Anda di halaman 1dari 20

RESUME

INTERAKSI MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah IPA Terpadu

Oleh :
Eok Soraya (18842031005)
Alfin Nofiyanti (18842031006)

Dosen Pengampu :
NURUL HIDAYAH AL MUBAROKAH, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN SAINS NAHDLATUL ULAMA
PASURUAN
2021
A. Manfaat
1. Mengetahui Interaksi Mahluk Hidup dengan ngkungannya ditinjau dari
biologi
2. Mengetahui klasifikasi makhluk hidup ditinjau dari kimia
3. Mengetahui klasifikasi makhluk hidup ditinjau dari fisika
4. Mengetahui keterkaitan antara biologi, kimia, dan fisika pada materi
klasifikasi makhluk hidup

B. Isi Resume
1. Makhluk Hidup dan Lingkungannya
Lingkungan diartikan sebagai bulatan yang melingkung (melingkari)
sekalian yang terlingkung dalam suatu daerah atau alam sekitarnya, bekerja
sebagaimana mestinya yang dapat mempengarui penghidupan dan
kehidupan manusia, binatang, tumbuh- tumbuhan atau makhluk lainnya.29
Dengan kata lain lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar
manusia yang saling mempengarui satu sama lain baik antara makhluk-
makhluk itu maupun dengan alam sekitarnya. Lingkungan makhluk hidup
terdiri dari:
a. Lingkungan Biotik
Lingkungan biotik terdiri atas makhluk hidup, yaitu hewan, tumbuhan,
manusia, serta mikroorganisme. Berikut diagram tingkat organisasi
kehidupan.
Individu → Populasi → Komunitas → Ekosistem → Biosfer.
1) Individu adalah satu organisme. Contoh: seekor monyet, seekor
nyamuk.
2) Populasi adalah sejumlah individu sejenis yang menetap disuatu
daerah pada waktu tertentu.
3) Komunitas adalah seluruh populasi yang hidup bersama dalam suatu
daerah. Contohnya: populasi rumput, serangga, harimau dan kijang di
padang rumput membentuk suatu komunitas.

1
4) Ekosistem adalah Kesatuan antara komunitas dengan lingkungannya
dimana di dalamnya ada hubungan timbal balik. Terdapat dua macam
ekosistem, yaitu :
 Ekosistem buatan: yang sengaja dibuat oleh manusia. Misal:
sawah, kolam akuarium.
 Ekosistem alami: yang tidak dibuat oleh manusia tetapi sudah ada
dari alam. Misal: sungai, pantai, hutan.
5) Biosfer adalah Ekosistem yang terbesar di bumi yang terdiri dari
seluruh ekosistem yang ada di permukaan bumi.
Berdasarkan cara hidupnya, organisme perairan dibedakan menjadi:
 Plankton: melayang mengikuti gerak aliran air.
Contoh: Fitoplankton (mikroalga), zooplankton(mikrocrustacea).
 Nekton: berenang bebas (ikan)
 Neuston: mengapung atau berada dipermukaan air (serangga air).
 Perifiton: organisme yang melekat pada tumbuhan atau organisme lain
(keong).
 Benthos: organisme di dasar perairan (cacing, remis)
b. Lingkungan Abiotik
Merupakan segala sesuatu diluar makhluk hidup, antara lain:
1) Udara
Faktor yang berkaitan dengan udara:
a) Suhu udara
Suhu sangat memengaruhi aktivitas makhluk hidup. Hal ini
berpengaruh terhadap proses metabolisme. Hewan berdarah dingin
(poikilotermis) dan hewan berdarah panas (homoiotermis) sangat
bergantung dengan suhu lingkungan.
b) Kelembaban
Merupakan kadar air pada udara yang memengaruhi proses
penguapan air dari tubuh organisme. Penguapan ini akan
berhubungan dengan proses metabolisme.
c) Angin
Angin memengaruhi penguapan serta mofologi tumbuhan. Semakin

