Anda di halaman 1dari 23

Tugas Proyek Kelompok

Biologi

D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Kelompok 02
1. Adrian Manalu (01)
2. Billy Marpaung (04)
3. Cecilia Purba (05)
4. Dwi Raja Manalu (08)
5. Elvita Rumapea (09)
6. Gabriel Sitorus (13)
7. Sarah Nadeak (37)
8. Satria Ompusunggu (38)
9. Zoy Rajagukguk (44)

SMA RK BUDI MULIA PEMATANGSIANTAR


X IPA 4

EKOSISITEM

1. Pengertian Ekosistem
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian ekosistem adalah keanekaragaman suatu
komunitas dan lingkungannya yang berfungsi sebagai suatu satuan ekologi dalam
alam.Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik
yang tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungan. Atau Ekosistem adalah satuan
unit yang dibangun oleh interaksi makhluk hidup yang ada di dalamnya.
Pengertian ekosistem menurut beberapa ahli :
1. A.G Tansley
Menurut A.G Tansley Ekosistem adalah unit ekologi yang didalamnya terdapat struktur dan
fungsi yang berhubungan dengan keanekaragaman spesies.
2. Woobury
Menurut Woobury Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara kompleks disebuah wilayah
yang terdapat habitat tumbuhan dan hewan
3. Odum
Menurut Odum Seperangkat unit fungsional dasar dalam satu ekologi yang didalamnya
tercakup organisme dan lingkungan.

2. Komponen Ekosistem
2.1 Komponen Biotik
Komponen biotik adalah semua organisme hidup yang terlibat dalam ekosistem. Hal ini
mencakup semua makhluk hidup, mulai dari organisme terkecil seperti mikroba hingga hewan
yang lebih besar dan kompleks. Komponen biotik adalah semua organisme hidup atau makhluk
hidup yang ada di suatu lingkungan, seperti tumbuhan, hewan, jamur, dan mikroorganisme.
Organisme ini saling berinteraksi satu sama lain dalam suatu ekosistem dan membentuk jaring-
jaring makanan atau rantai makanan.
Beberapa contoh dari komponen biotik di dalam suatu ekosistem adalah :
1. Tumbuhan

Tumbuhan (Produsen) adalah komponen biotik yang paling penting dalam


ekosistem. Mereka menghasilkan oksigen dan memproses karbon dioksida melalui
fotosintesis. Beberapa contoh tumbuhan adalah pohon, semak, rumput, dan tanaman.
2. Hewan

Hewan adalah organisme hidup yang bergerak, bernapas dan memerlukan


makanan untuk bertahan hidup. Mereka memiliki peran yang penting dalam menjaga
keseimbangan ekosistem. Beberapa contoh hewan adalah burung, ikan, mamalia,
serangga, dan reptil.
3. Mikroorganisme

Mikroorganisme adalah organisme kecil yang seringkali tidak dapat dilihat


dengan mata telanjang. Mereka berperan penting dalam mengurai bahan organik dan
memperkaya tanah. Beberapa contoh mikroorganisme adalah bakteri, jamur, dan protista.
4. Manusia

Manusia juga termasuk dalam komponen biotik. Sebagai makhluk sosial, manusia
memiliki peran penting dalam mempengaruhi ekosistem, baik secara positif maupun
negatif. Hal ini termasuk aktivitas manusia yang dapat mempengaruhi kondisi
lingkungan, termasuk polusi dan perubahan iklim.

