Anda di halaman 1dari 10

1.

798 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 19 Tahun ke-5 2016
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI MODEL NHT PADA
SISWA KELAS V SD NEGERI PANGGANG

INCREASING SCIENCE LEARNING MOTIVATION THROUGH NHT MODEL AT 5TH GRADE

Oleh: Damar Retnaningsih, PGSD/PSD, dhamar.re2@gmail.com

Abstrak
Penelitian bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar IPA melalui model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT).Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas.Subjek penelitian adalah siswa
kelas V. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 hingga April 2016 di SD Negeri Panggang Sedayu
Bantul.Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdapat dua pertemuan. Desain penelitian
menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart. Data hasil penelitian berdasarkan observasi dan angket motivasi
belajar siswa.Analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan motivasi belajar siswa
kelas V mengalami peningkatan melalui langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu penomoran,
pengajuan pertanyaan, berpikir bersama, dan pemberian jawaban. Pada pra siklus, persentase motivasi belajar siswa
menunjukkan persentase rendah sebesar 39,98%. Pada siklus I, persentase motivasi belajar siswa meningkat
sebesar 65,43%. Pada siklus II, persentase motivasi belajar siswa meningkat sebesar 76,04% dan telah memenuhi
kriteria keberhasilan penelitian. Siswa sudah mampu bekerja sama dalam kelompok, lebih semangat dan
termotivasi dalam belajar, sertalebih aktif dan menghargai pendapat teman.

Kata kunci: Motivasi Belajar IPA, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together

Abstract
This research aims to improve science learning motivation through cooperatif learning model with
Numbered Heads Together (NHT) type. The research type was classroom action research. The research subjects
were 26 students at 5th grade. The research was done on October 2015 until April 2016 in SD N Panggang. The
research was done within 2 cycles, each cycle there were 2 meetings. The research design used Kemmis and Mc
Taggart. The research result data were gotten from observation and questionnaire of the students learning
motivation. The data analyzed were used by qualitative and quantitative. The research result show that the students
learning motivation at 5th grade students can increase through cooperatif learning model steps with NHT, that are
numbering, questioning, heads together, and answering. At pre-cycle, percentage of the students learning
motivation show low score as big as 39,98%. At cycle 1, persentage of the students learning motivation improve as
big as 65,43%. At cycle 2, persentage of the students learning motivation improve as big as 76,04% and research
the successfull criteria. The Students can work together in groups , more spirit and motivation to learn , and also
more active and appreciate the opinion of friends in the group discussions.

Keywords: Science Learning Motivation, Cooperatif Learning Model With Numbered Heads Together Type

