Anda di halaman 1dari 15

PERKEMBANGAN ASTRONOMI MODERN

Tujuan           :
1.      Untuk Mengetahui pengertian astronomi.
2.      Untuk Memahami perbedaan antara, astronomi, astrofisika, dan astrologi.
3.      Untuk Menyebutkan dan menjelaskan cabang-cabang ilmu astronomi beserta sifatnya.
4.      Untuk Mengetahui dan Menjelaskan subjek pengklarifikasian ilmu astronomi.
5.      Untuk Mendeskripsikan sejarah perkembangan astronomi modern.
6.      Untuk Menjelaskan sistem astronomi dari Muller.
7.      Untuk Menceritakan sistem astronomi Copernicus.
8.      Untuk Mengenal sistem astronomi Ticho Brahe dan Keppler.
9.      Untuk Menceritakan kontribusi Ilmuan Muslim dalam bidang astronomi.
10.  Untuk Mengetahui kontribusi Al-Battani di bidang astronomi.
11.  Untuk Mengenal Al-Sufi sebagai ilmuan di bidang astronomi.
12.  Untuk Mengetahui kontribusi Al-Biruni dalam astronomi.
13.  Untuk Menyebutkan kontribusi Ibnu Yunus dalam ilmu astronomi.
14.  Untuk Mengenal Al-Farghani sebagai ilmuan di bidang astronomi.
15.  Untuk Mengetahui kontribusi Al-Zarqali dalam astronomi.
16.  Untuk Menyebutkan kontribusi Jabir Ibn Aflah dalam bidang astronomi.
17.  Untuk Mendeskripsikan perkembangan ilmu astronomi zaman modern.
18.  Untuk Menceritakan perkembangan ilmu astronomi di Indonesia.
Pertanyaan    :
1.      Sebutkan dan Jelaskan pengertian astronomi!
2.      Apa perbedaan antara, astronomi, astrofisika, dan astrologi?
3.      Sebutkan dan Jelaskan cabang-cabang ilmu astronomi beserta sifatnya!
4.      Apa saja subjek pengklarifikasian ilmu astronomi?
5.      Deskripsikan sejarah perkembangan astronomi modern!
6.      Jelaskan sistem astronomi dari Muller!
7.      Ceritakan sistem astronomi Copernicus!
8.      Bagaimana sistem astronomi Ticho Brahe dan Keppler?
9.      Ceritakan kontribusi Ilmuan Muslim dalam bidang astronomi!
10.  Apa saja kontribusi Al-Battani di bidang astronomi?
11.  Bagaimana peranan Al-Sufi sebagai ilmuan di bidang astronomi?
12.  Jelaskan kontribusi Al-Biruni dalam astronomi!
13.  Sebutkan kontribusi Ibnu Yunus dalam ilmu astronomi!
14.  Bagaimana peranan Al-Farghani sebagai ilmuan di bidang astronomi?
15.  Apa saja kontribusi Al-Zarqali dalam astronomi?
16.  Sebutkan kontribusi Jabir Ibn Aflah dalam bidang astronomi!
17.  Deskripsikan perkembangan ilmu astronomi zaman modern!
18.  Ceritakan perkembangan ilmu astronomi di Indonesia!
                                                                                                         
Peta Konsep   :
Pembahasan  :
A.    Hakekat Astronomi

1.      Pengertian Dasar Astronomi


Astronomi, yang secara etimologi berarti "ilmu bintang" (dari Yunani: άστρο, +
νόμος), adalah ilmu yang melibatkan pengamatan dan penjelasan kejadian yang terjadi di luar
Bumi dan atmosfernya. Ilmu ini mempelajari asal-usul, evolusi, sifat fisik dan kimiawi
benda-benda yang bisa dilihat di langit (dan di luar Bumi), juga proses yang melibatkan
mereka.
Selama sebagian abad ke-20, astronomi dianggap terpilah menjadi astrometri,
mekanika langit, dan astrofisika. Secara umum baik "astronomi" maupun "astrofisika" boleh
digunakan untuk menyebut ilmu yang sama. Penelitian-penelitian astronomi modern
kebanyakan berurusan dengan topik-topik yang berkenaan dengan fisika, sehingga bisa saja
kita mengatakan bahwa astronomi modern adalah astrofisika.
Astronomi adalah salah satu di antara sedikit ilmu pengetahuan di mana amatir masih
memainkan peran aktif, khususnya dalam hal penemuan dan pengamatan fenomena
sementara. Astronomi jangan dikelirukan dengan astrologi, ilmu semu yang mengasumsikan
bahwa takdir manusia dapat dikaitkan dengan letak benda-benda astronomis di langit.
Meskipun memiliki asal-muasal yang sama, kedua bidang ini sangat berbeda; astronom
menggunakan metode ilmiah, sedangkan astrologi tidak.