2.2 Komponen Abiotik


Komponen abiotik dalam sebuah ekosistem adalah faktor lingkungan yang tidak hidup,
seperti air, udara, suhu, cahaya, dan tanah. Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai
masing-masing komponen abiotik tersebut:
1. Air
Air adalah salah satu komponen abiotik yang paling penting dalam ekosistem. Air
berperan dalam berbagai proses kehidupan, seperti transportasi nutrisi dan zat-zat kimia,
pengaturan suhu, dan menjaga kelembaban. Kehilangan air yang terlalu banyak dapat
menyebabkan dehidrasi pada makhluk hidup dan berdampak pada keseimbangan
ekosistem.
2. Udara
Udara adalah campuran gas-gas di atmosfer seperti nitrogen, oksigen, karbon dioksida,
dan gas-gas lainnya. Udara penting bagi kehidupan karena memungkinkan organisme
bernafas, mengatur suhu, dan membawa nutrisi dan zat-zat kimia.
3. Suhu
Suhu lingkungan adalah faktor penting dalam mempengaruhi kehidupan organisme.
Makhluk hidup membutuhkan suhu yang tepat untuk berkembang biak dan bertahan
hidup. Terlalu dingin atau terlalu panas dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem
dan menyebabkan kematian bagi organisme.
4. Cahaya
Cahaya sangat penting bagi fotosintesis, yaitu proses di mana tumbuhan mengubah energi
cahaya menjadi energi kimia untuk tumbuh dan berkembang. Cahaya juga penting dalam
mempengaruhi ritme biologis dan perilaku hewan.
5. Tanah
Tanah adalah medium di mana tumbuhan tumbuh dan mendapatkan nutrisi. Komposisi
tanah dan ketersediaan nutrisi dapat mempengaruhi kehidupan tumbuhan dan selanjutnya
mempengaruhi ekosistem secara keseluruhan.
6. Salinitas
Salinitas adalah tingkat keasinan air di dalam sebuah ekosistem. Tingkat salinitas yang
tinggi dapat mempengaruhi kehidupan organisme di dalamnya, terutama organisme yang
hidup di lingkungan air seperti ikan dan ganggang. Beberapa organisme seperti ikan
salmon, kerang, dan udang dapat hidup dalam air dengan salinitas yang berbeda-beda,
sementara organisme lainnya mungkin hanya bisa hidup dalam air yang memiliki
salinitas yang spesifik.
7. Keasaman
Keasaman atau pH adalah parameter penting dalam ekosistem. Tingkat keasaman yang
berbeda dapat mempengaruhi organisme yang hidup di dalamnya. Beberapa organisme
seperti ikan trout hidup di perairan dengan pH yang relatif rendah, sedangkan organisme
lainnya seperti hewan plankton hidup di lingkungan yang lebih basa. Kenaikan atau
penurunan pH secara ekstrem dapat menyebabkan kematian bagi organisme-organisme
tersebut.
8. Topografi
Topografi adalah kemiringan dan kontur lahan pada suatu wilayah. Topografi dapat
mempengaruhi kondisi lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan keberadaan air.
Wilayah yang berbukit dan pegunungan biasanya memiliki suhu yang lebih dingin dan
lebih banyak hujan dibandingkan dengan wilayah yang datar. Topografi juga dapat
mempengaruhi jenis tumbuhan dan hewan yang hidup di suatu wilayah.
9. Faktor pembatas dan toleransi makhluk hidup
Setiap organisme memiliki batasan toleransi terhadap faktor lingkungan seperti suhu,
kelembaban, dan ketersediaan nutrisi. Faktor lingkungan yang menjadi batasan ini disebut
faktor pembatas. Sebagai contoh, tumbuhan kaktus dapat hidup dalam kondisi yang
sangat kering dan panas, sedangkan tumbuhan yang memerlukan kelembaban tinggi
seperti lumut dan alga dapat hidup di lingkungan yang lembab. Organisme yang mampu
bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan memiliki toleransi yang lebih tinggi terhadap
faktor pembatas.
3. Interaksi antara Komponen Biotik dan Biotik
Interaksi komponen biotik merujuk pada hubungan antara makhluk hidup di dalam
ekosistem. Interaksi biotik dapat dibagi menjadi dua kategori utama: interaksi antara organisme
dari spesies yang sama (interaksi intraspesifik) dan interaksi antara organisme dari spesies yang
berbeda (interaksi antarspesifik).
Interaksi intraspesifik melibatkan hubungan antara individu-individu dari spesies yang
sama. Contoh interaksi ini adalah perkawinan, kompetisi untuk sumber daya, koloni serangga
yang bekerja sama, atau hirarki sosial dalam kelompok hewan seperti kawanan singa.
Interaksi antarspesifik melibatkan hubungan antara individu-individu dari spesies yang
berbeda. Beberapa contoh interaksi ini meliputi:
1. Predasi: Interaksi antara predator dan mangsanya, di mana predator memangsa
mangsanya untuk mencari makanan. Contoh ini termasuk singa yang memburu dan
memangsa rusa.
2. Parasitisme: Hubungan di mana satu organisme (parasit) hidup pada atau di dalam
organisme lain (inang) dan mendapatkan manfaat dari interaksi tersebut, sementara
inangnya merugi. Contoh ini adalah kutu yang hidup di tubuh hewan atau serangga.
3. Simbiosis: Interaksi yang menguntungkan atau penting bagi kedua belah pihak yang
terlibat. Contoh simbiosis adalah mutualisme, di mana kedua organisme saling
menguntungkan, seperti kemitraan antara bunga dan lebah dalam penyerbukan.
4. Kompetisi: Interaksi antara individu-individu dari spesies yang berbeda yang bersaing
untuk sumber daya yang terbatas seperti makanan, air, atau tempat berlindung.
5. Komensalisme: Hubungan di mana satu organisme mendapatkan manfaat tanpa
merugikan atau memberikan manfaat bagi organisme lain. Contoh komensalisme adalah
ikan remora yang menempel pada hiu untuk mendapatkan makanan sisa dari mangsa hiu.
Interaksi biotik ini penting dalam mempengaruhi struktur dan dinamika ekosistem, dan
membentuk jaring-jaring makanan dan siklus materi di alam.

4. Interaksi antara Komponen Abiotik dan Abiotik


Interaksi antara komponen abiotik merujuk pada hubungan antara faktor non-hayati
dalam ekosistem. Interaksi abiotik dapat terjadi antara berbagai faktor abiotik, seperti cahaya,
suhu, air, udara, tanah, dan unsur-unsur kimia. Berikut adalah beberapa contoh interaksi antara
komponen abiotik dan abiotik:
1. Interaksi sinergetik: Dalam beberapa kasus, interaksi antara faktor abiotik dapat
menghasilkan efek sinergis di mana dampak gabungan lebih besar daripada dampak
individu dari setiap faktor tersebut. Misalnya, sinergi antara suhu tinggi dan kekeringan
dapat menyebabkan kerusakan tanaman yang lebih parah daripada jika kedua faktor
tersebut terjadi secara terpisah.
2. Interaksi pemoderasi: Beberapa faktor abiotik dapat memoderasi efek faktor lain dalam
ekosistem. Sebagai contoh, keberadaan vegetasi atau penutup tanah dapat memoderasi
suhu, menjaga suhu tanah tetap lebih rendah daripada suhu udara di sekitarnya.
3. Interaksi saling ketergantungan: Beberapa faktor abiotik saling bergantung satu sama
lain. Misalnya, siklus air terkait erat dengan suhu, angin, dan radiasi matahari. Perubahan
dalam satu faktor abiotik dapat mempengaruhi faktor lainnya, seperti perubahan suhu
yang mempengaruhi penguapan air dan pola presipitasi.
4. Interaksi penghambat: Beberapa faktor abiotik dapat saling menghambat atau membatasi
satu sama lain. Sebagai contoh, kelembaban yang tinggi dapat menghambat tingkat
penguapan air, sedangkan tingkat keasaman tanah yang ekstrem dapat menghambat
pertumbuhan tanaman.
5. Interaksi transformasi: Beberapa faktor abiotik dapat mengalami transformasi atau
perubahan sebagai akibat interaksi dengan faktor abiotik lainnya. Misalnya, sinar
matahari mengubah energi cahaya menjadi energi kimia melalui fotosintesis oleh
tanaman hijau.
Interaksi antara komponen abiotik ini juga mempengaruhi ketersediaan sumber daya,
keberadaan habitat, dan distribusi organisme hidup di ekosistem. Dalam ekologi, pemahaman
tentang interaksi antara komponen abiotik dan biotik sangat penting untuk memahami dinamika
ekosistem dan menjaga keseimbangan yang baik dalam lingkungan.

