Anda di halaman 1dari 4

Origin of The Scientific Method

(Asal Mula Metode Ilmiah)


Deden I.F, Dede Miftahul Anwar, M. Ali Nurdin

A. Masalah Utama
Asal mula metode ilmiah modern terjadi di Eropa pada tahun 1600-an: melibatkan (1)
rangkaian peristiwa penelitian dari Copernicus hingga Newton, yang menghasilkan (2) model
gravitasi tata surya dan (3) teori fisika Newton untuk mengekspresikan model tersebut. Beberapa
ilmuan sains terdahulu seperti alkimia yakni ilmuan dengan disiplin ilmu kimia modern yang
dinyatakan bukan sebagai sains karena terdapat ketidak jelasan antara teori dan praktik yang tidak
berdasar. Eropa abad pertengahan berpandangan bahwa hal hal mendasar alam semesta adalah
udara, tanah, api, air. Sementara saat ini Eropa Modern berpandangan bahwa hal hal mendasar
alam semesta adalah energi dan massa, atom dan molekul, medan dan partikel, kimia dan fisika.
Pada dasarnya perbedaan peradaban sebelum dan sesudah lahirnya ilmu pengetahuan pada tahun
1600-an adalah konsepsi yang sangat berbeda tentang alam. Sebelumnya, alam hanyalah sebuah
manifestasi dari alam super yang gaib dan tidak bisa diamati sedangkan saat ini alam sudah dapat
diamati dan fenomenanya yang terjadi di dunia. Alam dapat dijelaskan melalui eksperimen dan
teori serta paradigma ilmiah (Betz, 2011)
Pada tahun 1568 seorang astronom bernama Claudius Ptolemeus yang mengembangkan
sebuah model Geonsentrisme yakni alam semesta dengan Bumi sebagai pusatnya. Ia menulis
risalah ilmiah, tiga diantaranya berpengaruh pada pemikiran Islam di Eropa yaitu risalah astronomi
(Almagest), Geografi, dan astrologi “Empat Buku”. Model geosentrisme ini ditemukan memiliki
aspek aspek yang janggal seperti planet Venus yang menunjukan gerakan retrograde yang tampak
jelas, gerakan retrograde adalah gerakan orbit atau rotasi dari sebuah objek yang arahnya
berlawanan dengan rotasi objek primernya, dalam hal ini Venus dengan objek primernya Bumi
yang sepanjang waktu bergerak maju namun terkadang bergerak mundur. Untuk menjelaskan
penampakan ini, Ptolemeus menempatkan planet ini pada sebuah lingkaran kecil diatas lingkaran
yang lebih besar mengelilingi bumi. Hal ini dilakukan untuk memodelkan gerakan “retrograde”
planet Venus yang tampak seperti yang terlihat dari bumi. Hal ini secara teoritis tidak elegan,
penjelasanya tidak sederhana dan tidak langsung (Betz, 2011).
Menurut pandangan banyak orang yang hidup pada akhir abad pertengahan, alam dipenuhi
dengan pengaruh,kekuatan gaib, dan kekuatan misterius bahkan hal ini berlaku untuk sains dan
kedokteran, dalam kasus seperti itu konflik terjadi antara sains dan agama karena konsep agama
masuk ke ranah sains secara tidak wajar (Ferngren, 2000).
kemajuan ilmiah yang pada akhirnya membuat kebenaran menjadi jelas bagi semua orang
dan selalu muncul sebagai pemenang. Proses sejarah tidak perlu terjadi seperti ini, tetapi sering
terjadi konflik yang menjadi hubungan utama antara sains dan agama. Kemenangan sains yang
paling terkenal adalah kemenangan Copernicanisme (Ferngren, 2000).

