MATERI 2 :
KEANEKARAGAMAN SPESIES
Oleh :
2110213007 Jyoscie Dwi Arma Agustina
Asisten Praktikum :
Oki Laras Tagi
A. Latar Belakang
Indonesia menjadi salah satu pusat keanekaragaman hayati dunia dan
dikenal sebagai Negara megabiodiversity. Selain itu Indonesia sebagai negara
kepulauan yang memiliki cakupan luas yang bervariasi, dari yang sempit
hingga yang luas, dari yang datar hingga berbukit serta bergunung, dimana
didalamnya hidup flora, fauna, dan mikrobia yang sangat beranekaragam.
Berdasarkan gambaran kawasan biogeografi, Indonesia memiliki posisi sangat
penting dan strategis dari sisi kekayaan dan kenekaragaman jenis tumbuhan
beserta ekosistemnya. Tingginya keanekaragaman hayati dan tingkat
endemisme menempatkan Indonesia sebagai laboratorium alam yang sangat
unik untuk tumbuhan tropik dengan berbagai fenomenanya.
Keanekaragaman hayati menurut World Wildlife Fund dalam Idrawan
Mochamad adalah jutaan tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme termasuk
yang mereka miliki serta ekosistem rumit yang mereka bentuk menjadi
lingkungan hidup. Keanekaragaman hayati dapat digolongkan menjadi tiga
tingkat yaitu tingkatan pertama keanekaragaman spesies, hal ini mencakup
semua spesies di bumi, termasuk bakteri dan protista, serta spesies dari
kingdom bersel banyak (tumbuhan, jamur, hewan yang bersel banyak atau
multiseluler). Tingkatan kedua yaitu keanekaragaman genetik, variasi genetik
dalam satu spesies baik diantara populasi-populasi yang terpisah secara
geografis, maupun diantara individu-individu dalam satu populasi dan
tingkatan ketiga adalah keanekaragaman ekosistem.
Keanekaragaman jenis atau species adalah salah satu bagian dalam
keanekaragaman hayati atau biodiversity. Berbagai faktor seperti alih fungsi
lahan, pembukaan jalan, dan lain-lain akan menyebabkan tumbuhan ataupun
tanaman tertentu semakin terancam keberadaannya. Jika dibiarkan terus
menerus, maka keanekaragaman jenis semakin berkurang dan akhirnya hilang.
Penilaian mengenai keanekaragaman species tidak terlepas dari ekosistem atau
habitat dimana suatu organisme tersebut berada. Ekosistem alami akan
memiliki kekayaan species yang lebih besar dibandingkan dengan ekosistem
buatan ataupun ekosistem alam yang terganggu.
Suatu komunitas dalam suatu ekosistem dikatakan memiliki
keanekaragaman species yang tinggi bila disusun oleh banyak jenis dengan
kelimpahan jenis yang sama atau hampir sama. Tingginya nilai
keanekaragaman jenis di daerah tropika disebabkan karena lebih banyaknya
jenis yang terdapat dalam masing-masing habitat, lebih banyaknya habitat yang
masing-masing berisi jenis dengan jumlah sama dan kombinasi dari keduanya.
Tingginya tingkat adaptasi jenis pada habitatnya juga menjadi faktor tingginya
tingkat keanekaragaman jenis.
Keanekaragaman jenis dapat ditentukan dari keanekaragaman α
(keanekaragaman dalam habitat) dan keanekaragaman ß (keanekaragaman
antar habitat). Keanekaragaman α pada setiap plot penelitian diukur dengan
menggunakan Indeks Shannon-Wienner atau juga sering disebut sebagai
Shannon indeks (H’) dan Indeks kemerataan species atau Evenness indeks (E).
Indeks Shannon merupakan suatu ukuran mengenai species richness atau
kelimpahan species dalam suatu habitat, sedangkan indeks kemerataan species
merupakan suatu ukuran untuk mengetahui dominasi ataupun proporsi
masing-masing spesies dalam suatu habitat.
