Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PLASMA NUTFAH

MATERI 2 :
KEANEKARAGAMAN SPESIES

Oleh :
2110213007 Jyoscie Dwi Arma Agustina

Asisten Praktikum :
Oki Laras Tagi

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2022
BAB 1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia menjadi salah satu pusat keanekaragaman hayati dunia dan
dikenal sebagai Negara megabiodiversity. Selain itu Indonesia sebagai negara
kepulauan yang memiliki cakupan luas yang bervariasi, dari yang sempit
hingga yang luas, dari yang datar hingga berbukit serta bergunung, dimana
didalamnya hidup flora, fauna, dan mikrobia yang sangat beranekaragam.
Berdasarkan gambaran kawasan biogeografi, Indonesia memiliki posisi sangat
penting dan strategis dari sisi kekayaan dan kenekaragaman jenis tumbuhan
beserta ekosistemnya. Tingginya keanekaragaman hayati dan tingkat
endemisme menempatkan Indonesia sebagai laboratorium alam yang sangat
unik untuk tumbuhan tropik dengan berbagai fenomenanya.
Keanekaragaman hayati menurut World Wildlife Fund dalam Idrawan
Mochamad adalah jutaan tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme termasuk
yang mereka miliki serta ekosistem rumit yang mereka bentuk menjadi
lingkungan hidup. Keanekaragaman hayati dapat digolongkan menjadi tiga
tingkat yaitu tingkatan pertama keanekaragaman spesies, hal ini mencakup
semua spesies di bumi, termasuk bakteri dan protista, serta spesies dari
kingdom bersel banyak (tumbuhan, jamur, hewan yang bersel banyak atau
multiseluler). Tingkatan kedua yaitu keanekaragaman genetik, variasi genetik
dalam satu spesies baik diantara populasi-populasi yang terpisah secara
geografis, maupun diantara individu-individu dalam satu populasi dan
tingkatan ketiga adalah keanekaragaman ekosistem.
Keanekaragaman jenis atau species adalah salah satu bagian dalam
keanekaragaman hayati atau biodiversity. Berbagai faktor seperti alih fungsi
lahan, pembukaan jalan, dan lain-lain akan menyebabkan tumbuhan ataupun
tanaman tertentu semakin terancam keberadaannya. Jika dibiarkan terus
menerus, maka keanekaragaman jenis semakin berkurang dan akhirnya hilang.
Penilaian mengenai keanekaragaman species tidak terlepas dari ekosistem atau
habitat dimana suatu organisme tersebut berada. Ekosistem alami akan
memiliki kekayaan species yang lebih besar dibandingkan dengan ekosistem
buatan ataupun ekosistem alam yang terganggu.
Suatu komunitas dalam suatu ekosistem dikatakan memiliki
keanekaragaman species yang tinggi bila disusun oleh banyak jenis dengan
kelimpahan jenis yang sama atau hampir sama. Tingginya nilai
keanekaragaman jenis di daerah tropika disebabkan karena lebih banyaknya
jenis yang terdapat dalam masing-masing habitat, lebih banyaknya habitat yang
masing-masing berisi jenis dengan jumlah sama dan kombinasi dari keduanya.
Tingginya tingkat adaptasi jenis pada habitatnya juga menjadi faktor tingginya
tingkat keanekaragaman jenis.
Keanekaragaman jenis dapat ditentukan dari keanekaragaman α
(keanekaragaman dalam habitat) dan keanekaragaman ß (keanekaragaman
antar habitat). Keanekaragaman α pada setiap plot penelitian diukur dengan
menggunakan Indeks Shannon-Wienner atau juga sering disebut sebagai
Shannon indeks (H’) dan Indeks kemerataan species atau Evenness indeks (E).
Indeks Shannon merupakan suatu ukuran mengenai species richness atau
kelimpahan species dalam suatu habitat, sedangkan indeks kemerataan species
merupakan suatu ukuran untuk mengetahui dominasi ataupun proporsi
masing-masing spesies dalam suatu habitat.

