A. Teori Geosentris
1. Sejarah Teori Geosentrisme
Embrio teori Geosentris dimulai sejak zaman Aristoteles (384-322) yang
menyatakan bahwa bumi itu bulat, dengan menunjukkan argument ketika
terjadi proses gerhana terdapat baying-bayang lengkung pada bulan yang
disebabkan oleh posisi bumi. Ia juga berpendapat bahwa pusat jagat raya
adalah bumi. Sehingga semua benda-benda langit bergerak mengitari bumi.
Sekitar tahun 150 M, di Alexandria hiduplah seorang astronom Mesir
bernama Ptolomeus. Ia merupakan peneliti ahli dan menjadi popular karena
ensiklopedia yang disusunnya, yang berisi semua pengetahuan sains dari
dunia kuno. Kita mengenalnya dengan almagest. Selain memberikan satu-
satunya catatan catalog bintang Hipparchus, buku ini juga menimpulkan
pandangan klasik bumi sebagai pusat alam semesta. Konsep ini dikenal
dengan konsep alam semesta Ptolomeus.
Sejarah sosial teori geosentris yang menyangkut dinamikanya di tengah-
tengah dominasi gereja pada kurun abad 3-16, yang mampu menghasilkan
tipologi tersebut sehingga dapat diterima pada ranah pmahaman manusia
mengenai konsep alam semesta.
Dilihat dari suasana pada kuru waktu tersebut, keberadaan dewan gereja
memiliki otoritas penuh dalam menentukan segala kebijakan, apalagi yang
berkaitan dengan deologi. Pada abad pertengahan sekitar abad 12 s/d 15
orang-orang Eropa Barat sanagat mendukung Aristoteles. Sehingga
Aristoteles dianggap mutlak benar.
Lalu muncul pertanayaan Aristoteles yang menyatakan pusat alam
semesta. Pendapat Aristoteles ini berdasarkan keterangan ayat Yoshua
10:12a-13, yaitu “matahari, berhentilah di atas gabeon dan engkau, bulan di
atas lemabh Ayalon!”. Maka berhentilah matahari dan bulan itu bergerak,
oleh dewan gereja pernyataan ini didukung sepenuhnya karena sesuai dengan
apa yang tertera dalam Yosua, dan dijadikan pegangan oleh rakyat awam
pada umumnya. Sehingga teori Geosentris dianggap mutlak benar pada saat
itu.
Gambar 1. Model Tata Surya Geosentris
Bangsa Eropa barat pada abad XIII M, tengah dilanda tumbuhnya
isme-isme baru seperti humanisme, rasionalisme, renaisainsme sebagai
reaksi adri filsafat skolastik di masa itu, dimana orang dilarang
menggunakan rasio atau faham yang kontaradiktif dengan pemahaman
gereja.
Pemikiran yang dianggap melanggar agama oleh gereja,
memungkinkan penggagas dapat dihukum denagn dsiksa bahkan dihukum
mati. Seperti yang dialami oleh Giardono Bruno (1548-1600), salah
seorang pendukung idea lam semesta Nicolas Copernicus dengan Teori
Heliosentris. Ia ditangkap dan disiksa oleh deawan Inquisasi Gereja, dan
akhirnya dihukum mati di tiang pembakaran di Roma pada bulan februari
1600. sehingga teori Geosentris ini terus berkembang dan mengakar
sebelum akhirnya dipatahkan oleh teori Heliosentris
B. Teori Heliosentris