B. Solusi
Ilmu pengetahuan dimulai oleh beberapa orang diantaranya Copernicus, Brahe, Kepler,
Galileo, Descartes, dan Newton. Untuk pertamakalinya dalam sejarah, semua komponen metode
ilmiah bersatu menjadi sebuah teori yang berlandasan empiris seperti dijelaskan sebagai berikut.
1. Copernicus: Metode ilmiah dapat diverifikasi melalui observasi
2. Brahe: Instrumen observasi yang tepat untuk memverifikasi model
3. Kepler: Analisis teoritis dari data experiment.
4. Galileo: Hukum-hukum ilmiah yang digeneralisasi dari eksperimen
5. Descartes dan Newton: Matematika untuk mengekspresikan ide-ide teoretis secara kuantitatif
6. Newton: Derivasi teoritis dari model yang dapat diverifikasi secara eksperimen.
Adapun penjelasan secara rinci mengenai para penemu tersebut diantaranya:
1. Nicolas Copernicus (1473-1543)
Saat ini dikenal sebagai ahli teori, namun ia menganggap dirinya sebagai “filsuf
alam”. Nicolas Copernicus mengusung sebuah ide (yang sebenarnya merupakan
pengembangan dari ide kuno) bahwa alam semesta dimodelkan dengan matahari sebagai pusat
tata surya, bumi bukan menjadi pusat tata surya (Betz, 2011).
Nicolas Copernicus lahir di kota torun, yang saat itu merupakan bagian dari kerajaan
polandia. Copernicus masuk ke akademi Krakow pada tahun 1941. Empat tahun kemudian ia
pergi ke Italia untuk melanjutkan studinya dibidang hukum dan kedokteran di Universitas
Bologna dan Universitas Padua. Ketika berada di Italia ia bertemu dengan seorang astronom
yakni Domenico Maria Novara da Ferrara dan menjadi asistennya untuk sementara waktu.
Copernicus menyelesaikan studinya di Universitas padua dan mendapatkan gelar doctor
dibidang hukum kanonik pada tahun 1503. Ia kemudian Kembali mengabdi di Gereja Kolese
Salib Suci di Breslaw, Silesia. Tepat sebelum kematianya pada tahun 1543 ia menerbitkan
karyanya, De revolutionibus orbium coelestium (Betz, 2011).
Model Copernicus menantang model yang lebih tua dan kemudian diterima secara
luas, yaitu model system yang berpusat di bumi yang telah disempurnakan oleh Ptolemeus
(90-168 M) dari Alexandria, Mesir. Copernicus berpendapat bahwa jika semua planet berada
pada lingkaran yang mengelilingi matahari, model tersebut menjadi elegan dalam artian lebih
sederhana dan tanpa kerumitan tambahan (Betz, 2011).
2. Tycho Brahe (1546-1601)
Hasil karya Copernicus mendorong Tycho Brahe menemukan pengamatan baru.
Brahe ingin menentukan model mana yang benar dengan melakukan pengamatan astronomi
secara langsung. Brahe dikenal sebagai seorang ilmuan eksperimental (berbeda dari
Copernicus yang dikenal sebagai seorang teoritisi). Pentingnya Brahe bagi Copernicus adalah
bahwa Brahe akan menggunakan pengamatan dengan teori yang berlandaskan secara empiris
(Betz, 2011).
Ketepatan pengukuran Brahe yang jauh lebih baik daripada pengukuran posisi planet
sebelumnya memungkinkan terjadinya terobosan dalam ilmu astronomi. Ketepatan
pengukuran ini memberikan data yang cukup akurat untuk membuktikan antara model planet
yang berpusat pada Bumi (Ptolemeus) atau planet yang berpusat pada matahari (Copernicus)
(Betz, 2011).
Dalam perspektif sejarah, Brahe adalah ilmuan eksperimental yang sangat
berkompeten karena ia memahami bahwa ketepatan pengukuranlah yang menjadi kunci untuk
membuktikan model mana yang benar dalam kenyataan. Pemahaman seorang peneliti
terhadap data eksperimen sebagai bagian penting dalam mengkontruksi dan memvalidasi teori
adalah tanda seorang ilmuan eksperimental yang berkompeten. Ini adalah proses utama dalam
metode ilmiah yakni memverifikasi teori dengan instrument ilmiah yang tepat (Betz, 2011).
Brahe lahir di Denmark, ayahnya adalah seorang bangsawan dan dibesarkan oleh
seorang paman pada tahun 1559. Ia pergi ke Universitas Kopenhagen untuk belajar hukum. Ia
mengalihkan perhatianya ke astronomi setelah memprediksi gerhana pada tahun 1560. Selama
hidupnya dia membangun beberapa observatorium dan membuat instrument pengukuran yang