PENDAHULUAN
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan menurut tolak ukur kebenaran ilmu yaitu
salah satu mata pelajaran pokok dalam rasional dan obyektif. Pembelajaran IPA
kurikulum pendidikan di Sekolah Dasar (SD). mengantarkan siswa dalam proses perubahan
Pembelajaran IPA mempunyai peranan yang perilaku sebagai hasil interaksi dengan
sangat penting untuk meningkatkan lingkungannya untuk mencapai tujuan.
pengetahuan, keterampilan, dan sikap.Menurut Proses pembelajaran harus memberikan
Usman Samatowa (2011: 4), IPA melatih anak pemahaman pada siswa melalui interaksi yang
berpikir kritis dan obyektif. Pengetahuan yang efektif, baik antara guru dengan siswa, antara
benar artinya pengetahuan yang dibenarkan siswa dengan siswa, maupun antara siswa
Peningkatan Motivasi Belajar .... (Damar Retnaningsih) 1.799
dengan lingkungan. Undang-Undang Sistem tetapi siswa cenderung diam dan tidak
Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 menunjukan antusiasme dalam belajar
dijelaskan bahwa pembelajaran merupakan IPA.Ketika guru memberikan pertanyaan pada
proses interaksi pendidik dengan peserta didik siswa, beberapa siswa terlihat belum menguasai
dan sumber belajar pada suatu lingkungan materi pelajaran yang disampaikan guru
belajar. Dengan adanya interaksi yang efektif sehingga siswa tidak dapat menjawab
ini, pembelajaran diharapkan akan sesuai pertanyaan dengan tepat.Perhatian siswa
dengan tujuan yang ditetapkan. cenderung tidak fokus pada pembelajaran IPA
Keberhasilan pembelajaran dinilai melalui karena minat siswa pada pembelajaran IPA
proses dan hasil belajar siswa baik aspek yang cenderung lebih rendah.Siswa merasa
kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Proses pembelajaran IPA lebih sulit dibandingkan
pembelajaran harus memberikan pengalaman dengan pembelajaran lainnya.Hal-hal tersebut
yang bermakna pada siswa sehingga lebih menunjukan ciri-ciri bahwa motivasi siswa
mudah dalam memahami materi yang dipelajari. kelas V dalam mengikuti pembelajaran IPA
Hasil dari proses pembelajaran salah satunya yang cenderung lebih rendah dari pada mata
akan terlihat pada hasil belajar siswa. Ahmad pelajaran lainnya.
Susanto (2014: 5) mengatakan bahwa hasil Pada proses pembelajaran secara
belajar merupakan perubahan-perubahan yang berkelompok, ada beberapa siswa yang tidak
terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut mengerjakan dan hanya berjalan-jalan di kelas.
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik Pada saat diskusi kelompok, ada siswa yang
sebagai hasil dari kegiatan belajar.Hasil belajar bermain sendiri sehingga kurang teramati siswa
yang baik dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mampu bekerja sama dalam tugas
antaralain faktor kondisi fisik, bakat, minat, kelompok. Berdasarakan wawancara guru, guru
inteligensi, motivasi, dan lingkungan. mengatakan bahwa sudah menerapkan model
Berdasarkan observasi dan wawancara pembelajaran kooperatif untuk menyelesaikan
yang dilakukan di SD Negeri Panggang, masalah ini.Namun, siswa terlihat belum tertarik
terdapat beberapa permasalahan yang ditemukan dengan model pembelajaran ini dikarenakan
di kelas V pada pembelajaran IPA.Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif yang diterapkan
kegiatan pembelajaran di kelas V SD Negeri pada pembelajaran kurang bervariasi. Guru
Panggang menggunakan metode pembelajaran belum pernah menggunakan model
ceramah bervariasi.Namun melalui metode ini, pembelajaran kooperatif tipe numbered heads
siswa belum aktif secara menyeluruh. Pada saat together di kelas V SD Negeri Panggang
kegiatan tanya jawab, hanya beberapa siswa Sedayu Bantul.
yang aktif dalam menjawab pertanyaan. Siswa Mediapembelajaran merupakan alat yang
terlihat bosan dan tidak semangat untuk belajar dapat mempermudah siswa dan guru dalam
IPA.Hal tersebut terlihat ketika guru proses belajar mengajar. Berdasarkan
memberikan kesempatan siswa untuk bertanya wawancara guru terhadap proses pembelajaran
1.800 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 19 Tahun ke-5 2016