B. Tujuan
Praktikum keanekaragaman spesies bertujuan untuk mempelajari potensi
kekayaan jenis tumbuhan markisa dan untuk mempelajari keanekaragaman
jenis tumbuhan markisa di kebun percobaan Fakultas Pertanian, Universitas
Andalas.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Keanekaragam hayati (biological-diversity atau biodiversity) adalah semua


makhluk hidup di bumi (tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme), termasuk
keanekaragaman genetik yang dikandungnya dan keanekaragaman ekosistem
yang dibentuknya. Keanekaragaman hayati terbagi ke dalam tiga tingkatan yaitu
keanekaragaman genetik, spesies, dan ekosistem. Keanekaragaman tersebut
menentukan kekuatan adaptasi dari populasi yang akan menjadi bagian dari
interaksi spesies (Ludwig dalam Nahlunnisa, 2016).
Keanekaragaman spesies (species diversity) yaitu keanekaragaman organisme
hidup atau keanekaragaman spesies di suatu area, habitat atau komunitas.
Keanekaragaman hayati seringkali digunakan sebagai ukuran kesehatan sistem
biologis, semakin tinggi tingkat keanekaragamn hayati suatu area semakin tinggi
tingkat kesehatan area tersebut. Hal ini disebabkan semakin tinggi
keanekaragaman hayati, maka semakin kompleks proses ekologis yang terjadi,
sehingga semakin tinggi tingkat stabilitasnya (Wijana, 2014).
Keanekaragaman spesies terdiri dari dua komponen yang berbeda, yaitu
kekayaan spesies dan kemerataan. Kekayaan spesies adalah distribusi
kelimpahan, misalnya jumlah individu, biomassa, dan lain-lain pada masing-
masing spesies. Sedangkan kemerataan species adalah distribusi individual antara
species pada suatu komunitas seimbang, spesies dianggap maksimun jika semua
spesies dalam komunitas memiliki jumlah individu yang sama (Ludwig dalam
Nahlunnisa, 2016).
Ada beberapa metode untuk menilai status species atau jenis pada suatu
ekosistem, diantaranya adalah menggunakan metode kuadrat, estimasi visual, dan
metode transek. Dari berbagai metode ini kemudian diperoleh berbagai peubah
seperti indeks nilai penting, indeks dominansi, indeks keanekaragaman jenis (H),
dan indeks kelimpahan jenis (e) yang menjadi objek penelitian (Alihi Putra dkk,
2019) :
a. Indeks nilai penting adalah parameter yang menggambarkan besarnya
pengaruh yang diberikan oleh spesies tumbuhan dalam suatu komunitas.
Untuk mendapatkan indeks nilai penting perlu diketahui kerapatan dan
frekuensi relatif suatu jenis :
Jumla h individu
• Kerapatan Spesies (K) =
Luas petak pengamatan
Ke rapatan suatu jenis
• Kerapatan Relatif (KR) = ×100 %
Kerapatan seluru h jenis
Jumla h petak ditemukan suatu jenis
• Frekuensi Spesies (F) =
Jumla h seluru h jenis
Frekuensi suatu jenis
• Frekuensi Relatif (FR) = ×100 %
Frekuensi seluru h jenis
Jumla h luas bidang dasar suatu jenis
• Dominansi Spesies (D) =
Luas petak pengamatan
Dominansi suatu jenis
• Dominansi Relatif (DR) = ×100 %
Dominansi seluru h jenis
b. Indeks dominansi adalah parameter yang menyatakan tingkat terpusatnya
dominansi spesies dalam suatu komunitas. Penguasaan atau dominansi
spesies dalam komunitas bisa tepusat pada suatu spesies, beberapa spesies,
atau banyak. Indeks dominansi dapat dihitung menggunakan rumus :
ID = ∑ (¿−N)2
Keterangan :
ID : Indeks dominansi
ni : Nilai penting tiap spesies ke - i
N : Total nilai penting
c. Indeks keanekaragaman jenis (H) digunakan untuk mengetahui
keanekaragaman jenis dari markisa. Keanekaragaman spesies yang tinggi
menunjukkan bahwa suatu komunitas memiliki kompeksitas tinggi, karena
interaksi spesies yang terjadi dalam komunitas itu sangat tinggi. Rumus
yang digunakan dalam menghitung keanekaragaman jenis yaitu dengan
rumus indeks Shannon (H) (Ridwansyah, 2015) :
¿ ¿
( ) ( )
H = - ∑ { N log N }