2.      Cabang-Cabang Ilmu Astronomi


Pada abad ke-20, astronomi profesional terbagi menjadi dua cabang: astronomi
observasional dan astronomi teoretis. Yang pertama melibatkan pengumpulan data dari
pengamatan atas benda-benda langit, yang kemudian akan dianalisis menggunakan prinsip-
prinsip dasar fisika. Yang kedua terpusat pada upaya pengembangan model-model
komputer/analitis guna menjelaskan sifat-sifat benda-benda langit serta fenomena-fenomena
alam lainnya. Adapun kedua cabang ini bersifat komplementer — astronomi teoretis berusaha
untuk menerangkan hasil-hasil pengamatan astronomi observasional, dan astronomi
observasional kemudian akan mencoba untuk membuktikan kesimpulan yang dibuat oleh
astronomi teoretis.
Berdasarkan pada subyek atau masalah, ada beberapa pengklarifikasian dalam ilmu
astronomi sebagai berikut:
         Astrometri: cabang ilmu Astronomi yang mempelajari hubungan geometris benda-benda
angkasa.
         Kosmologi: penelitian alam semesta sebagai seluruh dan evolusinya.
         Fisika galaksi: penelitian struktur dan bagian galaksi kita dan galaksi lain.
         Astronomi ekstragalaksi: penelitian benda (sebagian besar galaksi) di luar galaksi kita.
         Pembentukan galaksi dan evolusi: penelitian pembentukan galaksi, dan evolusi mereka.
         Ilmu planet: penelitian planet dan tata surya.
         Fisika bintang: penelitian struktur bintang.
         Evolusi bintang: penelitian evolusi bintang dari pembentukan mereka sampai akhir mereka
sebagai bintang sisa.
         Pembentukan bintang: penelitian kondisi dan proses yang menyebabkan pembentukan
bintang di dalam awan gas, dan proses pembentukan itu sendiri.

B.     Sejarah Perkembangan Astronomi Modern


Awal perkembangan ilmu astronomi modern dimulai oleh Purbach (1423-1461) di
universitas Wina serta lebih khusus lagi oleh muridnya Yohanes muller (1436-1476).Johanes
Muller pergi ke Italia khusus untuk belajar karya asli Ptolemeus tentang astronomi bersama
temannya Walther (1430-1504).
Muller bersama Walther membuat penanggalan berdasarkan benda-benda langit yang
banyak dipakai oleh para pelaut Spanyol dan Portugis. Muller meninggal sebelum ia dapat
melaksanakan niatnya. Pengamatan muller dilanjutkan oleh temannya, Walther dan Albrecht
Durer. Maka, ketika Nicolas Copernicus (1473-1543) memulai karyanya, telah terdapat
cukup banyak karya hasil pengamatan astronomi.
Sistem Copernicus yang baru tentang alam semesta menempatkan matahari sebagai
pusat alam semesta, serta terdapat tiga jenis gerakan bumi. Tiga jenis gerakan bumi itu adalah
gerak rotasi bumi (perputaran bumi pada porosnya), gerak revolusi (gerak bumi mengelilingi
matahari) dan suatu girasi perputaran sumbu bumi yang mempertahankan waktu siang dan
malam sama panjangnya.
Dalam sistem copernicus, bumi dan semua planet bergerak mengitari matahari dengan
arah yang sama dan laju yang berkurang semakin jauh dari matahari. Sementara itu, matahari
yang berada di pusat dan bintang-bintang yang berada di luar tata surya berada pada
tempatnya yang tetap. Dengan sistem Copernicus, perhitungan astronomi dibuat menjadi
lebih mudah, karena melibatkan jumlah lingkaran yang lebih sedikit. Selanjutnya terdapat
keberatan-keberatan terhadap sistem Copernicus. Keberatan pertama adalah kenyataan bahwa
pusat tata surya tidak tepat berada pada matahari. Keberatan kedua, yang lebih serius,
menyatakan bahwa bila bumi berputar, maka udara cenderung tertinggal di belakang, hal ini
akan menimbulkan angin yang arahnya ke timur. Keberatan lebih jauh terhadap sistem
copernicus adalah bila bumi berputar, maka bumi akan hancur berkeping-keping oleh gaya
sentrifugal.
Copernicus berpendapat bahwa spin dan gerakan dalam suatu lingkaran adalah
gerakan-gerakan yang spontan, merupakan sifat alami dari suatu bentuk bola dimana bumi
dan benda-benda langit ada. Maka bersama copernicus muncul suatu sistem cosmos yang
betul-betul baru. Penggerak alam semesta tidak lagi penting. Matahari sebagai pusat tatasurya
menjadi pengatur alam semesta. Sistem Copernicus tetap mempertahankan nilai-nilai lama
dalam sistem cosmos yaitu bumi sebagai pusat alam semesta. Itulah mungkin sebabnya
copernicus mengajukan suatu sistem baru, heliosentris.
Pengamatan paling penting dalam bidang astronomi modern adalah yang dilakukan
oleh Ticho Brahe. Ia menganut pendangan geosentris. Kepler adalah anak seorang tentara
wurtemburg. Ia mempelajari sistem copernicus di Tubingen. Karya pertama Kepler dalam
bidang astronomi berjudul The Mysteri of the Universe yang diterbitkan pada tahun 1596.
Pada tahun 1609, Kepler menemukan ternyata elips sangat cocok dengan hasil pengamatan
Ticho Brahe. Kepler tidak lagi menggunakan lingkaran sebagai lintasan benda-benda langit
melainkan elips.
C.    Kontribusi Ilmuwan Muslim Dalam Bidang Astronomi
Astronomi berkembang begitu pesat pada masa keemasan Islam (8 - 15 M). Salah
satu bukti dan pengaruh astronomi Islam yang cukup signifikan adalah penamaan
sejumlah bintang yang menggunakan bahasa Arab. Ahli sejarah sains, Donald
Routledge Hill, membagi sejarah astronomi Islam ke dalam empat periode.
Periode pertama (700-825 M) adalah masa asimilasi dan penyatuan awal dari
astronomi Yunani, India dan Sassanid. Periode kedua (825-1025) adalah masa
investigasi besar-besaran dan penerimaan serta modifikasi sistem Ptolomeus.
Periode ketiga (1025-1450 M), masa kemajuan sistem astronomi Islam. Periode
keempat (1450-1900 M), masa stagnasi, hanya sedikit kontribusi yang dihasilkan.