5. Aliran Energi
Aliran energi ekosistem adalah perpindahan energi dari satu organisme ke organisme lain
dalam suatu ekosistem. Energi ini biasanya dimulai dari produsen, seperti tumbuhan yang
melakukan fotosintesis dan mengubah energi matahari menjadi energi kimia. Energi ini
kemudian ditransfer ke konsumen primer, yang biasanya merupakan herbivora yang memakan
tumbuhan. Konsumen primer selanjutnya dimangsa oleh konsumen sekunder, yang bisa berupa
pemangsa atau omnivora. Aliran energi dalam ekosistem sangat penting karena menentukan
jumlah organisme yang dapat hidup dalam suatu ekosistem dan mempengaruhi keseimbangan
ekosistem secara keseluruhan.

5.1 Rantai Makanan


Pengertian Konsep rantai makanan adalah peristiwa makan dan dimakan antara sesama
makhluk hidup dengan urutan tertentu. Dalam rantai makanan, terdapat makhluk hidup dengan
beragam peran yaitu produsen, konsumen dan pengurai. Dalam konsep rantai makanan terjadi
proses makan dimakan dalam suatu urutan tertentu. Setiap tingkat dari rantai makanan memiliki
sebuah ekosistem yang dikenal dengan tingkat trofik. Rantai makanan merupakan bagian dari
jaring-jaring makanan, meski terlihat sama namun keduanya berbeda.
Urutan rantai makanan secara runtut dimulai dari produsen, konsumen dan pengurai.
Sementara itu, jaring-jaring makanan merupakan gabungan dari rantai makanan yang saling
terhubung dan tumpang tindih dalam ekosistem. Proses makan dimakan dalam rantai makanan
berlangsung secara terus-menerus sesuai perannya masing-masing seperti produsen, konsumen
dan pengurai. Berikut beberapa peran dalam rantai makanan, Produsen, Konsumen Pertama
(Primer)Konsumen pertama merupakan pemakan produsen atau tumbuhan dan biasanya dikenal
dengan herbivora. Contohnya kerbau, kelinci, sapi dan lainnya. Konsumen Sekunder
Organisme sekunder memiliki sumber makanan dari tingkat trofik sebelumnya (trofik 2).
Tingkatan ini bisa diisi oleh hewan karnivora yang masih bisa dimangsa oleh hewan lain,
contohnya tikus. Konsumen Tersier Pemakan konsumen kedua dan seterusnya dikenal dengan
konsumen tersier atau puncak. Konsumen puncak ini tidak bisa dimakan oleh hewan lain,
contohnya elang, buaya dan singa dan Pengurai atau Dekomposer. Organisme terakhir yang
mampu mengubah zat organik menjadi anorganik dikenal dengan pengurai. Pengurai merupakan
bangkai tumbuhan yang telah mati lalu mengembalikan nutrisi ke dalam tanah yang digunakan
untuk fotosintesis. Contoh pengurai yaitu bakteri pengurai.
Contoh :

5.2 Jaring-jaring makanan


Jaring-jaring makanan adalah hubungan alami dari rantai-rantai makanan dan
representasi grafis dari proses makan-dan-dimakan dalam komunitas ekologis. Nama lain untuk
jaring-jaring makanan adalah sistem sumber daya-konsumen. Jaring makanan dapat dibangun
untuk menggambarkan interaksi spesies. Semua spesies di jaring makanan dapat dibedakan
menjadi spesies basal (autotrof, seperti tanaman), spesies perantara (herbivora dan karnivora
tingkat menengah, seperti belalang dan kalajengking), dan spesies puncak atau predator
(karnivora tingkat tinggi). Fungsi jaring-jaring makanan adalah :
1. Menggambarkan interaksi langsung antar spesies yang ada pada ekosistem itu sendiri,
sehingga hubungan antar spesies bisa dibedakan mana yang termasuk dalam spesies basal,
spesies peralihan dan mana yang menjadi spesies predator puncak.
2. Sebagai penyederhana dalam memahami suatu hubungan antar spesies dan berfungsi
dalam mempelajari kontrol bawah ke atas maupun kontrol atas ke bawah dalam suatu
struktur komunitas.
3. Mempelajari kontrol atas ke bawah ataupun kontrol bawah ke atas didalam suatu struktur
atau bentuk komunitas. Dengan adanya proses rantai makanan sendiri, makhluk hidup
dapat bertumbuh dan bertahan hidup.

