Anda di halaman 1dari 26

6.

OPTIKA FOURIER
6.2. OPTIKA FOURIER

1. Transformasi Fourier 1D (Review)

1
f ( x ) = A(k ) cos kx dx + A(k )sin kx dx
0
0

A(k ) =

f (x')cos kx' dx' ; B(k ) = f (x')sin kx' dx'

Dalam bentuk fungsi kompleks :

1
f (x ) =
2
F (k ) =

F (k )e

ikx

f (x )e

x' = x

ikx

dx

dk

F(k) adalah transformasi


Fourier dari f(x)

F(k) = Y { f(x)}

Karena F(k) adalah fungsi kompleks :

F(k) = A(k) + iB(k)


A(k) bagian riil dari F(k) dan B(k) bagian imajinernya.
Dalam bentuk amplitudo dan fasa :

F (k ) = F (k ) e

i ( k )

Invers Fourier Transform

f(x) = Y

-1{

F(k)} = Y

-1{Y
Y

{f(k)}}

FT untuk fungsi waktu, f (t) f()

f (t ) =

F ( )e

it

d ; F ( ) =

f (t )e

it

dt

Contoh :
Campuran fungsi
(komposit) dan FTnya

Fungsi Gauss (Distribusi Gauss 1D)

f (x ) = C e

ax 2

; C = /a

FT-nya :

F (k ) =

(C e

ax

)e

ikx

dx =

(C e

ax 2 + ikx

)dx

C k 2 / 4a 2
=
e
e d ; = x a ik / 2 a

C k 2 / 4a

=
e
a
=e

k 2 / 4a

FT

Fungsi Gauss (a) dan FT-nya (b)

2. FT 2D

f ( x, y ) =

+ +

F (k , k )e

(2 )
1

i k x x + k y y

dk x dk y

F (k x , k y ) =

+ +

f ( x, y ) e

i kx x+k y y

dx dy

dengan kx dan ky adalah frekuensi sudut ruang


(angular spatial frequencies) dari sumbu-x dan
sumbu-y

FT Fungsi Silindris
1 ;
f ( x, y ) =
0 ;

f (x, y )

x2 + y2 a
x2 + y2 > a

a
1

k x = k cos
k y = k sin
x = r cos
y = r sin
dx dy = r dr d

y
x

Fourier Transform-nya

F (k , ) =

r =0

2 ik r cos ( )
d r dr
e
=0

Karena fungsinya simetris, maka FT-nya juga


simetris, sehingga F(k,) tidak bergantung pada .
a

F (k ) =
0

2 ik r cos
d r dr
e
0

= 2 J 0 (k r ) r dr
0

J 0 (k r ) Fungsi Bessel orde-nol

w = k r dr = k dw

Definisikan :

1
F (k ) = 2
k

k a

J (w) w dw
0

w= 0

2
= 2 k a J1 (k a )
k
J1 (k a )
= 2a

k a
2

APLIKASI DALAM OPTIK


1. LENSA
Difraksi cahaya oleh celah sempit transparan
melalui sebuah lensa konvergen membentuk pola
difraksi pada layar (titik fokus lensa).

Distribusi medan listrik dari celah (fungsi apertur)


ditransformasi oleh lensa menjadi pola difraksi.
Jika celah/objek memiliki kerapatan yang hanya
bervariasi sepanjang satu sumbunya, maka profile
transmisinya adalah segitiga.

(a). Fungsi segitiga, dan (b) Transformasi Fourier-nya

FUNGSI DELTA DIRAC


Banyak fenomena fisis terjadi
pada durasi yang sangat
pendek. Sehingga diperlukan
fungsi Delta-Dirac
Contoh : bagaimana respon
rangkaian tertentu berperilaku
jika diberi input arus
singkat/pulsa.

0 ; x 0
(x ) =
; x = 0
+

(x ) dx = 1

(x x ) f (x ) dx = f (x )
0

Bentuk kompleks fungsi Delta-Dirac

1
(x ) =
2

ikx

1
dk =
2

ikx
e
dk

Y { (x x0 )} = (x x0 )e dk
ikx

FOURIER TRANSFORM dapat merubah sinyal


diskrit (spektrum) menjadi kontinu atau
sebaliknya dengan fungsi Delta-Dirac.

Contoh : 1. Fungsi Cosinus dan Sinus


FT

f ( x ) = (x x j )
j

= [x (+ d / 2 )] + [x ( d / 2 )]

{ f (x )} = e

ikd / 2

+e

ikd / 2

= 2 cos(kd / 2 )

FT

f (x ) = [x (+ d / 2 )] [x ( d / 2 )]

{ f (x)} = e

ikd / 2

ikd / 2

= 2i sin(kd / 2)

2. FT beberapa fungsi

2. FT beberapa
fungsi (lanj.)

2. Sistem Linier
Teknik Fourier menyediakan kerangka
kerja yang elegan untuk menggambarkan
pembentukan citra.
Kunci dari analisis adalah konsep sistem
linier, yang menggambarkan hubungan
input-output.

Jika sinyal input f(y,z) melewati suatu sistem


optik menghasilkan output g(Y,Z). Sistem
disebut linier jika :
Mengalikan fungsi f(y,z) dengan suatu
konstanta a menghasilkan ag(Y,Z)
Jika inputnya af1(y,z)+ bf2(y,z) menghasilkan
output ag1(Y,Z)+ bg2(Y,Z) , dimana f1(y,z) dan
f2(y,z) mengenerate g1(Y,Z) dan g2(Y,Z)
Secara umum ditulis :

g (Y , Z ) = L { f ( y, z )}

Contoh :

Fourier Transform
dalam kasus Difraksi
1. Celah tunggal 1D

A0 ; x b / 2
A( z ) =
0 ; x > b / 2

E (k z ) = Y {A( z )}
= A0

+b / 2

b / 2

ik z z

dz

= A0bsinc(k z b / 2 )

k z = k sin

2. Celah tunggal 2D

A0 ; x b / 2
A( y, z ) =
0 ; x > b / 2

E (k y , k z ) =

= A0

{A( y, z )}
+b / 2

a/2

Ae
0

i k y +kz z

dz

y =b / 2 z = a / 2

bkY
akZ
= A0ba sinc
sinc

2R
2R
ba = luas celah

3. Eksperimen Young
(Celah Ganda)
Fungsi apertur
g(x) diperoleh
dari konvolusi
fungsi h(x).
G(k) adalah
pola difraksi
celah ganda
(FT dari g(x)).

3. Tiga celah

Bandingkan pola difraksi secara analitik


(Bahasan 4. Difraksi)
Rujukan utama : E. Hechts,Optics, wesley, 2002

Anda mungkin juga menyukai