2
kencang angin bertiup makin tinggi penguapannya. Angin juga
memengaruhi penyebaran spora dan biji yang di sebut anemokori.
2) Air
Faktor yang berkaitan dengan air antar lain:
a) Suhu Air
Makhluk yang bergantung dengan suhu air adalah ikan. Ikan
mencari kedalaman air untuk metabolismenya.
b) Salinitas
Merupakan kadar garam dalam air. Hal ini membedakan spesies air
laut dengan air tawar serta penyebaran organisme. Ikan air laut
akan sedikit minum dibandingkan ikan air tawar.
c) Tingkat keasaman air
Dinyatakan dengan Ph. Hal ini berpengaruh terhadap distribusi
organisme air. Ada yang habitatnya air asam, basa, dan netral.
d) Tanah
Merupakan media tumbuhan makhluk hidup, sebagai sumber
nutrisi serta tempat berlindung teerhadap sushu yang tinggi. Sifat-
sifatnya yaitu keasaaman, tekstur, kandungan unsur hara. Tanah
dapat dijadikan bioindikator. Contoh tumbuhan merceya latifolia
sebagai indikator tanah yang mengandung unsur tembaga.
e) Topografi
Berhubungan dengan ketinggian dan garis lintang. Penyebaran
makhluk hidup bergantung pada topografi suatu daerah. Perbedaan
ini menyangkut perbedaan suhu, udara, cahaya, kelembaba, dan
kandungan zat hara.
f) Cahaya
Digunakan untuk fotosintesis sebagai proses menghasilkan
makanan. Spektrum cahaya yang digunakan adalah merah, nila,
dan biru. Hewan bergantung pada cahaya contoh hewan yang
terbiasa dengan banyak cahaya sehingga aktiv di siang hari, disebut
dengan hewan diurnal.

3
2. Interaksi Antarkomponen Dalam Sistem Ekologi
a) Interkasi individu dalam populasi
Interaksi ini menciptakan suatu interaksi yang menguntungkan namun
ada juga yang merugikan. Yang menguntungkan contohnya penyerbukan
pohon mangga, yang merugikan contohnya persaingan invidu-individu
dalam satu populasi.
b) Interaksi antar individu dalam komunitas Interaksi yang terjadi antara
lain sebagai berikut:
a) Predasi
Merupakan kejadian satu pihak dimangsa oleh pihak lain. Hal ini
dapat memengaruhi naik turunnya kerapatan jenis kedua pihak yang
terlibat.
b) Kompetisi
Yaitu merupakan persaingan karena kebutuhan yang sama antar
individu.
c) Simbiosis
Hubungan ini melibatkan dua pihak dan macamnya sebagai berikut:
i) Simbiosis mutualisme yaitu hubungan yang saling
menguntungkan kedua belah pihak. Contoh: simbiosis kupu-
kupu dengan bunga.
ii) Simbiosis komensalisme yaitu hubungan dimana salah satu
merasa untung sedangkan pihak lain tidak merasa dirugkan
atau diuntungkan. Contoh: simbiosis ikan memora dengan ikan
hiu.
iii) Simbiosis parasitisme yaitu hubungan dimana satu pihak
merasa untung sedangkan pihak lain dirugikan. Contoh: benalu
yang menempel pada tumbuhan lain
iv) Simbiosis amensalisme adalah hubungan organisme dimana
salah satu antar organism menghambat pertumbuhan
organism lain. Misalnya beberapa jenis fungsi menghasilkan
zat antibiotic yang dapat menghambat dan membunuh
mokro organisme.

4
c) Interaksi antar populasi dalam komunitas
Bentuk interaksi ini lebih sering berupa kompeisi yang melahirkan
populasi yang kalah bersaing dan secara perlahan mengalami
kepunahan. Contohnya adalah pohon pinus, pada sekitar pohon pinus
pasti tidak terdapat rumput. Hal ini dikarenakan pinus mengeluarkan
zat kimia alelopati yang mengakibatkan rumput tidak dapat hidup.
d) Interaksi antar komunitas
Contoh komunitas sawah dan sungai. Masuknya air sawah yang
mengandung pupuk ke sungai dapat menyebabkan eutrovikasi yaitu
kondisi tingginya tingkat kesuburan badan air yang menyebabkan
turunnya kualitas air dan ditandai dengan blooming alga.
3. Hubungan antara komponen biotik dengan komponen abiotik
Di antara produsen, konsumen dan pengurai adalah saling
ketergantungan. Tidak ada makhluk hidup yang hidup tanpa makhluk
lainnya. Setiap makhluk hidup memerlukan makhluk hidup lainnya untuk
saling mendukung kehidupan baik secara langsung maupun tak langsung.
Hubungan saling ketergantungan antar produsen, konsumen dan pengurai.
Terjadi melalui peristiwa makan dan memakan melalui peristiwa sebagai
berikut:
a) Rantai makanan
Merupakan peristiwa makan dan dimakan dalam suatu ekosistem dengan
urutan tertentu.

