Anda di halaman 1dari 17

HUKUM KEPLER

disusun sebagai salah satu syarat


untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa

Dosen Pengampu:
Dr. Khumaedi, M.Si
Dr. Suharto Linuwih, M.Si

Disusun Oleh:
Indah Beti Lestari (0402519013)
Ninda Yera Setyo N (0402519034)

PENDIDIKAN IPA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, yang atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Hukum
Kepler”. Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
memenuhi mata kuliah Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa di Universitas Negeri
Semarang.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya
kepada Yth :
1. Dr. Khumaedi, M.Si dan Dr. Suharto Linuwih, M.Si selaku Dosen Ilmu Pengetahuan
Bumi dan Antariksa.
2. Orang tua kami yang telah membantu baik moril maupun materi.
3. Rekan-rekan satu rombel yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari
segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah guna menjadi acuan
dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.

Semarang, 10 November 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seperti kita ketahui sekarang, semua planet memiliki orbit, atau lintasan untuk beredar
mengelilingi pusatnya. Semua planet berputar mengelilingi pusatnya, dan matahari adalah pusatnya.
Jika orbit merupakan lintasan untuk beredar mengelilingi pusatnya, maka seluruh benda dilangit akan
memiliki orbit yang digunakan untuk berputar mengelilingi pusatnya. Oleh karenanya dalam makalah
ini kami akan membahas tentang hokum keppler yang menjelaskan tentang pergerakan planet.
Pokok pembahasan makalah ini adalah Hukum Kepler I, Hukum Kepler II dan Hukum
Kepler III. Di dalam astronomi, tiga Hukum Gerakan Planet Kepler adalah:
• Setiap planet bergerak dengan lintasan elips, Matahari berada di salah satu fokusnya.
• Luas daerah yang disapu pada selang waktu yang sama akan selalu sama.
• Perioda kuadrat suatu planet berbanding dengan pangkat tiga jarak rata-ratanya dari Matahari.
Untuk mengetahui itu, kami menyusun makalah yang berjudul “ Hukum Kepler”. Dengan
makalah ini, kami harapkan dapat menjawab ketimpangan yang ada, dan dapat berguna sebagai acuan
untuk kemajuan pendidikan selanjutnya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang makalah ini, maka beberapa masalah yang dapat di
rumuskan dan akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana asal mula hukum kepler ?
2. Bagaimana bunyi hukum kepler ?
3. Bagaimana penerapan hukum kepler pada kehidupan ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan uraian tersebut, secara terperinci tujuan dari makalah ini adalah:
1. Mempelajari dan memahami sejarah hukum kepler.
2. Mempelajari dan memahami bunyi serta penjelasan hukum kepler.
3. Mempelajari dan memahami beragam penerapan hukum kepler yang ada
dilingkungan sekitar.
1.4 Manfaat
Berdasarkan hal tersebut, manfaat penulisan sebagai berikut :
1. Agar pembaca mengetahui sejarah hukum kepler.
2. Agar pembaca mengetahui bunyi serta penjelasan hukum kepler.
3. Agar pembaca mengetahui beragam penerapan hukum kepler yang ada dilingkungan
sekitar.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Hukum Kepler


Johannes Kepler adalah astromom asal Jerman yang menjelaskan hukum pergerakan
tata surya. Penemuannya ini menjadi justifikasi teori heliosentris yang dikemukakan Nicholaus
Capernicus. Teori Kepler bahkan dipublikasikan 20 tahun sesudah buku De revolutionibus
orbium coelestium karya Nicholaus Capernicus diterbitkan. Karya Capernicus awalnya
mendapat tentangan dari semua ilmuwan di dunia dan dapat dibuktikan validitasnya setelah
Johannes Kepler mengemukakan teorinya.

