Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filsafat adalah suatu ilmu yang berusaha untuk mencari sebab yang sedalam-dalamnya
bagi segala sesuatu yang berdasarkan pikiran atau rasio seseorang. Kajian filsafat ilmu
mengajarkan kita untuk selalu berfikir dan merenung tentang kronologi munculnya ilmu
pengetahuan. Ilmu pengetahuan itu yang nantinya kita gunakan untuk mengatasi segala
permasalahan dalam kehidupan kita.
Mekanika merupakan cabang ilmu fisika tertua yang berhubungan dengan materi atau
benda-benda, yaitu ilmu yang mempelajari gerak benda baik benda yang diam (statis) atau benda
yang-benda yang bergerak (inematika dan dinamika). Kinematika merupakan ilmu fisika yang
mempelajarierak suatu benda tanpa memperhatikan penyebab gerak benda tersebut, sedangkan
dinamika merupakan ilmu fisika yang mempelajari gerak suatu benda dengan memperhatikan
atau memperhitungkan penyebab gerak benda tersebut.
Masalah mekanika merupakan hal yang cukup penting dalam perkembangan ilmu fisika
karena mekanika sangat erat kaitannya dengan peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-
hari. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa fisika merupakan ilmu yang mempelajari gejala alam
yang dapat diamati dan diukur. Kasus mekanika merupakan salah satu gejala alam yang dapat
diamati dan diukur.
Dalam perkembangannya mekani dibagi menjadi dua yaitu mekanika kalsik dam
mekanika modern. Mekanika klasik lebih dititik beratkan pada masalah benda-benda dengan
kecepatan benda jauh dibawah kecepatan cahaya. Sedangkan mekanika modern lebih didtitik
beratkan pada benda-benda yangbergerak mendekati kecepatan cahaya.
Berdasarkan alasan tersebut maka dalam makalah ini akan dibahas tentang asal mula
ditemukannya mekanika dan implikasinya terhadap pembelajaran yang saat ini di kembagkan di
indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah ditemukannya konsep teori hukum kepler, filsafat yang mendasari
serta imlikasinya dalam pelajaran fisika.

1
2. Bagaimana sejarah ditemukannya konsep hukum 1 Newton, filsafat yang mendasari
serta implikasinya dalam pelajaran fisika.
3. Bagaimana sejarah ditemukannya konsep hukum gravitasi, filsafat yang mendasari
serta implikasinya dalam pelajaran fisika.
C. Tujuan dan Manfaat
1. Untuk menambah wawasan tentang ditemukannya konsep-konsep dari mekanika dan
filsafat dasar konsep tersebut.
2. Untuk memudahkan pengajarn dalam memahami karakteristik materi sehingga dapat
menentukan metode mengajar yang sesuai

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mekanika : Hukum Kepler
1. Sejarah konsep Hukum Kepler
Tycho Bahe lahir pada 14 Desember 1546 di Denmark. Pada tahun 1574 Tycho
mengamati bintang baru di Cassiopeia dan mempublikasikan ringkasan hasil pengamatannya
pada tahun berikutnya. Dinamika dinamika Tycho-Brahe menempati tempat yang menonjol di
antara para pengamat ini karena volume dan ketepatan pengamatannya, yang merupakan dasar
bagi hukum Kepler.Tycho menolak asumsi seperti Ptolemy dan Ancients bahwa bumi adalah
pusat orbits dari badan bergerak sekunder.Tycho-Brahe menolak sistem Ptolemy karena
kompleksitas epicycles-nya. Dia menolak sistem Copernicus karena komet yang diamati
bertentangan dengan Matahari tidak terpengaruh oleh gerakan tahunan Bumi.
Hasil pengamatan Tycho tidak pernah dipublikasikan sampai ia meninggal pada tahun
1601. Hasil pengamatan Tycho kemudian dimanfaatkan oleh Johannes Kepler seorang asisten
Tycho selama di Praha dan bertugas menghitung orbit planet. Kepler mempublikasikan Tabulae
Rudolphina tahun 1962, karena keakuratan tabel pengamatan Tycho dan perhitungan kepler,
sehingga membuat tabel ini lebih akurat dibandingkan tabel astronomi sebelumnya.
Johannes Keppler (1571-1630) lahir di Jerman semasa hidupnya merupakan orang yang
taat beragama. Seluruh tulisannya berisi tantang daftar uraian yang mengacu pada ketuhanan.
Kepler meyakini bahwa Tuhan menciptakan jagat raya mendasarkan pada perencanaan
matematis sebagaimana keyakinan Plato dan Phytagoras. Kepler menerima secara umum bahwa
matematika menjamin sebagai metode yang melahirkan kebenaran tentang dunia.
Awal tahun 1600 Kepler bergabung dengan Tycho menjadi asistennya di pusat
observatoriumnya di dekat Praha. Tahun berikutnya Thyco meninggal dan posisinya digantikan
oleh Kepler. Ketika Tycho meninggal pada tahun 1601, dia meninggalkan catatan-catatannya
dan tabel bacaan planet kepada Kepler. Tycho meninggalkan data tentang posisi 777 bintang
tetap yang belum lengkap. Salah satu tugas Kepler adalah melengkapi data data dari Tycho
untuk menyusun tabel planet. Untuk memperoleh manfaat sepenuhnya dari kumpulan
pengamatan Tycho tentang planet, Kepler perlu lebih banyak memahami tentang pembiasan
cahaya. Peninggalan catatan Tycho yang cermat memungkinkan memungkinkan Kepler untuk
menarik kesimpulan bahwa teori gerak planet adalah benar mengenai teori heliosentris. Kepler

