Anda di halaman 1dari 8

HUKUM KEPLER 1 - Materi

Johannes Kepler (1571-1630), adalah seorang astronomi berkebangsaan Jerman

yang berguru pada Tycho Brahe (1546-1602). Karir astronominya sebagian besar

dihabiskan untuk mengutak-atik data peninggalan gurunya.

Tycho Brahe adalah seorang bangsawan Denmark yang memiliki hidung logam, yang

bukan dalam makna kiasan, tetapi hidungnya memang dari logam, hal ini dikarenakan

hidungnya pernah hilang dalam suatu duel sehingga diganti dengan logam. Raja

Frederick II menghadiahi Tycho sebuah pulau kecil bernama Hveen yang tidak

disia-siakan olehnya. Brahe membangun sebuah observatorium yang terbaik pada

saat itu, dilengkapi dengan peralatan yang dapat mengukur posisi benda langit

dengan akurat, sampai ketelitian 2 menit busur. Inilah pekerjaan Tycho Brahe, yaitu

mengumpulkan data benda langit dari tahun 1576 - 1597.

Tycho Brahe meninggalkan sekumpulan besar data pengamatan yang akurat tentang

posisi benda-benda langit, terutama posisi 5 planet yang tampak dengan mata

telanjang, yaitu Merkurius, Venus, Mars, Jupiter dan Saturnus. Data-data inilah

yang diolah dengan oleh Kepler selama bertahun-tahun. Pekerjaan yang tampak

sangat membosankan ini – mengutak-atik ratusan bahkan ribuan angka – ternyata


menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Dibalik angka-angka tersebut Kepler

menemukan suatu rahasia alam yang tersembunyi. Akhirnya nama Kepler diabadikan

dalam tiga hukum alam yang ditemukannya melalui ‘otak-atik’ angka tersebut. Kedua

hukum yang pertama dipublikasikan pada tahun 1609 dan Hukum yang ketiga muncul

9 tahun kemudian (1618)

HUKUM KEPLER 1
Planet mengelilingi matahari dalam orbit elips dimana matahari berada pada salah

satu titik fokusnya

Penjelasan lebih lengkap mengenai orbit elips dapat dipelajari disini. Melalui Hukum

Gravitasi yang ditelurkan oleh Newton, diketahui bahwa interaksi gravitasi yang

terjadi antara kedua benda akan menghasilkan lintasan yang terletak pada bidang

datar dan bentuk lintasan orbit akan bervariasi mengikuti keluarga irisan kerucut,

yaitu: lingkaran, elips, parabola atau hiperbola. Perbedaan berbagai lintasan ini di-

karakteristik-kan dengan nilai eksentrisitas orbit (e)


Melalui hukum ini juga diketahui bahwa yang bergerak ternyata bukan hanya satu

benda saja, tetapi kedua benda yang berinteraksi akan saling mengorbit dengan

lintasan masing-masing berbentuk lintasan kerucut dimana yang terletak pada focus

masing-masingorbit adalah titik pusat massa kedua benda tersebut.

Untuk kasus Tata Surya, dimana planet-planet mengorbit matahari sebagai

pusatnya, hal ini terjadi karena massa matahari jauh lebih besar dari pada massa

planet-planet, bahkan kalau seluruh anggota Tata Surya digabungkan, massanya


masih jauh lebih kecil daripada massa matahari, sehingga dapat dikatakan bahwa

pusat massa tata surya terletak pada matahari itu sendiri, maka matahari terletak

pada fokus semua orbit anggota tata surya.

Hukum Kepler 2
Suatu garis khayal yang menghubungkan matahari dengan planet menyapu luas juring
yang sama dalam selang waktu yang sama

Hukum Kepler yang kedua memberikan implikasi mengenai kecepatan planet yang

berbeda-beda pada saat mengelilingi matahari. Jika jarak planet ke matahari dekat

maka kecepatannya besar dibandingkan ketika jaraknya dekat

Hukum Kepler 3
Kuadrat periode revolusi planet sebanding dengan pangkat tiga setengah sumbu
panjang orbitnya untuk semua planet
Jika diubah kedalam rumus matematik maka persamaannya menjadi :
Atau

Dimana T adalah waktu yang diperlukan oleh planet untuk mengelilingi matahari
(disebut periode planet) dan a adalah setengah sumbu panjang orbit : a = (perihelion
+ aphelion)/2.
Jika hukum ini diterapkan pada data planet-planet, maka kita akan peroleh tabel
berikut ini :

Perbandingan yang tetap dalam Hukum Kepler 3 memang berlaku untuk tiap planet.

Sekitar setengah abad kemudian, ditahun 1687, Newton merumuskan Hukum

Gravitasi Universal melalui persamaan :


Melalui mengotak-atik persamaannya ini, ternyata kita dapat menghasilkan ketiga
Hukum Kepler, sehingga bisa dikatakan bahwa Hukum Kepler adalah kasus dari
Hukum yang lebih universal, yaitu Hukum Gravitasi. Bahkan konstata perbandingan
planet dapat ditentukan dari Persamaan Gravitasi ini. Karena itu Hukum Kepler 3
yang lengkap adalah :

Dimana G adalah konstanta gravitasi (yang nilainya ditentukan sekitar seabad

kemudian (1798) oleh Cavedish, G = 6,672 x 10^-11 Nm^2kg^-2) dan M1 maupun M2

adalah massa kedua benda yang saling berinteraksi dengan gaya gravitasi.

Dalam soal-soal olimpiade, jarang sekali digunakan satuan MKS (meter, kilogram,

sekon), tetapi menggunakan satuan-satuan yang biasanya dipakai dalam astronomi.

Pada soal-soal dengan kasus Hukum Kepler, maka jenis soal yang sering muncul ada

tiga tipe, yaitu :

Soal Tipe 1 : Benda pertama (sebagai pusat) adalah matahari dan benda yang
mengorbit adalah planet, asteroid, komet atau pesawat ruang angkasa. Untuk jenis
tipe 1 ini satuan yang digunakan biasanya jarak dalam SA (Satuan Astronomi) dan
waktu orbit/periode dalam tahun. Jika demikian halnya, maka rumus Kepler 3 dapat
menjadi sangat sederhana, yaitu :
Dan ternyata konstanta di suku sebelah kanan dengan ‘ajaibnya’ memiliki nilai sama
dengan 1, maka :

Soal Tipe 2 : Benda pertama adalah planet (yang ada di tata surya) dan benda kedua

adalah satelit alamnya atau satelit buatan yang mengorbit planet tersebut. Satuan

yang biasanya dipakai untuk soal jenis ini adalah massa planet dalam massa

matahari, periode orbit dalam hari dan jarak dalam km. Untuk tipe ini rumus Kepler

3 bisa diubah menjadi :

Soal Tipe 3 : Benda yang terlibat adalah dua buah bintang dalam sistem bintang

ganda. Untuk kasus bintang ganda ini biasanya massa bintang dalam massa matahari

dan periode orbit dalam tahun, maka rumus Kepler 3-nya sama saja dengan soal tipe

1.
Jika ternyata ada soal tentang Hukum Kepler 3 yang bukan tipe-tipe di atas, maka

haruslah menggunakan rumus Kepler 3 yang aslinya.

Anda mungkin juga menyukai