Biologi
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Kelompok 02
1. Adrian Manalu (01)
2. Billy Marpaung (04)
3. Cecilia Purba (05)
4. Dwi Raja Manalu (08)
5. Elvita Rumapea (09)
6. Gabriel Sitorus (13)
7. Sarah Nadeak (37)
8. Satria Ompusunggu (38)
9. Zoy Rajagukguk (44)
EKOSISITEM
1. Pengertian Ekosistem
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian ekosistem adalah keanekaragaman suatu
komunitas dan lingkungannya yang berfungsi sebagai suatu satuan ekologi dalam
alam.Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik
yang tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungan. Atau Ekosistem adalah satuan
unit yang dibangun oleh interaksi makhluk hidup yang ada di dalamnya.
Pengertian ekosistem menurut beberapa ahli :
1. A.G Tansley
Menurut A.G Tansley Ekosistem adalah unit ekologi yang didalamnya terdapat struktur dan
fungsi yang berhubungan dengan keanekaragaman spesies.
2. Woobury
Menurut Woobury Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara kompleks disebuah wilayah
yang terdapat habitat tumbuhan dan hewan
3. Odum
Menurut Odum Seperangkat unit fungsional dasar dalam satu ekologi yang didalamnya
tercakup organisme dan lingkungan.
2. Komponen Ekosistem
2.1 Komponen Biotik
Komponen biotik adalah semua organisme hidup yang terlibat dalam ekosistem. Hal ini
mencakup semua makhluk hidup, mulai dari organisme terkecil seperti mikroba hingga hewan
yang lebih besar dan kompleks. Komponen biotik adalah semua organisme hidup atau makhluk
hidup yang ada di suatu lingkungan, seperti tumbuhan, hewan, jamur, dan mikroorganisme.
Organisme ini saling berinteraksi satu sama lain dalam suatu ekosistem dan membentuk jaring-
jaring makanan atau rantai makanan.
Beberapa contoh dari komponen biotik di dalam suatu ekosistem adalah :
1. Tumbuhan
Manusia juga termasuk dalam komponen biotik. Sebagai makhluk sosial, manusia
memiliki peran penting dalam mempengaruhi ekosistem, baik secara positif maupun
negatif. Hal ini termasuk aktivitas manusia yang dapat mempengaruhi kondisi
lingkungan, termasuk polusi dan perubahan iklim.
5. Aliran Energi
Aliran energi ekosistem adalah perpindahan energi dari satu organisme ke organisme lain
dalam suatu ekosistem. Energi ini biasanya dimulai dari produsen, seperti tumbuhan yang
melakukan fotosintesis dan mengubah energi matahari menjadi energi kimia. Energi ini
kemudian ditransfer ke konsumen primer, yang biasanya merupakan herbivora yang memakan
tumbuhan. Konsumen primer selanjutnya dimangsa oleh konsumen sekunder, yang bisa berupa
pemangsa atau omnivora. Aliran energi dalam ekosistem sangat penting karena menentukan
jumlah organisme yang dapat hidup dalam suatu ekosistem dan mempengaruhi keseimbangan
ekosistem secara keseluruhan.
6. Piramida Ekologi
Piramida ekologi adalah representasi grafis dari hubungan makanan dan aliran energi
dalam suatu ekosistem. Ini menggambarkan tingkatan trofik yang berbeda, mulai dari produsen
(tanaman) di dasar piramida, kemudian konsumen primer (herbivora), konsumen sekunder
(karnivora), dan seterusnya, dengan pengurai (dekomposer) berada di puncak piramida. Setiap
tingkat trofik mewakili jumlah energi yang tersedia pada tingkat tersebut, dengan energi yang
ditransfer dari satu tingkat ke tingkat berikutnya melalui rantai makanan. Piramida ekologi juga
menggambarkan jumlah individu atau biomassa pada setiap tingkat trofik, dengan jumlah yang
umumnya berkurang seiring dengan naiknya tingkat trofik.
6.1 Piramida Jumlah
Piramida jumlah adalah model yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara
jumlah organisme pada setiap tingkat trofik dalam suatu ekosistem. Model ini menunjukkan
jumlah individu yang ada pada setiap tingkat trofik, dan jumlah organisme akan semakin sedikit
pada setiap tingkat trofik yang lebih tinggi.