d. Indeks kelimpahan jenis (e) dipengaruhi oleh keanekaragaman jenis dan


jumlah jenis yang digunakan untuk mengetahui kelimpahan suatu jenis di
suatu area atau suatu ukuran contoh tertentu, untuk itu digunakan rumus
Odum (Haryanto, 2015) :
e = H/(Log S)
Keterangan :
H : Keanekaragaman jenis
S : Jumlah dari jenis
Indonesia diperkirakan memiliki 25% dari spesies tumbuhan berbunga yang
ada di dunia atau merupakan urutan negara terbesar ketujuh dengan jumlah
spesies mencapai 20.000 spesies, 40% merupakan tumbuhan endemik atau asli
Indonesia. Famili tumbuhan yang memiliki anggota spesies paling banyak adalah
Orchidaceae (anggrek-anggrekan). Untuk jenis tumbuhan berkayu, famili
Dipterocarpaceae memiliki 386 spesies, anggota famili Myrtaceae (Eugenia) dan
Moraceae (Ficus) sebanyak 500 spesies, dan anggota famili Ericaceae sebanyak
737 spesies, termasuk 287 spesies Rhododendrom dan 239 spesies Naccinium
(Wijana, 2014).
Markisa merupakan tumbuhan yang memiliki 500 spesies, dari banyaknya
spesies yang dimiliki oleh tumbuhan markisa, ada 4 spesies yang sudah dikenal
oleh para ahli botani yaitu markisa ungu (Passiflora edulis var. Edulis), markisa
kuning (Passiflora edulis var. Flavicarpa degener), konyal (Passiflora liqularis
juss), dan erbis (Passiflora quadranularis simson) (Fathi, 2013).
Markisa merupakan tumbuhan semak atau pohon yang hidup menahun dan
bersifat merambat atau menjalar hingga sepanjang 20 meter atau lebih. Batang
tumbuhan berkayu tipis, bersulur, dan memiliki banyak percabangan yang
tumpang tindih. Daun tumbuhan sangat rimbun, tumbuh secara bergantianpada
batang atau cabang, tiap helai daun bercaping tiga dan bergerigi, dan bewarna
hijau mengkilap. Bunga tumbuhan merupakan bunga tunggal yang ukurannya
besar dengan warna yang bervariasi, dan biji buah markisa berbentuk gepeng,
berukuran kecil, dan bewarna hitam (Fathi, 2013).
BAB 3. BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan Tempat


Praktikum keanekaragaman spesies dilakukan pada hari Jumat, 30
September 2022 pukul 09.20 – 11.10 wib. Praktikum dilaksanakan di kebun
percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Andalas.

B. Alat dan Bahan


Adapun bahan yang dibutuhkan adalah kebun percobaan markisa yang
terdiri dari beberapa spesies markisa. Adapun alat yang digunakan meteran, tali
plastik, pancang, dan alat-alat tulis.

C. Cara Kerja
Dilakukan identifikasi terhadap berbagai jenis markisa di kawasan kebun
percobaan Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Dilakukan pengamatan
terhadap 4 spesies markisa yang ada di kebun percobaan, setelah data
pengamatan didapatkan dilakukan penghitungan terhadap berbagai species
markisa dan tabulasikan jenis dan jumlah masing-masing, kemudian tentukan
kerapatan suatu jenis (K), kerapatan relatif suatu jenis (KR), frekuensi suatu
jenis (F), frekuensi relatif (FR), indeks nilai penting (INP), dan nilai penting
(NP) :
Jumla h individu
• Kerapatan Spesies (K) =
Luas petak pengamatan
Kerapatan suatu jenis
• Kerapatan Relatif (KR) = ×100 %
Kerapatan seluru h jenis
Jumla h petak ditemukan suatu jenis
• Frekuensi Spesies (F) =
Jumla h seluru h jenis
Frekuensi suatu jenis
• Frekuensi Relatif (FR) = ×100 %
Frekuensi seluru h jenis
• Indeks Nilai Penting (INP) = KR + FR
INP
• Nilai Penting (NP) =
2
Dihitung indeks keanekaragaman Shannon-Wienner dengan rumus berikut :

H′ = − ∑(pi )(log e. pi)


i=1

Keterangan :

H : Indeks keragaman Shannon-Wiener


Pi : Jumlah individu suatu spesies/jumlah total seluruh spesies
Kriteria keanekaragaman species adalah sebagai berikut :
• H’ < 1,5 : Tingkat keanekaragaman rendah
• 1,5 ≤ H’≤ 3,5 : Tingkat keanekaragaman sedang
• H’ > 3,5 : Tingkat keanekaragaman tinggi
Dihitung kemerataan spesies dalam suatu komunitas dengan rumus :
H ' ln
E=
S
Keterangan :

E : Indeks kemerataan (nilai antara 0 – 10)


