Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PLASMA NUTFAH

MATERI 1 :
KEANEKARAGAMAN EKOSISTEM

Oleh :
2110213007 Jyoscie Dwi Arma Agustina

Asisten Praktikum :
Oki Laras Tagi

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2022
BAB 1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keanekaragam hayati (biological-diversity atau biodiversity) adalah semua
makhluk hidup di bumi (tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme), termasuk
keanekaragaman genetik yang dikandungnya dan keanekaragaman ekosistem
yang dibentuknya. Keanekaragaman hayati itu sendiri terdiri atas tiga
tingkatan, yaitu keanekaragaman spesies, keanekaragaman genetik, dan
keanekaragaman ekosistem. Keanekaragaman spesies adalah semua spesies
makhluk hidup di bumi. Keanekaragaman geneti yaitu variasi genetik dalam
satu spesies, baik di antara populasi-populasi yang terpisah secara geografis,
maupun di antara individu-individu dalam satu populasi. Keanekaragaman
ekosistem yaitu komunitas biologi yang berbeda serta asosiasinya dengan
lingkungan fisik (ekosistem) masing- masing.
Kekayaan hayati tidaklah tersebar merata di dunia, karena masing-masing
daerah atau geografis di dunia memiliki perbedaan iklim, kondisi tanah, dan
perbedaan lingkungan lainnya. Indonesia bersama dengan 11 negara lainnya
yaitu Brazil, Peru, Ekuador, Malaysia, Columbia, Meksiko, India, Zaire,
Madagaskar, China, dan Australia merupakan megadiversity karena menjadi
negara-negara penyumbang 70% kekayaan hayati vertebrata dan tumbuh-
tumbuhan di dunia. Jika diperhatikan, umumnya negara-negara dengan
kekayaan hayati terbesar merupakan negara-negara yang terletak di daerah
tropis.
Ekosistem adalah unit fungsional dasar dalam ekologi yang di dalamnya
tercakup organisme dan lingkungannya (lingkungan biotik dan abiotik) dan di
antara keduanya saling memengaruhi. Ekosistem dikatakan sebagai suatu unit
fungsional dasar dalam ekologi karena merupakan satuan terkecil yang
memiliki komponen secara lengkap, memiliki relung ekologi secara lengkap,
serta terdapat proses ekologi secara lengkap, sehingga dalam unit ini siklus
materi dan arus energi terjadi sesuai dengan kondisi ekosistemnya. Interaksi
dalam suatu ekosistem dapat berupa simbiosis mutualisme, parasitisme,
komensalisme, predatorisme, dan kompetisi. Secara umum ada tiga tipe
ekosistem, yaitu ekosistem air (akuatik), ekosistem darat (terestrial), dan
ekosistem buatan.
Ukuran dari suatu ekosistem bervariasi, namun spesifik dan mencakup
daerah tertentu. Ekosistem bisa besar sekali dengan ratusan hewan dan
tumbuhan yang semuanya hidup dalam keserasian, namun juga bisa kecil
seperti halnya di dalam botol kultur in vitro. Ekosistem bisa kompleks namun
juga bisa sederhana seperti halnya di kutub utara atau kutub selatan ketika
hanya terdapat beberapa jenis makhluk hidup saja yang bisa hidup dalam
kondisi temperatur beku dan kondisi kehidupan yang. Oleh karena itu,
ekosistem tidak ditentukan oleh ukuran, namun ditentukan oleh struktur atau
komponennya.
Struktur dari suatu ekosistem harus terdiri dari komponen produsen,
konsumen, dekomposer, dan komponen tak hidup seperti air, intensitas cahaya,
matahari, suhu, kelembaban, dan sebagainya. Produsen yang berupa tumbuhan
dapat memanen energi dari matahari melalui proses fotosintesis. Energi yang
dihasilkan kemudian mengalir melalui rantai makanan hingga sampai kepada
konsumen. Dekomposer yang berada pada level rantai makanan paling rendah
selanjutnya memanfaatkan energi sekaligus merombak bahan organik menjadi
senyawa-senyawa organik.

B. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya praktikum mengenai keanekaragaman ekosistem
ini adalah untuk mengenal berbagai ekosistem yang ada di hutan Biologi dan
Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Andalas, serta untuk
mempelajari komponen-komponen pembentuk ekosistem yang ditemui di
hutan Biologi dan Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Andalas.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Semua makhluk hidup saling membutuhkan dan saling mempengaruhi satu


sama lain. Selain berinteraksi dengan makhluk hidup lain, makhluk hidup juga
berinteraksi dengan lingkungannya. Hubungan saling mempengaruhi antar
makhluk hidup dengan lingkungannya sehingga membentuk suatu sistem yang
disebut dengan ekosistem (Afdhal, 2016).
Ekosistem berarti suatu kesatuan yang dibentuk oleh hubungan timbal balik
antara makhluk hidup (komponen biotik) dan lingkungannya (komponen abiotik).
Setiap ekosistem memiliki ciri-ciri lingkungan fisik, lingkungan kimia, tipe
vegetasi atau tumbuhan, dan tipe hewan yang spesifik. Kondisi lingkungan
makhluk hidup ini sangat beragam, kondisi lingkungan yang beragam tersebut
menyebabkan jenis makhluk hidup yang menempatinya beragam pula.
Keanekaragaman seperti ini disebut sebagai keanekaragaman hayati tingkat
ekosistem (Afdhal, 2016).
Komponen penyusun ekosistem ada 2 yaitu komponen biotik dan komponen
abiotik. Komponen abiotik adalah unsur-unsur tidak hidup di dalam ekosistem,
komponen abiotik ekosistem terdiri atas kondisi fisik dan kimiawi lingkungan
tempat tinggal atau habitat makhluk hidup. Contoh komponen abiotik adalah
suhu, kelembaban, pH, tanah, cahaya matahari, udara, dan iklim (Bambang dkk,
2016) :
a. Suhu merupakan faktor penting dan dapat membatasi kehidupan makhluk
hidup pada suatu ekosistem. Suhu yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah
dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan atau kematian pada
makhluk hidup.
b. Kelembaban menunjukkan kandungan air di dalam udara atau tanah pada
waktu dan tempat tetentu. Kelembaban dapat membatasi keberdaan
makhluk hidup di suatu habitat.
c. Derajat keasaman (pH) suatu habitat juga mempengaruhi makhluk hidup di
dalamnya. Pada umumnya, makhluk hidup cenderung menempati habitat
dengan pH netral dan tidak dapat hidup pada habitat yang terlalu asam atau
basa.
d. Tanah berasal dari pelapukan batuan maupun bahan-bahan organik, hampir
semua organisme hidup di atas permukaan tanah, bahkan beberapa jenis
hewan hidup di dalam lapisan tanah. Tanah mengandung berbagai unsur
mineral yang diperlukan makhluk hidup.
e. Cahaya matahari merupakan sumber energi utama bagi kehidupan di bumi.
Matahari menyinari dan menghangatkan permukaan bumi, sehingga dapat
ditempati makhluk hidup.
f. Udara tersusun atas bermacam-macam gas yang dibutuhkan makhluk hidup.
Gas-gas berupa oksigen, karbon dioksida, dan nitrogen merupakan gas-gas
terpenting bagi kelangsungan makhluk hidup.
g. Iklim merupakan keadaan cuaca rata-rata pada suatu tempat yang luas
dalam waktu yang lama. Dalam hubungannya dengan lingkungan abiotik,
iklim merupakan interaksi dari berbagai faktor lingkungan seperti curah
hujan, suhu, kelmbaban udara, cahaya matahari, dan angin.
Komponen biotik adalah komponen hidup di dalam suatu ekosistem,