Piramida jumlah biasanya berbentuk piramida, di mana jumlah organisme pada tingkat
trofik yang lebih rendah lebih banyak dibandingkan dengan jumlah organisme pada tingkat trofik
yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa sebagian besar energi yang ada pada
setiap tingkat trofik akan hilang dalam proses metabolisme, sehingga jumlah organisme pada
tingkat trofik yang lebih tinggi akan semakin sedikit.
Pada tingkat trofik pertama, yaitu produsen, jumlah organisme biasanya paling banyak.
Tumbuhan dan organisme fotosintetik lainnya memiliki jumlah yang besar karena mereka
memproduksi makanannya sendiri dan dapat mendukung jumlah organisme yang lebih banyak
pada tingkat trofik yang lebih tinggi.
Pada tingkat trofik yang lebih tinggi, jumlah organisme cenderung semakin sedikit.
Konsumen primer, seperti hewan herbivora, memiliki jumlah organisme yang lebih sedikit
dibandingkan dengan produsen, karena sebagian besar energi yang mereka peroleh dari
tumbuhan telah digunakan untuk keperluan metabolisme mereka.
Pada tingkat trofik yang lebih tinggi, jumlah organisme semakin sedikit. Konsumen
sekunder, seperti hewan karnivora, memiliki jumlah organisme yang lebih sedikit lagi karena
sebagian besar energi dan nutrisi telah digunakan oleh konsumen primer. Hal ini terus berlanjut
pada tingkat trofik yang lebih tinggi, sehingga jumlah organisme pada konsumen tertier dan
seterusnya sangat sedikit.
Namun, pada beberapa ekosistem tertentu, piramida jumlah tidak selalu berbentuk
piramida. Ini bisa terjadi jika jumlah organisme pada tingkat trofik yang lebih rendah sangat
sedikit atau jumlah organisme pada tingkat trofik yang lebih tinggi memiliki reproduksi yang
sangat cepat. Oleh karena itu, piramida jumlah adalah model yang dinamis dan dapat berubah-
ubah sesuai dengan kondisi ekosistem yang berbeda.
6.2 Piramida Biomassa
Piramida biomassa adalah sebuah model yang digunakan untuk menjelaskan struktur
trofik suatu ekosistem, yang menunjukkan jumlah biomassa organisme-organisme di setiap
tingkat trofik dalam rantai makanan.
Secara umum, piramida biomassa terdiri dari empat tingkat trofik yaitu produsen,
konsumen primer, konsumen sekunder, dan konsumen tertier. Piramida biomassa biasanya
diukur dalam satuan gram atau ton. Pada setiap tingkat trofik, jumlah biomassa organisme akan
berkurang karena energi dan nutrisi hilang dalam proses metabolisme dan diubah menjadi panas.
Oleh karena itu, piramida biomassa cenderung berbentuk piramida, dengan jumlah biomassa
yang semakin berkurang pada setiap tingkat trofik yang lebih tinggi.
Namun, terdapat beberapa ekosistem yang memiliki piramida biomassa yang tidak
berbentuk piramida, seperti padang rumput dan hutan. Hal ini dikarenakan adanya produsen yang
memiliki biomassa yang besar dan dapat mendukung jumlah biomassa yang besar pada tingkat
trofik yang lebih tinggi. Secara umum, piramida biomassa memperlihatkan bahwa jumlah
organisme pada setiap tingkat trofik cenderung semakin sedikit, dan pada setiap tingkat trofik
terdapat transfer energi dan nutrisi yang berkurang.
6.3 Piramida Energi
Piramida Energi Piramida merupakan suatu ilustrasi yang menggambarkan penurunan
tingkatan energi dari tingkatan trofik terendah sampai ke yang tertinggi atau bisa juga dikatakan
sebagai gambaran bagaimana energi mengalir dalam sebuah ekosistem, dari tingkat trofik satu ke
yang lainnya. Jadi, trofik merupakan posisi makan semua organisme dalam ekosistem tertentu.
Semakin tinggi tingkat trofik maka energi yang didapat akan semakin kecil. Di dalam
piramida energi ini terdapat empat bagian yang menyusunnya sehingga membentuk sebuah
piramida yaitu produsen dan konsumen
7. Daur Biogeokimia
Daur biogeokimia adalah siklus alami di mana unsur-unsur kimia bergerak melalui
komponen biotik (makhluk hidup) dan abiotik (lingkungan non-hidup) dalam ekosistem.
