Anda di halaman 1dari 23

Astronomi

Artikel ini bukan mengenai Astrologi.

Astronomi (bahasa Yunani: ἀστρονομία,


translit. astronomía,[1] dari ástron 'bintang' dan
nómos 'hukum'), juga disebut ilmu bintang atau
ilmu falak,[2] adalah ilmu alam yang
mempelajari benda langit dan fenomena alam
yang terjadi di luar Bumi, termasuk fenomena di
atmosfer atas Bumi yang berasal dari luar
angkasa seperti meteor dan aurora.[3] Ilmu ini
secara pokok mempelajari berbagai sisi dari
objek langit seperti asal usul, sifat fisika/kimia,
meteorologi, dan gerak serta bagaimana
pengetahuan akan benda-benda tersebut
menjelaskan pembentukan dan perkembangan Langit malam yang gelap dan jauh dari lampu-lampu yang
alam semesta. terang adalah kondisi yang ideal untuk melakukan
pengamatan bintang. Pemandangan langit malam di
Astronomi sebagai ilmu adalah salah satu yang Observatorium Paranal, Chili. Tiga objek yang tampak
tertua, sebagaimana diketahui dari artefak- terang di sini adalah Bulan (atas), Venus (kiri), dan Jupiter
artefak astronomis yang berasal dari era (kanan).
prasejarah; misalnya monumen-monumen dari
Mesir dan Nubia, atau Stonehenge yang berasal
dari Britania. Orang-orang dari peradaban-peradaban awal semacam Babilonia, Yunani Kuno, Tiongkok,
India, dan Maya juga didapati telah melakukan pengamatan yang metodologis atas langit malam. Meskipun
memiliki sejarah yang panjang, astronomi baru dapat berkembang menjadi cabang ilmu pengetahuan
modern melalui penemuan teleskop.

Cukup banyak cabang-cabang ilmu yang pernah turut disertakan sebagai bagian dari astronomi, dan
apabila diperhatikan, sifat cabang-cabang ini sangat beragam: dari astrometri, pelayaran berbasis angkasa,
astronomi observasional, sampai dengan penyusunan kalender dan astrologi. Meski demikian, dewasa ini
astronomi profesional dianggap identik dengan astrofisika.

Pada abad ke-20, astronomi profesional terbagi menjadi dua cabang, yaitu astronomi observasional; Studi
astronomi yang melibatkan pengumpulan data dari pengamatan atas benda-benda langit, yang kemudian
akan dianalisis menggunakan prinsip-prinsip dasar fisika, dan astronomi teoretis; Studi astronomi yang
terpusat pada upaya pengembangan model-model komputer/analitis guna menjelaskan sifat-sifat benda-
benda langit serta fenomena-fenomena alam lainnya. Adapun kedua cabang ini bersifat komplementer;
Astronomi teoretis berusaha untuk menerangkan hasil-hasil pengamatan astronomi observasional, dan
astronomi observasional akan mencoba untuk membuktikan kesimpulan yang dibuat oleh astronomi
teoretis.
Astronomi harus dibedakan dari astrologi, yang merupakan kepercayaan bahwa nasib dan urusan manusia
berhubungan dengan letak benda-benda langit seperti bintang atau rasinya. Memang betul bahwa dua
bidang ini memiliki asal usul yang sama, namun pada saat ini keduanya sangat berbeda.[4]

Leksikologi

Penggunaan istilah "astronomi" dan "astrofisika"

Secara umum baik "astronomi" maupun "astrofisika" boleh digunakan untuk menyebut ilmu yang
sama.[5][6][7][8] Apabila merujuk pada definisi KBBI, "astronomi" adalah ilmu tentang "matahari, bulan,
bintang, dan planet-planet lain" [2] sedangkan "astrofisika" adalah cabang astronomi yang mempelajari
tentang "perilaku, sifat fisik, serta dinamika benda dan fenomena langit."[9]

Dalam kasus-kasus tertentu, misalnya pada pembukaan buku The Physical Universe oleh Frank Shu,
"astronomi" boleh dipergunakan untuk sisi kualitatif dari ilmu ini, sedang "astrofisika" untuk sisi lainnya
yang lebih berorientasi fisika.[10] Namun, penelitian-penelitian astronomi modern kebanyakan berurusan
dengan topik-topik yang berkenaan dengan fisika, sehingga bisa dianggap bahwa astronomi modern adalah
astrofisika.[5]

Banyak badan-badan penelitian yang, dalam memutuskan menggunakan istilah yang mana, hanya
bergantung dari apakah secara sejarah mereka berafiliasi dengan departemen-departemen fisika atau
tidak.[7] Astronom-astronom profesional sendiri banyak yang memiliki gelar di bidang fisika.[8] Untuk
ilustrasi lebih lanjut, salah satu jurnal ilmiah terkemuka pada cabang ilmu ini bernama Astronomy and
Astrophysics (Astronomi dan Astrofisika).

