Anda di halaman 1dari 4

KAJIAN AKSIOLOGIS DALAM FILSAFAT ILMU

Pengertian
AKSIOLOGI Dalam bahasa yunani Aksios Ilmu Logos Nilai nilai yang berkaitan
dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun suriasumantri)

Objek- Objek Aksiologi :


 Etika dan estetika
 Membahas kritis dan sistematis kajian-kajian moral
 Merupakan cabang filsafat tertua

Landasan Aksiologis dari Pandangan beberapa ahli


Menurut Ahmad Tafsir, Aksiologi pengetahuan filsafat bicara tentang 3 hal yakni :
1) Filsafat sebagai kumpulan teori filsafat
2) Filsafat sebagai metode pemecahan masalah
3) Filsafat sebagai pandangan hidup

Max Scheler melihat aksiologis sebagai suatu fakta yang dapat diobservasi secara
fenomenologis. Perasaan akan kewajiban merupakan suatu yang dibuat-buat dan
tidak jujur, sedangkan daya tarik nilai atau kebaikan bersifat spontan, autentik dan
jujur.

Dalam Kamus Filsafat (Sudarsono, 1993: 8), aksiologi berarti suatu ajaran tentang
kebenaran hakiki yang menjadi tujuan hidup manusia, misal ajaran agama. Atau
dapat juga berarti :
1) Ajaran tentang nilai-nilai dan sistem
2) Nilai dalam ilmu filsafat
3) Cabang filsafat yang membuat tentang nilai
4) Filsafat nilai

Kattsoff (2004: 319) aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat
nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan

Barneld juga menjelaskan bahwa aksiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki
tentang nilai- nilai, menjelaskan berdasarkan kriteria atau prinsip tertentu apa yang
dianggap baik di dalam tingkah laku manusia.

Tujuan:
Agar manusia mengetahui dan mampu mempertanggungjawabkan apa yang ia
lakukan.

mempersoalkan tentang nilai keindahan.


Keindahan mengandung arti bahwa di dalam diri segala sesuatu terdapat unsur-
unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang
utuh menyeluruh.

Dalam filsafat ilmu, menurut Bertrand Russel, tahap aksiologis disebut juga tahap
manipulasi. Dalam tahap ini, ilmu tidak saja bertujuan menjelaskan gejala-gejala
alam untuk tujuan pengertian dan pemahaman (ontologi dan epistemologi),
melainkan juga untuk memanipulasikan faktor-faktor yang terkait dengan alam untuk
1
mengontrol dan mengarahkan proses-proses alam yang terjadi. Konsep ilmiah
tentang gejala alam sifatnya abstrak menjelma bentuk jadi konkret berupa teknologi
(Jujun S. Suriasumantri).

Dalam kehidupan sehari-hari, persoalan aksiologis muncul juga dalam


perwujudannya yang berbeda-beda. Tidak ada diskusi atau perbedaan pendapat
yang berkaitan dengan perilaku seseorang, seperti kelezatan makanan, keluwesan
seorang gadis, namun hasil akhir sering menunjukkan sikap aksiologis yang
ekstrem. Peribahasa latin: de gustibus non disputandum (selera tidak bisa
diperdebatkan). Pendapat ini sesungguhnya ingin menunjukkan satu ciri khas nilai,
yaitu bersifat yang mendalam dan langsung dari penilaian.

Dalam berperilaku, Sokrates mengajarkan “intelektual etis”. Seseorang memiliki


pengetahuan yang baik pasti memiliki perilaku yang baik, tetapi perilakunya tidak
etis. Tetapi pendapat Sokrates perlu diakui bahwa orang perlu memiliki pengetahuan
etika agar orang dapat mencapai kematangan etis.

Kajian filsafat berkenaan dengan aksiologis, lebih banyak bicara tentang etika yang
sering juga disamakan dengan moral. Etika dipahami sebagai nilai yang dianut
seseorang yang terkait dengan norma lingkungannya. Ada nilai yang bersifat umum
dan ada pula yang bersifat khusus.

Sebagai bagian dari batang tubuh nilai, menjelaskan tentang kegunaan nilai dan
cara pengetahuan nilai menyelesaikan masalah. Kegunaan nilai dalam wilayah
pengetahuan dijelaskan sebagai berikut;
1. Kegunaan nilai dalam wilayah filsafat
2. Kegunaan nilai dalam wilayah ilmu pengetahuan
3. Kegunaan nilai dalam wilayah mistik (Mulyana, 2004; 90-94)

Ketika suatu nilai kebenaran diperoleh dari pemikiran filsafat, maka nilai itu dapat
dijadikan rujukan dalam menentukan kehidupan suatu masyarakat atau bangsa,
contoh Pancasila adalah pemikiran filsafat dan nilai-nilai luhur bangsa yang bergeser
kebenarannya ke arah nilai keyakinan idiologis. Dalam wilayah ilmu pengetahuan,
nilai dapat ditemukan bukan saja sebagai nilai logis tetapi juga nilai etis dan estetika.
Contoh untuk menanamkan rasa keindahan pada diri anak, guru dapat
membiasakan hidup bersih pada anak didik ketika mereka berada dalam lingkungan
sekolah.

