Anda di halaman 1dari 12

GRAVITASI UNIVERSAL

A. HUKUM KEPLER
Hukum Kepler ditemukan oleh seorang matematikawan yang juga
merupakan seorang astronom Jerman yang bernama Johannes Kepler (1571-
1630). Penemuannya didasari oleh data yang diamati oleh Tycho Brahe (1546-
1601), seorang astronom dari Denmark. Sebelum ditemukannya hukum ini,
manusia zaman dulu menganut paham geosentris, yaitu sebuah paham yang
membenarkan bahwa bumi merupakan pusat alam semesta. Anggapan ini
didasari pada pengalaman indrawi manusia yang terbatas, yang setiap hari
mengamati matahari, bulan dan bintang bergerak, sedangkan bumi dirasakan
diam. Anggapan ini dikembangkan oleh astronom Yunani Claudius Ptolemeus
(100-170 M) dan bertahan hingga 1400 tahun. Menurutnya, bumi berada di
pusat tata surya. Matahari dan planet-planet mengelilingi bumi dalam lintasan
melingkar.
Kemudian pada tahun 1543, seorang astronom Polandia bernama
Nicolaus Copernicus (1473-1543) mencetuskan model heliosentris.
Heliosentris artinya bumi beserta planet-planet lainnya mengelilingi matahari
dalam lintasan yang melingkar. Tentu saja pendapat ini lebih baik dibanding
pendapat sebelumnya. Namun, ada yang masih kurang dari pendapat
Copernicus yaitu dia masih menggunakan lingkaran sebagai bentuk lintasan
gerak planet.

Pada tahun 1596 Kepler menerbitkan buku pertamanya di bidang


astronomi dengan judul The Mysteri of the Universe. Di dalam buku itu ia
memaparkan kekurangan dari kedua model diatas yaitu tiada keselarasan antara
lintasan-lintasan orbit planet dengan data pengamatan Tycho Brahe. Oleh

1
karenanya Kepler meninggalkan model Copernicus juga Ptolemeus lalu
mencari model baru. Pada tahun 1609, barulah ditemukan bentuk orbit yang
cocok dengan data pengamatan Brahe, yaitu bentuk elips. Kemudian
penemuannya tersebut dipublikasikan dalam bukunya yang berjudul
Astronomia Nova yang juga disertai hukum keduanya. Sedangkan hukum
ketiga Kepler tertulis dalam Harmonices Mundi yang dipublikasikan sepuluh
tahun kemudian.
1. Hukum I Kepler
Hukum I Kepler menjelaskan tentang bagaimana bentuk lintasan orbit
planetplanet.
Bunyi dari hukum ini yaitu :
“Lintasan setiap planet ketika mengelilingi matahari berbentuk elips, di
mana matahari terletak pada salah satu fokusnya”.

Gambar 3. Model lintasan planet menurut Hukum I Kepler


Dari model diatas diperlihatkan bentuk elips dari lintasan orbit planet
yang mengelilingi matahari. Dimana matahari berada disalah satu titik
fokusnya yang ditandai dengan F1 dan F2. Sedangkan planet bearada pada
jarak r2 dari F2 atau r1 dari F1. Jika posisi planet berubah maka jarak r1 dan
r2 ikut berubah. Jarak a disebut sumbu semimayor dan 2a disebut mayor.
Jarak b disebut sumbu semi-minor dan 2b disebut minor. Jarak c dari titik
pusat merupakan titik fokus, dimana c2 = a2 + b2. Bentuk elips orbit
ditentukan oleh eksentrisitas (e) elips tersebut. Semakin kecil
eksentrisitasnya, maka bentuk elipsnya akan semakin mendekati bentuk
lingkaran. Dan sebaliknya, bila eksentrisitasnya semakin besar, bentuk elips
akan memanjang dan tipis. Jarak merupakan perbandingan dari jarak c