5
b) Jaring-jaring makanan
Merupakan sekumpulan rantai makanan yang saling berhubungan dalam
suatu ekosistem. Seperti contoh jaring-jaring makanan di bawah ini
terdiri dari 5 (lima) rantai makanan

c) Piramida makanan
Merupakan gambaran perbandingan antara produsen, konsumen I,
konsumen II, dan seterusnya. Dalam piramida ini semakin ke puncak
biomassanya semakin kecil.

6
4. Aliran Energi
Rantai ini menggambarkan hubungan yang terjadi antara faktor biotik
dan abiotik. Tumbuhan disebut makhluk autotrop (penghasil
makanan/produsen) sedangkan hewan merupakan makhluk hiterotof
(pengonsumsi makan /konsumen). Peristiwa makan dan dimakan tempat
terjadinya perpindahan materi dan energi dari makhluk hidup dinamakan
rantai makanan. Berikut adalah contoh rantai makanan
Produsen → konsumen 1 → konsumen 2 → konsumen 3/konsumen puncak.
Contoh: tumbuhan dimakan kelinci, kelinci dimakan ular, dan ular dimakan
elang, (tumbuhan → kelinci → ular → elang).
a. Piramida Ekologi
Merupakan gambaran hubungan rantai makanan yang disusun dalam
posisi vertikal.piramida ekologi ada 3 macam yaitu:
b. Piramida Jumlah
Merupakan gambaran hubungan antara kepadatan dan populasi jenis
antar tingkat trofit.
c. Piramida Biomasa
Menggambarkan berat atau masa kering seluruh organisme pada setiap
tingkatan trofit dalam suatu waktu tertentu.
d. Piramida Energi
Menggambarkan perpindahan energy makanan yang melintasi setiap
tingkat trfit dalam suatu ekosistem.Energy ini dinyatakan dalam
kilokalori persatuan luas persatuan waktu.
5. Siklus Biogeokimia
a. Siklus Nitrogen (N)
Nitrogen menempati atmosfer sebanyak 79%, siklusnya sebagai berikut:
1) Pengikat nitrogen akan mengubah nitrogen di atmosfer menjadi
amonia melalui fiksasi nitrogen
2) Amonia kemudian dirubah oleh bakteri nitrit yang kemudian di ubah
menjadi nitrat.
3) Tumbuhan menyerap nitrat dan di ubah menjadi molekul organik,
seperti nukleotida dan asam amino.

7
4) Tumbuhan (produsen) akan dikonsumsi oleh konsumen.
5) Tumbuhan dan organisme lain yang mati akan diuraikan oleh
decomposer, nitrogen dakam bentuk senyawa organik akan diubah
kedalam persenyawaan anorganik yang dapat diserap oleh tumbuhan.
b. Siklus Air (H2O)
Siklus air terjadi melalui pelepasan air ke udara dalam bentuk uap air
(evaporasi), sedangkan proses pengeluaran air dari tubuh tumbuhan
dalam bentuk uap air ke udara dinamakan transpirasi. Hal ini
mengakibatkan kelembaban udara meningkat, terbentuknya awan hujan
dan turun menjadi hujan.

c. Siklus Karbon (C)


Siklus ini berlangsung antarprodusen menangkap gas CO2 dari atmosfer,
kemudian tumbuhan dimakan konsumen. CO2 dilepaskan kembali
keudara bebas melalui respirasi yang dilakukan oleh organisme.
d. Siklus fosfor (p)
Siklus fosfor tidak melalui atmosfer. Fosfor berasal dari erosi bebatuan
dan tanah dan dari kotoran hewan. Fosfor yang tererosi dan memasuki
badan perairan semisal danau, dapat memicu terjadinya autrofikasi.
Fosfor melalui sungai akan memasuki laut dan akan mengendap di dasar
laut. Sehingga di butuhkan waktu yang lama bagi fosfor untuk dapat
kembali ke lingkungan terrestrial (daratan), yakni jika terjadi
pengangkatan dasar laut melalui proses giologis menjadi daratan.