H’ : Keanekaragaman spesies maksimum
Ln : Logaritma natural
S : Jumlah spesies
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel 1. Keanekaragaman Spesies Markisa
Jumla
Spesies 1 2 3 4 5 6 7 8 9 h K KR F FR INP SDR
Bulat 1.6 25. 25.7 26.4 13.2
merah 1 2 1 2 2 2 2 2 1 15 7 4 1 1 2 1
Lonjong 1.5 23. 22.8 24.6 12.3
Merah 1 2 2 2 2 2 2 1 0 14 6 7 0.89 6 2 1
Kuning 1.7 27. 25.7 28.1 14.0
kuning 2 2 2 2 2 2 2 1 1 16 8 1 1 1 2 6
Kuning 1.5 23. 25.7 24.7 12.3
Masam 1 1 2 1 2 2 2 2 1 14 6 7 1 1 3 6
6.5 103. 51.9
Total 59 6 100 3.89 100 9 4

Tabel 2. Indeks Evennes dan Shannon


Spesies Jumlah Proporsi kelimpahan(Pi) Pi Ln Pi
Bulat merah 15 0,254237288 -0,348174723
Lonjong merah 14 0,237288136 -0,341334264
Kuning kuning 16 0,271186441 -0,353884399
Kuning masam 14 0,237288136 -0,341334264
Total 59 1 -1,384727651