2
dengan jarak a (e=c/a). Nilai eksentrisitas elips lebih besar dari 0 dan lebih
kecil dari 1.
Ketika planet berada pada jarak terjauh dari matahari, maka pada saat
itu planet berada pada titik aphelion. Letaknya pada gambar yaitu pada
ujung kiri elips (sebelah kiri F1). Jarak dari aphelion ke matahai dapat
dihitung dengan menjumlahkan jarak a dengan c. Jika planet berada pada
ujung kanan elips (sebelah kanan F2) maka planet sedang berada pada titik
perihelion. Pada saat itu planet berada pada jarak terdekat dengan matahari.
Jarak perihelion dengan matahari merupakan selisih antara jarak a dengan c.
2. Hukum II Kepler
Hukum kedua Kepler menjelaskan tentang kecepatan orbit suatu planet.
Bunyi dari hukum keduanya yaitu :
“Setiap planet bergerak sedemikian sehingga suatu garis khayal yang ditarik
dari matahari ke planet tersebut mencakup daerah dengan luas yang sama
dalam waktu yang sama”.

Gambar 4. Luasan aphelion (abc) dan luasan perihelion (ade)


Pada gambar diatas diperlihatkan dua contoh luasan untuk
menjelaskan hukum II Kepler. Kedua luasan ini mempunyai luas yang
sama. Pada selang waktu yang sama, garis khayal yang menghubungkan
planet dan matahari menyapu luasan yang memiliki besar yang sama. Oleh
karena itu, ketika planet bergerak dari b ke c (titik aphelion), kecepatan orbit
planet lebih kecil atau lambat. Sedangkan ketika planet bergerak dari d ke e
(titik perihelion) kecepatan orbit planet lebih besar atau cepat. Maka
kesimpulannya keceptan orbit maksimum planet yaitu ketika planet berada
di titik perihelion dan kecepatan minimumnya ketika berada di titik
aphelion.
3. Hukum III Kepler

3
Pada hukum ini Kepler menjelaskan tentang periode revolusi setiap planet
yang melilingi matahari. Hukum Kepler III berbunyi :
“Kuadrat periode suatu planet sebanding dengan pangkat tiga jarak rata-
ratanya dari matahari”.
Secara matematis Hukum Kepler dapat ditulis sebagai berikut :

...(1)
dengan : T1= Periode planet pertama
T2= Periode planet kedua
r1 = jarak planet pertama dengan matahari
r2 = jarak planet kedua dengan matahari
B. HUKUM GRAVITASI NEWTON
Newton dilahirkan di Woolsthrope, Lincolnshire, Inggris ketika
musim dingin tahun 1642. Penemuan Newton tentang gravitasi diilhami dari
pengamatan peristiwa buah apel yang jatuh dari pohonnya ketika dia sedang
duduk di bawah pohon tersebut. Saat itu sekolahnya, dimana ia menjadi asisten
dosen, ditutup karena wabah penyakit menular.
Hukum Kepler memberikan kemudahan bagi Newton dalam
menghubungkan percepatan sebuah planet dalam orbitnya dengan gaya yang
dilakukan oleh matahari pada planet, yang berubah secara terbalik dengan
kuadrat jarak antara matahari dan planet. Newton mampu membuktikan bahwa
gaya yang berubah secara terbalik dengan kuadrat jarak pisah akan
menghasilkan orbit elips yang diamati oleh Kepler.
Yang menjadi pertanyaan utama bagi Newton adalah mengenai gaya
yang harus bekerja untuk mempertahankan bulan pada orbitnya yang hampir
berupa lingkaran dalam mengelilingi bumi. Dia juga memikirkan mengapa
benda yang jatuh bebas dipercepat dan mempunyai arah menuju pusat bumi.
Newton menyimpulkan bahwa pasti ada gaya yang bekerja pada benda
tersebut, yang kita sebut dengan gaya gravitasi.
Newton berusaha menentukan besar gaya gravitasi yang diberikan
bumi pada bulan dengan membandingkan gaya gravitasi pada benda-benda