8
6. Suksesi
Suksesi merupakan perkembangan ekosistem menuju tahap
kedewasaan . suksesi dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Suksesi primer
Suksesi adalah perubahan yang mengakibatkan hilangnya komunitas
asal secara totol sehingga di tempat komunitas asal tersebut terbentuk
habitat baru.
Contohnya adalah suksesi yang terjadi akibat meletusnya gunung
Krakatau (1883). Urutan tumbuhan yang tumbuh: lichanes → rumput →
herba → semak → pohon komunitas pucak yang terbentuk dapat berupa
komunitas homogen (hutan pinus) dapat pula komunitas heterogen (hutan
hujan tropis).
b. Suksesi sekunder
Terjadi suatu ekosistem yang terganggu tidak mengalami kerusakan
total sehingga dalam komunitas tersebut substrat dan kehidupan awal
masih ada. Contohnya: padang alang-alang.
7. Tipe-Tipe Ekosistem
Berdasarkan habitatnya, ekosistem terbagi dalam 3, yaitu ekosistem
darat, ekosistem air tawar,ekosistem air laut.
a. Ekosistem darat
Diantaranya sebagai berikut:
1) Ekosistem gurun
Ekosistem gurun yakni ekosistem yang berupa padang pasir yang luas
dengan vegetasi berupa tumbuhan yang memiliki ketahanan terhadap
kelangkaan air dan panas yang menyengat, contoh tanaman kaktus.
Gurun gobi di China bukan berupa pasir, tetapi batu cadas yang luas.
2) Ekosistem padang rumput dapat berupa sabana, yakni padan rumput
yang luas, maupun stepa yakni padang rumput yang diselingi dengan
semak-semak.
3) Ekosistem hutan gugur terdapat ada daerah 4 musim.
4) Ekosistem taiga (bioma hutan conifer (pinus) atau boreal yang
ditandai banyak salju, musim dingin yang sangat kejam, musim panas

9
pendek dan pohon-pohon evergreen).
5) Ekosistem tundra bioma yang batas ekstrim pertumbuhan tumbuhan,
terletak di daerah kutub dan daerah dengan ketinggian yang sangat
tinggi, dimana bentuk tumbuhan hanya berbatas pada semak pendek
atau vegetasi mirip alas, juga lumut.
b. Ekosistem air tawar
Terdiri atas:
1) Ekosistem danau
2) Ekosistem sungai
c. Ekosistem air laut
Ekosistem laut dapat dikelompokkan kedalam beberapa kelompok yaitu:
1) Ekosistem laut
2) Ekosistem pantai
3) Ekosistem estuary (ekosistem yang terbentuk oleh pertemuan air tawar
dan air laut sehingga terbentuk ekosistem dengan perairan payau
misalnya, derah sepanjang delta sungai dan ekosistem huatan bakau).
4) Ekosistem terumbu karang (terumbu karang terbentuk oleh simbiosis
antara hewan coelenterata dari kelas anthozoa dengan alga dari genus
zooxanthelae).
8. Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungannya Di Tinjau dari
Fisika dan Kimia
a. Lingkungan sebagai pengembangan sumber ilmu dan teknologi.
Sejak perkembangan fisika klasik hingga fisika modern pada dasarnya
merupakan upaya mengatasi lingkungan agar manusia hidup lebih
nyaman. Dengan kondisi lingkungan tertentu manusia berupaya
mengembangkan ilmu dan teknologi agar mencapai tujuan yang
diharapkan. Keberhasilan sains untuk mengatasi kondisi lingkungan agar
lebih menguntungkan tercapai karena para ilmuan telah mengembangkan
dan menggunakan suatu metode yang sangat efektif dan kita kenal
dengan metode ilmiah.
b. Lingkungan sebagai sumber bahan-bahan kehidupan.
Lingkungan merupakan sumber air, nitrogen, oksigen, mine-ral dan