Terdapat beberapa daur biogeokimia yang penting dalam ekosistem, di antaranya adalah:
7.1 Siklus Nitrogen
Siklus nitrogen adalah suatu proses konversi senyawa yang mengandung unsur nitrogen
menjadi berbagai macam bentuk kimiawi yang lain. Transformasi ini dapat terjadi secara
biologis maupun non-biologis. Beberapa proses penting dalam siklus nitrogen, antara lain fiksasi
nitrogen, mineralisasi, nitrifikasi, dan denitrifikasi.Proses Tahapannya diawali dengan :
1. Fiksasi. Proses fiksasi ini mengubah nitrogen yang terdapat di udara menjadi amonia.
Mikroorganisme yang membantu proses fiksasi, yaitu Diazotrof.
2. Nitrifikasi. Tahapan nitrifikasi merupakan konversi amonium menjadi nitrat. Tahap ini
dilakukan oleh bakteri hidup yang berada di dalam tanah dan oleh bakteri nitrifikasi lainnya.
Tahapan utama dari proses nitrifikasi, yakni bakteri Nitrosomonas melakukan oksidasi
terhadap amonium, kemudian mengubah amonia menjadi nitrit.
3. Asimilasi. Proses asimilasi adalah saat semua tumbuhan memperoleh nitrogen yang berasal
dari tanah melalui penyerapaan akar dalam bentuk ion nitrat atau ion amonium.
4. Amonifikasi. Amonifikasi merupakan tahapan saat sisa-sisa tanaman dan limbah terurai oleh
organisme dan menghasilkan amonia yang disebut amonifikasi.
5. Denitrifikasi. Denitrifikasi merupakan sebuah proses reduksi nitrat yang berubah menjadi gas
nitrogen inert (berukuran kecil) dalam tahapan daur nitrogen. Denitrifikasi ini dilakukan oleh
bakteri seperti Clostridium pseudomonas dalam kondisi anaerobik atau tanpa bantuan
oksigen.
Contoh Daur Nitrogen adalah terjadinya pelepasan nitrogen anorganik pada makhluk
yang sudah mati melalui proses mineralisasi. Melalui proses tersebut, nitrogen akan diubah oleh
bakteri menjadi ammonium. Dan terjadinya proses presipitasi yang menyebabkan nitrogen
sampai ke lautan. Nitrogen akan mengalami fiksasi dengan bantuan bakteri cynobacteria,
kemudian nitrogen tersebut bermanfaat bagi fitoplankton.
Manfaat Daur Nitrogen adalah membantu tanaman menyerap nitrogen melalui proses
fiksasi, sehingga pertumbuhannya menjadi optimal. Dam membantu penguraian bahan organik
menjadi sebuah energi dan menghasilkan amonia serta senyawa dasar lain sebagai produk
cadangan melalui proses amonifikasi, dan lain lain.
7.2 Siklus Karbon
Siklus karbon adalah perpindahan dan transformasi unsur karbon di antara berbagai
kompartemen di Bumi, termasuk atmosfer, lautan, tanah, dan biosfer. Proses-proses ini
melibatkan pertukaran karbon antara organisme hidup, dekomposisi, dan aktivitas geologi.
Berikut adalah tahapan utama dalam siklus karbon:
1. Penyerapan Karbon
Proses dimulai dengan penyerapan karbon dioksida (CO2) dari atmosfer oleh tumbuhan
hijau melalui fotosintesis. Tumbuhan mengubah CO2 menjadi senyawa organik yang
mengandung karbon, seperti glukosa, yang akan digunakan untuk pertumbuhan dan
perkembangan mereka.
2. Pertukaran Karbon di Atmosfer
Organisme yang melakukan respirasi, baik tumbuhan maupun hewan, menghasilkan CO2
sebagai produk sampingan. CO2 ini dilepaskan kembali ke atmosfer melalui respirasi,
membentuk siklus karbon di atmosfer.
3. Pemindahan Karbon melalui Rantai Makanan
Karbon yang terkandung dalam tumbuhan diserap oleh hewan herbivora saat mereka
memakan tumbuhan. Ketika hewan karnivora memakan hewan herbivora, karbon tersebut
dipindahkan ke level trofik yang lebih tinggi. Proses ini berlanjut hingga mencapai
organisme pengurai.
4. Dekomposisi dan Respirasi
Organisme pengurai, seperti bakteri dan jamur, memecah senyawa organik yang
mengandung karbon dalam bahan organik mati. Melalui proses dekomposisi, karbon
dioksida dilepaskan kembali ke atmosfer sebagai produk sampingan respirasi
mikroorganisme.