lebih besar dan jauh lebih akurat daripada instrument sebelumnya. Alat alat tersebut adalah
astrolab, sepuluh kali lipat lebih besar daripada astrolabe sebelumnya. Pengukuran terhadap
gerak Venus, Mars, dan Jupiter jauh lebih akurat daripada alat pengukuran gerak planet
sebelumnya (Betz, 2011).
3. Johannes Kepler (1571-1630)
Kepler merupakan seorang ahli matematika dan seorang pekerja untuk brahe karena
semasa hidupnya brahe telah banyak melakukan pengukuran dan mempekerjakan kepler untuk
menganalisis semua data. Menganalisis berarti mengabstraksikan bentuk dasar data dan
menggeneralisasi bentuk tersebut sehingga data dari pengamatan baru akan sesuai dengan
bentuk tersebut.
Ketika brahe meninggal dunia kepler ditunjuk oleh kekaisaran Rudolph II untuk
menggantikan posisi brahe dan secara berkelanjutan Kepler bekerja menganalisis pengukuran
brahe. Pada awal tahun 1602, kepler menemukan sebuah hukum baru yang bernama
Fenomenologis / hukum alam yang diikuti oleh alam dan juga hokum kuantitatif (Betz, 2011).
Jika model Copernicus memahami orbit sebagai bentuk lingkaran maka hokum
fenomenologis kepler memahami orbit planet sebagai bentuk elips. Penemuan ini diterbitkan
pada tahun 1602 pada naskah yang berjudul “Astronomia Nova”. Kepler tidak mungkin
menciptakan teori orbit elips jika tanpa ketepatan pengukuran akurat milik brahe (Betz, 2011).
4. Galileo Galilei (1564-1642)
Galileo galilei merupakan seorang astronom, filsuf dan fisikawan italia (1564-1642).
Dia merupakan orang pertama yang dapat mengamati bulan dan planet-planet diapun
meupakan orang pertama yang mengamati bulan-bulan Jupiter, sebuah planet besar dengan
bulan-bulan yang mengorbit planet tersebut melalui pengembangan teleskop yang dibuatnya.
Hal ini serupa dengan analogi model Copernicus dimana menjadikan matahari sebagai pusat
tata surya sekligus menunjukan keunggulan realistis diatas model ptolemeus (Betz, 2011).
Berdasarkan eksperimennya kemudian gealileo menyimpukan teori fisika baru tentang
gerak dan gravitasi. Galileo merupakan pelopor contoh historis kedua dari metode ilmiah
modern (Betz, 2011).
Galileo merupakan seseorang yang berkontribusi di bidang sains. Galileo mampu
membuktikan bahwa “bumi benar benar bergerak” sebagian besar ilmuan diyakinkan bahwa
pandangan Copernicus telah divalidasi secara memadai oleh argumen galileo.(finochiaro,
1942)
Namun diwaktu bersamaan terjadi konflik pertama antara otoritas agama dan
kebebasan berfikir khususnya di bidang sains, dimana penemuan galileo dipandang
bertentangan dengan keyakinan gereja yang menganut model bumi sebagai pusat tata surya
yang menjadikan Galileo harus mendekam di tahanan rumah atas konfliknya (Betz, 2011).
5. Renes Descartes (1596-1765)
Renes Descartes, juga dikenal sebagai Renatus Cartesius, lahir di Prancis pada 31
maret 1596, dikenal sebagai Bapak Matematika Modern. Thomas Aquinas, Archimedes,
William Harvey adalah beberapa orang yang mempengaruhi perjalanan proses berpikirnya.
Rene Descartes mengajarkan untuk tidak boleh memulai segalanya dengan
kepercayaan, tetapi dengan keraguan. Hal tersebut sangat bertentangan dengan pemikiran para
filsuf abad pertengahan yang mengajarkan untuk mendahulukan kepercayaan di atas
segalanya. Dalam filsfatnya, ia menegaskan perbedaan antara nalar dan objek materialnya.
Rene Descartes sangat menyukai melakukan riset ilmiah untuk membuktikan sebuah
hal, dan percaya bahwa penerapan-penarapan praktis dari riset ini dapat memberi manfaat
lebih baik bagi masyarakat. Dia mengatakan bahwa para ilmuwan harus menghindari
pandangan-pandangan yang tidak rasional, dan harus mencoba menggambarkan dunia melalui
persamaan-persamaan matematika. Rene Descartes percaya bahwa seluruh dunia, kecuali
Tuhan dan jiwa manusia, beroperasi secara mekanik. Karena itulah Rene Descartes percaya
semua peristiwa dapat dijelaskan melalui percobaan-percobaan ilmiah, sehingga ia menolak