IPA di kelas V, guru mengalami masalah pada dan dapat dipahami siswa dengan baik sehingga
keterbatasan media pembelajaran IPA IPA menjadi mata pelajaran yang diminati dan
khususnya pada materi pesawat sederhana dikuasi oleh siswa. Penggunaan model
sehingga pembelajaran seringkali hanya pembelajaran yang tepat diharapkan dapat
memanfaatkan buku teks sebagai sumber menyenangkan dan memberikan semangat
belajar. Keterbatasan media pembelajaran ini siswa belajar sehingga mampu meningkatkan
berakibat pada hasil belajar IPA yang kurang proses dan hasil belajar siswa yang sesuai
maksimal. dengan tujuan pembelajaran yang telah
Hasil belajar siswa kelas V terlihat belum ditetapkan. Sujarwo (2014: 37) mengatakan
merata. Data yang diperoleh peneliti bahwa dalam kegiatan pembelajaran, guru
menunjukan bahwa rata-rata nilai siswa kelas V dituntut memiliki kemampuan memilih strategi,
tahun pelajaran 2015/2016 sudah mencapai metode, dan teknik pembelajaran yang tepat.
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang Kemampuan tersebut sebagai modal dasar dan
ditentukan oleh sekolah. Namun, terdapat satu usaha untuk memilih dan menentukan model
mata pelajaran yang memperoleh nilai rata-rata pembelajaran untuk menyajikan materi
cukup rendah jika dibandingkan dengan mata pembelajaran yang tepat sesuai dengan program
pelajaran yang lain. Mata pelajaran tersebut pembelajaran. Model pembelajaran yang efektif
adalahmata pelajaran IPA. Rata-rata pada mata dan efisien harus mempertimbangkan
pelajaran IPA menunjukan nilai sebesar 71,85, kemampuan peserta didik, cakupan materi,
sedangkan 10 mata pelajaran lain yaitu tingkat keterlibatan peserta didik dan tujuan
Matematika, Seni Budaya dan Keterampilan, pembelajaran.
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Olahraga, Model pembelajaran merupakan sebuah
Bahasa Jawa, Keterampilan membatik, Ilmu cara atau prosedur dalam melakukan kegiatan
Pengetahuan Sosial, Pendidikan atau proses pembelajaran. Pemilihan model
Kewarganegaraan, dan Pendidikan Agama pembelajaran yang tepat diharapkan dapat
memperoleh nilai rata-rata berkisar 73,92 memudahkan siswa dalam memahami
sampai 80,81. Rata-rata nilai ini lebih tinggi pembelajaran sehingga siswa akan lebih aktif di
daripada mata pelajaran IPA, mengingat mata kelas dan mempunyai motivasi dalam belajar
pelajaran IPA merupakan mata pelajaran pokok yang akan berpengaruh pada hasil belajar siswa.
dalam kurikulum pendidikan Sekolah Dasar. Hal tersebut dipertegas oleh pendapat Wasliman
Berdasarkan observasi siswa, siswa mengatakan (Ahmad Susanto, 2014: 12) yang mengatakan
bahwa mata pelajaran IPA merupakan salah satu bahwa motivasi belajar merupakan salah satu
mata pelajaran yang sulit sehingga kurang faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar
diminati. siswa. Pemilihan model pembelajaran harus
Guru merupakan komponen yang sangat disesuaikan dengan karakteristik siswa SD kelas
penting dalam kegiatan pembelajaran. Guru tinggi yaitu membentuk kelompok sebaya.
perlu menciptakan pembelajaran yang menarik Model pembelajaran yang tepat digunakan
Peningkatan Motivasi Belajar .... (Damar Retnaningsih) 1.801
dalam proses pembelajaran dengan karakteristik merupakan upaya yang sangat baik untuk
siswa kelas tinggi adalah model pembelajaran meningkatkan tanggung jawab individual dalam
kooperatif. Menurut Ministry of diskusi kelompok. Selain itu, NHT juga dapat
education(Miftahul Huda, 2011: 65-66), membantu siswa untuk mengembangkan
pembelajaran kooperatif dipandang sebagai komunikasi antarsiswa sehingga dapat
“a powerful tool to motivate learning and meningkatkan motivasi belajar siswa.
has a positive effect on the classroom
Berdasarkan latar belakang penelitian
climate which leads to encourage greater
achievement, to foster positive attitudes diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
and higher self-esteem, to develop
penelitian yang berjudul peningkatan motivasi
collaborative skills and to promote
greater social support. belajar IPA melalui model pembelajaran