6. Piramida Ekologi
Piramida ekologi adalah representasi grafis dari hubungan makanan dan aliran energi
dalam suatu ekosistem. Ini menggambarkan tingkatan trofik yang berbeda, mulai dari produsen
(tanaman) di dasar piramida, kemudian konsumen primer (herbivora), konsumen sekunder
(karnivora), dan seterusnya, dengan pengurai (dekomposer) berada di puncak piramida. Setiap
tingkat trofik mewakili jumlah energi yang tersedia pada tingkat tersebut, dengan energi yang
ditransfer dari satu tingkat ke tingkat berikutnya melalui rantai makanan. Piramida ekologi juga
menggambarkan jumlah individu atau biomassa pada setiap tingkat trofik, dengan jumlah yang
umumnya berkurang seiring dengan naiknya tingkat trofik.
6.1 Piramida Jumlah
Piramida jumlah adalah model yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara
jumlah organisme pada setiap tingkat trofik dalam suatu ekosistem. Model ini menunjukkan
jumlah individu yang ada pada setiap tingkat trofik, dan jumlah organisme akan semakin sedikit
pada setiap tingkat trofik yang lebih tinggi.
Piramida jumlah biasanya berbentuk piramida, di mana jumlah organisme pada tingkat
trofik yang lebih rendah lebih banyak dibandingkan dengan jumlah organisme pada tingkat trofik
yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa sebagian besar energi yang ada pada
setiap tingkat trofik akan hilang dalam proses metabolisme, sehingga jumlah organisme pada
tingkat trofik yang lebih tinggi akan semakin sedikit.
Pada tingkat trofik pertama, yaitu produsen, jumlah organisme biasanya paling banyak.
Tumbuhan dan organisme fotosintetik lainnya memiliki jumlah yang besar karena mereka
memproduksi makanannya sendiri dan dapat mendukung jumlah organisme yang lebih banyak
pada tingkat trofik yang lebih tinggi.
Pada tingkat trofik yang lebih tinggi, jumlah organisme cenderung semakin sedikit.
Konsumen primer, seperti hewan herbivora, memiliki jumlah organisme yang lebih sedikit
dibandingkan dengan produsen, karena sebagian besar energi yang mereka peroleh dari
tumbuhan telah digunakan untuk keperluan metabolisme mereka.
Pada tingkat trofik yang lebih tinggi, jumlah organisme semakin sedikit. Konsumen
sekunder, seperti hewan karnivora, memiliki jumlah organisme yang lebih sedikit lagi karena
sebagian besar energi dan nutrisi telah digunakan oleh konsumen primer. Hal ini terus berlanjut
pada tingkat trofik yang lebih tinggi, sehingga jumlah organisme pada konsumen tertier dan
seterusnya sangat sedikit.

Namun, pada beberapa ekosistem tertentu, piramida jumlah tidak selalu berbentuk
piramida. Ini bisa terjadi jika jumlah organisme pada tingkat trofik yang lebih rendah sangat
sedikit atau jumlah organisme pada tingkat trofik yang lebih tinggi memiliki reproduksi yang
sangat cepat. Oleh karena itu, piramida jumlah adalah model yang dinamis dan dapat berubah-
ubah sesuai dengan kondisi ekosistem yang berbeda.
6.2 Piramida Biomassa
Piramida biomassa adalah sebuah model yang digunakan untuk menjelaskan struktur
trofik suatu ekosistem, yang menunjukkan jumlah biomassa organisme-organisme di setiap
tingkat trofik dalam rantai makanan.
Secara umum, piramida biomassa terdiri dari empat tingkat trofik yaitu produsen,
konsumen primer, konsumen sekunder, dan konsumen tertier. Piramida biomassa biasanya
diukur dalam satuan gram atau ton. Pada setiap tingkat trofik, jumlah biomassa organisme akan
berkurang karena energi dan nutrisi hilang dalam proses metabolisme dan diubah menjadi panas.
Oleh karena itu, piramida biomassa cenderung berbentuk piramida, dengan jumlah biomassa
yang semakin berkurang pada setiap tingkat trofik yang lebih tinggi.

Namun, terdapat beberapa ekosistem yang memiliki piramida biomassa yang tidak
berbentuk piramida, seperti padang rumput dan hutan. Hal ini dikarenakan adanya produsen yang
memiliki biomassa yang besar dan dapat mendukung jumlah biomassa yang besar pada tingkat
trofik yang lebih tinggi. Secara umum, piramida biomassa memperlihatkan bahwa jumlah
organisme pada setiap tingkat trofik cenderung semakin sedikit, dan pada setiap tingkat trofik
terdapat transfer energi dan nutrisi yang berkurang.
6.3 Piramida Energi
Piramida Energi Piramida merupakan suatu ilustrasi yang menggambarkan penurunan
tingkatan energi dari tingkatan trofik terendah sampai ke yang tertinggi atau bisa juga dikatakan
sebagai gambaran bagaimana energi mengalir dalam sebuah ekosistem, dari tingkat trofik satu ke
yang lainnya. Jadi, trofik merupakan posisi makan semua organisme dalam ekosistem tertentu.
Semakin tinggi tingkat trofik maka energi yang didapat akan semakin kecil. Di dalam
piramida energi ini terdapat empat bagian yang menyusunnya sehingga membentuk sebuah
piramida yaitu produsen dan konsumen