10
bahan-bahan lain yang diperlukan untuk kehidupan.
c. Lingkungan sebagai sumber pencemar
Segala bentuk kegiatan kehidupan manusia yang menghasilkan sampah
yang tanpa ada pengendalian merupakan sumber pencemaran bagi
kehidupan manusia itu sendiri. Pengembangan teknologi adaptif dan
protektif yang merupakan bentuk pengem-bangan teknologi untuk
memelihara dan melindungi tata lingkungan adalah pilihan yang tepat.
d. Lingkungan sebagai sumber energi.
Energi kinetik maupun energi potensial yang ada di lingkungan telah
banyak dimanfaatkan oleh manusia untuk mencapai tujuan hidupnya.
Lebih lanjut dapat kita lihat pemanfaatan air untuk menghasilkan sumber
energi listrik merupakan bagian pemanfaatan lingkungan untuk
mensejahterakan kehidupan manu-sia. Energi radiasi yang dipancarkan
matahari dimanfaatkan hijau tumbuh-tumbuhan dalam proses fotosintesis
yang menghasilkan karbonhidrat, protein dan lemak. Bahan-bahan
tersebut merupakan sumber energi metabolisme semua bentuk kehidupan
baik di daratan maupun di lautan.
e. Lingkungan sebagai pengatur kehidupan
Kelembaban, suhu, tekanan udara, siklus siang malam, menentukan
kehidupan dan perkembangan organisme.
f. Lingkungan sebagai pengatur kehidupan mikroorganisme
Lingkungan juga menentukan distribusi dan kelangsungan hidup
mikroorganisme baik yang pathogen maupun a pathogen.
g. Lingkungan sebagai perangsang kehidupan
Medan gravitasi bumi ternyata merangsang daur tumbuh-tumbuhan untuk
bergerak ke bawah. Cahaya matahari merangsang tumbuhan dan binatang
kecil untuk menghadap ke arah tertentu atau bergerak mendekati tempat
cahaya.
Lingkungan dapat didefinisikan sebagai media di mana entitas
menemukan dirinya sendiri. Misalnya, untuk awan, lingkungannya mungkin
merupakan wilayah atmosfir di mana ia terbentuk, sedangkan untuk

11
tanaman, itu adalah ladang di mana ia berada, dan untuk seekor ikan paus,
lautlah tempat ia berenang.
Organisme hidup harus beradaptasi dan bertahan dalam berbagai
kondisi lingkungan, termasuk iklim panas dan dingin. Manusia telah
berhasil hidup di semua lingkungan yang berbeda yang ada di seluruh Bumi,
dari limbah Artik sampai ke padang pasir Mongolia, dari hutan Afrika
sampai ke pulau-pulau karang di Pasifik. Mamalia, termasuk manusia,
memiliki kemampuan luar biasa untuk menjaga suhu tubuh konstan, meski
terjadi perubahan dramatis dalam kondisi lingkungan. Mereka menopang
suhu tubuh mereka dengan menyesuaikan laju transfer energi dan produksi
energi (transformasi). Berbeda, spesies hewan tertentu, seperti reptil dan
amfibi, memiliki suhu tubuh inti yang merespons suhu lingkungan. Dalam
cuaca dingin manusia memakai pakaian yang lebih hangat, sementara
beruang memiliki bulu. Planet Bumi menyediakan banyak konteks
lingkungan dan ekologi untuk makhluk hidup untuk bertahan dan
berkembang.
Faktor fisika pada organisme perairan, yaitu:
 Suhu
Nontji (2007) mengemukakan bahwa, suhu air di permukaan dapat
dipengaruhi oleh kondisi meteorologi seperti curah hujan, kelembapan
udara, penguapan, suhu udara, kecepatan angina, dan intensitas radiasi
matahari. Sedangkan menurut Effendi (2003), suhu suatu badan air
dipengaruhi oleh musim, sirkulasi udara, ketinggian dari permukaan,
waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta
kedalaman badan air. Suhu sangat berperan dalam mengendalikan
kondisi ekosistem perairan. Organisme akuatik memiliki kisaran suhu
tertentu (batas atas dan bawah) untuk keberlangsungan pertumbuhannya.
Menurut Effendi (2000), suhu yang optimum untuk pertumbuhan
fitoplankton di perairan berkisar antara 20 - 30oC. Alga dari filum
Chlorophyta tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 30 - 35oC sedangkan
Diatom tumbuh dengan baik pada suhu 20 - 30oC.