Sejarah
Artikel utama: Sejarah astronomi
Informasi lebih lanjut: Arkeoastronomi

Pada awalnya, astronomi hanya melibatkan pengamatan beserta


prediksi atas gerak-gerik benda-benda langit yang terlihat dengan
mata telanjang. Pada beberapa situs seperti Stonehenge,
peradaban-peradaban awal juga menyusun artefak-artefak yang
diduga memiliki kegunaan astronomis. Observatorium-
observatorium purba ini jamaknya bertujuan seremonial, namun
dapat juga dimanfaatkan untuk menentukan musim, cuaca, dan
iklim —sesuatu yang wajib diketahui apabila ingin bercocok
tanam— atau memahami panjang tahun.[12]
Orientasi batu-batu Stonehenge yang
Sebelum ditemukannya peralatan seperti teleskop, penelitian sedemikian mungkin menunjukkan
harus dilakukan dari atas bangunan-bangunan atau dataran yang bahwa astronom kuno menggunakan
tinggi, semua dengan mata telanjang. Seiring dengan Stonehenge sebagai semacam
berkembangnya peradaban, terutama di Mesopotamia, Tiongkok, kalender matahari untuk melacak
Mesir, Yunani, India, dan Amerika Tengah, orang-orang mulai pergerakan matahari dan bulan dan
membangun observatorium dan gagasan-gagasan mengenai sifat- menandai perubahan musim.[11]
sifat semesta mulai ramai diperiksa. Umumnya, astronomi awal
disibukkan dengan pemetaan letak-letak bintang dan planet
(sekarang disebut astrometri), kegiatan yang akhirnya melahirkan teori-teori tentang pergerakan benda-
benda langit dan pemikiran-pemikiran filosofis untuk menjelaskan asal usul Matahari, Bulan, dan Bumi.
Bumi kemudian dianggap sebagai pusat jagat raya, sedang Matahari, Bulan, dan bintang-bintang berputar
mengelilinginya; model semacam ini dikenal sebagai model geosentris, atau sistem Ptolemaik (dari nama
astronom Romawi-Mesir Ptolemeus).[13]

Dimulainya astronomi yang berdasarkan perhitungan matematis dan ilmiah dulu dipelopori oleh orang-
orang Babilonia.[14] Mereka menemukan bahwa gerhana bulan memiliki sebuah siklus yang teratur, disebut
siklus saros.[15] Mengikuti jejak astronom-astronom Babilonia, kemajuan demi kemajuan kemudian
berhasil dicapai oleh komunitas astronomi Yunani Kuno dan negeri-negeri sekitarnya. Astronomi Yunani
sedari awal memang bertujuan untuk menemukan penjelasan yang rasional dan berbasis fisika untuk
fenomena-fenomena angkasa.[16] Pada abad ke-3 SM, Aristarkhos dari Samos melakukan perhitungan atas
ukuran Bumi serta jarak antara Bumi dan Bulan, dan kemudian mengajukan model Tata Surya yang
heliosentris — pertama kalinya dalam sejarah. Pada abad ke-2 SM, Hipparkhos berhasil menemukan gerak
presesi, juga menghitung ukuran Bulan dan Matahari serta jarak antara keduanya, sekaligus membuat alat-
alat penelitian astronomi paling awal seperti astrolab.[17] Mayoritas penyusunan rasi bintang di belahan
utara sekarang masih didasarkan atas susunan yang diformulasikan olehnya melalui katalog yang waktu itu
mencakup 1.020 bintang.[18] Mekanisme Antikythera yang terkenal (ca. 150-80 SM) juga berasal dari
periode yang sama: komputer analog yang digunakan untuk menghitung letak Matahari/Bulan/planet-planet
pada tanggal tertentu ini merupakan barang paling kompleks dalam sejarah sampai abad ke-14, ketika jam-
jam astronomi mulai bermunculan di Eropa.[19]