berbagai bentuk sihir, astrologi, dan takhayul lainnya.
Pada tahun 1619, dia berpikir untuk menggunakan matematika untuk memecahkan
masalah fisika. Dia memiliki ide untuk menggabungkan geometri Euclid dengan aljabar dan
menciptakan topik matematika baru, 'geometri analitik'. Hal ini memungkinkan representasi
ruang sebagai sistem koordinat tiga dimensi (x, y, z), dengan titik mana pun dalam ruang
dapat digambarkan sebagai jarak yang diproyeksikan di sepanjang setiap koordinat Kartesius.
Pada 1637, ia menerbitkan karyanya yang paling terkenal, Discourse on the Method
for Properly Guiding the Reason and Finding Truth in the Science.
6. Isaac Newton (1642-1726)
Isaac Newton (25 Desember 1642 – 20 Maret 1726) adalah seorang fisikawan,
matematikawan, ahli astronomi, filsuf alam, alkimiawan, teolog dan penulis Inggris yang
secara luas diakui sebagai salah satu ilmuwan paling berpengaruh sepanjang masa.
Pada tahun 1665, ia mulai berpikir tentang besaran tak terhingga dan perubahan
kecepatan, serta bagaimana menghitungnya dalam ruang Kartesius. Ini adalah awal dari
pengembangan kalkulus.
Dari tahun 1670 hingga 1672, Newton memberikan kuliah tentang optik. Dia berpikir
bahwa cahaya terdiri dari partikel-partikel (tetapi juga harus mengasosiasikan cahaya sebagai
gelombang untuk menjelaskan difraksi cahaya).
Pada tahun 1687, Newton menerbitkan Philosophiae Naturalis Pricipia Mathematica.
Ini adalah karya utama yang membentuk fisika secara kuantitatif (dan sekarang disebut
Mekanika Newton). Buku ini berisi tiga hukum gerak universal:
1. Hukum Inersia
Gerakan sebuah benda adalah konstan kecuali jika digerakkan oleh kekuatan eksternal.
2. Hukum Gaya
Efek dari gaya eksternal pada sebuah benda adalah mengubah percepatannya, sebanding
dengan massa benda tersebut: F = ma = m dv/dt.
3. Hukum Aksi-Reaksi
Untuk setiap aksi (gaya) pada sebuah benda, ada reaksi yang sama dan berlawanan (gaya
reaktif).
Masalah berikutnya bagi Newton untuk fisika barunya adalah ekspresi kuantitatif
untuk gaya gravitasi, yang berkurang sesuai dengan kuadrat terbalik dari jarak. Newton
kemudian merumuskan gaya gravitasi (1) sebanding dengan hasil kali massa yang tertarik oleh
gaya gravitasi di antara keduanya dan (2) berkurang dengan berkurangnya gaya sesuai dengan
kuadrat jarak: Fg = gMm/r2. Newton menetapkan persamaan gaya diferensialnya (F = ma)
sama dengan gaya gravitasi untuk mendapatkan persamaan diferensial gerak planet-planet di
sekitar matahari: m dv/dt = gMm/r2 . Newton menyelesaikan persamaan diferensial ini
(dengan menggunakan metode kalkulus matematisnya yang baru) dan menemukan bahwa
solusi dari persamaan ini (dalam bentuk geometri analitis) adalah rumus-rumus kuantitatif
yang menggambarkan elips atau parabola. Dan dengan demikian, tata surya dijelaskan oleh
mekanisme gravitasi universal. Dengan menggunakan fisika Galileo, model kuantitatif
Newton menurunkan model tata surya Copernicus yang sesuai dengan pengukuran astronomi
Brahe dan hukum orbit planet elips Kepler. Semua ide ini menyatu dalam persamaan
diferensial gerak planet-planet yang mengorbit matahari yang terikat oleh gravitasi.

Seiring dengan waktu proses yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah
sekarang disebut "metode ilmiah". Bagian-bagian penting dari metode ilmiah ini adalah:
(1) observasi dan eksperimen,
(2) instrumentasi dan teknik instrumental,
(3) analisis teoretis dan pembuatan model,
(4) konstruksi dan validasi teori,
(5) pengembangan dan integrasi paradigma

References
Ferngren, G. B. (2000). THE HISTORY OF SCIENCE AND RELIGION IN THE WESTERN TRADITION: AN
ENCYCLOPEDIA GARLAND REFERENCE LIBRARY OF THE HUMANITIES (VOL. 1833). GARLAND
PUBLISHING, INC.

Betz, F. (2011). Managing Science Methodology and Organization of Research (G. E. Carrayanis, Ed.).
George Washington University. www.springer.com/series/8124

finochiaro, M. (1942). Galileo And The Art Of Reasoning. University Of Nevada.

Anda mungkin juga menyukai