Sejumlah, ahli astronomi Islam pun bermunculan : Nasiruddin at-Tusi yang


berhasil memodifikasi model semesta episiklus Ptolomeus dengan prinsip-prinsip
mekanika untuk menjaga keseragaman rotasi benda-benda langit. Selain itu, ahli
matematika dan astronomi Al-Khawarizmi, banyak membuat tabel-tabel untuk
digunakan menentukan saat terjadinya bulan baru, terbit-terbenam matahari, bulan,
planet, dan untuk prediksi gerhana. Ahli astronomi lainnya, seperti Al-Batanni
yang banyak mengoreksi perhitungan Ptolomeus mengenai orbit bulan dan planet-
planet tertentu.

Berikut adalah beberapa ahli astronomi Islam yang telah memberi kontribusi bagi
perkembangan astronomi:

1. Al-Battani (858-929) : Sejumlah karya tentang astronomi terlahir dari buah


pikirnya. Salah satu karyanya yang paling populer adalah al-Zij al-Sabi. Ia berhasil
menentukan perkiraan awal bulan baru, perkiraan panjang matahari, dan
mengoreksi hasil kerja Ptolemeus mengenai orbit bulan dan planet-planet tertentu.
Al-Battani juga mengembangkan metode untuk menghitung gerakan dan orbit
planet-planet.

2. Al-Sufi (903-986 M) : Al-Sufi merupakan sarjana Islam yang mengembangkan


astronomi terapan. Ia berkontribusi besar dalam menetapkan arah laluan bagi
matahari, bulan, dan planet dan juga pergerakan matahari, dan ia juga menetapkan
ciri-ciri bintang, memperbincangkan kedudukan bintang, jarak, dan warnanya,
serta Ia menulis mengenai astrolabe.

3. Al-Biruni (973-1050 M) : Merupakan ahli astronomi pada zaman Renaissance.


Ia telah menyatakan bahwa bumi berputar pada porosnya dan jua memperkirakan
ukuran bumi dan membetulkan arah kota Makkah secara saintifik dari berbagai
arah di dunia.

4. Ibnu Yunus (1009 M) : Ia menghabiskan masa hidupnya selama 30 tahun dari


977-1003 M untuk memperhatikan benda-benda di angkasa. Dengan menggunakan
astrolabe yang besar, hingga berdiameter 1,4 meter, Ibnu Yunus telah membuat
lebih dari 10 ribu catatan mengenai kedudukan matahari sepanjang tahun.

5. Al-Farghani : Dia menulis mengenai astrolabe dan menerangkan mengenai teori


matematik di balik penggunaan peralatan astronomi itu. Kitabnya yang paling
populer adalah Fi Harakat Al-Samawiyah wa Jaamai Ilm al-Nujum tentang
kosmologi.

6. Al-Zarqali (1029-1087 M) :. Beliau telah menciptakan jadwal Toledan dan juga


merupakan seorang ahli yang menciptakan astrolabe yang lebih kompleks bernama
Safiha.

7. Jabir Ibn Aflah (1145 M) : Geber, begitu orang barat menyebutnya, adalah
ilmuwan pertama yang menciptakan sfera cakrawala mudah dipindahkan untuk
mengukur dan menerangkan mengenai pergerakan objek langit

D.    Perkembangan Ilmu Astronomi Pada Zaman Modern


Pada abad ke-19, dengan ilmu spektroskopi dasar - yaitu ilmu yang mempelajari
garis spektra (daerah yang mendapatkan lebih sedikit ketika menguraikan cahaya
matahari) - para ilmuwan membuktikan bahwa unsur kimia di Matahari, terutama
hidrogen dan helium, ditemukan juga di Bumi.

Pada abad ini pula, para ilmuwan menemukan bentuk-bentuk cahaya yang tidak
dapat dilihat dengan mata telanjang, sehingga dibentuklah ilmu astronomi
inframerah, astronomi radio, astronomi sinar X, dan astronomi sinar gamma.
Dengan ilmu spektroskopi, diketahui bahwa bintang-bintang lain serupa dengan
Matahari, namun dengan berbagai massa, suhu, dan ukurang yang berbeda.
Dengan diketahuinya eksitensi galaksi Bima Sakti dan beberapa galaksi lainnya,
wawasan astronomi mulai terbuka luas atas kesadaran ilmuwan bahwa terdapat
banyak galaksi yang belum semuanya diketahui manusia.

Spektroskopi dipelajari lebih lanjut pada abad ke-20. Observasi tersebut perlu
dimengerti, terlebih lagi karena diciptakannya fisika kuantum. Abad tersebut juga
merupakan masa ketika kebanyakan pengetahuan yang sekarang digunakan dalam
astronomi ditemukan. Dengan bantuan fotografi, benda-benda langit yang tadinya
tak terlihat jelas dapat diobservasi. Pada abad ini, diketahui bahwa Matahari
merupakan satu dari lebih dari 10 miliar bintang yang terdapat pada suatu galaksi.
Eksistensi galaksi-galaksi lain ditetapkan oleh Edwin Hubble, yang memastikan
bahwa Andromeda merupakan galaksi lain, dan masih banyak galaksi lain yang
jauh dari galaksi kita.

