh
asisten praktikum, petakan dibagi menjadi petakan kecil (sub petak) berukuran
1 x 1 m agar memudahkan perhitungan. Dilakukan inventarisasi dan
identifikasi semua sepecies (jenis) dan jumlah komponen biotik (tumbuhan dan
hewan) pada setiap sub petak. Kemudian data semua sub petak digabungkan
dengan melakukan pencacahan (tally) sebagaimana pada tabel 1 dan 2 (tabel
komponen biotik ekosistem pada setiap sub plot dan tabel biotik total
ekosistem).
Selanjutya dilakukan pengukuran terhadap komponen abiotik pada kedua
ekosistem sebagaimana tabel 3 (tabel komponen abiotik ekosistem). Struktur
atau komponen ekosistem ditentukan berdasarkan tabel 2 (tabel biotik total
ekosistem), lalu dibuat jaring makanan yang menggambarkan siklus energi
dalam ekosistem tersebut, dan diterangkan perbedaan antara kedua ekosistem
berdasarkan komponen dan siklus energinya
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
4.1 Tabel Komponene Biotik Pada Setiap Sub Plot
Tabel 1. Komponen Biotik Pada Setiap Sub Plot Ekosistem Kebun
Plot
Spesies 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jumlah
Durian 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Ageratum
conyzoides 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Semut hitam 26 11 13 8 9 12 6 2 3 90
Semut merah 19 14 5 6 7 2 3 15 2 73
22 18
Rumput 63 0 152 98 130 3 42 89 62 1039
Lumut 70 0 0 0 0 0 0 0 0 70
Gulma 1 3 6 2 3 3 1 0 0 0 18
Gulma 2 23 9 6 19 12 24 11 36 10 150
Gulma 3 7 4 2 5 1 0 0 3 0 22
Gulma 4 11 2 4 1 0 0 0 0 2 20
Gulma 5 17 7 5 8 2 0 0 0 5 44
Gulma 6 0 5 3 4 6 0 0 0 2 20
Gulma 7 0 0 5 3 5 7 0 0 0 20
Gulma 8 0 0 0 0 0 1 8 0 0 9
Lalat 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
Belalang 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
Ulat bulu 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
Total 1580
B. Pembahasan
Praktikum keanekaragaman ekosistem dilakukan pada beberapa macam
ekosistem, yaitu ekosistem kebun, ekosistem semak, dan ekosistem sungai.
Ketiga ekosistem tersebut terdapat di sekitar bendungan Universitas Andalas.
Ekosistem berdasarkan proses terbentuknya terbagi menjadi dua macam, yaitu
ekosistem alami dan ekosistem buatan.
Ekosistem alami adalah jenis ekosistem yang terjadi secara alami tanpa
campur tangan manusia, sedangkan ekosistem buatan adalah ekosistem yang
dibuat oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Dari tiga macam
ekosistem yang diamati, sungai dan semak merupakan ekosistem alami dan
kebun merupakan ekosistem buatan.
Pada tabel hasil komponen biotik pada setiap sub plot ekosistem kebun,
didapatkan ada 17 spesies, dimana 14 spesies merupakan tumbuhan dan 3
spesies sisanya adalah hewan. Spesies yang paling banyak ditemukan di
ekosistem kebun adalah rumput, sedangkan spesies paling sedikit adalah
durian, Ageratum conyzoides, lalat, belalang, kupu-kupu, dimana setiap
spesiesnya hanya berjumlah satu individu.
Jumlah seluruh komponen biotik yang ada di ekosistem kebun adalah 1580.
Jumlah komponen biotiknya didomiasi oleh tumbuhan dengan jumlah 1577,
sedangkan hewan hanya 3. Peranan tumbuhan di dalam ekosistem kebun
adalah sebagai produsen dan hewan beperan sebagai konsumen. Dari data yang
didapatkan pada ekosistem kebun, maka bisa dihitung indeks dominansi (E)
dan indeks keragaman jenis (H’).
Indeks dominansi adalah parameter yang menyatakan tingkat terpusatnya
penguasaan spesies dalam suatu ekosistem. Nilai indeks dominansi rendah
menunjukkan tidak terdapat spesies yang mendominasi spesies lainnya,
sedangkan indeks dominansi tinngi menunjukkan terdapat spesies yang
mendominasi spesies lainnya. Pada ekosistem kebun didapatkan nilai indeks
dominansi sebesar 0.52, dimana nilai ini dikategorikan tinngi. Hal ini
menandakan bahwa pada ekosistem kebun terdapat spesies yang mendominasi
spesies lainnya.
Indeks keragaman jenis (H’) digunakan untuk mengetahui keanekaragaman
jenis dari ekosistem kebun. Keanekaragaman spesies yang tinggi menunjukkan
bahwa suatu ekosistem memiliki kompeksitas tinggi atau disusun banyak jenis,
sedangkan keanekaragaman spesies yang rendah menunjukkan spesies yang
menempati ekosistem tersebut sedikit. Pada ekosistem kebun didapatkan nilai
indeks keragaman jenis sebesar 1.47, dimana nilai ini dikategorikan rendah.