Gambar 1. Johannes Kepler

Johannes Kepler yang lahir tahun 1571 di kota Weil der Stadt Jerman, mengenyam
pendidikan di Universitas Tubingen, hingga memperoleh gelar sarjana muda tahun 1588 dan
gelar sarjana penuh tiga tahun kemudian. Kepler kemudian menjadi pengajar di akademi di
kota Graz. Sambil menulis buku pertamanya tentang astronomi (1596). Karya tersebut
menunjukkan kemampuan matematika Kepler dan otentifikasi pikirannya, sehingga ahli
astronomi besar Tycho Brahe menjadikan Kepler asisten dalam penyelidikan ruang angkasa di
dekat Praha. Ketika Tycho meninggal dunia, Kepler di tunjuk Kaisar Romawi Rudolph II
menggantikannya. menggantikan Tycho selaku matematikawan kerajaan.
Pada tahun 1601 Kepler berusaha mencocokkan berbagai bentuk kurva geometri pada
data-data posisi Planet Mars yang dikumpulkan oleh Tycho Brahe. Kepler menggunakan hasil
pengamatan, catatan dan analisis Tycho Brahe untuk membangun kesimpulannya mengenai
kebenaran teori heliosentris. Hingga tahun 1606, setelah hampir setahun menghabiskan
waktunya hanya untuk mencari penyelesaian perbedaan sebesar 8 menit busur (mungkin bagi
kebanyakan orang hal ini akan diabaikan), Kepler mendapatkan orbit planet Mars. Menurut
Kepler, lintasan berbentuk elips adalah gerakan yang paling sesuai untuk orbit planet yang
mengitari matahari.. Tetapi, sesudah bertahun-tahun melakukan sejumlah perhitungan, Kepler
menemukan kelemahan bahwa pengamatan Tycho tidaklah konsisten dengan teori-teori yang
ada. Kepler berkesimpulan bahwa dia, Copernicus dan Tycho Brahe dan semua astronom
klasik menduka orbit planit berbentuk lingkaran padahal fakta menunjukkan orbit planit tidak
bulat, tetapi ellips. Sekitar tahun 1605, Kepler menyimpulkan bahwa data posisi planet hasil
pengamatan Brahe mengikuti rumusan matematika cukup sederhana yang tercantum di atas.
Setelah melalui serangkaian penyelidikan, penghitungan yang rumit, Kepler kemudian
merangkum semua penemuannya dalam sebuah buku yang berjudul Astronomia Nova, terbit
tahun 1609 dan menjelaskan bagian pertama dari dua hukum pergerakan planit. Hukum
pertama menegaskan tiap planit bergerak mengitari mentari dalam orbit oval atau ellips dengan
matahari pada satu fokus. Hukum kedua menegaskan bahwa planit bergerak lebih cepat ketika
berada lebih dekat dengan matahari; kecepatan planet berbeda begitu rupa bahwa garis yang
menghubungkan planet dan matahari selama perputaran, meliwati bidang yang sama luasnya
dalam jangka waktu yang sama. Sepuluh tahun kemudian Kepler mengeluarkan hukum
ketiganya: makin jauh jarak sebuah planet dari matahari, makin perlu waktu lebih lama untuk
menyelesaikan perputarannya atau kwadrat kala perputaran planet-planet berbanding lurus
dengan pangkat tiga jarak rata-ratanya dengan matahari.
Hukum Kepler, menyuguhkan gambaran komplit dan tepat tentang gerak planet-planet
mengitari matahari dan memecahkan masalah utama bidang astronomi yang dialami
Copernicus dan Galileo. Namun Kepler tidak menjelaskan mengapa planet-planet bergerak
pada orbit yang berbentuk elips. Masalah ini terpecahkan di abad berikutnya oleh Isaac Newton
melalui hukum gravitasi. Tetapi, hukum Kepler merupakan pendahulu vital buat sintesa besar
Newton. Sumbangan Kepler kepada astronomi bisa disejajarkan dengan Copernicus bahkan
dalam beberapa hal hasil karya Kepler bahkan lebih mengesankan. Ia lebih banyak dihadapkan
pada perhitungan matematika yang sangat rumit, padahal matematika saat itu tidaklah
sesempurna perkembangannya seperti sekarang, dan tak ada mesin kalkulator yang menolong
Kepler dalam tugas penghitungan-penghitungannya.
Pada era modern, hukum Kepler digunakan untuk aproksimasi orbit satelit dan benda-
benda yang mengorbit Matahari, yang semuanya belum ditemukan pada saat Kepler hidup
(contoh: planet luar dan asteroid). Hukum ini kemudian diaplikasikan untuk semua benda kecil
yang mengorbit benda lain yang jauh lebih besar, walaupun beberapa aspek seperti gesekan
atmosfer (contoh: gerakan di orbit rendah), atau relativitas (contoh: prosesi preihelion
merkurius), dan keberadaan benda lainnya dapat membuat hasil hitungan tidak akurat dalam
berbagai keperluan.
Kepler meninggal dunia tahun 1630 di Regensburg, Bavaria. Dalam masa "Perang tiga
puluh tahun" yang mengganas itu, kuburnya diobrak-abrik. Tetapi, hukum gerakan planitnya
terbukti lebih menjadi kenangan yang lestari dari sekadar sepotong batu nisan.