E.     Perkembangan Ilmu Astronomi Di Indonesia


Sejarah telah mencatat, geliat penerapan astronomi di kepulauan Nusantara telah ada sejak
beberapa abad silam. Penanggalan kalender jawa, penentuan musim hujan, kemarau, panen,
dan ritual kepercayaan lain yang menggunakan peredaran gerak benda langit sebagai acuan.
Bahkan, mengutip sebuah lagu “nenek moyangku seorang pelaut”, mereka pun mahir
menggunakan rasi-rasi bintang sebagai penunjuk arah.

Zaman beranjak ke masa kerajaan Hindu-Budha, dimana candi-candi dibangun berdasarkan


letak astronomis. Candi-candi di daerah Jawa Tengah dibangun dengan menghadap ke arah
terbitnya Matahari, timur. Sedangkan bangunan candi di Jawa Timur, menghadap ke barat,
dimana Matahari terbenam. Meski begitu, ada sedikit perbedaan dengan candi kebesaran
rakyat Indonesia, Candi Borobudur, yang dibangun menghadap ke arah utara-selatan tepat
pada sumbu rotasi Bumi. Gunadharma, yang membangun Candi Borobudur memakai patokan
bintang polaris yang pada masa dinasti Syailendra masih terlihat dari Pulau Jawa

Minat masyarakat terhadap ilmu yang menjadi “anak tiri” di Indonesia ini telah meningkat
selama beberapa tahun terakhir. Secara Internasional, astronomi di Indonesia pun sudah
‘cukup dipandang’. Terbukti dengan dipercayanya Indonesia menjadi tuan rumah APRIM,
ajang berkumpulnya para astronom dunia, pada tahun 2005 silam, juga sebagai tuan rumah
olimpiade Astronomi Internasional tahun 2008 mendatang. Belum lagi banyaknya siswa yang
membawa pulang medali ke tanah air, hasil dari pertarungan mereka dalam Olimpiade
Astronomi Internasional maupun Olimpiade Astronomi Asia Pasific.

Indonesia, yang terbentang dari Sabang sampai Merauke hanya memiliki sedikit sekali
fasilitas astronomi. Hampir semua kegiatan astronomi terpusat di Observatorium Bosscha dan
Planetarium Jakarta. Ide pembuatan observatorium di daerah-daerah terpencil sudah ada sejak
dulu. Yang sudah mulai berjalan seperti Planetarium di Palembang dan Tenggarong,
Kalimantan. Juga adanya rencana menjadikan Pulau Biak sebagai tempat peluncuran satelit.
Para pecinta Astronomi dan masyarakat Indonesia pada umumnya, memiliki mimpi agar
dapat dibangun lagi observatorium-observatroium di daerah-daerah ataupun pulau-pulau
terpencil lainnya. Selain belum banyak terjamah manusia, hingga tingkat polusinya kecil dan
memungkinkan untuk melihat langit sangat cerah, pembangunan fasilitas astronomi itu juga
menjadi sebuah ajang penyebaran pendidikan sains yang tentunya dapat mengurangi tingkat
kebodohan masyarakat Indonesia.

Pemerintah Indonesia dan para pecinta Astronomi dapat bekerja sama dalam menyebarkan
ilmu astronomi. Dengan tersedianya fasilitas media yang cukup banyak, keinginan adanya
majalah atau tabloid astronomi tentunya mimpi yang harus diwujudkan. Kesediaan
pemerintah untuk menyokong dana riset ataupun kegiatan keilmuan ini juga sangatlah
diharapkan.
Daftar Pustaka
Akbar, Najwa. 15 nopember 2012. (Internet) (Terdapat di :
http://teknologiidanperkembangan.blogspot.com/2012/11/makalah-perkembangan-astronomi-
modern.html). Diakses pada 07 Mei 2013.

Nayoan, Anggis. 04 Januari 2013. (Internet). (Terdapat di :


http://anggisnayoan.blogspot.com/2013/01/perkembangan-astronomi-modern.html). Diakses
pada 07 Mei 2013.

Nurma Atusolikah. (Internet). (Terdapat di :  http://nurmaatus.blogdetik.com/2009/09/21/sejarah-


panjang-ilmu-astronomi-modern/). 07 Mei 2013.
Anonim. Sejarah: Tugas-5 Perkembangan Ilmu Astronomi. (Internet). (Terdapat di :
http://labsky2012.blogspot.com/2012/09/tugas-5-perkembangan-ilmu-astronomi.html).
Diakses pada 08 Mei 2013.
Anonim. Teknologi dan Perkembangannya: Makalah: Perkembangan Astronomi Modern. (Internet).
(Terdapat di : http://teknologiidanperkembangan.blogspot.com/2012/11/makalah-
perkembangan-astronomi-modern.html). Diakses pada 08 Mei 2013.
Monasari. 2012. Perkembangan Ilmu Astronomi Modern. (Makalah). Indralaya : Universitas
Sriwijaya.
YouTube. Copernicus Biography. (Internet). (Terdapat di : https://www.youtube.com/watch?
v=5HlJLrpL2-I). Diakses pada 10 Mei 2013.
SEJARAH ASTRONOMI