3
kemudian membuktikan bahwa planet tidak bergerak melingkar melainkan agak oval/elips.
Tabel-tabel pengamatan gerakan planet yang disusun oleh Tycho Brahe memungkinkan Kepler
mempelajari gerakan kosmis dan menarik kesimpulan berdasarkan apa yang ia lihat.
Mars menjadi planet utama yang menarik bagi Kepler. Namun, Kepler sadar bahwa kunci
untuk mengungkap rahasia langit bukanlah Mars, melainkan planet Bumi. Dari pada
menggunakan tabel-tabel itu untuk menyelidiki Mars, Kepler membayangkan dirinya sedang
berdiri di Mars dan melihat ke Bumi. Ia menghitung kecepatan gerakan bumi bervariasi dan
berbanding terbalik dengan jaraknya matahari. Kemudin Kepler mendapatkan orbit planet Mars.
Menurut Kepler, lintasan berbentuk elips adalah gerakan yang paling sesuai untuk orbit planet
yang mengitari matahari. Pada satu rentang waktu yang sama, planet bergerak menyapu daerah
yang sama panjangnya. Karena orbit planet berbentuk elips, maka konsekuensinya makin dekat
jarak planet ke Matahari, makin cepat pula gerak orbitnya.
Setiap panet bergerak dengan membentuk lintasan tertentu dan semua bergerak dengan
orbit yang sama. Dari tahun 1580 sampai 1600, didapatkan ada 10 oposisi Mars berdasarkan
catatan Tycho Brahe, sedangkan menurut catatan David Fabricus dan Kepler sendiri
menunjukkan dua oposisi lagi dari tahun 1602 1604. Melalui data 12 oposisi Mars tersebut,
Kepler dapat memecahkan rahasia gerak plenet Mars itu.
Planet Mars begerak mengelilingi matahari dengan lintasan tertentu dapat berupa
parabola, hiperbola, lingkaran ataupun elips. Planet bergerak dengan lintasan elips. Tanpa
menggunakan alat bantu hitung, Kepler harus mencoba untuk menghitung-hitung berkali-kali
dan dari hasil perhitungan itu ia menemukan bahwa orbit lingkaran tidak cocok dengan data dari
Tycho Brahe. Kepler berusaha mencocokkan berbagai bentuk kurva geometri pada data-data
posisi planet Mars yang dikumpulkan olehTycho Brahe.
Akhirnya Kepler mengerti bahwa matahari bukan sekadar pusat dari tata surya. Matahari
juga berfungsi seperti sebuah magnet, berputar pada porosnya dan mempengaruhi gerakan
planet- planet. Bagi Kepler, semua planet adalah benda-benda fisik yang dengan harmonis diatur
oleh serangkaian hukum yang beragam. Apa yang telah ia pelajari dari Mars dan Bumi pasti
berlaku juga atas semua planet. Jadi, ia menyimpulkan bahwa setiap planet mengitari matahari
dalam orbit elips pada kecepatan yang bervariasi sesuai dengan jaraknya dari matahari. Rumusan
Hukum Keppler dalam buku The Harmony of the World (1618) menyatakan

4
Hukum Kepler pertama : Lintasan setiap planet mengelilingi Matahari merupakan
sebuah elips dengan matahari terletak pada salah satu fokusnya.
Hukum Kepler Kedua : Setiap planet bergerak sedemikian sehingga suatu garis khayal
yang ditarik dari matahari ke planet tersebut menyapu daerah dengan luas yang sama dalm waktu
yang sama.
Hukum Kepler Ketiga : Perbandingan kuadrat periode (waktu yang dibutuhkan untuk
satu putaran mengelilingi matahari ) dua planet yang mengitari matahari sama dengan
perbandingan pangkat tiga jarak rata-rata planet-planet di matahari.