komponen biotik meliputi semua jenis makhluk hidup di dalam ekosistem tersebut
seperti manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme. Peranan makhluk hidup
dalam ekosistem terbagi menjadi 4 yaitu produsen, konsumen, dekomposer, dan
detritivor (Bambang dkk, 2016) :
a. Produsen adalah makhluk hidup yang dapat memasak atau membuat
makanan sendiri dari bahan-bahan anorganik.
b. Konsumen adalah makhluk hidup yang memakan makhluk hidup lain atau
bahan-bahan yang dihasilkan oleh makhluk hidup lain. Konsumen tidak
dapat membuat makanan sendiri, sehingga sangat tergantung dengan
makhluk hidup lain sebagai sumber makanan.
c. Dekomposer adalah makhluk hidup yang berperan menguraikan sisa-sisa
makhluk hidup yang telah mati atau sampah menjadi bahan penyusun tanah.
d. Detritivor adalah makhluk hidup yang memakan serpihan, remukan, atau
frgamen-fragmen kecil hancuran hewan yang sudah mati.
Di dalam ekosistem terjadi saling ketergantungan antar komponen, sehingga
apabila salah satu komponen mengalami gangguan maka akan mempengaruhi
komponen lainnya. Ekosistem dikatakan seimbang apabila jumlah antara
produsen, konsumen I, dan konsumen II seimbang (Retno Widjajati, 2012).
Keberadaan komponen abiotik dalam ekosistem sangat mempengaruhi
komponen biotik. Misalnya tumbuhan dapat hidup baik apabila lingkungan
memberikan unsur-unsur yang dibutuhkan tumbuhan tersebut, contohnya air,
udara, cahaya, dan garam-garam mineral. Begitu juga sebaliknya, komponen
biotik sangat mempengaruhi komponen abiotik yaitu tumbuhan yang ada di hutan
sangat mempengaruhi keberadaan air, sehingga mata air dapat bertahan dan tanah
menjadi subur. Tetapi apabila tidak ada tumbuhan, air tidak dapat bertahan
sehingga dapat menyebabkan tanah longsor dan menjadi tandus (Retno Widjajati,
2012).
Menurut Klasifikasi Kartawinata ada tiga tingkatan klasifikasi ekosistem, yaitu
bioma, sub bioma, dan tipe ekosistem. Bioma disebut sebuah ekosistem yang
merupakan unit komunitas terbesar yang mudah dikenal dan terdiri atas
formasi vegetasi dan hewan, serta makhluk hidup lainnya, baik yang sudah
mencapai fase klimaks maupun yang masih dalam fase perkembangan. Di
Indonesia dapat dikenal beberapa bioma, yaitu hutan hujan, hutan musim, savana,
padang rumput (Kusmana dan Hikmat, 2015).
Unit-unit ekosistem ini masih terlalu besar untuk digunakan dengan maksud-
maksud khusus, sehingga memerlukan pembagian yang lebih kecil lagi.
Pembagian bioma menjadi Sub bioma didasarkan pada keadaan iklim, misalnya
untuk hutan hujan dibedakan antara hutan hujan tanah kering dan hutan hujan
tanah rawa (permanen atau musiman). Adapun pembagian tipe-tipe ekosistem
sebagai unit yang paling kecil dibentuk berdasarkan struktur fisiognomi, faktor-
faktor iklim, ketinggian dari permukaan laut, dan jenis tanah (Kusmana dan
Hikmat, 2015).
BAB 3. BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan Tempat


Praktikum keanekaragaman ekosistem dilakukan pada hari Sabtu, 24
September 2022 pukul 09.00 – 13.30 wib. Praktikum dilaksanakan di kebun
percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Andalas.

B. Alat dan Bahan


Adapun bahan yang dibutuhkan adalah berbagai ekosistem, yaitu ekosistem
hutan, sungai, kebun, semak belukar, dan lainnya. Adapun alat yang digunakan
adalah meteran, tali plastik, pancang, kompas, termometer, altimeter, kamera,
dan alat tulis.