4
dipermukaan bumi. Dari penemuan ilmuwan sebelumnya, percepatan sebuah
benda yang jatuh bebas karena gravitasi adalah 9,8 m/s2 dan percepatan bulan
dapat dihitung dari persamaan ar = v2/r (karena bulan dianggap bergerak
melingkar), dimana v adalah laju bulan dalam mengelilingi bumi dan r
adalah orbit bulan dalam mengelilingi bumi. Kita tahu bahwa orbit bulan
dalam mengelilingi bumi adalah 384.000 km dan bulan sekali mengorbit bumi
selama 27 hari (T = 27) maka:
ar = v2/r = (2 π r2) / (Tr r) = 0,00272 m/s2≈
Dengan membandingkan percepatan gravitasi bumi dan percepatan
sentripetal bulan didapat :
ar ≈ 1/3600 g
Dengan demikian, percepatan bulan terhadap bumi kira-kira 1/3600 kali
percepatan benda yang ada dipermukaan bumi atau 3600 kali lebih kuat dari
apel yang jatuh. Jarak antara bumi dan bulan adalah 384.000 km, atau sama
dengan 60 kali radius bumi yang besarnya 6400 km (ini merupakan jarak apel
dari pusat bumi dimana diameter bumi dihitung sekitar 12.800 km). Jarak dari
pusat bumi ke bulan adalah 60 kali lebih jauh dari benda-benda di permukaan
bumi. Dari sinilah Newton menyimpulkan bahwa hubungan antara percepatan
gravitasi dan jarak benda terhadap bumi yaitu :
g ≈ 1/R2
Menurut hukum Newton ketiga, ketika bumi memberikan gaya
gravitasi ke benda apapun, seperti bulan misalnya, benda tersebut akan
memberikan gaya yang sama besar tetapi berlawanana arah pada bumi.
Berdasarkan simetri ini, Newton menyimpulkan bahwa besar gaya gravitasi
harus sebanding dengan kedua massa sehingga :
F ≈ M E M B / R2
dimana ME adalah massa bumi dan MB adalah massa benda lain dan R adalah
jarak dari pusat bumi ke pusat benda lain tersebut. Seratus tahun setelah
Newton mempublikasikan hukumnya, pada tauhn 1798 Henry Caveroish
berhasil menemukan nilai konstanta G yang besarnya 6,67 x 10 –11 N/m2/kg2.
“Buah Apel dan Gerak Bulan Mengelilingi Bumi”

5
Hukum gravitasi Newton menyatakan hubungan antara gaya dan
gerak sebagai suatu hubungan sebab-akibat. Dalam kasus ini gaya dikaitkan
dengan kekuatan mendorong atau menarik sebagai penyebab “perubahan
gerak” sebuah benda. Atau dengan kata lain, gaya merupakan penyebab
perubahan besar kecepatan (laju) dan arah gerak (arah kecepatan) benda.
Dengan hukum gravitasi Newton kita dapat menerangkan gerakan bulan dalam
mengelilingi bumi dan benda yang jatuh ke bumi (misalnya kisah apel
Newton).
Pertama, kita akan membahas mengenai gerak bulan mengelilingi
bumi berdasarkan hukum gravitasi Newton. Andaikan bulan tidak tidak
mengalami gaya apapun, bulan akan cenderung diam atau bergerak lurus
dengan kecepatan tetap. Tetapi kenyataannya bulan tidak bergerak lurus
melainkan bergerak mengelilingi bumi, berarti pada bulan harus bekerja suatu
gaya yang tak lain adalah gaya tarik gravitasi bumi. Yang menjadi pertanyaan
kita sekarang adalah mengapa bulan tidak jatuh tertarik ke bumi seperti halnya
apel yang jatuh, padahal gerak keduanya sama-sama dipengaruhi oleh gaya
gravitasi. Hal ini disebabkan oleh bulan pada saat semula bergerak dengan
kecepatan awal tertentu terhadap bumi. Kita tahu bahwa orbit bulan dalam
mengelilingi bumi berupa lingkaran, dan setiap benda yang bergerak melingkar
dengan kecepatan tertentu terjadi percepatan ke arah pusat benda, yang kita
sebt dengna percepatan sentripetal. Percepatan sentripetal inilah yang
menyebabkan bulan tidak tertarik jatuh ke bumi. Jadi, dalam hal ini gaya
gravitasi hanya mempengaruhi gerak bulan.
Mengenai pengaruh gaya gravitasi terhadap apel yang jatuh kita tinjau
hukum kedua Newton yang menyatakan bahwa besarnya perubahan gerak
benda (yang disebut percepatan) berbanding terbalik dengan massa benda
tersebut dan berbanding lurus dengan gaya penyebabnya. Besaran massa
tersebut dapat disetarakan dengan berat benda (dalam hukum gravitasi) dan
secara fisika merupakan ukuran keengganan benda untuk mengubah keadaan
gerak semula (kelembaman benda). Jadi secara fisika hukum ini menyatakan
bahwa benda yang massanya lebih besarv(atau lebih berat) mempunyai
kecenderunga untuk mempertahankan dirinya atau mengubah keadaan