2. Filsafat yang mendasari


a. Essensialisme : karena Keppler dalam menemukan teori gerak planet menggunakan
sebuah catatan peninggalan dari Tycho Brage
b. Idealisme : karena dari data peninggalan Tycho Brage Keppler melakukan analisis
dengan perhitungan matematis yang bersumber dari akal manusia.
c. Rekonstruksionisme : Keppler dapat mengkonstruksi konsep teori dari gabungan konsep-
konsep yang ada.

3. Implikasi dalam pendidikan


Implikasi pembelajaran bagaimana konsep Hukum Keppler di kelas sesuai dengan filsafat
ditemukannya yakni tidak perlu dengan melakukan eksperimen. Hal ini dapat dilihat dari
bagaimana asal konsep tersebut ditemukan. Konsep ini ditemukan dengan kajian pustaka serta
perhitungan matematis dan pengamatan bukan dari percobaan sehingga untuk mengajarkan
materi ini tidak perlu dengan percobaan. Model pembelajaran yang bisa digunakan dalam
mengajarkan hukum kepler adalah dengan menggunakan pembelajaran kooperatif jigsaw. Dalam
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok ahli dan kelompok asal.
Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa anggota kelompok ahli yang
dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Para anggota dari kelompok asal
yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan
membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu
sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Peran guru disini adalah memfasilitasi dan
memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi yang diberikan.

5
Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan
mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan
di kelompok ahli.

B. Mekanika : Hukum I Newton


1. Sejarah konsep Hukum I Newton
Aristoteles (384-332 SM) Aristoteles lahir di kota Stagira, Macedonia, 384 SM.
Aristoteles memiliki keyakinan tentang 4 elemen dasar penyusun kehidupan yaitu air, api, tanah,
udara, dan eter. Aristoteles memberikan kategori berbagai benda dan substansi gejala alam
menurut kedekatan sifat-sifatnya berdasarkan pada sifat keempat elemen tersebut. Aristoteles
merupakan orang pertama yang mengemukakan cabang mekanika tentang hubungan timbal balik
antara gerak dan gaya yaitu bidang dinamika.
Aristoteles membedakan dua jenis gerak yaitu gerak alamiah (pure motion) dan gerak
paksa (violent motion). Menurutnya tiap unsur memiliki tempat alamiah di alam semesta ini
seperti di pusat bumi yang dikelilingi oleh air udara dan api. Setiap unsur memiliki suatu gerak
alamiah untuk bergerak kearah tempat alamiahnya jika ia tidak ada di sana. Bumi dan air
memiliki sifat berat, yaitu cenderung bergerak ke bawah, sementara udara dan api memiliki sifat
levitasi, yaitu cenderung bergerak ke atas. Gerak alamiah ether adalah melingkar, dan ether
selalu dalam tempat alamiahnya. Gerak paksa disebabkan oleh gaya luar yang dikenakan dan
boleh ke sembarang arah. Gerak tersebut akan berhenti segera setelah gaya dihilangkan.
Galileo Galilei (1564-1642). Galileo adalah orang pertama yang membuktikan
kekeliruan doktrin Aristotellian tentang gerak. Aristotele membedakan gerak menjadi dua
Galileo menganggap bahwa sebuah benda yang menggelinding ke bawah pada suatu
bidang miring adalah dipercepat seragam yaitu, kecepatannya bertambah dengan besar yang
sama dalam tiap interval waktu yang kecil. Dia kemudian menunjukkan bahwa asumsi ini dapat
diuji dengan mengukur jarak yang dilalui, dari pada mencoba mengukur kecepatan secara
langsung. Sumbangan besar Galileo lainnya ialah penemuannya mengenai hukum kelembaman
(inersia). Sebelumnya, orang percaya bahwa benda bergerak dengan sendirinya cenderung
menjadi makin pelan dan sepenuhnya berhenti kalau saja tidak ada tenaga yang menambah
kekuatan agar terus bergerak. Tetapi percobaan-percobaan Galileo membuktikan bahwa
anggapan itu keliru. Bilamana kekuatan melambat seperti misalnya pergeseran dihilangkan maka