I. DEFINISI ILMU ASTRONOMI


Astronomi, yang secara etimologi berarti "ilmu bintang" (dari Yunani: ?στρο, + ν?μος), adalah ilmu
yang melibatkan pengamatan dan penjelasan kejadian yang terjadi di luar Bumi dan atmosfernya.
Ilmu ini mempelajari asal-usul, evolusi, sifat fisik dan kimiawi benda-benda yang bisa dilihat di langit
(dan di luar Bumi), juga proses yang melibatkan mereka. Astronomi adalah salah satu di antara sedikit
ilmu pengetahuan di mana amatir masih memainkan peran aktif, khususnya dalam hal penemuan dan
pengamatan fenomena sementara. Astronomi jangan dikelirukan dengan astrologi, ilmusemu yang
mengasumsikan
bahwa takdir manusia dapat dikaitkan dengan letak benda-benda astronomis di langit. Meskipun
memiliki asal-muasal yang sama, kedua bidang ini sangat berbeda; astronom menggunakan metode
ilmiah, sedangkan astrolog tidak.

II. CABANG – CABANG ASTRONOMI


Selama sebagian abad ke-20, astronomi dianggap terpilah menjadi astrometri, mekanika langit, dan
astrofisika. Status tinggi sekarang yang dimiliki astrofisika bisa tercermin dalam nama jurusan
universitas dan institut yang dilibatkan di penelitian astronomis: yang paling tua adalah tanpa kecuali
bagian 'Astronomi' dan institut, yang paling baru cenderung memasukkan astrofisika di nama mereka,
kadang-kadang mengeluarkan kata astronomi, untuk menekankan sifat penelitiannya. Selanjutnya,
penelitian astrofisika, secara khususnya astrofisika teoretis, bisa dilakukan oleh orang yang berlatar
belakang ilmu fisika atau matematika daripada astronomi.
Astronomy dipisahkan ke dalam cabang. Perbedaan pertama di antara 'teoretis dan observational'
astronomi. Pengamat menggunakan berbagai jenis alat untuk mendapatkan data tentang gejala, data
yang kemudian dipergunakan oleh teoretikus untuk 'membuat' teori dan model, menerangkan
pengamatan dan memperkirakan yang baru.
Bidang yang dipelajari juga dikategorikan menjadi dua cara yang berbeda: dengan 'subyek', biasanya
menurut daerah angkasa (misalnya Astronomi Galaksi) atau 'masalah' (seperti pembentukan bintang
atau kosmologi); atau dari cara yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi (pada hakekatnya,
daerah di mana spektrum elektromagnetik dipakai). Pembagian pertama bisa diterapkan kepada baik
pengamat maupun teoretikus, tetapi pembagian kedua ini hanya berlaku bagi pengamat (dengan tak
sempurna), selama teoretikus mencoba menggunakan informasi yang ada, di semua panjang
gelombang, dan pengamat sering mengamati di lebih dari satu daerah spektrum.

III. ASTRONOMI DI AMERIKA


Astronomi di Amerika telah berkembang dari ratusan tahun lalu. Amerika Serkat adalah negara
terbesar yang menyumbangkan Ilmu Pengetahuan paling banyak tentang dunia ke antariksaan. Tak
dipungkiri para astronom mereka telah menemukan banyak penemuan penting dalam sejarah. Pada 10
Oktober 1958 presiden Eisenhower meresmikan berdirinya NASA (The National Aeronautics and
Space Administration) atau Badan Antariksa Amerika Serikat, yang menjadi lembaga resmi misi
penelitian dan luar angkasa Amerika Serikat.

PENEMUAN PENTING
1. Pada tahun 1929, di observatorium Mount Wilson California, ahli astronomi Amerika, Edwin
Hubble membuat salah satu penemuan terbesar di sepanjang sejarah astronomi. Ketika mengamati
bintang-bintang dengan teleskop raksasa, ia menemukan bahwa mereka memancarkan cahaya merah
sesuai dengan jaraknya. Hal ini berarti bahwa bintang-bintang ini “bergerak menjauhi” kita. Sebab,
menurut hukum fisika yang diketahui, spektrum dari sumber cahaya yang sedang bergerak mendekati
pengamat cenderung ke warna ungu, sedangkan yang menjauhi pengamat cenderung ke warna merah.
Selama pengamatan oleh Hubble, cahaya dari bintang-bintang cenderung ke warna merah. Ini berarti
bahwa bintang-bintang ini terus-menerus bergerak menjauhi kita. Jauh sebelumnya, Hubble telah
membuat penemuan penting lain. Bintang dan galaksi bergerak tak hanya menjauhi kita, tapi juga
menjauhi satu sama lain. Satu-satunya yang dapat disimpulkan dari suatu alam semesta di mana
segala sesuatunya bergerak menjauhi satu sama lain adalah bahwa ia terus-menerus “mengembang”.
Agar lebih mudah dipahami, alam semesta dapat diumpamakan sebagai permukaan balon yang sedang
mengembang. Sebagaimana titik-titik di permukaan balon yang bergerak menjauhi satu sama lain
ketika balon membesar, benda-benda di ruang angkasa juga bergerak menjauhi satu sama lain ketika
alam semesta terus mengembang.