C. Cara Kerja
Dibuat satu petak contoh berukuran 5 x 5 meter pada dua ekosistem masing-
masing meliputi ekosistem alami dan ekosistem buatan yang ditentukan oleh
asisten praktikum, petakan dibagi menjadi petakan kecil (sub petak) berukuran
1 x 1 m agar memudahkan perhitungan. Dilakukan inventarisasi dan
identifikasi semua sepecies (jenis) dan jumlah komponen biotik (tumbuhan dan
hewan) pada setiap sub petak. Kemudian data semua sub petak digabungkan
dengan melakukan pencacahan (tally) sebagaimana pada tabel 1 dan 2 (tabel
komponen biotik ekosistem pada setiap sub plot dan tabel biotik total
ekosistem).
Selanjutya dilakukan pengukuran terhadap komponen abiotik pada kedua
ekosistem sebagaimana tabel 3 (tabel komponen abiotik ekosistem). Struktur
atau komponen ekosistem ditentukan berdasarkan tabel 2 (tabel biotik total
ekosistem), lalu dibuat jaring makanan yang menggambarkan siklus energi
dalam ekosistem tersebut, dan diterangkan perbedaan antara kedua ekosistem
berdasarkan komponen dan siklus energinya
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
4.1 Tabel Komponene Biotik Pada Setiap Sub Plot
Tabel 1. Komponen Biotik Pada Setiap Sub Plot Ekosistem Kebun
Plot
Spesies 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jumlah
Durian 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Ageratum
conyzoides 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Semut hitam 26 11 13 8 9 12 6 2 3 90
Semut merah 19 14 5 6 7 2 3 15 2 73
22 18
Rumput 63 0 152 98 130 3 42 89 62 1039
Lumut 70 0 0 0 0 0 0 0 0 70
Gulma 1 3 6 2 3 3 1 0 0 0 18
Gulma 2 23 9 6 19 12 24 11 36 10 150
Gulma 3 7 4 2 5 1 0 0 3 0 22
Gulma 4 11 2 4 1 0 0 0 0 2 20
Gulma 5 17 7 5 8 2 0 0 0 5 44
Gulma 6 0 5 3 4 6 0 0 0 2 20
Gulma 7 0 0 5 3 5 7 0 0 0 20
Gulma 8 0 0 0 0 0 1 8 0 0 9
Lalat 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
Belalang 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
Ulat bulu 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
Total 1580

Tabel 2. Komponen Biotik Pada Setiap Sub Plot Ekosistem Sungai


Plot
Spesies 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jumlah
Rumput Paragis 4 0 6 5 1 1 1 3 4 25
Teki Merah 3 0 5 5 2 2 3 3 5 28
Pecut Kuda 1 0 0 1 0 0 0 1 0 3
Common
Threeseed Mercury 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Babadotan 0 6 3 0 1 2 0 1 0 13
Ciplukan 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2
1 2
Semut 20 0 0 7 0 5 0 2 7 71
Laba-laba 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
Serangga 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Aksesi 1 3 0 0 2 0 0 0 3 0 8
Aksesi 2 0 0 1 0 0 0 1 0 0 2
Aksesi 3 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
Aksesi 4 0 0 0 0 3 0 0 0 8 11
Total 167

Tabel 3. Komponen Biotik Pada Setiap Sub Plot Ekosistem Semak 1


Plot
Spesies 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jumlah
Rumput teki 48 38 108 39 49 117 50 65 89 603
Gulma 1 18 0 0 0 0 0 0 0 0 18
Gulma 2 2 0 0 0 0 1 1 0 0 4
Gulma 3 1 0 0 0 0 0 1 1 0 3
Paitan 0 13 0 0 0 0 0 0 0 13
Bandotan 0 1 1 0 1 0 0 0 0 3
Jotong kuda 0 0 1 0 0 1 0 0 0 2
Senduduk 0 0 0 1 0 2 0 0 0 3
Gulma gatal 0 0 0 1 0 1 0 3 0 5
Gulma raksasa 0 0 0 0 1 1 2 0 1 5
Ulat 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
Semut 1 0 1 2 0 1 1 0 0 6
Belalang 0 0 0 0 0 1 1 2 0 4
Total 670