Berdasarkan pernyataan tersebut pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together pada

kooperatif dipandang sebagai alat yang kuat siswa kelas V SD Negeri Panggang Sedayu

untuk memotivasi pembelajaran dan Bantul.

memberikan pengaruh positif terhadap iklim


ruang kelas yang pada saatnya akan turut METODE PENELITIAN

mendorong pencapaian yang lebih besar, Jenis Penelitian

meningkatkan sikap-sikap positif dan harga diri Jenis penelitian yang digunakan dalam

yang mendalam, mengembangkan keterampilan penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas

kolaboratif yang lebih baik, dan mendorong (PTK) atau Classroom Action Research yang

motivasi sosial yang lebih besar kepada orang dilakukan secara kolaboratif.Peneliti tidak

lain yang membutuhkan. melakukan penelitian sendiri, namun

Model pembelajaran kooperatif yang tepat berkolaborasi atau bekerjasama dengan guru

digunakan adalah tipe Numbered Heads kelas V SD Negeri Panggang Sedayu

Together (NHT). Anita Lie (2007: 59) Bantul.PTK merupakan penelitian yang

mengatakan bahwa model pembelajaran NHT mengikutsertakan secara aktif peran guru dan

merupakan model pembelajaran yang siswa dalam berbagai tindakan.

memberikan kesempatan siswa untuk saling


Subjek Penelitian
membagikan ide-ide dan mempertimbangkan
Subjek penelitian tindakan kelas ini
jawaban yang paling tepat. Model pembelajaran
adalah siswa kelas V SD Negeri Panggang,
ini dapat mendorong siswa untuk meningkatkan
Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul Tahun
semangat dalam bekerja sama. Model
Ajaran 2015/2016 semester 2 dengan jumlah
pembelajaran ini juga bisa digunakan
siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 11
padasemua mata pelajaran dan tingkatan usia
siswa perempuan.
siswa. Menurut Mohamad Nur (2011: 75),
pembelajaran numbered heads together Waktu dan Tempat Penelitian
melibatkan semua siswa secara total sehingga
1.802 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 19 Tahun ke-5 2016
Penelitian ini dilaksanakan di SD N Teknik pengumpulan data yang
Panggang, Kelurahan Argomulyo, Kecamatan digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi,
Sedayu, Kabupaten Bantul.Waktu penelitian angket, dan dokumentasi.
dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 hingga
Instrumen Penelitian
April 2016.
Instrumen yang digunakan dalam
Model Penelitian penelitian ini yaitu lembar observasi guru
Model penelitian yang digunakan oleh terhadap proses pembelajaran IPA
peneliti adalah model penelitian Kemmis dan menggunakan model pembelajaran kooperatif
Mc Taggart. Menurut Kemmis dan Mc Taggart, tipe numbered heads together, lembar observasi
“... the process of action research is only motivasi belajar siswa, angket motivasi belajar
poorly described in term of a mechanical
siswa, dan dokumentasi. Instrumen penelitian
sequence of steps. We described the spiral
of self-reflection in term of spiral of self- lembar observasi guru didasarkan pada pendapat
reflective cycles of: planning a change,
Trianto (2011: 82) tentang langkah-langkah
acting and observing the process and
consequences, and then, re-planning, model pembelajaran kooperatif tipe numbered
acting and observing, reflecting, and so
heads together yaitu penomoran (numbering),
on. ...” (Kemmis, S., Mc Taggart, R., &
Nixon, R., 2014). pengajuan pertanyaan (questioning), berpikir

Berdasarkan pendapat diatas, dapat diketahui bersama (heads together), dan pemberian

bahwa model penelitian Kemmis dan Mc jawaban (answering). Instumen lembar

Taggart terdiri dari empat langkah yaitu observasi dan angket motivasi belajar siswa

perencanaan, tindakan, pengamatan, dan didasarkan pada pendapat Nana Sudjana (2009:

refleksi. 60) mengenai kriteria motivasi belajar siswa

Adapun alur pelaksanaan penelitian antara lain minat dan perhatian siswa terhadap

tindakan kelas ini disajikan pada gambar pelajaran, semangat siswa untuk mengerjakan

1.sebagai berikut. tugas, tanggung jawab siswa dalam


mengerjakan laporan/tugas, respon yang
ditunjukan siswa terhadap stimulus yang
diberikan oleh guru, serta rasa senang dan puas
saat mengerjakan tugas.