Di Eropa sendiri selama Abad Pertengahan astronomi sempat mengalami kebuntuan dan stagnansi.
Sebaliknya, perkembangan pesat terjadi di dunia Islam dan beberapa peradaban lainnya, ditandai dengan
dibangunnya observatorium-observatorium di belahan dunia sana pada awal abad ke-9.[20][21][22] Pada
tahun 964, astronom Persia Al-Sufi menemukan Galaksi Andromeda (galaksi terbesar di Grup Lokal) dan
mencatatnya dalam Book of Fixed Stars (Kitab Suwar al-Kawakib).[23]

Supernova SN 1006, ledakan bintang paling terang dalam catatan sejarah, berhasil diamati oleh astronom
Mesir Ali bin Ridwan dan sekumpulan astronom Tiongkok yang terpisah pada tahun yang sama (1006 M).
Astronom-astronom besar dari era Islam ini kebanyakan berasal dari Persia dan Arab, termasuk Al-Battani,
Tsabit bin Qurrah, Al-Sufi, Ibnu Balkhi, Al-Biruni, Al-Zarqali, Al-Birjandi, serta astronom-astronom dari
observatorium-observatorium di Maragha dan Samarkand. Melalui era inilah nama-nama bintang yang
berdasarkan bahasa Arab diperkenalkan.[24][25] Reruntuhan-reruntuhan di Zimbabwe Raya dan
Timbuktu[26] juga kemungkinan sempat memiliki bangunan-bangunan observatorium[27] melemahkan
keyakinan sebelumnya bahwa tidak ada pengamatan astronomis di daerah sub-Sahara sebelum era
kolonial.[28][29][30][31]

Revolusi ilmiah

Pada Zaman Renaisans, Copernicus menyusun model Tata Surya heliosentris, model yang kemudian dibela
dari kontroversi, dikembangkan, dan dikoreksi oleh Galileo dan Kepler. Galileo berinovasi dengan teleskop
guna mempertajam pengamatan astronomis, sedang Kepler berhasil menjadi ilmuwan pertama yang
menyusun secara tepat dan mendetail pergerakan planet-planet dengan Matahari sebagai pusatnya.[32]

Meski demikian, ia gagal memformulasikan teori untuk menjelaskan hukum-hukum yang ia tuliskan,
sampai akhirnya Newton (yang juga menemukan teleskop reflektor untuk pengamatan langit)
menjelaskannya melalui dinamika angkasa dan hukum gravitasi.[32][33]

Seiring dengan semakin baiknya ukuran dan kualitas teleskop, semakin banyak pula penemuan-penemuan
lebih lanjut yang terjadi. Melalui teknologi ini, de Lacaille berhasil mengembangkan katalog-katalog
bintang yang lebih lengkap; usaha serupa juga dilakukan oleh astronom Jerman-Inggris William Herschel
dengan memproduksi katalog-katalog nebula dan gugusan.
Pada tahun 1781 ia menemukan planet Uranus, planet pertama yang
ditemui di luar planet-planet klasik.[34] Pengukuran jarak menuju sebuah
bintang pertama kali dipublikasikan pada 1838 oleh Bessel, yang pada saat
itu melakukannya melalui pengukuran paralaks dari 61 Cygni.[35]

Abad ke-18 sampai abad ke-19 pertama diwarnai oleh penelitian atas
masalah tiga benda oleh Euler, Clairaut, dan D'Alembert; penelitian yang
menghasilkan metode prediksi yang lebih tepat untuk pergerakan Bulan dan
planet-planet. Pekerjaan ini dipertajam oleh Lagrange dan Laplace,
sehingga memungkinkan ilmuwan untuk memperkirakan massa planet dan
satelit lewat perturbasi/usikannya.[36]

Penemuan spektroskop dan fotografi kemudian mendorong kemajuan


penelitian lagi: pada 1814-1815, Fraunhoffer menemukan lebih kurang 600 Sketsa Bulan oleh Galileo.
pita spektrum pada Matahari, dan pada 1859 Kirchhoff akhirnya bisa Melalui pengamatan,
menjelaskan fenomena ini dengan mengatribusikannya pada keberadaan diketahui bahwa permukaan
unsur-unsur. Pada masa ini bintang-bintang dikonfirmasikan sebagai Bulan berbukit-bukit.
Matahari-matahari lain yang lebih jauh letaknya, namun dengan perbedaan-
perbedaan pada suhu, massa, dan ukuran.[24]