6
benda bergerak cenderung tetap bergerak tanpa batas. Ia kemudian menyimpulkan bahwa jika
gesekan angin dan gesekan antar permukaan dihilangkan, kelajuan tetap benda pada lintasan
lurus dapat terus dipertahankan tanpa memerlukan gaya luar.
Rene Descartes lahir Di desa La Haye tahun 1596. Descartes menerima prinsip Galileo
bahwa benda-benda cenderung untuk bergerak dalam garis lurus. Secara tidak langsung, hukum
di atas menjadi dasar bagi lahirnya hukum I Newton. Descartes menyatakan bahwa setiap benda
sejauh dengan kekuatannya sendiri akan selalu berada pada kedudukannya (Jika ia bergerak
maka ia akan terus bergerak) dan setiap gerak yang disebabkan oleh keadannya sendiri akan
cenderung pada lintasan yang lurus.
Isaac Newton (1642-1727), lahir di Woolsthrope, Inggris. Hukum pertamanya adalah
hukum inersial yang berasal dari percobaan Galileo, Galileo merupakan penemu pertama hukum
yang melukiskan gerak sesuatu obyek apabila tidak dipengaruhi oleh kekuatan luar. Hukum ini
kemudian diperkuat oleh pernyataan Descartes bahwa benda dengan kekuatannya sendiri akan
cenderung pada kedudukannya dan bergerak dalam lintasan yang lurus. Newton melakukan
percobaan berulang-ulang dari hasil percobaann Galileo sampai ia merumuskan Hukum 1
Newton yang menyatakan jika benda sedang bergerak ia akan terus bergerak sepanjang tidak
ada gaya luar yang bekerja yang menghentikan benda tersebut. Demikian pula benda yang diam
atau tidak bergerak, akan terus diam kecuali ada gaya yang bekerja yang membuat benda itu
bergerak. Hukum ini memberi definisi bahwa gaya yang berkerja adalah nol. Selain itu hukum
ini hanya berlaku pada kerangka acuan inersia.

2. Filsafat yang mendasari penemuan hukum Newton


a. Idealisme : Pada penemuan konsep hukum 1 Newton filsafat ini digunakan oleh Galileo
karena ketidak yakinannya pada pernyataan Aristoteles sehingga ingin membuktikan
pernyataan dari Aristoteles tersebut.
b. Perenialisme : Filsafat ini digunakan Newton karena dasar penemuannya terisnpirasi dari
hasil penelitian masa lalu milik Galileo.
c. Rekonstruksionisme : penemuan konsep ini merupakan bangunan dari beberapa konsep
yang ada untuk memunculkan konsep yang baru
d. Realisme : Penemuan konsep ini dilakukan dengan cara eksperimen yang bisa diamati
dan ditangkap oleh panca indera.

7
3. Implikasi pendidikan
Implikasi pendidikan dalam pengajaran konsep Hukum I Newton dalam pembelajaran
fisika sesuai landasan filsafat ditemukannya konsep tersebut lebih baik jika pembelajaran
dilakukan dengan eksperimen dan pengamatan fenomena di lingkungan sekitar. Siswa mula-
mula diajak untuk mengamati fenomena yang ada di sekitar kemudian melakukan percobaan
yang sesuai untuk melakukan pembuktian.

C. Mekanika : Gaya Gravitasi


1. Sejarah konsep Gaya Gravitasi
Filsuf Yunani Aristoteles (384-322 SM) bahwa dunia material terdiri dari empat elemen:
bumi, air, udara, dan api. Setiap elemen memiliki tempat alami atau tepat di alam semesta yang
secara spontan cenderung; Bumi berada di pusatnya, air di lapisan yang menutupi bumi, udara di
atas air, dan api di atas udara. Setiap elemen memiliki kecenderungan alami untuk kembali ke
tempat yang semestinya, sehingga, misalnya, batu jatuh ke tengah dan api naik di atas udara.
Inilah salah satu penjelasan awal tentang gravitasi: bahwa itu adalah kecenderungan alami untuk
unsur-unsur yang lebih berat, bumi dan air, untuk kembali ke posisi yang tepat di dekat pusat
alam semesta. Teori Aristoteles selama berabad-abad dianggap menyiratkan bahwa objek dengan
bobot yang berbeda harus jatuh pada kecepatan yang berbeda; Artinya, benda yang lebih berat
harus jatuh lebih cepat karena mengandung elemen sentrifugasi, bumi dan air yang lebih banyak.
Namun, ini tidak benar. Benda dengan bobot yang berbeda jatuh, sebenarnya, pada tingkat yang
sama. (Pernyataan ini masih merupakan perkiraan, bagaimanapun, karena mengasumsikan
bahwa Bumi benar-benar stasioner, padahal tidak. Ketika sebuah benda jatuh, Bumi
mempercepat "ke atas" di bawah pengaruh gravitasi timbal balik mereka, sama seperti benda
"jatuh , "dan mereka bertemu di suatu tempat di tengahnya. Untuk benda yang lebih berat,
pertemuan ini berlangsung sedikit lebih cepat daripada untuk benda ringan, dan dengan
demikian, benda yang lebih berat benar-benar jatuh sedikit lebih cepat daripada cahaya. Namun,
dalam praktiknya, gerakan Bumi tidak dapat diukur karena benda "jatuh" kurang dari ukuran
planet, dan karenanya akurat untuk menyatakan bahwa semua benda kecil jatuh pada tingkat
yang sama, terlepas dari massanya.)