Validitas Instrumen
Uji validitas instrumen yang dilakukan
oleh peneliti dalah validitas isi (content
validity).Pada penelitian ini, peneliti meminta
bantuan dosen ahli IPA untuk menguji validitas
Gambar 1. Model Penelitian Kemmis dan Mc.
Taggart(Kemmis, S., Mc Taggart, pada instrumen yang telah dibuat.Dosen ekspert
R., & Nixon, R., 2014: 19)

Teknik Pengumpulan Data


Peningkatan Motivasi Belajar .... (Damar Retnaningsih) 1.803
judgement dalam penelitian ini adalah Bapak tersebut, maka peneliti menggunakan model
Ikhlasul Ardhi Nugroho, M.Pd. pembelajaran kooperatif tipe numbered heads
together dengan langkah-langkah yang
Teknik Analisis Data
dikemukakan oleh Trianto (2011: 82) yaitu
Teknik analisis data yang digunakan
penomoran (numbering), pengajuan pertanyaan
adalah analisis data kualitatif dan kuantitaif.
(questioning), berpikir bersama (heads
Data kualitatif dianalisis menggunakan teknik
together), dan pemberian jawaban (answering).
analisis deskriptif kualitatif, sedangkan analisis
Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini
data kuantitatif dianalisis menggunakan analisis
terdiri dari dua siklus dan pada setiap siklus
data statistik yang kemudian dianalisis dengan
terdiri dari dua pertemuan.
kriteria menurut Hamzah B. Uno (2012: 23)
Hasil skor motivasi belajar siswa diperoleh
yang disajikan dalam tabel 1 sebagai berikut.
melalui analisis skor lembar observasi dan angket
Tabel 1. Kriteria Motivasi Belajar Siswa
Persentase Skor Kriteria motivasi belajar siswa pada siklus I. Pada
81%-100% Tinggi Sekali penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
61% - 80% Tinggi
numbered heads together menunjukan terjadinya
41% - 60% Cukup
21% - 40% Rendah peningkatan persentase rata-rata motivasi belajar
< 21% Rendah Sekali IPA siswa.Persentase rata-rata motivasi belajar
Kriteria Keberhasilan IPA siswa siklus I menunjukan motivasi dalam
Nana Sudjana (2009 :8) yang mengatakan kategori tinggi dengan jumlah persentase skor
bahwa dalam konsep belajar tuntas, mencapai 65,43%, namun dari keseluruhan siswa
keberhasilan siswa ditentukan dengan kriteria hanya 16 siswa atau 61,54% yang mencapai
yaitu berkisar 75-80% dari nilai yang kriteria tinggi.
seharusnya dicapai. Indikator keberhasilan Pada siklus I ini penelitian dapat dikatakan
penelitian tindakan kelas ini yaitu apabila ≥75% belum mencapai indikator keberhasilan
dari keseluruhan siswa kelas V SD Negeri penelitian, namun sudah terdapat peningkatan
Panggang memiliki motivasi belajar IPA dengan persentase rata-rata persentase skor motivasi
persentase minimal 61%. belajar siswa kelas V antara pra siklus dengan
siklus I. Adapun perbandingan skor motivasi
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN belajar IPA siswa antara pra siklus dengan siklus
Kondisi awal motivasi belajar IPA siswa I terdapat dalam tabel 2. sebagai berikut.
kelas V SD Negeri Panggang yang diperoleh Tabel 2 Perbandingan Persentase Motivasi
peneliti melalui hasil observasi dan angket Belajar IPA Pra Siklus denganSiklus
I
menunjukan persentase skor rata-rata 39,98%
dalam kategori rendah yaitu antara 20-40%
dengan rincian 16siswa memiliki motivasi
belajar rendahdan 10 siswa memiliki motivasi
belajar cukup. Berdasarkan kondisi awal
1.804 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 19 Tahun ke-5 2016
Motivasi Motivasi Persentase rata-rata skor motivasi belajar IPA
Belajar Belajar pra siklus sebesar 39,98%, meningkat sebanyak
Pra Siklus Siklus I
Total Skor 946 1548 25,44% menjadi 65,43% pada siklus I.
Rata-rata skor 36,38 59,54 Pada siklus I sudah terdapat peningkatan
Persentase skor 39,98% 65,43%
persentase motivasi belajar IPA siswa namun
Peningkatan
25,45%
persentase kor dalam pelaksanaan tindakan siklus I ini masih
memiliki beberapa kekurangan antara lain
Berdasarkan tabel 2, model pembelajaran
pada saat diskusi kelompok (tahap berpikir
kooperatif tipe numbered heads together dapat
bersama) terdapat beberapa siswa yang tidak
meningkatkan motivasi belajar IPA. Pada pra
mau mengerjakan dan hanya bermain sendiri,
tindakan, total skor motivasi belajar IPA siswa
siswa yang terlalu dominan dalam
menunjukkan skor sebesar 946, meningkat pada
kelompoknya, siswa menggunakan alat dan
siklus I sebesar 1.548. Rata-rata skor motivasi
media setelah selesai melakukan percobaan
belajar IPA pada pra siklus yaitu 36,38 dan
dengan tidak hati-hati sehingga alat dan media
meningkat menjadi 59,54 setelah diberi
percobaan rusak, selain itu ada beberapa siswa
tindakan pada siklus I. Persentase skor motivasi
yang masih kurang dalam memahami petunjuk
belajar IPA pra siklus menunjukan persentase
yang tertulis dalam LKS. Alokasi waktu dalam
sebesar 39,98%, meningkat pada siklus I
kegiatan pembelajaran masih kurang karena
menjadi 65,43%. Peningkatan antara pra siklus
banyaknya kegiatan percobaan. Oleh karena
dengan siklus I yaitu sebesar 25,45%.
itu, peneliti perlu melakukan tindakan pada
Peningkatan motivasi belajar IPA pra siklus dan
siklus II. Siklus II ini dilakukan dengan tujuan
siklus I dapat terlihat pada gambar 2 sebagai
untuk memperbaiki penelitian pada siklus I
berikut.
berdasarkan refleksi yang dilakukan pada
Rata-rata Persentase Skor Motivasi Belajar IPA
Pra Siklus dan Siklus I siklus I sehingga siklus II memenuhi indikator
100%
keberhasilan yang sesuai dengan penelitian.
80%
65,43%
60%
Hasil analisis motivasi belajar siswa pada
39,98%
40% siklus II berdasarkan analisis observasi dan
20%
angket menunjukan rata-rata motivasi belajar
0%
Pra Siklus Siklus I siswa kelas V SD Negeri Panggangsudah berada
Motivasi Belajar IPA Siswa Kelas V
pada kategori tinggi yaitu persentase antara 61%
Gambar 2. Diagram Batang Rata-rata
Pesentase Skor Motivasibelajar -80% dengan jumlah rata-rata persentase skor
IPAPra Siklus dan Siklus I meningkat hingga mencapai 76,04%. Rata-rata