Tabel 4. Komponen Biotik Pada Setiap Sub Plot Ekosistem Semak 2


Plot
Spesies 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jumlah
Gulma 1 12 8 3 11 9 7 10 2 8 70
Gulma 2 24 7 5 9 5 3 7 6 10 76
Gulma 3 9 2 5 3 2 2 5 16 2 46
Gulma 4 0 0 2 2 1 5 8 11 12 41
Gulma 5 0 0 6 16 0 1 1 0 3 27
Semut 0 20 3 0 5 0 0 0 0 28
Laba-laba 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
Kupu-kupu 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
Total 290

4.2 Tabel Komponen Biotik Total Ekosistem


Ekosistem Spesies Jumlah Peranan Organisme
Individu
Semak Gulma 1 70 Produsen
Gulma 2 76 Produsen
Gulma 3 46 Produsen
Gulma 4 41 Produsen
Gulma 5 27 Produsen
Semut 28 Konsumen
Laba-Laba 1 Konsumen
Kupu-Kupu 1 Konsumen
Kebun Durian Durian 1 Produsen
Ageratum 1 Produsen
conyzoides
Semuthitam 90 Konsumen
Semutmerah 73 Konsumen
Rumput 1039 Produsen
Lumut 70 Produsen
Gulma 1 18 Produsen
Gulma 2 150 Produsen
Gulma 3 22 Produsen
Gulma 4 20 Produsen
Gulma 5 44 Produsen
Gulma 6 20 Produsen
Gulma 7 20 Produsen
Gulma 8 9 Produsen
Lalat 1 Konsumen
Belalang 1 Konsumen
Ulatbulu 1 Konsumen
Semak Rumput teki 603 Produsen
Gulma 1 18 Produsen
Gulma 2 4 Produsen
Gulma 3 3 Produsen
Paitan 13 Produsen
Bandotan 3 Produsen
Jotongkuda 2 Produsen
Senduduk 3 Produsen
Gulmagatal 5 Produsen
Gulmaraksasa 5 Produsen
Ulat 1 Konsumen
Semut 6 Konsumen
Belalang 4 Konsumen
Sungai RumputParagis 25 Produsen
Teki Merah 28 Produsen
Pecut Kuda 3 Konsumen
Common 1 Konsumen
Threeseed
Mercury
Babadotan 13 Produsen
Ciplukan 2 Produsen
Semut 71 Konsumen
Laba-laba 1 Konsumen
Serangga 1 Konsumen
Aksesi 1 8 Produsen
Aksesi 2 2 Produsen
Aksesi 3 1 Produsen
Aksesi 4 11 Produsen

4.3 Tabel Komponen Abiotik Ekosistem


Komponen Abiotik Ekosistem
Bendungan
Suhu rata-rata harian (˚C) 21 - 29˚C
Curah hujan rata-rata bulanan (mm) 118.43 mm
Kelembaban (%) 82 - 95 %
Kemiringan (˚) -
Jenis tanah (ordo) Ultisol
Kesuburan tanah Rendah
Warna tanah topsoil Merah Kekuningan
Ph tanah < 4.5