2.2 Penjelasan Tiga Hukum Kepler


Secara umum, Hukum-hukum ini menjabarkan gerakan dua badan yang mengorbit satu
sama lainnya. Massa dari kedua badan ini bisa hampir sama, sebagai contoh Charon—Pluto
(~1:10), proporsi yang kecil, sebagai contoh. Bulan—Bumi(~1:100), atau perbandingan
proporsi yang besar, sebagai contoh Merkurius—Matahari (~1:10,000,000).
Dalam semua contoh di atas, kedua benda mengorbit mengelilingi satu pusat massa,
barycenter, tidak satu pun berdiri secara sepenuhnya di atas fokus elips. Namun, kedua orbit
itu adalah elips dengan satu titik fokus di barycenter. Jika rasio massanya besar, sebagai contoh
planet mengelilingi Matahari, barycenternya terletak jauh di tengah obyek yang besar, dekat di
titik massanya. Di dalam contoh ini, perlu digunakan instrumen presisi canggih untuk
mendeteksi pemisahan barycenter dari titik masa benda yang lebih besar. Jadi, hukum Kepler
pertama secara akurat menjabarkan orbit sebuah planet mengelilingi Matahari.
Karena Kepler menulis hukumnya untuk aplikasi orbit planet dan Matahari, dan tidak
mengenal generalitas hukumnya, makalah ini hanya akan mendiskusikan hukum di atas
sehubungan dengan Matahari dan planet-planetnya.
2.2.1 Hukum Pertama

Gambar 2. Hukum Kepler pertama menempatkan Matahari di satu titik fokus edaran elips.

"Setiap planet bergerak dengan lintasan elips, Matahari berada di salah satu fokusnya."
Elips adalah bentuk bangun datar yang merupakan salah satu dari irisan kerucut (selain
lingkaran, hiperbola, dan parabola). Dimana eksentrisitas elips bernilai antara 0 dan 1. Lintasan
suatu planet mengelilingi matahari akan berupa sebuah elips, dan matahari akan selalu berada
di salah satu dari dua fokus elips tersebut.

Gambar 3. Skema dan parameter elips

Pada zaman Kepler, klaim di atas adalah radikal. Kepercayaan yang berlaku (terutama
yang berbasis teori epicycle) adalah bahwa orbit harus didasari lingkaran sempurna.
Pengamatan ini sangat penting pada saat itu karena mendukung pandangan alam semesta
menurut Copernicus. Ini tidak berarti ia kehilangan relevansi dalam konteks yang lebih
modern.
Hukum pertama kepler jelas-jelas menentang pernyataan Nicolaus Copernicus yang
menyatakan bahwa orbit planet berbentuk lingkaran dengan matahari berada di pusat lingkaran.
Dan terbukti dari hasil pengamatan bahwa orbit elips Kepler dapat memberikan posisi yang
lebih akurat dibandingkan orbit lingkaran. Kesalahan Copernicus ini dapat dipahami sebab
meskipun memiliki lintasan elips, namun eksentrisitas orbit planet mendekati nol, sehingga
sekilas akan tampak mendekati lingkaran, bahkan untuk perhitungan-perhitungan sederhana
kita boleh mengasumsikan orbit planet adalah lingkaran.
Meski secara teknis elips yang tidak sama dengan lingkaran, tetapi sebagian besar
planet planet mengikuti orbit yang bereksentrisitas rendah, jadi secara kasar bisa dibilang
mengaproksimasi lingkaran. Jadi, kalau ditilik dari pengamatan jalan edaran planet, tidak jelas
kalau orbit sebuah planet adalah elips. Namun, dari bukti perhitungan Kepler, orbit-orbit itu
adalah elips, yang juga memeperbolehkan benda-benda angkasa yang jauh dari Matahari untuk
memiliki orbit elips. Benda-benda angkasa ini tentunya sudah banyak dicatat oleh ahli
astronomi, seperti komet dan asteroid. Sebagai contoh, Pluto, yang diamati pada akhir tahun
1930, terutama terlambat diketemukan karena bentuk orbitnya yang sangat elips dan kecil
ukurannya.
Hukum I ini dapat menjelaskan akan lintasan planet yang berbentuk elips, namun belum
dapat menjelaskan kedudukan planet terhadap matahari, maka muncullah hukum II Kepler.
Keplpler tidak mengetahui alasan mengapa planet bergerak dengan cara demikian . Ketika
mulai tertarik dengan gerak planet – planet , Newton menemukan bahwa ternyata hukum –
hukum Keppler ini bisa diturunkan secara matematis dari hukum gravitasi universal dan hukum
gerak Newton . Newton juga menunjukkan bahwa di antara kemungkinan yang masuk akal
mengenai hukum gravitasi , hanya satu yang berbanding terbalik dengan kuadrat jarak yang
konsisten dengan Hukum Keppler.