Pada gambar 2, dapat terlihat bahwa siswa sudah sesuai dengan kriteria keberhasilan

persentase rata-rata skor motivasi belajar IPA penelitian yaitu sebanyak 26 siswa atau 96,15%

siklus I lebih tinggi dibandingkan dengan siswa mencapai kriteria keberhasilan penelitian.

persentase rata-rata skor motivasi pra siklus. Rata-rata persentase skor motivasi belajar IPA
siswa sudah memenuhi kriteria keberhasilan
Peningkatan Motivasi Belajar .... (Damar Retnaningsih) 1.805
penelitian yaitu lebih dari 75% keseluruhan
Rata-rata Persentase Motivasi Belajar IPA
siswa memperoleh rata-rata dalam kategori Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
100%
tinggi atau dengan persentase skor lebih dari 76,04%
65,43%
61%. Adapun perbandingan persentase skor 50% 39,98%
motivasi belajar siswa antara siklus I, dan siklus
II disajikan dalam tabel 3 sebagai berikut. 0%
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Tabel 3. Perbandingan Persentase Motivasi Motivasi Belajar IPA Siswa Kelas V
Belajar IPA Pra Siklus, Siklus I, dan
Siklus II Gambar 3. Diagram Batang Rata-rata Skor
Motivasi Motivasi Motivasi MotivasiBelajar IPA Pra Siklus,
Belajar Belajar Belajar Siklus I, dan Siklus II
Pra Siklus I Siklus II
Siklus Pada gambar 3. dapat terlihat bahwa rata-
Total Skor 946 1.548 1.799 rata skor motivasi belajar IPA mengalami
Rata-rata 36,38 59,54 69,19
skor peningkatan. Pada pra siklus rata-rata persentase
Persentase 39,98% 65,43% 76,04% motivasi belajar IPA siswa sebesar 39,98% atau
skor
dalam kategori rendah. Pada siklus I, rata-rata
Peningkatan 25,45%
persentase persentase motivasi belajar IPA meningkat
10,61%
skor
dengan memperoleh persenase sebesar 65,43%
Berdasarkan tabel 3,total skor motivasi atau dalam kategori tinggi. Siklus II
belajar IPA siswa pada saat pra siklus memperoleh persentase paling tinggi
menunjukan skor sebesar946. Pada siklus I total dibandingkan dengan siklus I dan pra siklus.
skor motivasi belajar siswa meningkat menjadi Siklus II memperoleh rata-rata persentase
1.548, meningkat kembali pada siklus II dengan motivasi belajar IPA siswa sebesar 76,04% atau
total skor 1.799. Rata-rata skor motivasi belajar dalam kategori tinggi.
siswa pada pra siklus memperoleh skor 36,38, Pada pelaksanaan pembelajaran siklus II
pada siklus I memperoleh rata-rata skor sebesar menggunakan model pembelajaran kooperatif
59,54, sedangkan pada siklus II meningkat tipe numbered heads together sudah
menjadi 69,19. Persentase skor motivasi belajar menampakkan hasil yang lebih baik dari siklus
pada pra siklus memperoleh persentase 39,98%, I. Hasil alternatif perbaikan tindakan refleksi
meningkat pada siklus II menjadi 76,04%. pada siklus I juga sudah terlaksana pada siklus
Peningkatan persentase antara pra siklus dengan II ini. Hasil perbaikan refleksi yang terlaksana
siklus I sebesar 25,45%, sedangkan antara siklus pada siklus II antara lain guru sudah
I dengan siklus II sebesar 10,61%. Peningkatan membimbing, mengawasi, dan memotivasi
persentase rata-rata skor motivasi belajar IPA siswa saat diskusi kelompok, guru memberikan
pra siklus, siklus I dan siklus II dapat terlihat motivasi pada siswa yang belum aktif untuk
secara jelas pada gambar 3 sebagai berikut. lebih aktif ketika berdiskusi bersama
kelompoknya, guru memberitahu siswa untuk
segera mengumpulkan alat dan media ke meja
1.806 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 19 Tahun ke-5 2016
guru setelah siswa selesai melakukan kegiatan pemahaman yang lebih mendalam, 7)
percobaan sehingga alat dan bahan tidak rusak, meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan
serta guru berkeliling dan membimbing siswa toleransi, 8) hasil belajar tinggi, 9) nilai-nilai