6
geraknya semula sedangkan benda yang jauh lebih kecil massanya
memperlihatkan perilaku yang lebih luwes. Dalam kasus antara apel yang jatuh
dengan bumi, apel mempunyai kecenderungan untuk jatuh ke bumi karena
massa apel yang sangat lebih kecil dari bumi. Dan penyebab apel jatuh yang
tertarik ke arah pusat bumi tidak lain adalah gaya yang disebut Newton dengan
gaya gravitasi.
C. TAFSIRAN NEWTON TERHADAP HUKUM KEPLER
Walaupun hukum Kepler merupakan langkah penting untuk
memahami erakan planet-planet, namun hukum tersebut tetap saja hanya aturan
empiris ang diperoleh dari pengamatan astronomis Tyche Brache. Hukum
gravitasi Newton menjelaskan penjelasan fisis pada ketiga hukum Kepler.
Berikut ini akan kita tunjukkan bahwa hukum Kepler merupakan akibat dari
hukum gravitasi Newton namun sebelumnya kita tinjau dahulu hukum gerak
dua benda.
Menurut hukum gerak dua benda, jika terdapat dua benda yang sedang
bergerak maka pada kedua benda tersebut akan saling menarik akibat gaya
gravitasi. Misalkan kedua benda tersebut adalah benda 1 dan 2 yang massanya
masing-masing m1 dan m2 bergerak dalam koordinat sistem kartesius dan
koordinat kedua benda tersebut masing-masing (x1, y1, z1) dan (x2, y2, z2).
Maka pada benda 1 akan bekerja gaya :

r adalah jarak kedua benda. Dalam komponen sumbu x, y, z persamaan di


atas dapat ditulis sebagai berikut :

Dengan cara yang sama, kita peroleh komponen gaya yang bekerja
pada benda 2 yaitu :

7
Apabila keenam persamaan diferensial di atas kita pecahkan, maka
kita dapat menentukan koordinat kedua benda (x1, y1, z1) dan (x2, y2, z2)
sebagai fungsi waktu t atau dengan kata lain kita dapat menentukan posisi
benda setiap saatsehingga kita juga dapat menentukan letak kedua benda
tersebut.
Untuk mempermudah pengerjaan, kita dapat meninjau gerak benda
yang satu relatif terhadap yang lain (misal gerak relatif planet terhadap
matahari). Dalam kondisi ini, benda yang satu kita anggap diam dan yang lain
merupakan pusat koordinat. Posisi awal benda dapat ditulis sebagai berikut :

dan kita definisikan

Dengan mensubstitusikan posisi awal benda dan definisi M kita dapatkan :

Kalikan persamaan (13) dengan y, (14) dengan x, lalu keduanya dikurangkan


sehingga didapat :

Bila persamaan di atas kita integrasikan maka diperoleh :

8
Dengan cara yang sama kita peroleh :

dengan a merupakan konstanta. Jika ketiga persamaan di atas kita kita kalikan
dengan z,x, dan y, kemudian ketiganya dijumlahkan, maka diperoleh :

Persamaan (19) disebut persamaan bidang datar, jadi orbit benda


terletak pada sebuah bidang datar yang tetap.
Kalikan persamaan (13) dengan 2(dx/dt), persamaan (14) dengan
2(dy/dt), dan persamaan (15) dengan 2(dy/dt), kemudian ketiganya
dijumlahkan maka akan diperoleh :

Jarak antara kedua benda dan kecepatan benda dapat dinyatakan :

Dari persamaan (21), (22, dan (23) diperoleh:

Jika persamaan di atas kita integralkan terhadap t, maka akan diperoleh :

dimana h adalah suatu konstanta sembarang.