7. Daur Biogeokimia
Daur biogeokimia adalah siklus alami di mana unsur-unsur kimia bergerak melalui
komponen biotik (makhluk hidup) dan abiotik (lingkungan non-hidup) dalam ekosistem.
Terdapat beberapa daur biogeokimia yang penting dalam ekosistem, di antaranya adalah:
7.1 Siklus Nitrogen
Siklus nitrogen adalah suatu proses konversi senyawa yang mengandung unsur nitrogen
menjadi berbagai macam bentuk kimiawi yang lain. Transformasi ini dapat terjadi secara
biologis maupun non-biologis. Beberapa proses penting dalam siklus nitrogen, antara lain fiksasi
nitrogen, mineralisasi, nitrifikasi, dan denitrifikasi.Proses Tahapannya diawali dengan :
1. Fiksasi. Proses fiksasi ini mengubah nitrogen yang terdapat di udara menjadi amonia.
Mikroorganisme yang membantu proses fiksasi, yaitu Diazotrof.
2. Nitrifikasi. Tahapan nitrifikasi merupakan konversi amonium menjadi nitrat. Tahap ini
dilakukan oleh bakteri hidup yang berada di dalam tanah dan oleh bakteri nitrifikasi lainnya.
Tahapan utama dari proses nitrifikasi, yakni bakteri Nitrosomonas melakukan oksidasi
terhadap amonium, kemudian mengubah amonia menjadi nitrit.
3. Asimilasi. Proses asimilasi adalah saat semua tumbuhan memperoleh nitrogen yang berasal
dari tanah melalui penyerapaan akar dalam bentuk ion nitrat atau ion amonium.
4. Amonifikasi. Amonifikasi merupakan tahapan saat sisa-sisa tanaman dan limbah terurai oleh
organisme dan menghasilkan amonia yang disebut amonifikasi.
5. Denitrifikasi. Denitrifikasi merupakan sebuah proses reduksi nitrat yang berubah menjadi gas
nitrogen inert (berukuran kecil) dalam tahapan daur nitrogen. Denitrifikasi ini dilakukan oleh
bakteri seperti Clostridium pseudomonas dalam kondisi anaerobik atau tanpa bantuan
oksigen.
Contoh Daur Nitrogen adalah terjadinya pelepasan nitrogen anorganik pada makhluk
yang sudah mati melalui proses mineralisasi. Melalui proses tersebut, nitrogen akan diubah oleh
bakteri menjadi ammonium. Dan terjadinya proses presipitasi yang menyebabkan nitrogen
sampai ke lautan. Nitrogen akan mengalami fiksasi dengan bantuan bakteri cynobacteria,
kemudian nitrogen tersebut bermanfaat bagi fitoplankton.
Manfaat Daur Nitrogen adalah membantu tanaman menyerap nitrogen melalui proses
fiksasi, sehingga pertumbuhannya menjadi optimal. Dam membantu penguraian bahan organik
menjadi sebuah energi dan menghasilkan amonia serta senyawa dasar lain sebagai produk
cadangan melalui proses amonifikasi, dan lain lain.
7.2 Siklus Karbon
Siklus karbon adalah perpindahan dan transformasi unsur karbon di antara berbagai
kompartemen di Bumi, termasuk atmosfer, lautan, tanah, dan biosfer. Proses-proses ini
melibatkan pertukaran karbon antara organisme hidup, dekomposisi, dan aktivitas geologi.
Berikut adalah tahapan utama dalam siklus karbon:
1. Penyerapan Karbon
Proses dimulai dengan penyerapan karbon dioksida (CO2) dari atmosfer oleh tumbuhan
hijau melalui fotosintesis. Tumbuhan mengubah CO2 menjadi senyawa organik yang
mengandung karbon, seperti glukosa, yang akan digunakan untuk pertumbuhan dan
perkembangan mereka.
2. Pertukaran Karbon di Atmosfer
Organisme yang melakukan respirasi, baik tumbuhan maupun hewan, menghasilkan CO2
sebagai produk sampingan. CO2 ini dilepaskan kembali ke atmosfer melalui respirasi,
membentuk siklus karbon di atmosfer.
3. Pemindahan Karbon melalui Rantai Makanan
Karbon yang terkandung dalam tumbuhan diserap oleh hewan herbivora saat mereka
memakan tumbuhan. Ketika hewan karnivora memakan hewan herbivora, karbon tersebut
dipindahkan ke level trofik yang lebih tinggi. Proses ini berlanjut hingga mencapai
organisme pengurai.
4. Dekomposisi dan Respirasi
Organisme pengurai, seperti bakteri dan jamur, memecah senyawa organik yang
mengandung karbon dalam bahan organik mati. Melalui proses dekomposisi, karbon
dioksida dilepaskan kembali ke atmosfer sebagai produk sampingan respirasi
mikroorganisme.
5. Pengendapan dan Fosilisasi
Sebagian karbon yang dilepaskan ke atmosfer dapat diendapkan ke dalam tanah atau
dioksida laut melalui proses yang dikenal sebagai pengendapan. Di bawah tekanan dan suhu
tertentu, karbon organik yang terkubur dalam lapisan tanah dapat mengalami fosilisasi dan
membentuk bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam.
6. Pertukaran Karbon dengan Lautan
Lautan merupakan reservoir karbon yang sangat besar. Karbon dioksida di atmosfer dapat
larut dalam air laut, membentuk asam karbonat. Organisme laut, seperti fitoplankton,
menyerap karbon dioksida melalui proses fotosintesis dan menjadi bagian dari rantai
makanan laut. Karbon yang terkandung dalam organisme ini dapat mengendap di dasar laut