Gambar 4. Plot dari sebuah elips

Gambar di atas menunjukkan geometri elips, yang berfungsi sebagai model kita untuk
orbit elips planet. Elips secara matematis didefinisikan dengan memilih dua titik F1 dan F2,
yang masing-masing disebut fokus, dan kemudian menggambar kurva melalui titik dimana
jumlah jarak r1 dan r2 dari F1 dan F2, masing-masing adalah konstan. Jarak terpanjang melalui
pusat antara titik pada elips (dan melewati setiap fokus) disebut sumbu utama, dan jarak ini
adalah 2a. Dalam gambar di atas, sumbu utama ditarik sepanjang arah x. Jarak yang disebut
sumbu semimajor. Demikian pula, jarak terpendek melalui pusat antara titik pada elips disebut
sumbu minor dengan panjang 2b, dimana jarak b adalah sumbu semiminor. Entah fokus elips
terletak pada jarak c dari pusat elips, di mana a2 = b2 + c2 . Pada orbit elips dari sebuah planet
di sekitar Matahari, Matahari berada pada satu fokus elips. Tidak ada di fokus lainnya.
Eksentrisitas elips didefinisikan sebagai e = c/a, dan menggambarkan bentuk umum
dari elips. Untuk lingkaran, c = 0, dan karena itu eksentrisitas nol. b lebih kecil dibandingkan
dengan a, semakin pendek elips sepanjang arah y dibandingkan dengan luasnya dalam arah x
pada gambar di atas ketika b mengecil, c meningkat dan eksentrisitas e meningkat. Oleh karena
itu, nilai yang lebih tinggi dari eksentrisitas yang sesuai dengan elips yang lebih panjang dan
tipis. Kisaran nilai eksentrisitas untuk elips adalah 0 < e <1.

Gambar 5. Titik Fokus Elips

Sumbu panjang pada orbit ellips disebut sumbu mayor alias sumbu utama, sedangkan
sumbu pendek dikenal dengan sumbu semi utama atau semimayor. F1 dan F2 adalah titik fokus.
Matahari berada pada F1 dan planet berada pada P. tidak ada benda langit lainnya berada pada
F2. Total jarak dari F1 dan F2 ke sama untuk semua titik dalam kurva ellips. Jarak pusat ellips
O dab titik fokus (F 1 dan F2) adalah ea, dimana e merupakan angka tak berdimensi yang
besarnya berkisar antara 0 dan 1 disebut eksentrisitas. Jika e=0 maka ellips berubah menjadi
lingkaran. Kenyataannya, orbit planet berupa ellips alias mendekati lingkaran. Dengan
demikian besar eksentrisitas tidak pernah sama dengan nol. Nila e untuk orbit planet bumi
adalah 0.017. Perihelion merupakan titik terdekat dengan matahari, sedangkan titik terjauh
disebut aphehelon. Pada persamaan hukum grafitasi Newton, telah dipelajari bahwa gaya tarik
grafitasi berbanding terbalik dengan kuadrat jarak (1/r2), dimana hal ini hanya bisa terjadi pada
orbit yang berbentuk ellips atau lingkaran saja. Gaya gravitasi antara Matahari dan benda-
benda juga bervariasi sebagai kuadrat terbalik dari jarak pemisahan, dan jalur yang
diperbolehkan untuk objek-objek mencakup parabola (e = 1) dan hiperbola (e > 1).