B. Pembahasan
Praktikum keanekaragaman ekosistem dilakukan pada beberapa macam
ekosistem, yaitu ekosistem kebun, ekosistem semak, dan ekosistem sungai.
Ketiga ekosistem tersebut terdapat di sekitar bendungan Universitas Andalas.
Ekosistem berdasarkan proses terbentuknya terbagi menjadi dua macam, yaitu
ekosistem alami dan ekosistem buatan.
Ekosistem alami adalah jenis ekosistem yang terjadi secara alami tanpa
campur tangan manusia, sedangkan ekosistem buatan adalah ekosistem yang
dibuat oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Dari tiga macam
ekosistem yang diamati, sungai dan semak merupakan ekosistem alami dan
kebun merupakan ekosistem buatan.
Pada tabel hasil komponen biotik pada setiap sub plot ekosistem kebun,
didapatkan ada 17 spesies, dimana 14 spesies merupakan tumbuhan dan 3
spesies sisanya adalah hewan. Spesies yang paling banyak ditemukan di
ekosistem kebun adalah rumput, sedangkan spesies paling sedikit adalah
durian, Ageratum conyzoides, lalat, belalang, kupu-kupu, dimana setiap
spesiesnya hanya berjumlah satu individu.
Jumlah seluruh komponen biotik yang ada di ekosistem kebun adalah 1580.
Jumlah komponen biotiknya didomiasi oleh tumbuhan dengan jumlah 1577,
sedangkan hewan hanya 3. Peranan tumbuhan di dalam ekosistem kebun
adalah sebagai produsen dan hewan beperan sebagai konsumen. Dari data yang
didapatkan pada ekosistem kebun, maka bisa dihitung indeks dominansi (E)
dan indeks keragaman jenis (H’).
Indeks dominansi adalah parameter yang menyatakan tingkat terpusatnya
penguasaan spesies dalam suatu ekosistem. Nilai indeks dominansi rendah
menunjukkan tidak terdapat spesies yang mendominasi spesies lainnya,
sedangkan indeks dominansi tinngi menunjukkan terdapat spesies yang
mendominasi spesies lainnya. Pada ekosistem kebun didapatkan nilai indeks
dominansi sebesar 0.52, dimana nilai ini dikategorikan tinngi. Hal ini
menandakan bahwa pada ekosistem kebun terdapat spesies yang mendominasi
spesies lainnya.
Indeks keragaman jenis (H’) digunakan untuk mengetahui keanekaragaman
jenis dari ekosistem kebun. Keanekaragaman spesies yang tinggi menunjukkan
bahwa suatu ekosistem memiliki kompeksitas tinggi atau disusun banyak jenis,
sedangkan keanekaragaman spesies yang rendah menunjukkan spesies yang
menempati ekosistem tersebut sedikit. Pada ekosistem kebun didapatkan nilai
indeks keragaman jenis sebesar 1.47, dimana nilai ini dikategorikan rendah.
Hal ini menandakan bahwa spesies yang menempati ekosistem kebun sedikit.
Pada tabel hasil komponen biotik pada setiap sub plot ekosistem sungai,
didapatkan ada 13 spesies, dimana 10 spesies merupakan tumbuhan dan 3
spesies merupakan hewan. Spesies yang paling banyak ditemukan pada
ekosistem sungai adalah semut, sedangkan spesies paling sedikit adalah
Common threeseed mercury, laba-laba, serangga, dan aksesi 3. Jumlah seluruh
komponen biotik pada ekosistem sungai adalah 167, dimana 94 terdiri dari
tumbuhan dan 73 sisanya adalah hewan.
Pada ekosistem sungai didapatkan nilai indeks dominansi sebesar 0.69,
dimana nilai ini dikategorikan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pada
ekosistem sungai terdapat suatu spesies yang mendominasi spesies lainnya.
Sedangkan nilai indeks keragaman jenis yang didapat pada ekosistem sungai
adalah 1.77, dimana nilai ini dikategorikan sedang. Hal ini menandakan bahwa
spesies yang menempati ekosistem sungai tidak banyak ataupun sedikit.