ketika mereka mati atau digunakan oleh organisme yang hidup di dasar laut.
7. Pemindahan Karbon melalui Proses Geologi
Proses geologi, seperti pembentukan batuan karbonat dan pengangkatan gunung, dapat
mempengaruhi jumlah karbon dioksida di atmosfer. Proses ini membutuhkan jutaan tahun
dan berlangsung dalam skala waktu geologi yang sangat panjang.
Manfaat dari daur karbon adalah sebagai berikut: Pemeliharaan Keseimbangan Iklim
Daur karbon membantu mengatur konsentrasi karbon dioksida di atmosfer. Penyerapan karbon
oleh tumbuhan dan organisme laut membantu mengurangi konsentrasi karbon dioksida, yang
berperan dalam mengendalikan suhu Bumi dan menjaga keseimbangan iklim dan sumber energi
bahan bakar fosil, yang merupakan hasil dari daur karbon, digunakan sebagai sumber energi
utama di dunia saat ini. Minyak bumi, gas alam, dan batu bara digunakan dalam pembangkit
listrik, transportasi, dan industri. Namun, siklus karbon memiliki dampak buruk yaitu:
1. Peningkatan Emisi Gas Rumah Kaca
Ini menyebabkan peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer dan berkontribusi
pada pemanasan global dan perubahan iklim.
2. Gangguan Siklus Karbon Alamiah
Kegiatan manusia, seperti deforestasi dan perubahan penggunaan lahan, dapat
mengganggu siklus karbon alamiah.
3. Efek Perubahan Iklim
Perubahan iklim yang diindikasi oleh peningkatan emisi gas rumah kaca dari aktivitas
manusia memiliki dampak buruk yang luas. Perubahan iklim dapat menyebabkan
peningkatan suhu rata-rata global.
4. Penurunan Kualitas Udara
Pemanfaatan bahan bakar fosil juga berkontribusi pada polusi udara. Emisi gas buang
dari pembakaran bahan bakar fosil, seperti partikel debu, nitrogen dioksida, dan sulfur
dioksida, dapat menyebabkan masalah kesehatan, seperti gangguan pernapasan dan
peningkatan risiko penyakit.
7.3 Siklus Fosfor
Siklus fosfor adalah salah satu bagian dari siklus biogeokimia yang mengalir dari
komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke abiotik. Keberadaan daur ini sangat diperlukan
untuk kelestarian makhluk hidup dalam ekosistem di Bumi.
Siklus fosfor terdiri dari berbagai proses kimia, biologi dan mikrobiologi, yang semuanya
terjadi dalam jangka waktu yang lama. Proses seperti pelapukan pada siklus ini bahkan
membutuhkan waktu ratusan tahun untuk diselesaikan. Hal ini membuat siklus fosfor dianggap
sebagai salah satu siklus biogeokimia paling lambat. Siklus fosfor terdiri dari beberapa tahapan
di antaranya sebagai berikut :
1. Pelapukan Batuan
Fosfor dapat ditemukan di kerak bumi terutama di batuan sedimen yang mengandung
mineral fosfat. Kemudian, batuan-batuan tersebut akan mengalami pelapukan seiring
dengan berjalannya waktu. Ketika pelapukan bertemu dengan hujan maka akan melarutkan
batuan dan melepaskan ion fosfat anorganik ke tanah dan juga air.
2. Tanaman Menyerap Fosfor
Kemudian, siklus fosfor melewati bagian biotik, yang mana senyawa fosfat dalam air dan
tanah diserap oleh tanaman. Dengan tanaman, senyawa fosfat diubah menjadi materi
genetik brupa DNA dan RNA bersama gula deoksiribosa dan basa nitrogen. Setelah
diserap oleh tanaman, fosfor akan masuk ke dalam rantai makanan. Herbivora akan
memperoleh fosfor dari tanaman, sedangkan karnivora melalui herbivora. Adapun,
manusia memperoleh unsur fosfor dengan cara mengonsumsi hewan dan tumbuhan.
Dengan begitu, unsur fosfor diserap oleh seluruh makhluk hidup selama kehidupannya.
3. Dekomposisi
Ketika makhluk hidup mati maka sisa-sisa tubuhnya akan mengalami dekomposisi. Yang
mana dekomposer atau detrivitor akan menguraikan sisa-sisa tubuh dari makhluk hidup
menjadi lebih sederhana, termasuk unsur fosfor. Pada tahap tersebut, unsur fosfor yang
dikonsumsi oleh makhluk hidup kembali ke tanah dalam bentuk senyawa fosfor organik.
4. Mineralisasi
Selanjutnya, siklus fosfor memasuki tahapan mineralisasi. Fosfat organik dalam tanah akan
dipecah oleh bakteri menjadi bentuk senyawa fosfat anorganik. Proses mineralisasi
tersebut, dapat menjadikan unsur fosfor dapat digunakan kembali oleh tumbuhan.
5. Masuk ke Lautan
Tidak semua fosfor kembali ke tanah dan langsung digunakan kembali. Mayoritas unsur
fosfor terbawa oleh limpasan air ke sungai dan berakhir di lautan. Unsur fosfor yang
terbawa air ataupun sisa organisme hidup yang tenggelam akan membentuk lapisan
sedimen yang mengandung fosfor.
6. Tidak Melalui Komponen Atmosfer
Fosfor tidak melalui komponen atmosfer seperti siklus biogeokimia lainnya (seperti siklus
karbon, belerang, dan nitrogen). Hal tersebut disebabkan fosfor tidak memiliki fase gas.
Sehingga, senyawa fosfor tidak dapat ditemukan di atmosfer.