12
Peningkatan suhu dalam suatu perairan dapat menyebabkan
peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air yang
selanjutnya mengakibatkan konsumsi oksigen meningkat. Selain itu,
peningkatan suhu perairan sebesar 10oC dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan konsumsi oksigen oleh organisme akuatik sekitar 2 - 3 kali
lipat dari konsumsi oksigen normal. Akan tetapi, peningkatan suhu ini
disertai dengan penurunan kadar oksigen terlarut, sehingga keberadaan
oksigen seringkali tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen bagi
organisme akuatik untuk melakukan proses metabolisme dan respirasi.
Peningkatan suhu juga menyebabkan terjadinya peningkatan
dekomposisi bahan organik oleh mikroba (Effendi, 2003).
Menurut Aryawati (2007) menjelaskan bahwa meningkatnya suhu
perairan akan diikuti dengan meningkatnya laju fotosintesis oleh
fitoplankton. Akan tetapi laju fotosintesis dapat menurun secara
signifikan setelah suhu perairan mencapai titik tertentu. Hal tersebut
dikarenakan fitoplankton selalu menyesuaikan diri terhadap lingkungan
(beradaptasi) terhadap kisaran suhu tertentu. Suhu optimum untuk
pertumbuhan fitoplankton pada perairan tropis berkisar antara 25oC -
32oC. Effendi (2003), menegaskan bahwa suhu optimum bagi
pertumbuhan fitoplankton pada suatu perairan berkisar antara 20oC -
30oC.
 Kecerahan
Nilai kecerahan air menunjukkan kedalaman perairan yang dapat
ditembus oleh cahaya matahari. Hal tersebut berkaitan dengan proses
fotosintesis fitoplankton dan migrasi harian zooplankton. Bagi
fitoplankton intensitas cahaya merupakan salah satu faktor penting dalam
pertumbuhan dan proses fotosintesis. Sementara zooplankton cenderung
akan menjauhi lapisan perairan yang dapat ditembus cahaya matahari dan
akan naik ke lapisan perairan dengan tingkat intensitas cahaya matahari
yang rendah untuk mencari makan. Oleh sebab itu, zooplankton banyak
ditemukan di perairan pada malam hari (Aryawati, 2007).

13
Kecerahan air pada suatu perairan bergantung pada warna dan
kekeruhan. Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan, yang
ditentukna secara visual dengan menggunakan alat secchi disk. Nilai
kecerahan dinyatakan dalam satuan meter. Nilai ini dipengaruhi oleh
keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, dan padatan tersuspensi,
serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran. Untuk melakukan
pengukuran kecerahan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah
(Effendi, 2003).
Faktor kimia pada organisme perairan, yaitu:
 Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu parameter yang dapat
menentukan produktivitas suatu perairan (Pescod, 1973). Nilai pH pada
suatu perairan memiliki peranan penting pada proses kimia dan biologi
yang dapat menentukan kualitas perairan. Organisme perairan akan hidup
dengan baik pada perairan dengan nilai pH yang berkisar 6.5 – 8.5
(Diansyah, 2004). Perubahan pH dapat menyebabkan perubahan dalam
reaksi fisiologik pada berbagai jaringan maupun pada reaksi enzim
(Romimohtarto dan Sri Juwana, 2004).
Menurut Effendi (2003), nilai pH menunjukkan tingkat keasaman atau
kebasaan suatu perairan. Perairan yang memiliki nilai pH 7 artinya
kondisi perairan tersebut bersifat netral. Perairan dengan nilai pH kurang
dari 7 artinya kondisi perairan tersebut bersifat asam. Sedangkan perairan
yang memiliki nilai pH lebih dari 7 artinya kondisi perairan tersebut
bersifat basa. Biota perairan sebagian besar sangat sensitive terhadap
perubahan pH. Selain itu, biota perairan lebih menyukai perairan dengan
nilai pH 7 – 8.5.
Perairan laut Indonesia umumnya memiliki pH yang bervariasi antara
6-8.5, nilai pH maksimum terdapat pada zona fotosintesis yang
menunjukkan fenomena mencegah pembentukan H2CO yang berasal dari
CO2 (Romimohtarto, 1991).

