Anda di halaman 1dari 4

REVOLUSI ILMIAH

Kata kunci: Empirisme Inggris, kosmologi, deduksi, dualisme, epistemologi, rasionalis- me Perancis,
induksi, hukum gravitasi universal, mekanik

Alasan utama Abad Pertengahan berubah menjadi zaman modern adalah Revolusi Ilmiah, yakni
penemuan ilmu pengetahuan modern sebagai me- tode penyelidikan intelektual dan pertumbuhan ilmu
pengetahuan khusus serta kumpulan pengetahuan tentang alam. Antropologi masa kini berakar pada
peristiwa penting ini, sebab kebanyakan antropolog telah memeluk beberapa versi sains, yang kontras
dengan humanisme atau agama.

Revolusi Ilmiah terdiri dari dua bagian: pertumbuhan epistemologi il- miah dan akumulasi pengetahuan
ilmiah.

Epistemologi adalah cabang ilmu filsafat yang mengeksplorasi ka- rakteristik pengetahuan. Di era pasca-
Abad Pertengahan, ketika otoritas intelektual Gereja menipis, dibutuhkan epistemologi baru untuk
sains. Lalu lahirlah dua epistemologi yang digunakan oleh ilmuwan hingga hari ini. Salah satunya adalah
deduksi, yaitu logika berpikir dari umum ke khusus, atau proses penarikan kesimpulan dari sesuatu yang
telah diketa- hui atau diasumsikan sebelumnya. Deduksi digunakan dalam semua ilmu, terutama ilmu
matematika formal. Ilmuwan ternama penganut metode de- duksi adalah seorang matematikawan
Perancis bernama René Descartes (1596-1650). Logika berpikirnya adalah "Saya ada, maka dari itu
Tuhan ada, maka dari itu dunia nyata ada." Versi deduksi Cartesian menjadi lan- dasan bagi tradisi ilmiah
rasionalisme Perancis. Prinsip utama pemi- kiran Cartesian adalah dualisme, yakni asumsi bahwa
dualitas utama suatu dunia terbagi menjadi objek dan subjek, rasional dan irasional, dan budaya dan
alam. Dasar dualisme ini adalah perbedaan tajam antara alam pikir- an dan materi. Tradisi ini menjadi
sangat penting dalam kritik positivisme pada akhir abad ke-20.

Epistemologi kedua dari Revolusi Ilmiah adalah induksi, yaitu pro- ses pencarian eksplanasi umum untuk
fakta-fakta tertentu yang didukung oleh bukti pengamatan terhadap fakta-fakta tersebut. Ilmuwan
pendukung metode induksi yang paling terkenal adalah filsuf Inggris, Francis Bacon (1561-1626) dan
John Locke (1632-1704). Gagasan mereka merupakan bagian penting dari Abad Pencerahan. Versi
induksi Bacon dan Lockean menjadi dasar bagi tradisi ilmiah empirisme Inggris. Baik rasionalisme
Perancis maupun empirisme Inggris masing-masing memiliki pengikut, yang kemudian melahirkan
mazhab pemikiran antropologi dengan epis- temologi yang berbeda secara mendasar, bahkan terkadang
berlawanan.
Dari abad ke-13 sampai abad ke-17, semakin maraknya penerapan epistemologi ilmiah dalam
menggantikan cara berpikir Abad Pertengahan menghasilkan serangkaian penemuan ilmiah. Puncaknya
adalah lahirnya sintesis ilmiah Sir Isaac Newton yang revolusioner. Kisah revolusi ini di- mulai dengan
mekanika, ilmu gerak, dan kosmologi, yakni cabang filsa- fat yang mempelajari asal usul dan struktur
alam semesta.