Evennes 1.170695391 Tinggi


Shannon Indeks 1.38 Sedang

B. Pembahasan
Praktikum keanekaragaman jenis dilakukan pada beberapa spesies tanaman
markisa (Passiflora edulis) yang terdapat di kebun percobaan Universitas
Andalas. Ada 4 spesies tanaman markisa yaitu markisa bulat merah, markisa
lonjong merah, markisa kuning kuning, dan markisa kuning masam. Dari ke 4
spesies tanaman markisa yang ada, markisa spesies kuning masam merupakan
spesies yang paling berbeda yaitu termasuk ke dalam Passiflora edulis var.
Flavicarpa.
Beberapa spesies tanaman markisa tersebut tumbuh di satu tempat yang
sama, hal ini disebut dengan vegetasi. Di tempat tumbuh tanaman markisa
tersebut akan terjadi interaksi antara individu dengan penyusunnya, untuk
mengetahui seberapa besar sebaran berbagai spesies dalam suatu tempat
tertentu disebut dengan analisis vegetasi. Analisis vegetasi dimulai dengan
mengumpulkan data, dengan cara menghitung jumlah dari masing-masing
individu tanaman yang terdapat dalam petak ukur atau sub plot.
Pada tabel hasil 1, didapatkan bahwa tanaman markisa spesies bulat merah
semua sub plot nya terisi oleh 1 sampai 2 individu tanaman, begitupula dengan
markisa spesies kuning kuning dan kuning masam. Sedangkan pada markisa
spesies lonjong merah, sub plot ke-9 nya tidak terdapat satupun individu
tanaman.
Vegetasi tanaman memiliki bentuk dan jumlah yang beranekaragam, karena
hidupnya berkelompok, sehingga suatu vegetasi memiliki keanekaragaman dan
nilai penting. Jumlah individu beberapa spesies tanaman markisa yang telah
didapatkan per sub plotnya digunakan untuk menentukan indeks nilai penting,
indeks keanekaragaman jenis (Shannon - Wienner), dan indeks kelimpahan
jenis (Evennes).
Indeks nilai penting adalah parameter yang menggambarkan besarnya
pengaruh yang diberikan oleh spesies tanaman dalam suatu komunitas. Untuk
mencari indeks nilai penting (INP), perlu diketahui nilai frekuensi relatif (FR)
dan kerapatan relatif (KR). Nilai frekuensi yaitu ukuran dari regulitas
terdapatnya suatu spesies frekuensi yang memberikan pola penyebaran suatu
spesies dan menyebar keseluruh kawasan, yang menunjukkan daya penyebaran
dan adaptasinya terhadap lingkungan. Sedangkan nilai kerapatan dari suatu
spesies merupakan nilai yang menunjukkan jumlah.
Pada tabel hasil 1, diketahui bahwa dari 4 spesies markisa yang ada, 3
spesiesnya mempunyai nilai frekuensi yang sama yaitu 25.71 dan merupakan
nilai frekuensi relatif tertinggi. Sedangkan pada markisa spesies lonjong merah
didapat nilai frekuensi relatif 22.86 dan merupakan nilai frekuensi relatif
terendah. Spesies markisa yang memiliki frekuensi relatif tinggi adalah spesies
bulat merah, spesies kuning kuning, dan spesies kuning masam.
Kerapatan relatif (KR) pada markisa spesies lonjong merah dan spesies
kuning masam didapatkan nilai yang sama, yaitu 23.7. Pada markisa spesies
bulat merah didapatkan nilai kerapatannya 25.4 dan markisa spesies kuning
kuning nilai kerapatan yang didapatkan adalah 27.1. Spesies markisa yang
mempunyai nilai kerapatan tertinggi adalah markisa spesies kunig kuning,
sedangkan kerapatan terendah didapat pada markisa spesies lonjong merah dan
kuning masam.
Hasil perhitungan frekuensi relatif spesies (FR) dan kerapatan relatif spesies
(KR) digunakan untuk menentukan indeks nilai penting (INP). Spesies yang
memiliki nilai INP tertinggi adalah spesies yang memiliki adaptasi yang lebih
baik dibandingkan dengan spesies lainnya. Dapat diketahui pada beberapa
spesies tanaman markisa, indeks nilai penting tertinggi ada pada spesies kuning
kuning, dimana nilainya adalah 28.12. Sedangkan spesies yang mempunyai
nilai INP terendah adalah spesies lonjong merah dengan nilai 24.62. Nilai INP
yang didapakan oleh setiap spesies markisa dikategorikan sedang, sehingga 4
spesies markisa tersebut dapat tumbuh dan berkembang di daerah yang
memiliki suhu tanah dan tingkat keasaman tanah yang sedang.
Indeks keanekaragaman jenis digunakan untuk mengetahui keanekaragaman
jenis dari tanaman markisa. Keanekaragaman spesies yang tinggi menunjukkan
bahwa suatu komunitas memiliki kompeksitas tinggi atau disusun banyak jenis,
sebaliknya keanekaragaman spesies dikatakan rendah apabila spesies yang
menempati suatu kawasan sedikit.
Hasil indeks keanekaragaman jenis (Shannon - Wiener) didapatkan nilainya
adalah 1.38, dimana nilai indeks keanekaragaman jenis ini dikategorikan
sedang. Kategori sedang menunjukkan bahwa beberapa spesies markisa
mempunyai keanekaragaman yang sedang, produktivitasnya cukup, kondisi
ekosistem cukup seimbang, dan tekanan ekologinya sedang.
Indeks kelimpahan jenis (E) digunakan untuk mengetahui kelimpahan suatu
jenis atau pemerataan pembagian individu diantara jenis yang ada pada suatu
habitat. Indeks kelimpahan jenis sangat dipengaruhi oleh nilai keanekaragaman
jenis. Dari tabel hasil 2, menunjukkan bahwa nilai kelimpahan jenisnya adalah
1.17, dimana nilai ini dikategorikan tinggi. Semakin tinggi nilai indeks
kelimpahan spesiesnya maka komposisi penyebaran spesies semakin merata
pula, artinya tidak didominasi oleh satu spesies saja.
DAFTAR PUSTAKA

Haryanto. 2015. Keanekaragaman Jenis dan Potensi Tegakan Pada Kawasan


Hutan Lindung Gunung Rayaa Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat.
Jurnal Universitas Negeri Gorontalo. Hal 1 - 34.
Nahlunnisa, H. 2016. Keanekaragaman Spesies Tumbuh di Areal Nilai
Konservasi Tinggi (NKT) Perkebunan Kelapa Sawit Provinsi Riau.
Jurnal Media Konservasi. Vol 21 (1) : 91 - 98.
Rahman, H Fathi. 2013. Markisa. Jatinangor : Universitas Padjajaran.
Ridwansyah, Husni H dan Wulandari R. 2015. Keanekaragaman Jenis Bambu di
Hutan Kota Kelurahan Bunut Kabupaten Sanggau. Jurnal Hutan Kestari.
Vol 3 (1) : 13 - 20.
Putra, M Alihi. 2019. Keanekaragaman Jenis Vegetasi di Cagar Alam Lho Fat
Pun Pie Kecamatan Monterado Kabupaten Bengkayang. Jurnal Hutan
Lestari. Vol 7 (1) : 86 - 96.
Wijana, Nyoman. 2013. Metode Analisia Vegetasi. Singaraja : Universitas
Pendidikan Ganesha.

Anda mungkin juga menyukai