9
Untuk menyederhanakan persoalan kita tinjau gerak benda dalam
bidang (x, y) sehingga gerak benda hanya ditentukan oleh persamaan (13) dan
(14).
Dengan cara yang telah dikemukakan sebelumnnya, kedua persamaan tersebut
menghasilkan dua hasil integral (lihat kembali persamaan (18) dan (26)) yaitu :

Kita ubah koordinat kartesius ke koordinat polar dengan mendenifisikan :


x = r cos θ
y = r sin θ
sehingga persamaan (28) dan (29) menjadi :

eliminasi t dari persamaan (33) dan (34) maka kita peroleh :

Definisikan variable u = 1/r - μ/c2, maka persamaan (35) menjadi :

ω adalah konstanta. Sekarang kita nyatakan persamaan di atas menjadi :

10
Persamaan (39) merupakan persamaan irisan kerucut, suatu irisan
kerucut dapat berupa elips, lingkaran, parabola atau hiperbola. Dari ini Newton
menunjukkan bila sebuah benda yang bergerak mengelilingi pusat gaya ke
mana benda itu ditarik oleh sebuah gaya yang berubah dengan 1 / r2, lintasan
benda itu adalah elips, parabola dan hiperbola. Lintasan/orbit parabola dan
hiperbola berlaku untuk banda-benda ( bila ada ) yang hanya sekali mendekati
satu lewatan matahari dan tak pernah kembali. Orbit semacam itu bukan orbit
tertutup. Satusatunya orbit tertutup yang mungkin dalam medan gaya
berbanding terbalik kuadrat adalah elips. Karena elips adalah suatu irisan
kerucut, hasil ini membuktikan Hukum Kepler Pertama. ( sedangkan lingkaran
merupakan kasus istimewa dari elips, dimana titik-titik fokus elips berimpit,
sehingga sumbu semimayornya sama dengan sumbu semiminornya ). Jadi,
hukum pertama Kepler adalah akibat langsung hukum gravitasi Newton.
Parameter P disebut parameter kerucut, e disebut eksentrisitas dan v disebut
anomali benar. Arti geometri parameter ini diperlihatkan pada gambar ..(1.4)
di bawah ini yang menunjukkan orbit berupa elips.

Hukum kedua Kepler, hukum luasan sama, diperoleh dari kenyataan bahwa
gaya yang diberikan oleh matahari pada planet diarahkan ke matahari. Gaya
semacam itu dinamakan gaya sentral. Karena gaya pada sebuah planet adalah
sepanjang garis dari planet ke matahari, gaya itu tidak mempunyai torsi terhadap
matahari.

11
Hukum gravitasi Newton menunjuk hukum ketiga Kepler untuk kasus khusus
orbit lingkaran. Untuk itu marilah kita tinjau sebuah planet yang bergerak
mengelilingi matahari dengan kelajuan v pada orbit lingkaran dengan jari-jari r
yang masing-masing bergerak nelingkar terhadap pusat massanya C, di bawah
poengaruh gaya gravitasi. (gambar 1…)
Karena bergerak dalam lingkaran maka planet pada gambar di atas memiliki
percepatan sentripetal v2/r. Maka gaya gravitasi haruslah sama dengan gaya
sentripetal yang diperlukan untuk mempertahankan geraknya. Secara matematis
dapat dinyatakan sebagai berikut:

Jika M adalah massa matahari dan m adalah massa planet, kita dapat menganggap
r jauh lebih besar dibandingkan R, sehingga R diabaikan terhadap r. Pemecahan
untuk v2 menghasilkan :

Dari persamaan di atas tampak bahwa massa planet m tidak terlibat. Besaran . . . .
. . . . . adalah konstanta, harga merupakan perbandingan yang tetap untuk
semua planet. Persamaan 1… membuktikan hukum Kepler ketiga.

12

Anda mungkin juga menyukai