8
Model Aristoteles dari alam semesta juga termasuk Bulan, Matahari, planet yang terlihat,
dan bintang-bintang tetap. Aristoteles berasumsi bahwa ini berada di luar lapisan api dan terbuat
dari elemen kelima, eter atau intisari (istilahnya berasal dari ekspresi Latin quinta essentia, atau
esensi kelima, yang digunakan oleh penerjemah abad pertengahan Aristoteles). Benda-benda
langit mengitari bumi yang menempel pada bola halus bersarang yang berpusat di Bumi. Tidak
ada kekuatan yang dibutuhkan untuk mempertahankan gerakan ini, karena semuanya dianggap
sempurna dan tidak berubah, telah digerakkan oleh Prime Mover-God.
Gagasan Aristoteles diterima di Eropa dan Timur Dekat selama berabad-abad, sampai
astronom Polandia Nicolaus Copernicus (1473-1543) mengembangkan model heliosentris
(berpusat pada Matahari) untuk menggantikan yang geosentris (berpusat pada Bumi) yang
merupakan konsep kosmologis yang dominan. Sejak zaman Aristoteles. (Para astronom non-
Eropa yang tidak terbiasa dengan Aristoteles, seperti orang Cina dan Aztec, telah
mengembangkan model geosentris mereka sendiri; tidak ada model heliosentris yang ada
sebelum Copernicus.) Model Copernicus menempatkan Matahari di tengah alam semesta,
dengan semua planet mengorbit Matahari di lingkaran sempurna. Perkembangan ini merupakan
perubahan dramatis dari model sebelumnya yang sekarang disebut Copernican Revolution. Ini
adalah konstruksi intelektual yang cerdik, namun masih belum menjelaskan mengapa planet
mengelilingi Matahari, dalam arti apa yang menyebabkannya melakukannya.
Sementara banyak ilmuwan mencoba menjelaskan gerakan surgawi ini, yang lainnya
mencoba memahami mekanika terestrial. Tampaknya adalah fakta yang masuk akal bahwa
benda-benda yang lebih berat jatuh lebih cepat daripada cahaya dari massa yang sama:
menjatuhkan bulu dan kerikil dengan massa yang sama dan melihat yang menyentuh tanah
terlebih dulu. Kesalahan dalam percobaan ini adalah bahwa hambatan udara mempengaruhi
tingkat di mana benda jatuh. Pada awal abad keenam M. Johannes Philiponos (tahun 490-566)
mengklaim bahwa perbedaan waktu pendaratan itu kecil untuk benda dengan bobot yang berbeda
namun bentuknya serupa. Teman Galileo, fisikawan Italia Giambattista Benedetti (1530-1590),
pada tahun 1553, dan fisikawan Belanda Simon Stevin (1548-1620), pada tahun 1586, juga
mempertimbangkan masalah batu jatuh dan menyimpulkan bahwa tingkat penurunan tidak
tergantung pada berat badan. Namun, individu yang paling dekat kaitannya dengan masalah
benda jatuh adalah fisikawan Italia Galileo Galilei (1564-1642), yang secara sistematis