Untuk sumber dan ukuran kebenaran barat disajikan sebagai berikut:

Epistemologi Ontologi Aksiologi


Sumber Metode dan
ukuran
kebenaran
Logika Logis Sains Membantu dan mengatur
empiris  Eksak hidup lebih mudah
 Sosial
 Humaniora, dll
Logika Logis- Filsafat Benar salah
abstrak  Filsafat metafisik;
dll
2
Logika Logis-etis Etika Baik buruk
 Adat istiadat
 moral
Rasa Estetis Nilai seni Indah tidak indah
 seni pahat
 seni lukis
 seni tari

Stephen Litle John bicara tentang tiga asumsi dasar untuk memperoleh nilai-
nilai ilmu pengetahuan, teori ini dinamakan metatori. Metatori adalah bahan spesifik
berbagai teori seperti tentang apa yang diobservasi, bagaimana observasi dilakukan
dan apa bentuk teorinya. Metatori adalah teori tentang teori.
Pengkajian tentang tiga cabang filsafat ini, jika dikaitkan dengan nilai/moral
maka akan timbul permasalahan yang mendasar apa sesungguhnya nilai/moral itu?
Dan bagaimana nilai/moral tersebut diperoleh dari sumbernya, serta apa manfaat
atau kegunaannya bagi kehidupan manusia.
Setiap ilmu dan pengetahuan memiliki objek yang sedang dikaji, demikian
pula dengan nilai, ia memiliki objek yang selalu melekat pada subjek yang diikutinya.

Dan tugas manusia adalah menilai agar bisa menerima nilai tersebut inheren
(melekat) pada dirinya. Sebagaimana diungkap Mulyana, objek nilai tidak akan
berarti apa-apa jika manusia tidak menilai objek tersebut. (Mulyana, 2004, 80).
Dengan demikian objek nilai terwujud dalam ilmu sosial, undang-undang dan
lain-lain. Objek Nilai (ajaran agama, logika filsafat; teori pengetahuan-sikap ilmiah;
norma adat istiadat, karya seni).
Menurut Rahmad Mulyana ukuran kualitas nilai dapat ditetapkan sesuai
dengan patokannya, yaitu benar salah (logis), baik buruk (etis) dan indah tidak indah
(estetis) yang penilaiannya merujuk pada sumber theistik (Tuhan) dan manusia
(humanistik). (Mulyana, 2004, 83).

Ukuran kebenaran nilai menurut Rahmat Mulyana, sebagai berikut:

Aliran Ukuran Nilai Objek


Logis humanistik Berdasarkan akal Seluruh pengetahuan
Logis –Theistik Nilai-nilai logika yang bermuara Seluruh pengetahuan
pada nilai ilahiyah
Logis-empiris- Kebenarannya berdasarkan Ilmu pengetahuan
humanistik prinsip-prinsip logico-hepotetico-
vervikasi
Logis-empiris- Prinsip-prinsip kebenarannya Ilmu pengetahuan umum
Theistik menggunakan kinerja ilmiah dan pengetahuan agama.
logico-hepotico-verifikasi dengan
merujuk nilai-nilai ilahiyah yang
berasal dari wahyu sebagai
bingkai kebenaran
Mistik-humanistik Prinsip-prinsip kebenaran mistik
magis hitam dan magis putih
Mistik-Theistik Nilai-nilai ilahiyah ketenangan
batin

3
Filsafat,aksiologi, dan kaitanya
Ilmu filsafat adalah ilmu yang membutuhkan suatu kebenaran, ilmu yang
menumbuhkan suatu hasil dari para ahli, yang pasti dinilai tingkat kebenaranya,
tingkat keaslianya, keaktualanya.

Kaitan antara nilai guna ilmu, baik itu ilmu umum maupun ilmu agama, tak dapat
dibantah lagi bahwa kedua ilmu itu sangat bermanfaat bagi seluruh umat manusia,
dengan ilmu seseorang dapat mengubah wajah dunia. Nilai itu bersifat objektif.

Kesimpulan
Aksiologi merupakan :
1) Ajaran tentang nilai-nilai dan sistem
2) Nilai dalam ilmu filsafat
3) Cabang filsafat yang memunculkan tentang nilai
4) Filsafat nilai

Anda mungkin juga menyukai