Baru pada abad ke-20 Galaksi Bima Sakti (di mana Bumi dan Matahari berada) bisa dibuktikan sebagai
kelompok bintang yang terpisah dari kelompok-kelompok bintang lainnya. Dari pengamatan-pengamatan
yang sama disimpulkan pula bahwa ada galaksi-galaksi lain di luar Bima Sakti dan bahwa alam semesta
terus mengembang, sebab galaksi-galaksi tersebut terus menjauh dari galaksi kita.[37] Astronomi modern
juga menemukan dan berusaha menjelaskan benda-benda langit yang asing seperti kuasar, pulsar, blazar,
galaksi radio, lubang hitam, dan bintang neutron. Kosmologi fisik maju dengan pesat sepanjang abad ini:
model Dentuman Besar (Big Bang) misalnya, telah didukung oleh bukti-bukti astronomis dan fisika yang
kuat (antara lain radiasi CMB, hukum Hubble, dan ketersediaan kosmologis unsur-unsur).

Astronomi observasional
Artikel utama: Astronomi observasional

Seperti diketahui, astronomi memerlukan informasi tentang benda-benda langit, dan sumber informasi yang
paling utama sejauh ini adalah radiasi elektromagnetik, atau lebih spesifiknya, cahaya tampak.[38]
Astronomi observasional bisa dibagi lagi menurut daerah-daerah spektrum elektromagnetik yang diamati:
sebagian dari spektrum tersebut bisa diteliti melalui permukaan Bumi, sementara bagian lain hanya bisa
dijangkau dari ketinggian tertentu atau bahkan hanya dari ruang angkasa. Keterangan lebih lengkap tentang
pembagian-pembagian ini bisa dilihat di bawah:

Astronomi radio
Artikel utama: Astronomi radio

Astronomi observasional jenis ini mengamati radiasi dengan panjang gelombang yang lebih dari satu
milimeter (perkiraan).[39] Berbeda dengan jenis-jenis lainnya, astronomi observasional tipe radio
mengamati gelombang-gelombang yang bisa diperlakukan selayaknya gelombang, bukan foton-foton yang
diskrit. Dengan demikian pengukuran fase dan amplitudonya relatif lebih gampang apabila dibandingkan
dengan gelombang yang lebih pendek.[39]
Gelombang radio bisa dihasilkan oleh benda-benda astronomis
melalui pancaran termal, namun sebagian besar pancaran radio
yang diamati dari Bumi adalah berupa radiasi sinkrotron, yang
diproduksi ketika elektron-elektron berkisar di sekeliling medan
magnet.[39] Sejumlah garis spektrum yang dihasilkan dari gas
antarbintang (misalnya garis spektrum hidrogen pada 21 cm) juga
dapat diamati pada panjang gelombang radio.[10][39]

Beberapa contoh benda-benda yang bisa diamati oleh astronomi


radio: supernova, gas antarbintang, pulsar, dan inti galaksi aktif
Observatorium Very Large Array (VLA)
(AGN - active galactive nucleus).[10][39]
di New Mexico, AS: contoh teleskop
radio
Astronomi inframerah
Artikel utama: Astronomi inframerah

Astronomi inframerah melibatkan pendeteksian beserta analisis atas


radiasi inframerah (radiasi di mana panjang gelombangnya melebihi
cahaya merah). Sebagian besar radiasi jenis ini diserap oleh
atmosfer Bumi, kecuali yang panjang gelombangnya tidak berbeda
terlampau jauh dengan cahaya merah yang tampak. Oleh sebab itu,
observatorium yang hendak mengamati radiasi inframerah harus
dibangun di tempat-tempat yang tinggi dan tidak lembap, atau
malah di ruang angkasa.