5. Pengendapan dan Fosilisasi
Sebagian karbon yang dilepaskan ke atmosfer dapat diendapkan ke dalam tanah atau
dioksida laut melalui proses yang dikenal sebagai pengendapan. Di bawah tekanan dan suhu
tertentu, karbon organik yang terkubur dalam lapisan tanah dapat mengalami fosilisasi dan
membentuk bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam.
6. Pertukaran Karbon dengan Lautan
Lautan merupakan reservoir karbon yang sangat besar. Karbon dioksida di atmosfer dapat
larut dalam air laut, membentuk asam karbonat. Organisme laut, seperti fitoplankton,
menyerap karbon dioksida melalui proses fotosintesis dan menjadi bagian dari rantai
makanan laut. Karbon yang terkandung dalam organisme ini dapat mengendap di dasar laut
ketika mereka mati atau digunakan oleh organisme yang hidup di dasar laut.
7. Pemindahan Karbon melalui Proses Geologi
Proses geologi, seperti pembentukan batuan karbonat dan pengangkatan gunung, dapat
mempengaruhi jumlah karbon dioksida di atmosfer. Proses ini membutuhkan jutaan tahun
dan berlangsung dalam skala waktu geologi yang sangat panjang.
Manfaat dari daur karbon adalah sebagai berikut: Pemeliharaan Keseimbangan Iklim
Daur karbon membantu mengatur konsentrasi karbon dioksida di atmosfer. Penyerapan karbon
oleh tumbuhan dan organisme laut membantu mengurangi konsentrasi karbon dioksida, yang
berperan dalam mengendalikan suhu Bumi dan menjaga keseimbangan iklim dan sumber energi
bahan bakar fosil, yang merupakan hasil dari daur karbon, digunakan sebagai sumber energi
utama di dunia saat ini. Minyak bumi, gas alam, dan batu bara digunakan dalam pembangkit
listrik, transportasi, dan industri. Namun, siklus karbon memiliki dampak buruk yaitu:
1. Peningkatan Emisi Gas Rumah Kaca
Ini menyebabkan peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer dan berkontribusi
pada pemanasan global dan perubahan iklim.
2. Gangguan Siklus Karbon Alamiah
Kegiatan manusia, seperti deforestasi dan perubahan penggunaan lahan, dapat
mengganggu siklus karbon alamiah.
3. Efek Perubahan Iklim
Perubahan iklim yang diindikasi oleh peningkatan emisi gas rumah kaca dari aktivitas
manusia memiliki dampak buruk yang luas. Perubahan iklim dapat menyebabkan
peningkatan suhu rata-rata global.
4. Penurunan Kualitas Udara
Pemanfaatan bahan bakar fosil juga berkontribusi pada polusi udara. Emisi gas buang
dari pembakaran bahan bakar fosil, seperti partikel debu, nitrogen dioksida, dan sulfur
dioksida, dapat menyebabkan masalah kesehatan, seperti gangguan pernapasan dan
peningkatan risiko penyakit.
7.3 Siklus Fosfor
Siklus fosfor adalah salah satu bagian dari siklus biogeokimia yang mengalir dari
komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke abiotik. Keberadaan daur ini sangat diperlukan
untuk kelestarian makhluk hidup dalam ekosistem di Bumi.
Siklus fosfor terdiri dari berbagai proses kimia, biologi dan mikrobiologi, yang semuanya
terjadi dalam jangka waktu yang lama. Proses seperti pelapukan pada siklus ini bahkan
membutuhkan waktu ratusan tahun untuk diselesaikan. Hal ini membuat siklus fosfor dianggap
sebagai salah satu siklus biogeokimia paling lambat. Siklus fosfor terdiri dari beberapa tahapan
di antaranya sebagai berikut :
1. Pelapukan Batuan
Fosfor dapat ditemukan di kerak bumi terutama di batuan sedimen yang mengandung
mineral fosfat. Kemudian, batuan-batuan tersebut akan mengalami pelapukan seiring
dengan berjalannya waktu. Ketika pelapukan bertemu dengan hujan maka akan melarutkan
batuan dan melepaskan ion fosfat anorganik ke tanah dan juga air.
2. Tanaman Menyerap Fosfor
Kemudian, siklus fosfor melewati bagian biotik, yang mana senyawa fosfat dalam air dan
tanah diserap oleh tanaman. Dengan tanaman, senyawa fosfat diubah menjadi materi
genetik brupa DNA dan RNA bersama gula deoksiribosa dan basa nitrogen. Setelah
diserap oleh tanaman, fosfor akan masuk ke dalam rantai makanan. Herbivora akan
memperoleh fosfor dari tanaman, sedangkan karnivora melalui herbivora. Adapun,
manusia memperoleh unsur fosfor dengan cara mengonsumsi hewan dan tumbuhan.