saat ada siswa yang belum paham dalam kerja sama antar siswa lebih teruji, dan 10)
mengerjakan LKS. siswa termotivasi dan wawasan siswa
Pada proses pembelajaran menggunakan berkembang. Pendapat diatas memperkuat hasil
model pembelajaran kooperatif tipe numbered penelitian yang menyatakan bahwa peningkatan
heads together, terjadi peningkatan motivasi motivasi belajar merupakan salah satu
belajar siswa. Peningkatan motivasi belajar keunggulan dari penggunaan model
siswa terlihat dan terukur dalam lembar pembelajaran kooperatif tipe numbered heads
observasi siswa. Hal ini sejalan dengan together.
pendapat Anita Lie (2007: 59) yang mengatakan
bahwa model pembelajaran Number Heads SIMPULAN DAN SARAN
Together (NHT) merupakan model Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembelajaran yang memberikan kesempatan
pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa
siswa untuk saling membagikan ide-ide dan
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.
numbered heads together dapat meningkatkan
Model pembelajaran NHT dapat mendorong
motivasi belajar IPA pada siswa kelas V SD
siswa untuk meningkatkan semangat dalam
Negeri Panggang Sedayu Bantul. Tahapan
bekerja sama.
model pembelajaran kooperatif tipe numbered
Motivasi belajar siswa sebelum
heads together yaitu penomoran (numbering),
menggunakan model pembelajaran kooperatif
pengajuan pertanyaan (questioning), berpikir
tipe numbered heads together menunjukan
bersama (head together), dan pemberian
persentase skor rata-rata dalam kategori rendah.
jawaban (answering) terbukti dapat
Namun, setelah diberikan tindakan berupa
meningkatan moivasi belajar siswa. Hal tersebut
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
terlihat pada perubahan perilaku siswa pada
numbered heads together, rata-rata skor
setiap kegiatan dalam tahapan model
motivasi belajar siswa menjadi meningkat dan
pembelajaran kooperatif. Perubahan perilaku
berada dalam kategori tinggi. Hal ini sejalan
siswa menunjukan indikator motivasi belajar
denganpendapat Lundgren (Ibrahim, 2000: 18)
yang meningkat antara lain siswa sudah
yang mengatakan bahwa beberapa keunggulan
memiliki minat dan perhatian dalam
model pembelajaran koopeatif tipe numbered
pembelajaran, semangat siswa dalam
heads togetheryaitu 1) rasa harga diri menjadi
mengerjakan tugas juga semakin tinggi, siswa
lebih tinggi, 2) memperbaiki kehadiran, 3)
memiliki tanggung jawab dalam mengerjakan
penerimaan terhadap individu menjadi lebih
tugas, siswa menunjukan respon yang positif
besar, 4) perilaku mengganggu menjadi lebih
terhadap stimulus yang diberikan guru, dan
kecil, 5) konflik antara pribadi berkurang, 6)
Peningkatan Motivasi Belajar .... (Damar Retnaningsih) 1.807
siswa sudah menunjukan rasa senang dan puas 2. Bagi pengambil kebijakan sekolah untuk
saat mengerjakan tugas yang diberikan guru. menjadikan model pembelajaran kooperatif
Peningkatan motivasi siswa juga dapat tipe numbered heads together sebagai salah
dibuktikan dalam analisis data rata-rata motivasi satu model yang dapat diterapkan dalam
belajar siswa. Pada pra tindakan, rata-rata pembelajaran di sekolah.
persentase skor motivasi belajar IPA siswa
DAFTAR PUSTAKA
sebesar 39,98% atau dalam kategori rendah
yaitu antara 20-40% yang kemudian setelah Ahmad Susanto. (2014). Teori Belajar dan
Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
dilakukan tindakan melalui penggunaan model Kencana Prenadamedia Group.
pembelajaran kooperatif tipe numbered heads
Anita Lie. (2007). Cooperatif Learning
together pada siklus I meningkat dan Mempraktikkan Cooperatif Learning di
menunjukkan persentase skor motivasi belajar Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