Spektrum ini bermanfaat untuk mengamati benda-benda yang


terlalu dingin untuk memancarkan cahaya tampak, misalnya planet-
planet atau cakram-cakram pengitar bintang. Apabila radiasinya
memiliki gelombang yang cenderung lebih panjang, ia dapat pula
membantu para astronom mengamati bintang-bintang muda pada
awan-awan molekul dan inti-inti galaksi — sebab radiasi seperti itu
mampu menembus debu-debu yang menutupi dan mengaburkan
pengamatan astronomis.[40] Astronomi inframerah juga bisa
dimanfaatkan untuk mempelajari struktur kimia benda-benda Galaksi Pusaran dilihat dari
angkasa, karena beberapa molekul memiliki pancaran yang kuat gelombang panjang Inframerah
pada panjang gelombang ini. Salah satu kegunaannya yaitu
mendeteksi keberadaan air pada komet-komet.[41]

Astronomi optikal
Artikel utama: Astronomi optikal

Dikenal juga sebagai astronomi cahaya tampak, astronomi optikal mengamati radiasi elektromagnetik yang
tampak oleh mata telanjang manusia. Oleh sebab itu, ini merupakan cabang yang paling tua, karena tidak
memerlukan peralatan.[42] Mulai dari penghujung abad ke-19 sampai kira-kira seabad setelahnya, citra-citra
astronomi optikal memakai teknik fotografis, namun sebelum itu mereka harus digambar menggunakan
tangan. Dewasa ini detektor-detektor digitallah yang dipergunakan, terutama yang memakai CCD (charge-
coupled devices, peranti tergandeng-muatan).
Cahaya tampak sebagaimana diketahui memiliki
panjang dari 4.000 Å sampai 7.000 Å (400-700 nm).[42]
Namun, alat-alat pengamatan yang dipakai untuk
mengamati panjang gelombang demikian dipakai pula
untuk mengamati gelombang hampir-ultraungu dan
hampir-inframerah.

Astronomi ultraungu
Artikel utama: Astronomi ultraviolet

Ultraungu yaitu radiasi elektromagnetik dengan panjang


gelombang lebih kurang 100 sampai 3.200 Å (10- Teleskop Subaru (kiri) dan Observatorium Keck
320 nm). [39] Cahaya dengan panjang seperti ini diserap (tengah) di Mauna Kea, keduanya contoh
oleh atmosfer Bumi, sehingga untuk mengamatinya observatorium yang bisa mengamati baik cahaya
harus dilakukan dari lapisan atmosfer bagian atas, atau tampak atau cahaya hampir-inframerah. Di kanan
dari luar atmosfer (ruang angkasa). Astronomi jenis ini adalah Fasilitas Teleskop Inframerah NASA,
yang hanya beroperasi pada panjang gelombang
cocok untuk mempelajari radiasi termal dan garis-garis
hampir-inframerah.
spektrum pancaran dari bintang-bintang biru yang
bersuhu sangat tinggi (klasifikasi OB), sebab bintang-
bintang seperti itu sangat cemerlang radiasi
ultraungunya — penelitian seperti ini sering dilakukan dan
mencakup bintang-bintang yang berada di galaksi-galaksi lain.
Selain bintang-bintang OB, benda-benda langit yang kerap diamati
melalui astronomi cabang ini antara lain nebula-nebula planeter,
sisa-sisa supernova, atau inti-inti galaksi aktif. Diperlukan
penyetelan yang berbeda untuk keperluan seperti demikian sebab
cahayanya mudah tertelan oleh debu-debu antarbintang.[39]

Astronomi sinar-X
Artikel utama: Astronomi sinar X
Citra Ultraungu dari Galaksi
Benda-benda bisa memancarkan cahaya berpanjang gelombang Triangulum oleh GALEX
sinar-X melalui pancaran sinkrotron (pancaran yang berasal dari
elektron-elektron yang berkisar di sekeliling medan magnet) atau
melalui pancaran termal gas pekat dan gas encer pada 107 K.[39]
Sinar-X juga diserap oleh atmosfer, sehingga pengamatan harus
dilakukan dari atas balon, roket, atau satelit penelitian. Sumber-
sumber sinar-X antara lain bintang biner sinar-X (X-ray binary),
pulsar, sisa-sisa supernova, galaksi elips, gugus galaksi, serta Inti
galaksi aktif (AGN / Active Galactic Nucleus.[39]

Astronomi sinar-gamma
Artikel utama: Astronomi sinar gama

Astronomi sinar-gamma mempelajari benda-benda astronomi pada


panjang gelombang paling pendek (sinar-gamma). Sinar-gamma Lubang hitam dapat dideteksi
bisa diamati secara langsung melalui satelit-satelit seperti Compton melalui sinar-X yang dipancarkan
Gamma Ray Observatory (CGRO), atau dengan jenis teleskop olehnya. Ini adalah citra dari Cygnus
khusus yang disebut Teleskop Cherenkov (IACT).[39] Teleskop X-1 oleh Observatorium Chandra
jenis itu sebetulnya tidak mendeteksi sinar-gamma, tetapi mampu
mendeteksi percikan cahaya tampak yang dihasilkan dari proses
penyerapan sinar-gamma oleh atmosfer.[43]