Dengan begitu, unsur fosfor diserap oleh seluruh makhluk hidup selama kehidupannya.
3. Dekomposisi
Ketika makhluk hidup mati maka sisa-sisa tubuhnya akan mengalami dekomposisi. Yang
mana dekomposer atau detrivitor akan menguraikan sisa-sisa tubuh dari makhluk hidup
menjadi lebih sederhana, termasuk unsur fosfor. Pada tahap tersebut, unsur fosfor yang
dikonsumsi oleh makhluk hidup kembali ke tanah dalam bentuk senyawa fosfor organik.
4. Mineralisasi
Selanjutnya, siklus fosfor memasuki tahapan mineralisasi. Fosfat organik dalam tanah akan
dipecah oleh bakteri menjadi bentuk senyawa fosfat anorganik. Proses mineralisasi
tersebut, dapat menjadikan unsur fosfor dapat digunakan kembali oleh tumbuhan.
5. Masuk ke Lautan
Tidak semua fosfor kembali ke tanah dan langsung digunakan kembali. Mayoritas unsur
fosfor terbawa oleh limpasan air ke sungai dan berakhir di lautan. Unsur fosfor yang
terbawa air ataupun sisa organisme hidup yang tenggelam akan membentuk lapisan
sedimen yang mengandung fosfor.
6. Tidak Melalui Komponen Atmosfer
Fosfor tidak melalui komponen atmosfer seperti siklus biogeokimia lainnya (seperti siklus
karbon, belerang, dan nitrogen). Hal tersebut disebabkan fosfor tidak memiliki fase gas.
Sehingga, senyawa fosfor tidak dapat ditemukan di atmosfer.
8. Tipe-Tipe Ekosistem
8.1 Ekosistem Darat
Ekosistem darat merupakan ekosistem (yakni interaksi antara makhluk hidup dan juga
lingkungannya) yang berada di wilayah daratan. Sehingga ekosistem darat ini merupakan
kehidupan makhluk hidup dan lingkungannya yang ada di wilayah daratan. Ekosistem darat ini
meliputi wilayah yang sangat luas dan seringkali kita sebut sebagai bioma.
Beberapa jenis bioma yang mempunyai nama disesuaikan dengan vegetasi tanaman yang
tumbuh dominan adalah bioma hutan gugur, bioma savana, bioma tundra, bioma gurun, bioma
taiga, hutan hujan tropis, dan padang rumput. Masing- masing bioma tersebut akan kita bahas
satu- per satu karena merupakan ekosistem daratan. Berikut merupakan penjelasan dari masing-
masing ekosistem darat atau bioma.
Memiliki curah hujan yang merata di sepanjang tahunnya, yakni sekitar 75 hingga 100
cm/ tahun
Tumbuhan yang hidup di bioma ini pada umumnya memiliki daun yang lebar
Air yang ada di bioma ini akna membeku apabila terjadi musim dingin
Tumbuhan tidak melakukan fotosintesis ketika musim dingin karena air tidak dapat
diserap dengan baik
Dihuni oleh binatang- binatang yang mengalami hibernasi ketika musim dingin
menyerang
Beberapa hewan melakukan hibernasi ketika musim dingin, dan beberapa hewan lagi
melakukan membentuk jaringan lebak di bawah kulitnya, dan ada pula yang bermigrasi
ke tempat lain
Daun- daun berubah menjadi merah atau coklat ketika musim dingin karena tumbuhan
tidak melakukan fotosintesis (tidak dapat menyerap air)
2.Ekosistem Sabana
Ekosistem sabana ini dibedakan menjadi dua jenis, yakni ekosistem sabana murni (yaitu sabana
yang terdiri atas satu jenis pohon), dan ekosistem sabana campuran (yaitu sabana yang terdiri
atas beberapa jenis pohon). Beberapa jenis pohon yang hidup di ekosistem sabana ini adalah
rumput, Aucalyptus, tumbuhan gerbang, dan Acacia. Sedangkan beberapa hewan yang
menempati ekosistem sabana ini antara lain macan tutul, gajah, rusa atau kijang, zebra, singa,
kuda, dan beberapa macam serangga termasuk rayap. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai
ekosistem sabana ini, berikut ini merupakan ciri- ciri dari ekosistem ini:
3.Ekosistem Tundra
2. Ekosistem Laut
Jenis ekosistem air yang kedua adalah
ekosistem laut. Sama halnya dengan ekosistem air
tawar, ekosistem laut pun juga mempunyai ciri
khasnya atau karakteristiknya sendiri. Sifat atau
karakteristik yang dimiliki oleh ekosistem laut ini
merupakan sifat khusus dan hanya dimiliki oleh
ekosistem air laut tersebut. Beberapa sifat yang dimiliki oleh ekosistem air laut tersebut antara
lain:
Mempunyai kadar garam yang tinggi. Berbeda dengan ekosistem air tawar, ekosistem air
laut ini justru mempunyai kadar garam yang tinggi. Kadar garam yang dimiliki oleh
ekosistem air laut ini sebanyak 0,3%. Kadar garam dengan jumlah sekian ini mirip
dengan kepekatan protoplasma.