Kosmologi dan mekanika Abad Pertengahan adalah perpaduan dari ilmu teologi Kristen dan sains
Aristoteles. Dalam pandangan dunia Abad Pertengahan, Bumi adalah pusat alam semesta, dan semua
bergerak ke pu- satnya dalam bentuk gerakan yang dianggap alami. Semua gerakan lainnya dianggap
tidak alami dan membutuhkan penggerak agar dapat dijelaskan. Dalam gerak yang tidak wajar, jika
tubuh dihentikan, maka akan berhenti atau mengalami jeda. Kecepatan tubuh yang bergerak tergantung
pada ke- kuatan penggerak. Gaya konstan akan menghasilkan kecepatan yang kon- stan. Saat
pergerakan tubuh menemui hambatan, maka kecepatannya akan menurun. Jika hambatan menurun,
kecepatannya akan meningkat secara proporsional sehingga, dalam ruang hampa, di mana tidak ada
resistansi sama sekali, kecepatannya akan meningkat seketika. Bagi ilmuwan Abad Pertengahan, konsep
kecepatan seketika tampak tidak masuk akal, maka dari itu tidak ada konsep ruang hampa.

Dalam sistem ini, tubuh yang jatuh secara alami seharusnya tidak be- rakselerasi, tapi kenyataannya
tidak demikian. Oleh karena itu, ilmuwan Abad Pertengahan mengatakan bahwa udara bergerak di balik
tubuh yang jatuh dan mendorong mereka ke bawah. Saat ketinggian udara semakin berkurang,
hambatan akan semakin sedikit dan tubuh akan berakselerasi. Argumen ini diterima dengan baik untuk
sementara waktu, tetapi kemudi- an menjadi tidak meyakinkan. Lalu bagaimana dengan peluru, atau
tubuh yang didorong ke depan? Mengapa peluru melambat? Menurut sebuah teori yang dikembangkan
pada 1300-an, peluru diberi dorongan yang akan habis setelah beberapa saat ia dilepaskan. Dengan cara
yang sama, tubuh yang jatuh bebas memperoleh dorongan, yang membuat mereka berakse- lerasi.
Teori dorongan adalah jembatan antara teori Abad Pertengahan dan teori inersia modern.

Mekanika adalah bagian integral dari kosmologi Abad Pertengahan. Dalam kosmologi Abad
Pertengahan, ruang dunia terputus dari wilayah ruang angkasa atau spiritual, oleh empat elemen bumi,
air, udara, dan api. Keempat elemen tersebut menutupi Bumi seperti lapisan bola atau orbit. Orbit ruang
angkasa terdiri dari elemen kelima, yakni sesuatu yang tidak berubah dan abadi. Diyakini terdapat
sepuluh lapisan langit, yang terluar adalah langit surga. Aristoteles mengungkapkan bahwa lapisan langit
ini nyata adanya. Ptolemeus (87-150), seorang astronom Yunani yang terso- hor di Alexandria,
menambahkan hampir 80 orbit tambahan dengan epi- siklus untuk memperhitungkan
"ketidakteraturan" dalam gerak planet. Episiklus adalah lingkaran kecil yang bergerak mengelilingi
lingkaran yang lebih besar. Teori ini malah menciptakan masalah baru: orbit, yang diang- gap nyata,
menjadi saling berpotongan.

Pada 1543, astronom Polandia, Nicolaus Copernicus (1473-1543) men- dorong lahirnya Revolusi Ilmiah
dengan mengumumkan bahwa Bumi ber- gerak mengelilingi Matahari, bukan sebaliknya, dan bahwa
Bumi berpu- tar pada porosnya sendiri. Ia mengurangi jumlah orbit yang dibutuhkan menjadi 34. Ia
berniat menjadi konservatif, memperkuat sistem Ptolemeus dengan menyelamatkan elemen-elemen
yang masih bekerja. Akan tetapi implikasinya tidak positif. Muncul pertanyaan-pertanyaan berikut: Jika
Bumi bukan pusat alam semesta, bagaimana mungkin bumi istimewa? Ba- gaimana mungkin Tuhan
menciptakannya untuk memuliakan manusia? Apakah ada dunia lain? Selain itu, pemikiran ini
menciptakan masalah tek- nis baru dan dikritisi oleh pengamatan baru yang tidak relevan. Jika Bumi
berputar pada porosnya, mengapa orang jatuh tidak mendarat di belakang tempat mereka dijatuhkan?
Di samping itu, pada akhir 1500-an, bintang dan komet baru muncul, dan jalur pergerakan mereka
(terutama komet) menembus orbit. Untuk menjawab masalah ini, astronom Denmark, Tycho Brahe
(1546-1601) mengambil langkah berani berikutnya dengan mengu- mumkan bahwa orbit tidak ada.
Kemudian, pada awal 1600-an, astronom Jerman, Johann Kepler (1571-1630) menggambarkan orbit
planet dengan bentuk elips, bukan lingkaran sempurna. Menurut Hukum Kepler, planet- planet bergerak
mengelilingi Matahari dan melewati area yang sama pada waktu yang sama, menyiratkan bahwa planet-
planet yang dekat dengan Matahari bergerak lebih cepat.