Kebanyakan sumber sinar-gamma hanyalah berupa ledakan sinar-


gamma, yang hanya menghasilkan sinar tersebut dalam hitungan
milisekon sampai beberapa puluh detik saja. Sumber yang
permanen dan tidak sementara hanya sekitar 10% dari total jumlah
sumber, misalnya sinar-gamma dari pulsar, bintang neutron, atau inti
galaksi aktif dan kandidat-kandidat lubang hitam.[39]

Cabang-cabang yang tidak berdasarkan Compton Gamma Ray Observatory


panjang gelombang merupakan salah satu observatorium
berbasis angkasa yang berpanjang
Sejumlah fenomena jarak jauh lain yang berbentuk selain radiasi gelombang sinar Gamma
elektromagnetik dapat diamati dari Bumi. Ada cabang bernama
astronomi neutrino, di mana para astronom menggunakan fasilitas-
fasilitas bawah tanah (misalnya SAGE, GALLEX, atau Kamioka II/III) untuk mendeteksi neutrino,
sebentuk partikel dasar yang jamaknya berasal dari Matahari atau ledakan-ledakan supernova.[39] Ketika
sinar-sinar kosmik memasuki atmosfer Bumi, partikel-partikel berenergi tinggi yang menyusunnya akan
meluruh atau terserap, dan partikel-partikel hasil peluruhan ini bisa dideteksi di observatorium.[44] Pada
masa yang akan datang, diharapkan akan ada detektor neutrino yang peka terhadap partikel-partikel yang
lahir dari benturan sinar-sinar kosmik dan atmosfer.[39]

Terdapat pula cabang baru yang menggunakan detektor-detektor gelombang gravitasional untuk
mengumpulkan data tentang benda-benda rapat: astronomi gelombang gravitasional. Observatorium-
observatorium untuk bidang ini sudah mulai dibangun, contohnya observatorium LIGO di Louisiana, AS.
Tetapi astronomi seperti ini sulit, sebab gelombang gravitasional amat sukar untuk dideteksi.[45]

Ahli-ahli astronomi planet juga banyak yang mengamati fenomena-fenomena angkasa secara langsung,
yaitu melalui wahana-wahana antariksa serta misi-misi pengumpulan sampel. Beberapa hanya bekerja
dengan sensor jarak jauh untuk mengumpulkan data, tetapi beberapa lainnya melibatkan pendaratan —
dengan kendaraan antariksa yang mampu bereksperimen di atas permukaan. Metode-metode lain misalnya
detektor material terbenam atau melakukan eksperimen langsung terhadap sampel yang dibawa ke Bumi
sebelumnya.

Astrometri dan mekanika benda langit


Artikel utama: Astrometri dan Mekanika benda langit

Pengukuran letak benda-benda langit, seperti disebutkan, adalah salah satu cabang astronomi (dan bahkan
sains) yang paling tua. Kegiatan-kegiatan seperti pelayaran atau penyusunan kalender memang sangat
membutuhkan pengetahuan yang akurat mengenai letak Matahari, Bulan, planet-planet, serta bintang-
bintang di langit.

Dari proses pengukuran seperti ini dihasilkan pemahaman yang baik sekali tentang usikan gravitasi dan
pada akhirnya astronom-astronom dapat menentukan letak benda-benda langit dengan tepat pada masa lalu
dan masa depan — cabang astronomi yang mendalami bidang ini dikenal sebagai mekanika benda langit.
Dewasa ini penjejakan atas benda-benda yang dekat dengan Bumi juga memungkinkan prediksi-prediksi
akan pertemuan dekat, atau bahkan benturan.[46]
Kemudian terdapat pengukuran paralaks bintang. Pengukuran ini
sangat penting karena memberi nilai basis dalam metode tangga jarak
kosmik; melalui metode ini ukuran dan skala alam semesta bisa
diketahui. Pengukuran paralaks bintang yang relatif lebih dekat juga
bisa dipakai sebagai basis absolut untuk ciri-ciri bintang yang lebih
jauh, sebab ciri-ciri di antara mereka dapat dibandingkan. Kinematika
mereka lalu bisa kita susun lewat pengukuran kecepatan radial serta
gerak diri masing-masing. Hasil-hasil astrometri dapat pula
dimanfaatkan untuk pengukuran materi gelap di dalam galaksi.[47]