8. Tipe-Tipe Ekosistem
8.1 Ekosistem Darat
Ekosistem darat merupakan ekosistem (yakni interaksi antara makhluk hidup dan juga
lingkungannya) yang berada di wilayah daratan. Sehingga ekosistem darat ini merupakan
kehidupan makhluk hidup dan lingkungannya yang ada di wilayah daratan. Ekosistem darat ini
meliputi wilayah yang sangat luas dan seringkali kita sebut sebagai bioma.
Beberapa jenis bioma yang mempunyai nama disesuaikan dengan vegetasi tanaman yang
tumbuh dominan adalah bioma hutan gugur, bioma savana, bioma tundra, bioma gurun, bioma
taiga, hutan hujan tropis, dan padang rumput. Masing- masing bioma tersebut akan kita bahas
satu- per satu karena merupakan ekosistem daratan. Berikut merupakan penjelasan dari masing-
masing ekosistem darat atau bioma.

1. Ekosistem Hutan Gugur

Ekosistem hutan gugur ini terdapat di daerah yeng


mengalami empat musim, yakni musim panas, musim
gugur, musim dingin, dan musim semi. Ekosistem hutan
gugur ini kebanyakan berada di daerah Amerika Serikat
bagian timur, Asia timur, Chili, dan juga Eropa Barat.
Ekosistem hutan gugur ini bisa dikatakan sebagai ekosistem yang khas karena memiliki ke
khasan sendiri apabila dibandingan dengan ekosistem yang lainnya. Beberapa ciri yang dimiliki
oleh ekosistem hutan gugur antara lain:

 Memiliki curah hujan yang merata di sepanjang tahunnya, yakni sekitar 75 hingga 100
cm/ tahun
 Tumbuhan yang hidup di bioma ini pada umumnya memiliki daun yang lebar
 Air yang ada di bioma ini akna membeku apabila terjadi musim dingin
 Tumbuhan tidak melakukan fotosintesis ketika musim dingin karena air tidak dapat
diserap dengan baik
 Dihuni oleh binatang- binatang yang mengalami hibernasi ketika musim dingin
menyerang
 Beberapa hewan melakukan hibernasi ketika musim dingin, dan beberapa hewan lagi
melakukan membentuk jaringan lebak di bawah kulitnya, dan ada pula yang bermigrasi
ke tempat lain
 Daun- daun berubah menjadi merah atau coklat ketika musim dingin karena tumbuhan
tidak melakukan fotosintesis (tidak dapat menyerap air)

2.Ekosistem Sabana

Ekosistem sabana merupakan ekosistem darat yang


berupa padang rumput dengan diselingi oleh beberapa
pohon. Sabana ini berada di daerah yang memiliki iklim tropis. Wilayah yang banyak terdapat
bioma sabana adalah di Australia Utara, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Batat, dan
Kenya.

Ekosistem sabana ini dibedakan menjadi dua jenis, yakni ekosistem sabana murni (yaitu sabana
yang terdiri atas satu jenis pohon), dan ekosistem sabana campuran (yaitu sabana yang terdiri
atas beberapa jenis pohon). Beberapa jenis pohon yang hidup di ekosistem sabana ini adalah
rumput, Aucalyptus, tumbuhan gerbang, dan Acacia. Sedangkan beberapa hewan yang
menempati ekosistem sabana ini antara lain macan tutul, gajah, rusa atau kijang, zebra, singa,
kuda, dan beberapa macam serangga termasuk rayap. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai
ekosistem sabana ini, berikut ini merupakan ciri- ciri dari ekosistem ini:

 Mempunyai curah hujan antara 90 – 150 cm/ tahun


 Merupakan padang rumput yang diselingi oleh beberapa pohon
 Ditumbuhi oleh beberapa jenis flora, seperti tumbuhan gerbang, rumput, Acacia,
Aucalyptus
 Dihuni oleh beberapa jenis fauna, seperti gajah, macan tutul, kijang, zebra, singa, kuda,
dan beberapa jenis serangga

3.Ekosistem Tundra

Jenis ekosistem darat selanjutnya adalah bioma tundra.


Ekosistem tundra ini bisa dikatakan sebagai ekosiste
yang paling dingin. Ekosistem tundra ini dipecah
menjadi dua macam, yakni tundra Arktik dan juga
tundra Alpin. Tundra Arktik merupakan tundra yang
berada di daerah kutub utara atau Artktik, dan tundra
Alpin terdapat di puncak pegunungan yang tinggi, seperti di puncak pegunungan Jaya Wijaya.
Bioma tundra ini banyak kita jumpai di daerah kutub Utara atau Arktik, Siberia, Finlanda, Rusia,
dan juga Kanada. Bioma tundra ini merupakan ekosistem darat yang mempunyai ciri- cicri
sebagai berikut:

 Mengalami musim dingin yang sangat panjang, hingga mencapai 9 bulan


 Mendapatkan sangat sedikit radiasi sinar matahari ketuka musim dingin, sehingga terlihat
gelap
 Mengalami musim panas selama 3 bulan saja
 Tumbuhan- tumbuhan mulai tumbuh dan berkembang di musim panas ini
 Tanahnya ditutupi oleh salu- salju yang mencaik ketika musim panas berlangsung
 Memiliki flora yang khas, yaitu lumut sphagnum, dan lichen “reindeer”, pohon willow,
birch, serta tumbuhan berbiji pendek yang mana mempunyai masa perkembangan sangat
singkat, yakni 2 bulan saja
 Mempunyai fauna yang khas juga, yakni muskoxem (bison yang berbulu teba), reindeer
atau caribou atau rusa kutub, rubah, dan burung ptarmigan.

8.2 Ekosistem Perairan


Ekosistem perairan adalah lingkungan yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik serta
didominasi oleh air sebagai habitat dari komponennya. Ada bagian dari ekosistem ini yang bukan
perairan, tapi jumlahnya kecil. Ekosistem ini dihuni oleh beragam makhluk yang hidupnya di air
ataupun di dua alam (air dan darat). Makhluk hidup ini bisa berupa binatang dan tumbuhan. Pada
ekosistem ini cahaya matahari terbatas. Hal ini karena sulitnya cahaya matahari menembus
perairan. Sehingga perubahan suhu tidak ekstrim. Pada ekosistem ini yang bertindak sebagai
produsen adalah fitoplankton. Sedangkan yang bertindak sebagai konsumen adalah hewan dan
juga predator air. Jenis-jenis dari ekosistem air yaitu :
1. Ekosistem sungai atau ekosistem air tawar
Ekosistem sungai atau ekosistem ar tawar
(Danau) ini merupakan ekosistem yang berada di
lingkungan sungai. Disebut sebagai ekosistem air
tawar karena air yang berada di sekitar ekosistem
ini mempnyai rasa yang tawar dan tidak asin seperti
air laut . Ekosistem air tawar atau ekosistem sungai
ini ternyata mempunyai banyak karakteristik atau
ciri-ciri. Ciri- ciri yang dimiliki oleh ekosistem air tawar ini merupakan pembeda dengan
ekosistem lainnya. Beberapa ciri atau karakteristik yang dimiliki oleh ekosistem sungai atau air
tawar ini antara lain:
 Memiliki salinitas atau tingkat kadar garam yang rendah. Kadar garam di ekosistem
sungai atau air tawar ini sangat rendah, bahkan lebih rendah dari sitoplasma.
 Suhu tidak ekstrim. Ekosistem air tawar atau sungai ini memiliki variasi atau tingkat
perubahan suhu yang tidak terlalu ekstrim. Maksudnya antara siang dan malam tidak ada
perbedaan suhu yang terlalu mencolok.
 Terbatasnya sinar matahari yang dapat masuk. Di ekosistem air tawar atau sungai,
terdapat cahaya matahari namun dalam jumlah yang terbatas, bahkan cenderung kurang.
Hal ini karena cahaya matahari hanya dapat menembus hingga beberapa meter saja di
dalam air. Akibatnya hanya area atau bagian tertentu saja yang dapat menikmati cahaya
matahari.
 Dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Meskipun lingkungan air hanya mendapatkan
pengaruh yang sedikit dari kondisi yang ada di alam, namun lingkungan air ini tetap
mendapatkan pengaruh. Pengaruh terutama dikarenakan cuaca dan juga ikim meskipun
tidak terlalu terpengaruh banyak oleh cuaca dan iklim seperti ekosistem darat, namun
ekosistem air ini tetap dipengaruhi oleh kedua hal tersebut.
Ekosistem air tawar ini ternyata dibagi menjadi 2 jenis, yaki berdasar pada gerak airnya.
Kedua jenis ekosistem air tawar tersebut adalah ekosistem lentik dan juga ekosistem lotik.
Ekosistem lentik adalah ekosistem yang airnya tenang atau tidak mengalir, dan ekosistem lotik
adalah ekosistem yang airnya bergerak.