9
mengamati gerakan tubuh yang jatuh. (Tidak mungkin dia benar-benar menurunkan bobot dari
Menara Miring Pisa, tapi dia menulis bahwa eksperimen semacam itu mungkin dilakukan.)
Benda-benda bersifat mempercepat (mempercepat) dengan cepat saat jatuh, dan Galileo
dibatasi pada observasi oleh teknologi pada masanya, dia mempelajari gerakan lamban
pendulums dan tubuh yang berguling dan meluncur menuruni lereng. Dari hasil penelitiannya,
Galileo merumuskan Hukum benda yang jatuh menyatakan bahwa, dengan mengabaikan
hambatan udara, badan-badan dalam kecepatan jatuh bebas naik dengan percepatan konstan (laju
perubahan kecepatan) yang terlepas dari berat atau komposisi mereka. Percepatan gravitasi di
dekat permukaan bumi diberi simbol g dan memiliki nilai sekitar 32 kaki per detik per detik (9,8
m / s2) Artinya 1 detik setelah dilepaskan benda jatuh bergerak sekitar 10 m / s. ; setelah 2 detik,
20 m / s; setelah 10 detik, 100 m / s. Artinya, setelah jatuh selama 10 detik, itu cukup cepat untuk
menurunkan lapangan sepak bola dalam waktu kurang dari satu detik. Menulis v untuk kecepatan
benda yang jatuh dan t untuk waktu sejak dimulainya benda jatuh, kita memiliki v = gt.
Galileo melakukan pekerjaan yang sangat baik untuk menggambarkan efek gravitasi
terhadap benda-benda di Bumi, namun baru pada waktu fisikawan Inggris, Isaac Newton (1642-
1727) mempelajari masalah yang dipahami betapa universal gravitasi. Sebuah cerita lama
mengatakan bahwa Newton tiba-tiba mengerti gravitasi ketika sebuah apel jatuh dari pohon dan
memukul kepalanya; Cerita ini mungkin tidak benar, tapi Newton memang mengatakan bahwa
apel yang jatuh membantunya mengembangkan teorinya tentang gravitasi.
Kita tidak merasakan kekuatan gravitasi dari benda selain bumi karena mereka lemah.
Gaya gravitasi antara dua benda menjadi lebih lemah jika kedua benda dipindahkan terpisah dan
lebih kuat jika disatukan; Artinya, gaya bergantung pada jarak antar benda. Jika kita mengambil
dua benda dan melipatgandakan jarak di antara keduanya, kekuatan daya tarik menurun sampai
seperempat dari nilai awalnya. Jika kita melipat gandakan jarak, kekuatannya akan menurun
sampai kesembilan dari nilai awalnya. Gaya tergantung pada kuadrat terbalik dari jarak. Semua
pernyataan ini diturunkan dari satu persamaan sederhana: untuk dua benda yang memiliki massa
M dan m masing-masing, besarnya gaya gravitasi yang bekerja pada setiap objek diberikan oleh:

=
2

10
dimana r adalah jarak antara pusat objek dan G adalah konstanta gravitasi (6,673 10-11N m2 /
kg2.) Perhatikan bahwa konstanta gravitasi adalah bilangan yang sangat kecil; ini menjelaskan
mengapa kita hanya merasakan gravitasi saat kita berada di dekat massa besar (mis., Bumi).
Newton juga menjelaskan bagaimana tubuh merespons kekuatan (termasuk gaya
gravitasi) yang bertindak atas mereka. Hukum Geraknya yang Kedua menyatakan bahwa
kekuatan bersih (yaitu, kekuatan yang tidak dibatalkan oleh kekuatan yang berlawanan)
menyebabkan tubuh mempercepat. Jumlah akselerasi ini berbanding terbalik dengan massa
benda. Ini berarti bahwa di bawah pengaruh gaya yang diberikan, benda yang lebih masif
berakselerasi lebih lambat daripada benda yang kurang masif. Sebagai alternatif, untuk
mengalami percepatan yang sama, benda yang lebih besar membutuhkan lebih banyak kekuatan.
Perhatikan gaya gravitasi yang diberikan oleh Bumi pada dua batuan, yang pertama dengan
massa (1 kg) dan yang kedua dengan massa (10 kg). Karena massa yang kedua adalah 10 kali
massa yang pertama, gaya gravitasi kedua akan menjadi 10 kali kekuatan pada yang pertama.
Tapi massa (10 kg) membutuhkan kekuatan 10 kali lebih banyak untuk mempercepatnya, jadi
kedua massa mempercepat Bumi pada tingkat yang sama. Apabila mengabaikan percepatan bumi
terhadap bebatuan (yang sangat kecil), maka hukum gravitasi yang terjadi seperti Hukum II
Newton.