Selama dekade 1990-an, teknik pengukuran goyangan bintang dalam


astrometri digunakan untuk mendeteksi keberadaan planet-planet Salah satu tujuan dari Astrometri
ekstrasurya yang mengelilingi bintang-bintang di dekat Matahari.[48] adalah mengukur gerakan
bintang dan planet

Astronomi teoretis
Artikel utama: Astronomi teoretis

Terdapat banyak jenis-jenis metode dan peralatan yang bisa dimanfaatkan oleh seorang astronom teoretis,
antara lain model-model analitik (misalnya politrop untuk memperkirakan perilaku sebuah bintang) dan
simulasi-simulasi numerik komputasional; masing-masing dengan keunggulannya sendiri. Model-model
analitik umumnya lebih baik apabila peneliti hendak mengetahui pokok-pokok persoalan dan mengamati
apa yang terjadi secara garis besar; model-model numerik bisa mengungkap keberadaan fenomena-
fenomena serta efek-efek yang tidak mudah terlihat.[49][50]

Para teoris berupaya untuk membuat model-model teoretis dan menyimpulkan akibat-akibat yang dapat
diamati dari model-model tersebut. Ini akan membantu para pengamat untuk mengetahui data apa yang
harus dicari untuk membantah suatu model, atau memutuskan mana yang benar dari model-model alternatif
yang bertentangan. Para teoris juga akan mencoba menyusun model baru atau memperbaiki model yang
sudah ada apabila ada data-data baru yang masuk. Apabila terjadi pertentangan/inkonsistensi,
kecenderungannya adalah untuk membuat modifikasi minimal pada model yang bersangkutan untuk
mengakomodir data yang sudah didapat. Kalau pertentangannya terlalu banyak, modelnya bisa dibuang
dan tidak digunakan lagi.

Topik-topik yang dipelajari oleh astronom-astronom teoretis antara lain: dinamika dan evolusi bintang-
bintang; formasi galaksi; struktur skala besar materi di alam semesta; asal usul sinar kosmik; relativitas
umum; dan kosmologi fisik (termasuk kosmologi dawai dan fisika astropartikel). Relativitas astrofisika
dipakai untuk mengukur ciri-ciri struktur skala besar, di mana ada peran yang besar dari gaya gravitasi; juga
sebagai dasar dari fisika lubang hitam dan penelitian gelombang gravitasional.

Beberapa model/teori yang sudah diterima dan dipelajari luas yaitu teori Dentuman Besar, inflasi kosmik,
materi gelap, dan teori-teori fisika fundamental. Kelompok model dan teori ini sudah diintegrasikan dalam
model Lambda-CDM.

Beberapa contoh proses:


Proses fisik Alat eksperimen Model teoretis Yang dijelaskan/diprediksi

Efek Nordtvedt (sistem


Gravitasi Teleskop radio Lahirnya sebuah tata bintang
gravitasi yang mandiri)

Bagaimana bintang berpijar; bagaimana


Fusi nuklir Spektroskopi Evolusi bintang
logam terbentuk (nukleosintesis).
Teleskop luar
Dentuman Besar Alam semesta yang
angkasa Hubble, Usia alam semesta
(Big Bang) mengembang
COBE

Masalah kerataan alam semesta


Fluktuasi kuantum Inflasi kosmik
(flatness problem)

Keruntuhan Sekumpulan lubang hitam di pusat


Astronomi sinar-X Relativitas umum
gravitasi Galaksi Andromeda.
Siklus CNO pada
bintang-bintang

Wacana yang tengah hangat dalam astronomi pada beberapa tahun terakhir adalah materi gelap dan energi
gelap — penemuan dan kontroversi mengenai topik-topik ini bermula dari penelitian atas galaksi-
galaksi.[51]