Pada tabel hasil komponen biotik pada setiap sub plot ekosistem semak 1,
didapatkan ada 13 spesies, dimana 10 spesies merupakan tumbuhan dan 3
spesies merupakan hewan. Spesies yang paling banyak ditemukan dalam
ekosistem semak 1 adalah rumput teki, sedangkan spesies paling sedikit adalah
ulat. Jumlah seluruh komponen biotik pada ekosistem semak 1 adalah 670,
dimana 669 terdiri dari tumbuhan dan 11 sisanya adalah hewan. Peranan
komponen biotik tumbuhan pada ekosistem semak 1 adalah sebagai produsen
dan hewan berperan sebagai konsumen.
Pada ekosistem semak 1 didapatkan nilai indeks dominansi 0.21, dimana
nilai ini dikategorikan rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pada ekosistem
semak 1 tidak terdapat spesies yang mendominasi spesies lainnya. Sedangkan
nilai indeks keragaman jenis yang didapat pada ekosistem semak 1 adalah 0.54,
dimana nilai ini dikategorikan rendah. Hal ini menunjukkan bahwa spesies
yang menempati ekosistem semak 1 sedikit.
Pada tabel hasil komponen biotik pada setiap sub plot ekosistem semak 2,
didapatkan bahwa ada 8 spesies, dimana 5 spesiesnya merupakan tumbuhan
dan 3 spesies lagi hewan. Jumlah spesies yang ada pada ekosistem semak 2
merupakan jumlah spesies paling sedikit daripada ekosistem lainnya. Jumlah
seluruh komponen biotik ekosistem semak 2 adalah 290, dimana 260 terdiri
dari tumbuhan dan 30 sisanya adalah hewan.
Pada ekosistem semak 2 didapatkan nilai indeks dominansi sebesar 0.78,
nilai ini dikategorikan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pada ekosistem
semak 2 terdapat spesies yang mendominasi spesies lainnya. Sedangkan nilai
indeks keragaman jenis yang didapat pada ekosistem semak 2 adalah 1.62,
dimana nilai ini dikategorikan sedang. Hal ini menunjukkan bahwa spesies
yang menempati ekosistem semak 2 tidak banyak ataupun sedikit.
Perbedaan jumlah yang terdapat pada setiap sub plot pada petakan
ekosistem alami (sungai dan semak) maupun buatan (kebun), disebabkan
karena berbagai faktor yaitu faktor biotik seperti manusia, hewan, serta
tumbuhan itu sendiri dan faktor abiotiknya seperti suhu, cahaya matahari, dan
air.
Ekosistem kebun, sungai, dan semak ditemukan di area bendungan, dimana
bendungan juga merupakan salah satu ekosistem buatan. Bendungan
merupakan suatu ekosistem buatan yang berupa bangunan penahan air yang
digunakan untuk berbagai keperluan seperti irigasi, tempat rekreasi,
pembangkit listrik, dan sarana olahraga.
Pada ekosistem bendungan didapatkan beberapa data komponen abiotik
yang mempengaruhi lingkungan di sekitarnya. Suhu rata-rata harian didapatkan
berkisar dari 21 sampai 29˚C, curah hujan rata-rata bulanan adalah 118.43 mm,
dengan kelembaban 82 sampai 95%. Jenis tanah kebanyakan adalah ultisol
dengan tingkat kesuburan yang rendah, warna tanah topsoil bewarna merh
kekuningan dengan Ph tanah < 4.5.
DAFTAR PUSTAKA

Afdhal. 2016. Pengembangan Metode Demonstrasi Dalam Pembelajaran Biologi


di SMK Kesehatan Samarinda (Keanekaragaman Hayati). Jurnal Pendas
Mahakam. Vol 2 (1) : 116 - 134.
Kusmana dan Hikmat. 2015. Keanekaragaman Hayati Flora Di Indonesia. Jurnal
Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Vol 5 (2) : 187 - 198.
Suseno, Bambang dkk. 2016. Biologi Untuk SMP/MA Kelas X. Jakarta : PT
Gelora Aksara Pratama.
Widjajanti, Retno. 2012. Biologi. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai