Dalam astronomi, Heliosentrisme adalah teori yang berbunyi bahwa Matahari menjadi
pusat alam semesta. Kata tersebut berasal dari bahasa yunani, yaitu (Helios = Matahari, dan
Kentron = Pusat). Secara historis, Heliosentrisme bertentangan dengan Geosentrisme, yang
menyatakan bahwa bumi sebagai pusat alam semesta. Pandangan mengenai kemungkinan
Heliosentrisme ini terjadi sejak zaman klasik kuno. Tapi abad ke-14 baru dapat ditemukan
suatu model matematis yang dapat meramalkan secara lengkap sistem Heliosentris. Hal
tersebut dikemukakan oleh Nicolas Copernicus.[[1]] Jadi, bisa disimpulkan bahwa teori
Heliosentris ini berawal pada masa peradaban eropa.
Konsep manusia mengenai apa yang dimaksud dengan Alam Semesta telah berubah
secara radikal sepanjang zaman. Pada mulanya, mereka meletakkan bumi sebagai pusat Alam
Semesta. Selanjutnya, mereka menemukan bahwa Bumi hanyalah sebuah planet, dan yakin
bahwa Mataharilah pusatnya. Kemudian, mereka menyadari bahwa Matahari hanyalah sebuah
bintang biasa, yang merupakan anggota dari sebuah gugusan (kelompok) bintang yang disebut
galaksi dan meyakini pula bahwa galaksi inilah Alam Semesta. Setelah itu, mereka menemukan
lagi bahwa galaksi ini hanyalah satu dari sedemikian banyak galaksi yang membentuk Alam
Semesta. Kenyataan ini lah yang kita yakini hingga saat ini.[[2]]
Walaupun Teori Heliosentris akhirnya terbukti benar, namun pada saat itu teori ini
tidak mendapat banyak dukungan. Pada masa itu justru yang mendapat dukungan adalah teori
yang diungkapkan oleh Hiparchus (± tahun 190-125 SM) yang menyatakan bahwa Bumi itu
diam, dan Matahari, Bulan serta planet-planet lain mengelilingi Bumi (Geosentris). Sistem
Geosentris ini disempurnakan dan dipopulerkan lagi oleh Cladius Ptolomeus (± 160M) seorang
berkebangsaan Yunani yang hidup di Alexandria. Dia menyatakan bahwa benda-benda langit
seperti Bulan, dan planet-planet seperti Merkurius, Venus, Saturnus, Mars dan Yupiter berada
di luar angkasa yang kosong dan Bumi sebagai pusat edar. Dia membuat catatan Astronomis
yang dikenal dengan Almagest atau Tabril Magesthi. Pendapat ini diikuti oleh para ilmuan
selama hampir 16 abad.[[3]]
Tetapi kemudian Teori Geosentris ini dijatuhkan oleh Teori Heliosentris yang
tepatnya muncul pada abad ke-14 M, yang dikemukakan oleh seorang berkebangsaan Polandia
bernama Nicolas Copernicus. Nicolas Copernicus lahir pada tanggal 19 Februari 1473 M di
Torun. Disinilah ia mulai mendalami filsafat, astronomi, astrologi, geometri dan geografi.
Setelah selesai ia melanjutkan studinya di Universitas Bologna dan Universitas Padua. Dan
melanjutkan kuliah di Universitas Ferrara pada tahun 1496-1502 M.
Jhohanes Kepler mendukung gagasan tersebut pada tahun 1609 melalui teorinya
bahwa Matahari adalah pusat tata surya, Kepler juga mengoreksi pendapat Copernicus tentang
orbit planet yang berbentuk lingkaran. Kepler menyatakan bahwa bentuk orbit planet adalah
ellips (ihlijy) yang dikenal dengan tiga hukum kepler. Pada tahun yang sama, Galileo Galilei
menciptakan Teleskop menumental di Dunia. Dari pengamatan tersebut, Galileo
berkesimpulan bahwa Bumi bukanlah pusat Alam Semesta. Penemuan Teleskop tersebut,
selain mendukung Teori Heliosentris Copernicus, juga menjadi titik awal yang baru bagi
perkembangan ilmu Astronomi.[[5]].
Dengan munculnya buku, maka akhirnya cita-cita gagasan yang selama ini ia
harapkan berhasil, dengan bentuk sebuah buku, sebab dalam jangwaku 30 tahun ia terkurung
dan diasingkan tidak berani untuk mengeluarkan pendapat dan teorinya yang sudah ditulis
dalam bentuk buku, ia takut untuk mengeluarkan karena dikhawatirkan akan adanya
pertentangan dikalangan gereja dan juga Copernicus tahu tentang bahayanya untuk
mengeluarkan pendapat yang bertentangan dengan pendapat gereja dan pendapat Paus.
Pengamatan itu juga dilakukan oleh Galilio yaitu pada tahun 1609 M. Dengan
ketelitian dan kegeniusan dia mampu menciptakan sendiri teleskop. Dengan alat baru ini dia
mengalihkan perhatiannya ke langit dan hanya dalam setahun dia sudah berhasil membuat
serentetan penemuan besar. Galileo menciptakan teleskop dan membuat satu bagi dirinya.
Penciptaan teleskop dan serentetan penemuan ini melempar Galileo ke atas tangga
kemasyhuran. Sementara itu, dukungannya terhadap teori Copernicus menyebabkan dia
berhadapan dengan kalangan gereja yang menentangnya habis-habisan. Pertentangan gereja ini
mencapai puncaknya di tahun 1616 M, ketika dia diperintahkan menahan diri dari
menyebarkan hipotesa Copernicus. Galileo meresa tercengang dengan pembatasan ini selama
bertahun-tahun. Baru sesudah Paus meninggal pada tahun 1623 M,kemudian digantikan oleh
seorang Paus yang mengagumi Galileo, di tahun berikutnya, Paus baru ini memberi pertanda
walau samar-samar bahwa larangan bulat Galileo tidak lagi dipaksakan, dengan adanya
kebebasan teori tersebut maka teori Galileo mulai disebarkan.
Hal tersebut ditulis dalam bukunya tentang pola yang diterapkan lebih memudahkan
dalam menjelaskan bagaimana gerakan planet sesuai pengamatan. Kemudian pengamatannya
didukung oleh pengamatan Galileo. Dalam sepucuk surat bertanggal 4 April 1957, Galileo
mengaku bahwa sejak beberapa tahun silam ia sudah tahu betapa Bumi mengitari Matahari dan
bahwa sistem Kopernikan lebih mendekaati kenyataan daripada pandangan lain yang
dikemukakan oleh Aristoteles dan Ptolomeus. Teori Heliosentris Copernicus memberi
penjelasan sederhana sekaligus anggun atas gerak-gerak planet yang selama itu
membingungkan kaum cerdik cendikia. Sambil menata ulang planet-planet yang sudah dikenal
saat itu, sistem Heliosentris menawarkan diri sebagai sistem yang lebih masuk akal
dibandingkan dengan sistem tradisional Geosentris.
Dan pada tahun 1632 M Galileo menerbitkan buku yang berjudul Dialogue
concerrning the two chief systems of the world . Pada waktu itu musim dingin tahun 1633 M
ia dipanggil ke Roma untuk menghadapi Komite Inkwisisi dari gereja Katolik Roma. Ia
ditahan dan dibentak-bentak selama berbulan-bulan dan pada akhirnya tanggal 22 Juni 1933 M
ia diajukan ke pengadilan. Ketika itu umurnya sudah 70 tahun sering sakit-sakitan, dan
akhirnya ia bersedia untuk menarik kembali dukungannya kepada Teori Copernicus sambil
berlutut. Ia tidak jadi dihukum mati. Pada tahun 1642 Galileo meninggal dunia. Menurutnya
yang menjadi pusat perrputaran benda langit bukanlah Bumi melainkan Matahari sehingga
teorinya dikenal dengan sebutan Heliosentris (helio=matahari, center=pusat).
Tatkala pada tahun yang sama lahir Isaac Newton. Setelah kematian Galileo banyak
sekali para astronom melakukan pengamatan benda-benda langit, dan ia pun sepakat dengan
teori yang dicetuskan oleh Copernicus, seketika itu para dewan gereja mulai salah tingkah, ini
terjadi pada abad 18, kemudian ia menyalahkan pada dewan gereja pada abad sebelumnya yaitu
abad 6-17 dan akhirnya para astronom pada saat itu mendukung teori Aristarchus, Copernicus
dan Galileo. Diantaranya yang dibenarkan oleh perhitungan Johannes hasil pengamatan
Galileo Galilei ini memperkuat teori heliosentrisnya Copernicus, disamping itu juga pekerjaan
yang dilakukan oleh Tycho Brache (1546-1601) dan Johanes Kepler (1571-1630).
Dalam pandangan Johanes Kepler bahwa planet-planet yang beredar itu terikat pada
persyaratan tertentu, maka dari sinilah Johanes Kepler menggunakan 3 buah hukum yang
dikenal sampai sekarang dengan istilah hukum Kepler 1, 2, dan 3. Arah revolusi Bumi sama
seperti arah rotasinya, yaitu ke arah timur langit. Jika kita di ruang angkasa di kutub Utara
Bumi kita akan melihat Bumi beredar mengelilingi Matahari berlawanan arah dengan jarum
jam yang kita gunakan.
Hukum Kepler yang ketiga, berbunyi; “Pangkat dua waktu peredaran sebuah planet
mengitari Matahari berbanding lurus dengan pangkat tiga jarak rata-rata planet tersebut ke
matahari”. Maka dari Hukum Kepler yang ketiga ini, setidaknya memberikan gambaran
Meskipun kedua teori ini berlainan pendapat tentang pusat tata surya, ternyata hal itu tidak
menutup kemungkinan bahwa kedua teori.[[6]]
Tetapi, berdasarkan wacana historis ilmu falak, tokoh yang pertama kali
menyampaikan kritik tajam pada Teori Geosentris adalah Al-Biruni dengan asumsi tidak
masuk akal karena langit yang begitu besar dan luas dengan bintang-bintangnya dinyatakan
mengelilingi bumi sebagai pusat tata surya. Dari sinilah dapat kita ambil kesimpulan bahwa
dasar Teori Heliosentris bermula dari Al-Biruni.