Gambar 6. (a) Bentuk orbit Merkurius, yang memiliki eksentris tertinggi (e=0,21)
antara delapan planet di tata surya. (b) bentuk orbit Komet Halley.
Eksentrisitas untuk orbit planet bervariasi dalam tata surya. Eksentrisitas orbit bumi
adalah 0,017, yang membuatnya hampir bundar. Di sisi lain, eksentrisitas orbit Merkurius
adalah 0,21, tertinggi dari delapan planet. Gambar sebelah kiri menunjukkan elips dengan
eksentrisitas sama dengan orbit Merkurius. Perhatikan bahwa bahkan eksentrisitas orbit
tertinggi ini sulit untuk dibedakan dari lingkaran, yang merupakan salah satu alasan hukum
pertama Kepler adalah sebuah prestasi mengagumkan. Eksentrisitas orbit Komet Halley adalah
0,97, menggambarkan sumbu utama orbit jauh lebih panjang dari sumbu minor, seperti yang
ditunjukkan pada gambar di sebelah kanan. Akibatnya, Komet Halley menghabiskan sebagian
besar periode 76 tahun yang jauh dari Matahari dan tak terlihat dari Bumi. Hal ini hanya dapat
dilihat dengan mata telanjang selama sebagian kecil dari orbitnya bila di dekat Matahari.
2.2.2 Hukum Kedua
Hukum kedua Kepler menjelaskan tentang kecepatan orbit planet.
“Setiap planet bergerak sedemikian sehingga suatu garis khayal yang ditarik dari
matahari ke planet tersebut mencakup daerah dengan luas yang sama dalam waktu yang
sama.”
Coba perhatikan gambar berikut:

Gambar 7. Ilustrasi hukum Kepler kedua. Bahwa Planet bergerak lebih cepat di dekat
Matahari dan lambat di jarak yang jauh. Sehingga, jumlah area adalah sama pada jangka
waktu tertentu.
Gambar 8. Luas daerah yang disapu oleh garis antara matahari dengan planet

Garis AM akan menyapu lurus hingga garis BM, luasnya sama dengan daerah yang disapu
garis CM hingga DM. Hukum kedua ini juga menjelaskan bahwa dititik A dan B planet harus
lebih cepat dibanding saat dititik C dan D.
Luas daerah yang disapu oleh garis antara matahari dengan planet

Pada selang waktu yang sangat kecil, garis yang menghubungkan matahari dengan planet
melewati sudut dθ. Garis tersebut melewati daerah yang diarsir yang berjarak r, dan luas :

Laju planet ketika melewati daerah itu adalah dA/dt disebut dengan kecepatan sektor
(bulan vektor).

Hal yang paling utama dalam hukum Kepler II adalah kecepatan sektor mempunyai
harga yang sama pada semua titik sepanjang orbit yang berbentuk ellips. Ketika plenet berada
di perihelion nilai r kecil, sedangkan dθ/dt bernilai besar. Ketika planet berada di apehelion
nilai r besar, sedangkan dθ/dt kecil.
2.2.3 Hukum Ketiga
Pada hukum yang ketiga, Kepler mengamati data milik Tycoon yang memuat tentang
planet - planet, sehingga ia dapat menentukan berapa lama waktu yang dibutuhkan setiap planet
dalam menyelesaikan satu kali orbit mengelilingi matahari, kemudian hal ini disebut dengan
periode orbit. Dalam hal ini Kepler menyimpulkan bahawa planet yang terletak jauh dari
Matahari memiliki perioda orbit yang lebih panjang dari planet yang dekat letaknya. Begitu
juga sebaliknya, planet yang letaknya lebih dekat dengan matahari memiliki periode orbit yang
lebih cepat.
Kepler mempelajari periode dan jarak dari tiap planet dari matahari dan kemudian
membuktikannya pada hubungan matematis yang biasa disebut dengan Hukum Kepler Ketiga.
"Perioda kuadrat suatu planet berbanding lurus dengan pangkat tiga jarak rata-ratanya
dari Matahari."
Dari pernyataan tersebut, Kepler menemukan suaru hubungan bahwa apabila jarak rata-
rata dinyatakan sebagai R dan periode dinyatakan sebagai T. Maka secara matematis Hukum
Kepler Ketiga dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut :

Newton menunjukkan bahwa Hukum III Kepler juga bisa diturunkan secara matematis
dari Hukum Gravitasi Universal dan Hukum Newton tentang gerak dan gerak melingkar.
Sekarang mari kita tinjau Hukum III Kepler menggunakan pendekatan Newton.
Terlebih dahulu kita tinjau kasus khusus orbit lingkaran, yang merupakan kasus khusus
dari orbit elips.
Hukum II Newton :
ΣF = ma
Pada kasus gerak melingkar beraturan, hanya terdapat percepatan sentripetal, yang besarnya
adalah:

Persamaan Hukum Gravitasi Newton:

Sekarang kita masukan persamaan Hukum Gravitasi Newton dan percepatan sentripetal ke
dalam persamaan Hukum II Newton :
m1 adalah massa planet, mM adalah massa matahari, r1 adalah jarak rata-rata planet dari
matahari, v1 merupakan laju rata-rata planet pada orbitnya.
Waktu yang diperlukan sebuah planet untuk menyelesaikan satu orbit adalah T1, di mana jarak
tempuhnya sama dengan keliling lingkaran, 2 phi r1. Dengan demikian, besar v1 adalah :

Misalnya persamaan 1 kita turunkan untuk planet venus (planet 1). Penurunan persamaan yang
sama dapat digunakan untuk planet bumi (planet kedua).