14
 Dissolve Oxygen (DO)
Kadar oksigen terlarut atau DO (Dissolve Oxygen) di dalam suatu
perairan alami bervariasi tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air,
dan tekanan atmosfer. Kadar oksigen akan semakin berkurang dengan
meningkatnya suhu, ketinggian dan berkurangnya tekanan atmosfer.
Semakin tinggi suatu tempat dari permukaan laut maka tekanan atmosfer
akan semakin rendah, sehingga mengakibatkan semakin sedikitnya
oksigen yang terlarut dalam air (Effendi, 2003).
Menurut Effendi (2003), kadar oksigen pada perairan alami biasanya
kurang dari 10 mg/l. Sumber oksigen terlarut yang masuk dalam perairan
alami berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer yaitu sekitar
35% dan dari aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton.
 Salinitas
Salinitas perairan menggambarkan kandungan garam dalam suatu
perairan. Garam tersebut merupakan berbagai ion yang terlarut dalam air
termasuk garam dapur/NaCl (Effendi, 2003). Salinitas pada suatu
perairan memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap distribusi
plankton secara horizontal maupun vertical (Romimohtarto dan Juwana,
2004). Plankton hidup dengan baik pada perairan yang memiliki nilai
salinitas antara 28 – 34 ppt. Distribusi salinitas di perairan dapat
dipengaruhi oleh curah hujan, pola sirkulasi air, penguapan, dan aliran
sungai (Aryawati, 2007).
Aryawati (2007), juga mengemukakan bahwa perairan yang memiliki
tingkat curah hujan tinggi dapat menurunkan kadar salinitas di perairan.
Sedangkan perairan dengan kadar salinitas tinggi biasanya perairan
tersebut memiliki tingkat penguapan yang tinggi. Secara vertical,
salinitas air laut akan semakin besar dengan bertambahnya kedalaman.
Selain itu, adanya pergerakan massa air yang bersalinitas tinggi di lapisan
dalam perairan (upwelling) juga dapat meningkatkan kadar salinitas di
permukaan perairan.

15
 Nitrat (NO3)
Nitrat merupakan bentuk utama nitrogen di suatu perairan. Nitrat
merupakan sumber makanan utama (nutrient) bagi pertumbuhan
fitoplankton yang bersifat stabil. Konsentrasi nitrat di suatu perairan
hampir tidak pernah lebih dari 0.1 mg/L. Apabila konsentrasi nitrat
(NO3) di suatu perairan lebih dari 0.2 mg/l, maka dapat mengakibatkan
eutrofikasi atau blooming algae pada perairan tersebut (Effendi, 2003).
Di suatu peraian, konsentrasi nitrat (NO3) dapat digunakan untuk menilai
tingkat kesuburan perairan.
 Fosfat (PO4)
Fosfor merupakan unsur esensial yang sangat penting bagi
fitoplankton. Bagi fitoplankton fosfor digunakan dalam hal pembentukan
klorofil-a dan transfer energi sel. Apabila dis uatu perairan konsentrasi
nitrat kurang dari 0,02 mg/l maka dapat menghambat pertumbuhan
fitoplankton. Oleh sebab itu, fosfor dapat dikatakan sebagai salah satu
faktor pembatas pertumbuhan fitoplankton. Sumber fosfat di perairan
secara alami berasal dari dari dekomposisi bahan organik dan pelapukan
batuan mineral. Selain itu, limbah industri dan domestik dari kegiatan
antropogenik yang masuk ke perairan laut banyak mengandung fosfor
(Effendi, 2003).
Santoso dkk. (2010), mengemukakan bahwa unsur hara fosfat
berpengaruh terhadap kelimpahan fitoplankton di suatu perairan. Secara
alami senyawa fosfat berasal dari proses-proses penguraian atau
dekomposisi dari bahan-bahan organik. Selain itu, fosfat juga banyak
terkandung dalam buangan limbah-limbah industri, pertanian, maupun
peternakan yang masuk ke perairan laut dan terurai oleh bakteri.
Tingginya konsentrasi fosfat di suatu perairan dapat menyebabkan
terjadinya blooming algae yang berdampak buruk bagi hewan-hewan di
perairan. Selain itu, perairan dengan konsentrasi fosfat yang tinggi juga
dapat mengakibatkan dominansi pada spesies fitoplankton tertentu
(Pirzan dan Pong Masak, 2008).