2. Pada 17 Juli 1969, ketika Neil Armstrong dan Edwin Aldrin berhasil mencatatkan namanya dalam
sejarah sebagai manusia pertama yang menginjak permukaan bulan melalui misi Apollo-11. Misi ini
dilanjutkan dengan 5 pendaratan lainnya, masing-masing Apollo-12 (November 1969), Apollo-14
(Februari 1971), Apollo-15 (Agustus 1971), Apollo-16 (April 1972), dan terakhir, Apollo-17
(Desember 1972). Misi Apollo juga pernah mencatat kegagalan, tepatnya menimpa misi Apollo-13
yang mengalami kecelakaan (ledakan pada salah satu modulnya). Lewat tindakan pertolongan yang
legendaris, para awaknya dapat kembali dengan selamat ke Bumi walaupun gagal menjejak ke
permukaan Bulan.

3. Pioneer 10 diluncurkan pada tanggal 2 Maret 1972, dengan Roket peluncur Atlas/Centaur/TE364-4.
Peluncurannya menandai penggunaan untuk pertama kalinya kendaraan peluncur bertingkat tiga.
Roket tingkat ketiga dibutuhkan untuk meluncurkan Pioneer 10 pada kecepatan 51,810 km/jam yang
dibutuhkan untuk terbang ke Jupiter, cukup cepat untuk mencapai Bulan dalam waktu 11 jam dan
melintasi orbit planet Mars dalam waktu hanya 12 minggu. Hal ini mencatatkan Pioneer sebagai
benda buatan manusia tercepat yang meninggalkan Bumi.
Pioneer 10 mencapai Jupiter pada jarak 130.354 km dari permukaan awan planet raksasa tersebut
pada 3 Desember 1973. Dalam perlintasannya dengan Jupiter, Pioneer 10 mengirimkan gambar jarak
dekat (close-up) pertama dari planet tersebut. Selepas planet Jupiter, Pioneer 10 diarahkan keluar dari
tata surya dengan misi untuk mempelajari partikel energi dari matahari (juga dikenal sebagai angin
surya) dan sinar kosmis yang memasuki wilayah tata surya kita di galaksi Bimasakti.
Akan halnya Pioneer 11, wahana yang diluncurkan pada 5 April 1973 tersebut berhasil mengambil
gambar dari bintik merah di permukaan Jupiter yang diperkirakan menandai lokasi sebuah badai besar
yang permanen dalam atmosfer Jupiter pada tanggal 2 Desember 1974 dan juga berhasil mendeteksi
massa dari salah satu bulan Jupiter, Callisto. Pioneer 11 melanjutkan perjalanannya menuju Saturnus
yang berhasil dicapai pada 1 September 1979 dan terbang sejauh 21.000 km dari Saturnus serta
mengambil gambar jarak dekat yang pertama dari planet Tersebut.
Selepas Saturnus, Pioner 11 melanjutkan pengembaraannya keluar dari tata surya hingga pada bulan
September 1995 ketika sumber tenaganya mulai melemah, Pioner 11 tidak dapat lagi melakukan
observasi ilmiah sehingga operasi rutin misinya dihentikan. Saat itu Pioneer 11 berada pada jarak 6,5
milyar km dari Bumi dimana sinyal radio yang merambat dengan kecepatan cahaya membutuhkan
waktu lebih dari 6 jam sebelum mencapai bumi, sementara pergerakan bumi tidak dapat dicakup oleh
antena yang ada pada Pioneer 11. Komunikasi dengan Pioneer 11 terhenti sama sekali pada bulan
November 1995. Wahana tersebut tidak dapat diarahkan kembali ke Bumi karena kurangnya sumber
daya. Tidak diketahui apakah hingga saat ini Pioneer 11 masih mengirimkan sinyalnya. Sejauh ini
tidak ada rencana untuk melakukan upaya pelacakan.

4. Misi pertama teleskop antariksa baru milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengungkap
gas galaksi Bima Sakti yang berkilauan, bintang berkelip, dan pijar galaksi di kejauhan. Selasa lalu,
NASA merilis metalangit pertama yang diciptakan oleh Fermi Gamma-ray Space Telescope, yang
sebelumnya dikenal dengan nama GLAST. Teleskop itu dinamai sama dengan pemenang Hadiah
Nobel asal Amerika Serikat, Enrico Fermi, pionir dalam fisika energi tinggi. Teleskop yang
dilengkapi dua instrumen canggih tersebut diharapkan dapat membantu para ilmuwan menyibak
misteri sinar gamma kosmis. Gambar peta bintang adalah hasil observasi pertama instrumen itu
selama 95 jam, yang memperlihatkan potensi ilmiah teleskop tersebut. Observatorium sinar gamma
NASA yang lama, Compton, butuh waktu bertahun-tahun untuk menghasilkan peta yang sama.
Teleskop Fermi dapat memindai seluruh langit setiap tiga jam. "Pengambilan gambar cepat ini
memungkinkan peneliti memantau sumber yang berubah dengan cepat," kata NASA dalam
keterangan tertulisnya.Teleskop seberat 4,3 ton itu dilengkapi perangkat untuk memonitor sinar
gamma, bentuk energi cahaya tertinggi, dari sumber-sumber kosmis. Para ilmuwan berharap hasil
pemantauan sinar gamma tersebut bisa memberi informasi tentang berbagai peristiwa besar, semisal
formasi lubang hitam. Teleskop itu juga bertujuan memburu petunjuk yang dapat menjelaskan
keanehan neutron bintang bermagnet atau pulsar. Dengan mempelajari foton dan partikel subatomik
jagat raya lainnya, teleskop ini mungkin juga bisa menguak misteri materi gelap, yang mencakup 25
persen massa di alam semesta tapi tak dapat dilihat dengan mata telanjang. Jumlah materi itu jauh
lebih besar dari materi yang terlihat, yang hanya 5 persen. Sisanya, yang mencapai 70 persen, dikenal
sebagai "energi gelap", fenomena yang dipercaya mempercepat perluasan alam semesta. Citra langit
Fermi memperlihatkan gas dan debu dalam hamparan Bima Sakti yang berkilau dalam sinar gamma,
begitu pula Crab Nebula, pulsar Vela dan Geminga yang bersinar terang. Peta itu juga
memperlihatkan titik terang lainnya sejauh 7,1 miliar tahun cahaya. "Ini adalah 3C 454.3 dalam
Pegasus, sejenis galaksi aktif yang disebut Blazar," kata NASA. "Obyek itu kini mengalami episode
berpijar yang membuatnya amat terang."