2. Filsafat yang mendasari


a. Idealisme : berdasarkan percobaan yang dilakukan Galileo tentang Hukum Banda Jatuh
yang dia lakukan dari atas menara Pisa berawal dari keraguannya pada pernyataan
Aristoteles bahwa benda yang lebih berat memiki kecepatan lebih dibanding benda yang
lebih ringan. Percobaan tersebut menjadi dasar Gaya Gravitasi Newton
b. Empirisme : Percobaan untuk menemukann konsep dilakukan secara langsung
berdasarkan pengalaman

3. Implikasi Pendidikan
Pada saat mengenalkan gaya gravitasi siswa sebaiknya bersamaan dengan gerak jatuh
karena keduanya saling berhubungan dan berkaitan. Untuk pembelajarannya siswa bisa dengan
melakukan eksperimen sesuai dengan filsafat yang mendasari ditemukannya konsep tersebut.
Agar siswa dapat mengetahui fenomena secara langsung berdasarkan hasil percobaan yang di

11
lakukan siswa. Model pembelajaran yang bisa digunakan adalah dengan menggunakan scentific
approach, yakni dalam sebuah pembelajaran siswa diberikan suatu masalah, kemudian siswa
menyelesaikannya dengan mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan
melalui metode ilmiah.

12
BAB III
KESIMPULAN

Setiap panet bergerak dengan membentuk lintasan tertentu dan semua bergerak dengan
orbit yang sama. Kepler mengerti bahwa matahari bukan sekedar pusat dari tata surya. Matahari
juga berfungsi seperti sebuah magnet, berputar pada porosnya dan mempengaruhi gerakan
planet- planet. Adapun filsafat hingga diperolehnya hukum kepler ini adalah filsafat
essensialisme, idealime, rekonstruktivisme. Implikasi pembelajaran hukum di kelas adalah
Dengan mengetahui bagaimana asal konsep tersebut ditemukan tanpa harus melakukan
eksperimen. Konsep tersebut ditemukan dengan menggunakan perhitungan matematis dan
pengamatan.
Galileo Galilei adalah orang pertama yang membuktikan kekeliruan doktrin Aristotellian
tentang gerak. Galileo menganggap bahwa benda yang menggelinding ke bawah pada bidang
miring adalah dipercepat. Gallileo dan Descrates adalah pencetus hukum kelembaman atau
hukum 1 Newton. Filsafat yang mendasari penemuan hukum 1 Newton adalah Idealisme,
Perenialisme, Rekonstruktivisme, dan Realisme. Implikasi hukum 1 Newton pada pendiikan
adalah dengan melalui eksperimen dan pengamatan fenomena di lingkungan.
Efek gravitasi terhadap benda-benda di bumi di gambarkan oleh Galileo dengan baik,
namun pada waktu Newton dipahami bahwa gaya gravitasi itu universal. Newton mengatakan
bahwa apel yang jatuh membantunya mengembangkan teorinya tentang gravitasi. Filsafat yang
mendasari gravitasi ini adalah idealisme, dan empirisme. Implikasi gravitasi terhadap pendidikan
adalah dengan melakukan eksperimen bersamaan dengan gerak jatuh karena keduanya saling
berhubungan dan harus sesuai dengan filsafat yang mendasari konsep tersebut ditemukan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Hart, Michael H. 1978. Diterjemahkan Djunaidi, H. Bahbub. 1982. Seratus Tokoh yang Paling
Berpengaruh dalam Sejarah: 97 Johannaes Kepler 1571-1630. (Online)
(http://media.isnet.org/kmi/iptek/100/Kepler.html) diakses pada 31 Oktober 2017.
Laue, Max Von. 1950. History of Physics. New York : Academi Press Inc Publisher

Morin, David. 2004. Introductory Clasical Mechanics, with Problems and Solutions. University
Of Harvard

Subini, Nini. 2012. Kisah Menarik Einstein dan Kawan-kawan. Jogjakarta : Javalitera

Surya, Yohanes. 2004. Fisika untuk Semua. Jakarta : PT Bina Sumber Daya MIPA.

Varvoglis, Harry. History and Evolution of Concepts in Physics. New York : Springer

Wolfson, Harry Austrin. 1929. Critique of Aristotele. Cambridge : Harvard University Press.

Net Industries. 2017. Gravity and Gravitation Newtonian Gravity. Dalam


http://science.jrank.org/pages/3130/Gravity-Gravitation-Newtonian-gravity.html (diakses
pada tanggal 4 November 2017)

Wospakrik, Hans J. 2005. Mengenang 300 Tahun : Teori Gaya Berat Newton. (Online)
(http://www.fisikanet.lipi.go.id/utama.cgi?direktori) diakses pada 31 oktober 2017.