Terdapat kehidupan di semua bagiannya. Ekosistem laut ini merupakan jenis ekosistem
yang memiliki kehidupan di setiap bagiannya. Semua kedalaman di laut terdapat
kehidupan, kecuali di dasar laut yang sangat. Dasar laut yang sangat dalam tersebut
merupakan tempat yang tidak cocok untuk kehidupan.
Ekosistem saling bersambungan. Ekosistem air laut ini merupakan jenis ekosistem yang
saling bersambungan antara satu dengan lainnya. Hal ini salah satunya disebabkan kerana
wilayah laut. Oleh sebab itulah ekosistem ini sangat memungkinkan untuk bercampur
satu dengan yang lain karena adanya sirkulasi air laut.
Terjadi pemborosan energi. Ekosistem air laut merupakan satu jenis ekosistem yang
memiliki rantai makanan yang relatif panjang. Oleh karena itulah terjadi banyak
pemborosan energi di sepanjang rantai makanan tersebut
Kesimpulan
Ekosistem adalah suatu system ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik yang
tak terpisahkan anatara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem dibangun oleh
interaksi antara makhluk hidup (biotik) dan lingkungannya (abiotik)
Komponen yang menyusun ekosistem dibagi menjadi 2, yaitu Abiotik yang terdiri atas
udara (nitrogen,oksigen,karbondioksida,angin,kelembapan), air, mineral, cahaya, suhu,
keasaman, dan kadar garam dalam laut atau salinitas.komponen Biotik terdiri atas makhluk hidup
meliputi, tumbuhan atau produsen, hewan, manusia, dan mikrorganisme sebagai pengurai.
Antara makhluk hidup satu dengan yang lain menjalin hubungan atau interaksi baik antar
sesama spesies ataupun antarspesies baik antara sesama komponen biotik dan biotik atau pun
abiotic dengan abiotik Contohnya: Pradasi, Parasitisme, simbiosis, kompetisi, komensalisme, dll.
Sedangkan, Interaksi antara komponen abiotik merujuk pada hubungan antara faktor non-
hayati dalam ekosistem. Contohnya : Interaksi sinergetik, pemoderasi, saling ketergantungan,
penghambat, transformasi.
Dalam ekosistem juga terdapat aliran energi ekosistem, yaitu perpindahan energi dari satu
organisme ke organisme lain dalam suatu ekosistem. Disini terdapat rantai makanan, yaitu
peristiwa makan dan dimakan antara sesama makhluk hidup dengan urutan tertentu. Dan juga
Jaring makanan, yaitu hubungan alami dari rantai-rantai makanan dan representasi grafis dari
proses makan-dan-dimakan dalam komunitas ekologis.
Piramida ekologi adalah representasi grafis dari hubungan makanan dan aliran energi
dalam suatu ekosistem. Ini menggambarkan tingkatan trofik yang berbeda yang mana piramida
dalam ekologi dibagi lagi menjadi piramida biomassa, piramida jumlah dan piramida energi.
Setelah piramida ekologi ada juga yang namanya daur biogeokimia adalah siklus alami di
mana unsur-unsur kimia bergerak melalui komponen biotik (makhluk hidup) dan abiotik
(lingkungan non-hidup) dalam ekosistem. Yang meliputi siklus karbon, fosfor,nitrogen
Ekosistem sendiri dibagi menjadi dua yaitu ekosistem darat dan air. Ekosistem darat
contohnya adalah tundra, sabana dan ekosistem hutan gugur sedangkan contoh ekosistem
perairan adalah ekosistem danau atau air tawar dan sungai dan juga ekosistem laut