T2 dan r2 adalah periode dan jari-jari orbit planet kedua. Sekarang coba anda perhatikan
persamaan 1 dan persamaan 2. Perhatikan bahwa ruas kanan kedua persamaan memiliki nilai
yang sama. Dengan demikian, jika kedua persamaan ini digabungkan, akan kita peroleh :
Berikut adalah data planet yang digunakan pada hukum III Keppler :
Jarak rata – rata dari r3/T2
Periode , T
Planet matahari , r (1024
(Tahun)
(x 106 km) km3/th2)
Merkurius 57,9 0,241 3,34
Venus 108,2 0,615 3,35
Bumi 149,6 1,0 3,35
Mars 227,9 1,88 3,35
Jupiter 778,3 11,86 3,35
Saturnus 1.427 29,5 3,34

2.3 Penerapan Hukum Keppler


Kebenaran hukum kepler bisa dilihat dari kenampakan alam yang ada disekitar kita.
1. Seperti, supermoon yang membuat bulan seolah-olah lebih besar dari biasanya.
2. Perbedaan suhu di siang hari, karena perbedaan jarak matahari dengan bumi dari hari
ke hari.
3. Menentukan massa bumi dengan menggunakan periode Bulan mengelilingi Bumi, atau
massa planet lainnya. Selain itu kita juga bisa membandingkan benda-benda yang
mengelilingi pusat-pusat penarik lainnya, seperti Bulan dan satelit cuaca yang
mengelilingi Bumi.
4. Pada era modern , hukum Kepler digunakan
untuk aproksimasi orbit satelit dan benda-benda yang mengorbit Matahari, yang
semuanya belum ditemukan pada saat Kepler hidup (contoh: planet luar dan
asteroid). Hukum ini kemudian diaplikasikan untuk semua benda kecil yang
mengorbit benda lain yang jauh lebih besar, walaupun beberapa aspek seperti
gesekan atmosfer (contoh: gerakan di orbit rendah), atau relativitas (contoh:
prosesi preihelion merkurius), dan keberadaan benda lainnya dapat membuat hasil
hitungan tidak akurat dalam berbagai keperluan.
5. Terjadinya peristiwa supernova. Supernova adalah ledakan dari suatu bintang di
galaksi yang memancarkan energi yang teramat besar. Peristiwa supernova ini
menandai berakhirnya riwayat suatu bintang. Bintang yang mengalami supernova akan
tampak sangat cemerlang dan bahkan kecemerlangannya bisa mencapai ratusan juta
kali cahaya bintang tersebut semula. Supernova biasa terjadi dikarenakan habisnya usia
suatu bintang. Saat bahan-bahan nuklir pada inti bintang telah habis, maka tidak akan
dapat terjadi reaksi fusi nuklir yang merupakan penyokong hidup suatu bintang.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Sejarah hokum keppler adalah ketika Kepler menemukan kelemahan pengamatan
Tycho bahwa tidaklah konsisten dengan teori-teori yang ada. Kepler berkesimpulan
bahwa dia Tycho Brahe dan semua astronom klasik menduka orbit planet berbentuk
lingkaran padahal fakta menunjukkan orbit planet tidak bulat, tetapi ellips.
2. Hukum Gerakan Planet Kepler adalah:
Setiap planet bergerak dengan lintasan elips, Matahari berada di salah satu fokusnya.
Luas daerah yang disapu pada selang waktu yang sama akan selalu sama.
Perioda kuadrat suatu planet berbanding dengan pangkat tiga jarak rata-ratanya dari
Matahari.
3. Penerapan hukum Kepler pada sehari – harinya berlaku untuk peristiwa seperti
supermoon, supernova, menentukan massa planet dengan menggunakan periode benda
lain yang mengelilingi planet

3.2 Saran
Sebagai generasi penerus dalam dunia modern ini kita bisa menjadikan teori kepler
sebagai landasan atau pokok pikiran untuk menyempurnakan atau menemukan penemuan baru
yang bisa bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Anda mungkin juga menyukai