14
Analisis Artikel
Bagian ini akan membahas hasil analisis filsafat yang digunakan dalam pembelajaran di kelas
mengenai Hukum I Newton. Setiap mengetahui filsafat apa yang mendasari suatu konsep fisika
itu ditemukan, diharapkan guru dapat menerapkan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan
bagaimana para ilmuan menemukan konsep tersebut.
Judul Artikel :
Using Real-Life Activities in an Interactive Engagement Manner in the Teaching and
Learning of Newtons First Law of Motion in a Ghanaian University

Latar Belakang :
Studi telah menunjukkan bahwa kebanyakan siswa bergantung pada pembelajaran
hafalan dan pemecahan masalah tanpa hafalan, tanpa memiliki mengembangkan keterampilan
pemecahan masalah konseptual yang semua ilmuwan hargai. Para guru hendaknya melakukan
lebih banyak usaha dalam pengembangan metodologi pengajaran. Mereka harus mengadopsi
strategi baru agar fisika menjadi subjek yang ramah dan kurang abstrak. Sebagai solusi untuk
pengetahuan yang buruk tentang subjek, ketidakmampuan siswa untuk melampaui definisi dan
menghindari pertanyaan yang membutuhkan pemikiran deduktif, dia mengatakan bahwa guru
harus melibatkan siswa dalam pengajaran dan proses pembelajaran untuk meningkatkan
pemahaman siswa. Pada pembelajaran ini aktivitas kehidupan nyata akan digunakan untuk
merancang instruksi dalam hukum gerak Newton yang pertama Mahasiswa Universitas Fisika
tahun pertama di Ghana secara interaktif. Proses belajar mengajar akan divideo, ditranskrip dan
dianalisis untuk melihat bagaimana keterlibatan siswa atau keterlibatan interaktif di kelas dapat
menyebabkan peningkatan pemahaman konseptual mereka tentang konsep hukum gerak Newton
yang pertama

15
Metode :
Struktur Langkah pengajaran meliputi : concept quiz, conceptual reasoning questions (CRQ),
kuliah / pengajaran interaktif, refleksi, pertanyaan aplikasi dan pertanyaan tutorial / pemecahan
masalah. Unsur pertama dari struktur didaktis yang perlu dipertimbangkan adalah konsep kuis.
Padahal itu bagian dari struktur didaktik dimana siswa menjawab beberapa pertanyaan tentang
topik yang harus dipertimbangkan, fungsinya yang utama adalah untuk mendorong siswa
melakukan pembacaan pra-persiapan sebelum kuliah. Berikutnya untuk mengikuti adalah
pertanyaan konseptual. Hal itu untuk mendorong siswa merasakan tujuan untuk mempelajari
topik yang sedang dibahas, aktifkan pengetahuan mereka sebelumnya dan untuk memberi
mereka rasa arah ke tempat studi akan mengarahkan mereka. Berikutnya Intinya mengajar secara
interaktif. Dalam jenis pengajaran ini, guru memberikan informasi baru tentang kehidupan nyata
situasi kepada siswa untuk membantu mereka mengidentifikasi jawaban salah mereka dan
mengundang kontribusinya. Setelah Ajaran interaktif para siswa diijinkan untuk
mempertimbangkan kembali gagasan awal mereka berdasarkan pengetahuan baru mereka telah
mendapatkan dari pengajaran. Sesi ini disebut "refleksi". Tahap selanjutnya adalah aplikasi
sesi pertanyaan Disini tugas baru tapi mirip dengan apa yang telah diajarkan dalam berbagai
aktivitas diberikan kepada siswa untuk menemukan bagaimana mereka menerapkan atau
mentransfer pengetahuan baru mereka untuk memecahkan masalah. Tutorial / Soal Pemecahan
adalah sesi terakhir, di mana pertanyaan terpilih mengenai topik yang ditangani diberikan kepada
siswa untuk dipecahkan teman sebayanya dan datang ke kelas untuk menjelaskan atau

16
memberikan jawaban atas berbagai pertanyaan yang bisa dilihat oleh guru apakah siswa
mengikuti jalur yang benar.

Langkah pembelajaran diatas jika diuraikan menurut kajian filsafat kurang tepat digunakan. Hal
ini sesuai dengan penemuan konsep Hukum I Newton yang seharusnya pada pembelajaran
memuat adanya percobaan.

17

Anda mungkin juga menyukai