IPA siswa sebesar 65,43% dan kembali Hamzah B Uno.(2012). Teori Motivasi &
meningkat pada siklus II dengan persentase pengukurannya analisis di bidang
pendidikan. Jakarta: bumi aksara.
76,04% dalam kategori tinggi yaitu antara 61%
-80%. Berdasarkan hasil diatas maka penelitian Ibrahim.(2000). Pembelajaran Kooperatif.
Surabaya: Surabaya University Press.
dihentikan karena telah memenuhi kriteria
keberhasilan penelitian. Miftahul Huda. (2011). Cooperatif Learning.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mohamad Nur. (2011). Model Pembelajaran


Kooperatif. Surabaya: Pusat Sains Dan
Matematika Sekolah UNESA.

Saran Nana Sudjana.(2005). Penilaian Hasil Proses


Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
serta kesimpulan, maka peneliti mengajukan
beberapa saran sebagai berikut: Trianto. (2011). Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,
1. Bagi guru sekolah dasar untuk menggunakan Landasan, dan implementasinya pada
model pembelajaran kooperatif tipe kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media
numbered heads together sebagai salah satu Group.
model dalam pembelajaran guna
Usman Samatowa. (2011). Pembelajaran IPA di
menumbuhkan motivasi belajar siswa pada Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks.
pembelajaran IPA.

Anda mungkin juga menyukai