B. Tujuan
Praktikum keanekaragaman spesies bertujuan untuk mempelajari potensi
kekayaan jenis tumbuhan markisa dan untuk mempelajari keanekaragaman
jenis tumbuhan markisa di kebun percobaan Fakultas Pertanian, Universitas
Andalas.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
C. Cara Kerja
Dilakukan identifikasi terhadap berbagai jenis markisa di kawasan kebun
percobaan Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Dilakukan pengamatan
terhadap 4 spesies markisa yang ada di kebun percobaan, setelah data
pengamatan didapatkan dilakukan penghitungan terhadap berbagai species
markisa dan tabulasikan jenis dan jumlah masing-masing, kemudian tentukan
kerapatan suatu jenis (K), kerapatan relatif suatu jenis (KR), frekuensi suatu
jenis (F), frekuensi relatif (FR), indeks nilai penting (INP), dan nilai penting
(NP) :
Jumla h individu
• Kerapatan Spesies (K) =
Luas petak pengamatan
Kerapatan suatu jenis
• Kerapatan Relatif (KR) = ×100 %
Kerapatan seluru h jenis
Jumla h petak ditemukan suatu jenis
• Frekuensi Spesies (F) =
Jumla h seluru h jenis
Frekuensi suatu jenis
• Frekuensi Relatif (FR) = ×100 %
Frekuensi seluru h jenis
• Indeks Nilai Penting (INP) = KR + FR
INP
• Nilai Penting (NP) =
2
Dihitung indeks keanekaragaman Shannon-Wienner dengan rumus berikut :
Keterangan :
A. Hasil
Tabel 1. Keanekaragaman Spesies Markisa
Jumla
Spesies 1 2 3 4 5 6 7 8 9 h K KR F FR INP SDR
Bulat 1.6 25. 25.7 26.4 13.2
merah 1 2 1 2 2 2 2 2 1 15 7 4 1 1 2 1
Lonjong 1.5 23. 22.8 24.6 12.3
Merah 1 2 2 2 2 2 2 1 0 14 6 7 0.89 6 2 1
Kuning 1.7 27. 25.7 28.1 14.0
kuning 2 2 2 2 2 2 2 1 1 16 8 1 1 1 2 6
Kuning 1.5 23. 25.7 24.7 12.3
Masam 1 1 2 1 2 2 2 2 1 14 6 7 1 1 3 6
6.5 103. 51.9
Total 59 6 100 3.89 100 9 4
B. Pembahasan
Praktikum keanekaragaman jenis dilakukan pada beberapa spesies tanaman
markisa (Passiflora edulis) yang terdapat di kebun percobaan Universitas
Andalas. Ada 4 spesies tanaman markisa yaitu markisa bulat merah, markisa
lonjong merah, markisa kuning kuning, dan markisa kuning masam. Dari ke 4
spesies tanaman markisa yang ada, markisa spesies kuning masam merupakan
spesies yang paling berbeda yaitu termasuk ke dalam Passiflora edulis var.
Flavicarpa.
Beberapa spesies tanaman markisa tersebut tumbuh di satu tempat yang
sama, hal ini disebut dengan vegetasi. Di tempat tumbuh tanaman markisa
tersebut akan terjadi interaksi antara individu dengan penyusunnya, untuk
mengetahui seberapa besar sebaran berbagai spesies dalam suatu tempat
tertentu disebut dengan analisis vegetasi. Analisis vegetasi dimulai dengan
mengumpulkan data, dengan cara menghitung jumlah dari masing-masing
individu tanaman yang terdapat dalam petak ukur atau sub plot.
Pada tabel hasil 1, didapatkan bahwa tanaman markisa spesies bulat merah
semua sub plot nya terisi oleh 1 sampai 2 individu tanaman, begitupula dengan
markisa spesies kuning kuning dan kuning masam. Sedangkan pada markisa
spesies lonjong merah, sub plot ke-9 nya tidak terdapat satupun individu
tanaman.
Vegetasi tanaman memiliki bentuk dan jumlah yang beranekaragam, karena
hidupnya berkelompok, sehingga suatu vegetasi memiliki keanekaragaman dan
nilai penting. Jumlah individu beberapa spesies tanaman markisa yang telah
didapatkan per sub plotnya digunakan untuk menentukan indeks nilai penting,
indeks keanekaragaman jenis (Shannon - Wienner), dan indeks kelimpahan
jenis (Evennes).