Sementara itu, fisikawan Italia dan astronom, Galileo Galilei (1564-1642) menggunakan teleskop untuk
mengamati bintik matahari dan "noda" lainnya di ruang angkasa. Merefleksikan pandangan revolusioner
pendahu- lunya, Galileo, dalam Dialogue Concerning the Two Chief Systems of the World (1632), secara
sistematis membandingkan pandangan dunia Ptole- meus dan Copernicus. Dalam prosesnya, dia
memecahkan masalah jatuh- nya tubuh manusia yang tidak mengarah ke tempat mereka dijatuhkan
dengan alasan bahwa segala sesuatu di Bumi berputar dengannya; Dengan kata lain, "belakang" tidak
benar-benar ada. Namun, ada dua masalah be- sar yang saling terkait: dengan demikian apa yang
menyebabkan gerakan di Bumi, jika sekarang Bumi tidak lagi menjadi pusat alam semesta, dan apa yang
menyebabkan benda langit bergerak, karena sekarang tidak ada orbit? Masalah ini dipecahkan oleh
ilmuwan Inggris, Isaac Newton (1642- 1727). Dalam karyanya Principles of Mathematics (1687)
dikatakan bah- wa hukum gravitasi universal menjadi penyebab gerak tubuh, baik di Bumi maupun di
ruang angkasa. Newton menunjukkan bahwa semua benda bergerak saling menarik satu sama lain,
dengan gaya yang seban- ding dengan kuadrat jarak di antara keduanya. Tubuh di Bumi bergerak karena
mereka tertarik ke Bumi (dan Bumi terhadap mereka), dan benda langit bergerak karena saling menarik
satu sama lain dalam pola yang se- suai dengan hukum gerak planet Kepler. Berbeda dengan sistem
Abad Per- tengahan, sistem Newton mempertahankan bahwa inersia membuat benda bergerak kecuali
jika mereka terpengaruh oleh kekuatan baru, dan tentu saja tidak perlu untuk menjaga tubuh tetap
bergerak dengan terus mene- rapkan gaya yang sama. Selain itu, gaya konstan menghasilkan akselerasi
konstan, bukan kecepatan. Alam semesta versi Newton adalah satu sistem hukum mengenai materi
bergerak, dengan Bumi dan penghuninya ber- keliling melalui ruang kosong dengan cara yang dapat
diketahui ilmuwan tanpa harus meminta Tuhan menjelaskannya. Untuk prestasi intelektual- nya, Isaac
Newton dihadiahi gelar bangsawan dan setelah kematiannya, ia dimakamkan di Westminster Abbey.
Bertahun-tahun kemudian, Charles Darwin (the Newton of Biology) dimakamkan di dekatnya.

Signifikansi Revolusi Ilmiah untuk antropologi ada dua. Pertama, alam semesta fisik yang dikemukakan
Newton adalah alam semesta yang diterima oleh kebanyakan antropolog modern. Kedua, prestasi
Newton dalam ilmu pengetahuan alam mengilhami upaya serupa di bidang sosial. Hasilnya adalah di
abad setelahnya, yaitu pada Abad Pencerahan, benih ilmu pengetahuan sosial mulai ditanam dan
berkembang. Namun, pada akhir abad kedua puluh, banyak antropolog mulai mempertanyakan efek-
tivitas sains, yang berujung pada era keraguan diri. Bahkan di beberapa tempat terjadi penolakan
langsung terhadap sains. Selama masa itu, dan hingga abad ke-21 "Proyek Pencerahan" modern
mendapat sorotan tajam.

Anda mungkin juga menyukai