2. Ekosistem Laut
Jenis ekosistem air yang kedua adalah
ekosistem laut. Sama halnya dengan ekosistem air
tawar, ekosistem laut pun juga mempunyai ciri
khasnya atau karakteristiknya sendiri. Sifat atau
karakteristik yang dimiliki oleh ekosistem laut ini
merupakan sifat khusus dan hanya dimiliki oleh
ekosistem air laut tersebut. Beberapa sifat yang dimiliki oleh ekosistem air laut tersebut antara
lain:
 Mempunyai kadar garam yang tinggi. Berbeda dengan ekosistem air tawar, ekosistem air
laut ini justru mempunyai kadar garam yang tinggi. Kadar garam yang dimiliki oleh
ekosistem air laut ini sebanyak 0,3%. Kadar garam dengan jumlah sekian ini mirip
dengan kepekatan protoplasma.
 Terdapat kehidupan di semua bagiannya. Ekosistem laut ini merupakan jenis ekosistem
yang memiliki kehidupan di setiap bagiannya. Semua kedalaman di laut terdapat
kehidupan, kecuali di dasar laut yang sangat. Dasar laut yang sangat dalam tersebut
merupakan tempat yang tidak cocok untuk kehidupan.
 Ekosistem saling bersambungan. Ekosistem air laut ini merupakan jenis ekosistem yang
saling bersambungan antara satu dengan lainnya. Hal ini salah satunya disebabkan kerana
wilayah laut. Oleh sebab itulah ekosistem ini sangat memungkinkan untuk bercampur
satu dengan yang lain karena adanya sirkulasi air laut.
 Terjadi pemborosan energi. Ekosistem air laut merupakan satu jenis ekosistem yang
memiliki rantai makanan yang relatif panjang. Oleh karena itulah terjadi banyak
pemborosan energi di sepanjang rantai makanan tersebut
Kesimpulan
Ekosistem adalah suatu system ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik yang
tak terpisahkan anatara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem dibangun oleh
interaksi antara makhluk hidup (biotik) dan lingkungannya (abiotik)
Komponen yang menyusun ekosistem dibagi menjadi 2, yaitu Abiotik yang terdiri atas
udara (nitrogen,oksigen,karbondioksida,angin,kelembapan), air, mineral, cahaya, suhu,
keasaman, dan kadar garam dalam laut atau salinitas.komponen Biotik terdiri atas makhluk hidup
meliputi, tumbuhan atau produsen, hewan, manusia, dan mikrorganisme sebagai pengurai.
Antara makhluk hidup satu dengan yang lain menjalin hubungan atau interaksi baik antar
sesama spesies ataupun antarspesies baik antara sesama komponen biotik dan biotik atau pun
abiotic dengan abiotik Contohnya: Pradasi, Parasitisme, simbiosis, kompetisi, komensalisme, dll.
Sedangkan, Interaksi antara komponen abiotik merujuk pada hubungan antara faktor non-
hayati dalam ekosistem. Contohnya : Interaksi sinergetik, pemoderasi, saling ketergantungan,
penghambat, transformasi.
Dalam ekosistem juga terdapat aliran energi ekosistem, yaitu perpindahan energi dari satu
organisme ke organisme lain dalam suatu ekosistem. Disini terdapat rantai makanan, yaitu
peristiwa makan dan dimakan antara sesama makhluk hidup dengan urutan tertentu. Dan juga
Jaring makanan, yaitu hubungan alami dari rantai-rantai makanan dan representasi grafis dari
proses makan-dan-dimakan dalam komunitas ekologis.
Piramida ekologi adalah representasi grafis dari hubungan makanan dan aliran energi
dalam suatu ekosistem. Ini menggambarkan tingkatan trofik yang berbeda yang mana piramida
dalam ekologi dibagi lagi menjadi piramida biomassa, piramida jumlah dan piramida energi.
Setelah piramida ekologi ada juga yang namanya daur biogeokimia adalah siklus alami di
mana unsur-unsur kimia bergerak melalui komponen biotik (makhluk hidup) dan abiotik
(lingkungan non-hidup) dalam ekosistem. Yang meliputi siklus karbon, fosfor,nitrogen
Ekosistem sendiri dibagi menjadi dua yaitu ekosistem darat dan air. Ekosistem darat
contohnya adalah tundra, sabana dan ekosistem hutan gugur sedangkan contoh ekosistem
perairan adalah ekosistem danau atau air tawar dan sungai dan juga ekosistem laut

Anda mungkin juga menyukai