5. Bulan Agustus 1996 lalu, mungkin anda belum lupa, sejumlah peneliti dari NASA dan tiga
universitas terkemuka Amerika Utara mengumumkan sebuah penemuan yang segera menjadi laporan
utama media massa terkemuka dunia. Sebongkah meteorit dari Planet Mars yang diberi nama Allan
Hills 84001 ternyata mengandung molekul organik PAH (polycyclic Aromatic hydrocarbon). Molekul
ini punya kaitan dengan proses-proses kehidupan. Di batuan itu juga dipergoki bentuk-bentuk yang
“mirip dengan beberapa macam fosil bakteri filamen” meski berukuran lebih kecil ketimbang bakteri
sejenis yang ditemukan di Bumi.
TOKOH-TOKOH PENTING
1. Gamow, George (1904-1968) - Seorang ahli astronomi Amerika pendukung teori ledakan besar
(Big Bang). Menurut hitungannya, kira-kira 10% bahan dalam alam semesta seharusnya adalah
Helium yang terbentuk dari Hidrogen selama terjadinya ledakan besar; pengamatan telah
membenarkan ramalan ini. Ia juga meramalkan adanya suatu kehangatan kecil dalam alam semesta
sebagai peninggalan ledakan besar. Radiasi Latar belakang ini akhirnya ditemukan pada 1965.
2. Hubble, Edwin (1889-1953)
- Seorang ahli astronomi Amerika yang di tahun 1924 menunjukkan bahwa terdapat galaksi lain di
luar galaksi kita. Selanjutnya ia mengelompokkan galaksi menurut bentuknya yang spiral atau eliptik.
Di tahun 1929 ia mengumumkan bahwa alam semesta mengembang dan bahwa galaksi bergerak
saling menjauhi denga kecepatan yang semakin tinggi; hubungan ini kemudian disebut hukum
Hubble. Jarak sebuah galaksi dapat dihitung dengan hukum Hubble bila kecepatan menjauhnya diukur
dari pergeseran merah cahayanya. Menurut pengukuran terakhir, galaksi bergerak pada 15 km/dt tiap
jarak satu juta tahun cahaya. Nama Hubble kini diabadikan pada sebuah teleskop raksasa di antariksa
yang dioperasikan oleh NASA.
3. Leavitt, Henrietta (1868-1921)
- Seorang ahli astronomi Amerika yang menemukan sebuah teknik penting dalam astronomi untuk
mengukur jarak bintang dengan memakai bintang-bintang Variabel Cepheid. di tahun 1912 ia
menemukan bahwa kecerlangan rata-rata sebuah Cepheid berhubungan langsung dengan jangka
waktu yang diperlukannya untuk berubah, dengan Cepheid paling cemelang memiliki periode paling
lama. Jadi, dengan mengukur waktu variasi cahaya sebuah Cepheid, para astronom dapat memperoleh
kecerlangan sebenarnya, dengan demikian jaraknya dari bintang dan planet lain dapat pula dihitung.
4. Lowell, Percival (1855-1916) - Seorang ahli astronomi Amerika yang memetakan saluran-saluran
di Mars dan percaya tentang adanya kehidupan di planet tersebut. Dalam tahun 1894 ia mendirikan
observatorium Lowell di Arizona guna mempelajari Mars. Lowell juga mempercayai adanya planet di
seberang Neptunus yang belum ditemukan. Ia mulai mencarinya di langit dengan bantuan gambar
foto. Planet baru itu, kemudian dinamai Pluto, akhirnya ditemukan oleh Clyde Tombaugh pada tahun
1930, setelah meninggalnya Lovell. Selain merupakan nama Dewa penguasa alam kematian
(underworld) bangsa Yunani Kuno, dua huruf awal pada Pluto juga merupakan penghormatan untuk
namanya. Namun demikian, pada bulan Agustus 2006, International Astronomical Union (IAU)
akhirnya resmi mencabut status keplanetan Pluto. Pluto kini digolongkan sebagai planet kerdil
bersama dengan objek-objek Sabuk Kuiper berukuran besar lainnya.
5. Sagan, Carl (1934-1996) - Seorang ilmuwan Amerika yang dikenal karena penelitiannya mengenai
kemungkinan adanya bentuk kehidupan diluar planet Bumi. Ia terlibat sebagai peneliti dalam berbagai
misi wahana tak berawak yang diluncurkan oleh NASA, diantaranya adalah misi Mariner ke planet
Venus dan Viking ke planet Mars.
6. Schmidt, Marteen (1929-....) - Seorang ahli astronomi Amerika yang menemukan jarak-jarak
kuasar dalam alam semesta. Di tahun 1963 ia mula-mula mengukur pergeseran merah dari kuasar C
273 yang ternyata begitu besar sehingga menurut hukum Hubble ia seharusnya terletak jauh diluar
galaksi kita.