Indeks nilai penting adalah parameter yang menggambarkan besarnya
pengaruh yang diberikan oleh spesies tanaman dalam suatu komunitas. Untuk
mencari indeks nilai penting (INP), perlu diketahui nilai frekuensi relatif (FR)
dan kerapatan relatif (KR). Nilai frekuensi yaitu ukuran dari regulitas
terdapatnya suatu spesies frekuensi yang memberikan pola penyebaran suatu
spesies dan menyebar keseluruh kawasan, yang menunjukkan daya penyebaran
dan adaptasinya terhadap lingkungan. Sedangkan nilai kerapatan dari suatu
spesies merupakan nilai yang menunjukkan jumlah.
Pada tabel hasil 1, diketahui bahwa dari 4 spesies markisa yang ada, 3
spesiesnya mempunyai nilai frekuensi yang sama yaitu 25.71 dan merupakan
nilai frekuensi relatif tertinggi. Sedangkan pada markisa spesies lonjong merah
didapat nilai frekuensi relatif 22.86 dan merupakan nilai frekuensi relatif
terendah. Spesies markisa yang memiliki frekuensi relatif tinggi adalah spesies
bulat merah, spesies kuning kuning, dan spesies kuning masam.
Kerapatan relatif (KR) pada markisa spesies lonjong merah dan spesies
kuning masam didapatkan nilai yang sama, yaitu 23.7. Pada markisa spesies
bulat merah didapatkan nilai kerapatannya 25.4 dan markisa spesies kuning
kuning nilai kerapatan yang didapatkan adalah 27.1. Spesies markisa yang
mempunyai nilai kerapatan tertinggi adalah markisa spesies kunig kuning,
sedangkan kerapatan terendah didapat pada markisa spesies lonjong merah dan
kuning masam.
Hasil perhitungan frekuensi relatif spesies (FR) dan kerapatan relatif spesies
(KR) digunakan untuk menentukan indeks nilai penting (INP). Spesies yang
memiliki nilai INP tertinggi adalah spesies yang memiliki adaptasi yang lebih
baik dibandingkan dengan spesies lainnya. Dapat diketahui pada beberapa
spesies tanaman markisa, indeks nilai penting tertinggi ada pada spesies kuning
kuning, dimana nilainya adalah 28.12. Sedangkan spesies yang mempunyai
nilai INP terendah adalah spesies lonjong merah dengan nilai 24.62. Nilai INP
yang didapakan oleh setiap spesies markisa dikategorikan sedang, sehingga 4
spesies markisa tersebut dapat tumbuh dan berkembang di daerah yang
memiliki suhu tanah dan tingkat keasaman tanah yang sedang.
Indeks keanekaragaman jenis digunakan untuk mengetahui keanekaragaman
jenis dari tanaman markisa. Keanekaragaman spesies yang tinggi menunjukkan
bahwa suatu komunitas memiliki kompeksitas tinggi atau disusun banyak jenis,
sebaliknya keanekaragaman spesies dikatakan rendah apabila spesies yang
menempati suatu kawasan sedikit.
Hasil indeks keanekaragaman jenis (Shannon - Wiener) didapatkan nilainya
adalah 1.38, dimana nilai indeks keanekaragaman jenis ini dikategorikan
sedang. Kategori sedang menunjukkan bahwa beberapa spesies markisa
mempunyai keanekaragaman yang sedang, produktivitasnya cukup, kondisi
ekosistem cukup seimbang, dan tekanan ekologinya sedang.
Indeks kelimpahan jenis (E) digunakan untuk mengetahui kelimpahan suatu
jenis atau pemerataan pembagian individu diantara jenis yang ada pada suatu
habitat. Indeks kelimpahan jenis sangat dipengaruhi oleh nilai keanekaragaman
jenis. Dari tabel hasil 2, menunjukkan bahwa nilai kelimpahan jenisnya adalah
1.17, dimana nilai ini dikategorikan tinggi. Semakin tinggi nilai indeks
kelimpahan spesiesnya maka komposisi penyebaran spesies semakin merata
pula, artinya tidak didominasi oleh satu spesies saja.
DAFTAR PUSTAKA