16
EVALUASI

1. Jelaskan apa saja komponen lingkungan dan berilah masing-masing contohnya!


Jawaban:
Lingkungan terdiri atas dua komponen utama, yaitu komponen biotik dan
abiotik:
 Komponen biotik adalah komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk
hidup, contohnya manusia, hewan, tumbuhan, dan jasad renik.
 Komponen abiotik adalah komponen lingkungan yang terdiri atas benda-
benda tidak hidup, contohnya air, tanah, udara, dan cahaya.
2. Bagaimana komponen abiotik dalam ekosistem dan peranannya?
Jawaban:
Komponen abiotik dalam ekosistem dan peranannya, yaitu:
 Cahaya matahari, berperan sebagai sumber energi bagi tumbuhan yang
diperlukan dalam proses fotosintesis dan memberikan rasa hangat pada
semua makhluk.
 Udara, berperan sebagai tempat perputaran zat gas yang dibutuhkan oleh
makhluk hidup seperti oksigen dan karbon dioksida.
 Air, berperan sebagai zat pelarut, media pengangkut, serta habitat makhluk
hidup di air.
 Tanah, berperan dalam menghasilkan zat hara dan mineral serta tempat
hidup berbagai makhluk hidup.
3. Jelaskan apa yang dimaksud rantai makanan! Buatlah satu contoh rantai
makanan di padang rumput!
Jawaban:
 Rantai makanan adalah peristiwa makan dan dimakan dalam satu satu
garis lurus.

17
 Contoh rantai makanan di padang rumput, yaitu:

4. Jelaskan apa yang terjadi jika salah satu dari rantai makanan mendadak punah
atau hilang?
Jawaban:
Jika rantai makanan punah, maka keseimbangan rantai makanan akan
terganggu atau bisa juga hilang.
Misalnya, apabila burung punah, maka ulat akan berkembang biak dengan
banyak, tanaman akan punah dan semuannya menjadi punah. Maka begitu
seterusnya dan ini menyebabkan keseimbangan rantai makanan akan terganggu
bahkan hilang sama sekali dari ekosistem.
5. Jelaskan tiga peristiwa yang dapat menyebabkan terjadinya dinamika populasi!
Jawaban:
Dinamika populasi dalam ekosistem dipengaruhi oleh predasi dan kompetisi,
bencana alam, dan aktivitas manusia.

18
DAFTAR PUSTAKA
Alwahinanto, Fahri. 2011. Biologi. Bandung: Grafindo Media Pratama
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Buku Guru Ilmu Pengetahuan
Alam Kelas VII. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang,
Kemdikbud.
Begon, M., J.L. Harper & C.R. Townsend. (1986). Ecology. Individuals,
Populations and Communities. Blackwell Sci. Pub. Oxford.
Kormondy, E.J. (1969). Concepts of Ecology. Prentice-Hall Inc., New Jersey.
Resosudarmo, R.S.; K. Kartawinata; A. Soegiarto. (1992). Pengantar ekologi.
Penerbit Remaja Rosdakarya. Bandung.
Smith, R.L. (1974). Ecology and Field Biology. 2nd. ed. Harper & Row, Pub.
New York.
Thohir, K.A. (1985). Butir-butir tata lingkungan. Bina Aksara. Jakarta.
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press.Bogor.
Bernadette West, 1998. Peter M. Sandman, Michael R. Greenberg. Panduan
Pemberitaan Lingkungan Hidup. Yayasan Obor In-donesia. ISBN 979-
461-300-2.
Adawiyah, Robiatul. 2011. Diversitas Fitoplankton di Danau Tasikardi terkait
dengan Kandungan Karbondioksida dan Nitrogen. Jakarta: Uin Syarif
Hidayatullah
Agustiadi, Teguh, Faisal Hamzah dan Mukti Trenggono. 2013. Struktur
Komunitas Plankton di Perairan Selat Bali. Balai Penelitian dan
OBservasi Laut, Balitbang KP, KKP.
Asriyana dan Yuliana. 2012. Produktivitas Perairan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Basmi, H.J. 2000. Planktonologi: Plankton sebagai Indikator Kualitas Perairan.
Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.
Barus, Temala Alexander. (2004). Factor-Faktor Lingkungan Abiotic dan
Keanekaragaman Plankton sebagai Indikator Kualitas Perairan Danau
Toba. Jurnal Manusia dan Lingkungan Vol.XI no 2, hal:64-72

19

Anda mungkin juga menyukai