7. Shapley, Harlow (1885-1972) - Seorang ahli astronomi Amerika yang di tahun 1921 pertama kali
menghitung ukuran sebenarnya dari galaksi kita, dan menunjukkan bahwa Matahari tidak terletak di
pusatnya. Shapley mengajukan gagasannya dari suatu studi mengenai kelompok globular
perbintangan yang tersebar dalam suatu cincin di sekitar galaksi kita. Dengan mengukur jaraknya dari
kecerlangan bintang yang dikandungnya, ia memperkirakan bahwa galaksi kita kira-kira berdiameter
100.000 tahun cahaya dan bahwa Matahari terletak kira-kira 30.000 tahun cahaya dari pusatnya.
8. Tombaugh, Clyde (1906-1997) - Ahli astronomi Amerika yang pada bulan Februari 1930
menemukan Pluto dengan mempergunakan gambar-foto yang diambil di observatorium Lowell.
Setelah penemuan Pluto, Tombaugh melanjutkan survey foto sekeliling langit untuk mencari planet
lain yang mungkin ada, tetapi tidak berhasil menemukan apapun. Pluto sempat dianggap sebagai
planet kesembilan di tata surya hingga status keplanetannya dicabut oleh IAU pada Agustus 2006
Misteri Astronomi di Langit Makkah dan Sejarah Penanggalan
Kalender Hijriyah
Posted on 28 Oktober 2013 | 19 Komentar

Pada sekitar tahun 682 Masehi, di masa Khalifah ‘Umar, Negeri Islam yang semakin besar
wilayah kekuasaannya. memerlukan satu terobosan baru, untuk mengatasi berbagai persoalan
administrasi.

Di masa itu, surat menyurat antar gubernur atau penguasa daerah dengan pusat ternyata
belum rapi, karena tidak adanya acuan penanggalan.

Khalifah ‘Umar kemudian memanggil para sahabat untuk bermusyawarah. Hasil dari
musyawah itu adalah penanggalan masyarakat muslim, dengan berdasarkan kepada
perhitungan fase bulan (Qamariyah), yang dimulai dari tahun terjadinya Peristiwa Hijrah
(Lihat : Sejarah Kalender Hijriah).

Peristiwa Hijrah sendiri dilaksanakan secara berangsur-angsur, yang dimulai pada


sekitar tahun 622 masehi. Adapun yang dijadikan patokan, awal Kalender Hijriah adalah hari
Jum’at, tanggal 16 Juli 622 masehi (Pembuktian via Program Konversi).

Berkenaan dengan kapan Rasulullah hijrah dari Kota Makkah ke Kota Madinah, ada
beberapa versi.

Ada versi yang mengatakan, beliau hijrah pada sekitar bulan Agustus 622 Masehi (bulan
Safar 1 Hijriah), versi lain mengatakan pada bulan September 622 Masehi (bulan Rabi’ul
Awal 1 Hijriah).

Bahkan ada versi yang mengatakan, Rasulullah Hijrah pada sekitar  tahun 629 Masehi
(lihat : Meninjau Kembali Masa Hidup Rasulullah).

Kajian Astronomi

Kita tidak membahas mengenai Pro dan Kontra, kapan hijrah-nya Rasulullah, namun yang
menarik adalah mengapa tanggal 16 Juli 622 Masehi, yang dijadikan patokan ? Apa
alasannya ?

Nampaknya, pemilihan tanggal 16 Juli 622 masehi, ada kaitannya dengan peristiwa
astronomi, yang terjadi ketika itu.

Pada hari itu, berdasarkan simulasi dengan Program Stellarium, terlihat sekitar jam 16:24
(dikurangi 4 jam, seharusnya 12:24) waktu setempat, matahari tepat berada di Zenith
Makkah.

Peristiwa tersebut, memang terjadi 2 kali setiap tahun yaitu pada tiap tanggal 28 Mei jam
12.18 dan 16 Juli jam 12.27 waktu Arab (atau 27 mei dan 15 Juli pada tahun kabisat), dimana
posisi matahari, melintas tepat di atas ka’bah (Lihat : Menentukan arah Kiblat, dengan
bantuan matahari).

Bahkan jika diselidiki lebih lanjut, pada hari itu, Jum’at 16 Juli 622 Masehi, posisi Matahari,
bulan dan Planet di tata surya, nyaris dalam keadaan sejajar dalam ruang pandang
sempit 45 derajat (Lihat : Kejaiban Langit Makkah tanggal 1 Muharam 1 Hijriyah)

Nampaknya kedua peritiwa ini, menjadi dua sebab ditentukannya, awal kalender Hijriah,
yang bertepatan dengan tanggal 16 Juli 622 Masehi.

WaLlahu a’lamu bishshawab

Catatan :

Posisi Matahari – Bulan – Saturnus – Venus – Merkurius – Mars – Uranus – Jupiter, di lihat
dari Kota Makkah (Bumi), tanggal 16 Juli 622 Masehi (1 Muharram 1 Hijriyah), pukul 12 :
27 waktu setempat, yakni saat matahari tepat berada di atas Ka’bah….

Anda mungkin juga menyukai