Hal ini menandakan bahwa spesies yang menempati ekosistem kebun sedikit.
Pada tabel hasil komponen biotik pada setiap sub plot ekosistem sungai,
didapatkan ada 13 spesies, dimana 10 spesies merupakan tumbuhan dan 3
spesies merupakan hewan. Spesies yang paling banyak ditemukan pada
ekosistem sungai adalah semut, sedangkan spesies paling sedikit adalah
Common threeseed mercury, laba-laba, serangga, dan aksesi 3. Jumlah seluruh
komponen biotik pada ekosistem sungai adalah 167, dimana 94 terdiri dari
tumbuhan dan 73 sisanya adalah hewan.
Pada ekosistem sungai didapatkan nilai indeks dominansi sebesar 0.69,
dimana nilai ini dikategorikan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pada
ekosistem sungai terdapat suatu spesies yang mendominasi spesies lainnya.
Sedangkan nilai indeks keragaman jenis yang didapat pada ekosistem sungai
adalah 1.77, dimana nilai ini dikategorikan sedang. Hal ini menandakan bahwa
spesies yang menempati ekosistem sungai tidak banyak ataupun sedikit.
Pada tabel hasil komponen biotik pada setiap sub plot ekosistem semak 1,
didapatkan ada 13 spesies, dimana 10 spesies merupakan tumbuhan dan 3
spesies merupakan hewan. Spesies yang paling banyak ditemukan dalam
ekosistem semak 1 adalah rumput teki, sedangkan spesies paling sedikit adalah
ulat. Jumlah seluruh komponen biotik pada ekosistem semak 1 adalah 670,
dimana 669 terdiri dari tumbuhan dan 11 sisanya adalah hewan. Peranan
komponen biotik tumbuhan pada ekosistem semak 1 adalah sebagai produsen
dan hewan berperan sebagai konsumen.
Pada ekosistem semak 1 didapatkan nilai indeks dominansi 0.21, dimana
nilai ini dikategorikan rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pada ekosistem
semak 1 tidak terdapat spesies yang mendominasi spesies lainnya. Sedangkan
nilai indeks keragaman jenis yang didapat pada ekosistem semak 1 adalah 0.54,
dimana nilai ini dikategorikan rendah. Hal ini menunjukkan bahwa spesies
yang menempati ekosistem semak 1 sedikit.
Pada tabel hasil komponen biotik pada setiap sub plot ekosistem semak 2,
didapatkan bahwa ada 8 spesies, dimana 5 spesiesnya merupakan tumbuhan
dan 3 spesies lagi hewan. Jumlah spesies yang ada pada ekosistem semak 2
merupakan jumlah spesies paling sedikit daripada ekosistem lainnya. Jumlah
seluruh komponen biotik ekosistem semak 2 adalah 290, dimana 260 terdiri
dari tumbuhan dan 30 sisanya adalah hewan.
Pada ekosistem semak 2 didapatkan nilai indeks dominansi sebesar 0.78,
nilai ini dikategorikan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pada ekosistem
semak 2 terdapat spesies yang mendominasi spesies lainnya. Sedangkan nilai
indeks keragaman jenis yang didapat pada ekosistem semak 2 adalah 1.62,
dimana nilai ini dikategorikan sedang. Hal ini menunjukkan bahwa spesies
yang menempati ekosistem semak 2 tidak banyak ataupun sedikit.
Perbedaan jumlah yang terdapat pada setiap sub plot pada petakan
ekosistem alami (sungai dan semak) maupun buatan (kebun), disebabkan
karena berbagai faktor yaitu faktor biotik seperti manusia, hewan, serta
tumbuhan itu sendiri dan faktor abiotiknya seperti suhu, cahaya matahari, dan
air.
Ekosistem kebun, sungai, dan semak ditemukan di area bendungan, dimana
bendungan juga merupakan salah satu ekosistem buatan. Bendungan
merupakan suatu ekosistem buatan yang berupa bangunan penahan air yang
digunakan untuk berbagai keperluan seperti irigasi, tempat rekreasi,
pembangkit listrik, dan sarana olahraga.
Pada ekosistem bendungan didapatkan beberapa data komponen abiotik
yang mempengaruhi lingkungan di sekitarnya. Suhu rata-rata harian didapatkan
berkisar dari 21 sampai 29˚C, curah hujan rata-rata bulanan adalah 118.43 mm,
dengan kelembaban 82 sampai 95%. Jenis tanah kebanyakan adalah ultisol
dengan tingkat kesuburan yang rendah, warna tanah topsoil bewarna merh
kekuningan dengan Ph tanah < 4.5.
DAFTAR PUSTAKA