Cabang-cabang spesifik

Astronomi surya
Artikel utama: Matahari
Lihat pula: Teleskop surya

Matahari adalah bintang yang terdekat dari Bumi pada sekitar 8


menit cahaya, dan yang paling sering diteliti; ia merupakan bintang
katai pada deret utama dengan klasifikasi G2 V dan usia sekitar 4,6
miliar tahun. Walau tidak sampai tingkat bintang variabel, Matahari
mengalami sedikit perubahan cahaya melalui aktivitas yang dikenal
sebagai siklus bintik Matahari — fluktuasi pada angka bintik-bintik
Matahari selama sebelas tahun. Bintik Matahari ialah daerah dengan
suhu yang lebih rendah dan aktivitas magnetis yang hebat.[52] Citra ultraviolet dari fotosfer aktif
Matahari, hasil tangkapan teleskop
Luminositas Matahari terus bertambah kuat secara tetap sepanjang TRACE oleh NASA.
hidupnya, dan sejak pertama kali menjadi bintang deret utama
sudah bertambah sebanyak 40%. Matahari juga telah tercatat
melakukan perubahan periodik dalam luminositas, sesuatu yang bisa menyebabkan akibat-akibat yang
signifikan atas kehidupan di atas Bumi.[53] Misalnya periode minimum Maunder, yang sampai
menyebabkan fenomena zaman es kecil pada Abad Pertengahan.[54]

Permukaan luar Matahari yang bisa kita lihat disebut fotosfer. Di atasnya ada lapisan tipis yang biasanya
tidak terlihat karena terangnya fotosfer, yaitu kromosfer. Di atasnya lagi ada lapisan transisi di mana suhu
bisa naik secara cepat, dan di atasnya terdapatlah korona yang sangat panas.

Di tengah-tengah Matahari ialah daerah inti; ada tingkat suhu dan tekanan yang cukup di sini sehingga fusi
nuklir dapat terjadi. Di atasnya terdapat zona radiatif; di sini plasma akan menghantarkan panas melalui
proses radiasi. Di atas zona radiatif adalah zona konvektif; materi gas di zona ini akan menghantarkan
energi sebagian besar lewat pergerakan materi gas itu sendiri. Zona inilah yang dipercaya sebagai sumber
aktivitas magnetis penghasil bintik-bintik Matahari.[52]

Terdapat angin surya berupa partikel-partikel plasma yang bertiup keluar dari Matahari secara terus-
menerus sampai mencapai titik heliopause. Angin ini bertemu dengan magnetosfer Bumi dan membentuk
sabuk-sabuk radiasi Van Allen dan — di mana garis-garis medan magnet Bumi turun menujur atmosfer —
menghasilkan aurora.[55]

Ilmu keplanetan
Artikel utama: Ilmu keplanetan dan geologi keplanetan

Cabang astronomi ini meneliti susunan planet, bulan, planet katai, komet, asteroid, serta benda-benda langit
lain yang mengelilingi bintang, terutama Matahari, walau ilmu ini meliputi juga planet-planet ekstrasurya.
Tata Surya kita sendiri sudah dipelajari secara mendalam — pertama-tama melalui teleskop dan kemudian
menggunakan wahana-wahana antariksa — sehingga pemahaman sekarang mengenai formasi dan evolusi
sistem keplanetan ini sudah sangat baik, walaupun masih ada penemuan-penemuan baru yang terjadi.[56]

Tata Surya dibagi menjadi beberapa kelompok: planet-planet bagian


dalam, sabuk asteroid, dan planet-planet bagian luar. Planet-planet
bagian dalam adalah planet-planet bersifat kebumian yaitu
Merkurius, Venus, Bumi dan Mars. Planet-planet bagian luar adalah
raksasa-raksasa gas Tata Surya yaitu Jupiter, Saturnus, Uranus, dan
Neptunus.[57] Apabila kita pergi lebih jauh lagi, maka akan
ditemukan benda-benda trans-Neptunus: pertama sabuk Kuiper dan
Titik hitam di atas ialah sebuah
akhirnya awan Oort yang bisa membentang sampai satu tahun
setan debu (dust devil) yang tengah
cahaya.
memanjat suatu kawah di Mars. Ini
Terbentuknya planet-planet bermula pada sebuah cakram serupa dengan tornado yang berpilin
dan berpindah-pindah, menghasilkan
protoplanet yang mengitari Matahari pada periode-periode awalnya.
"ekor" yang panjang dan gelap. Citra
Dari cakram ini terwujudlah gumpalan-gumpalan materi melalui
oleh NASA.
proses yang melibatkan tarikan gravitasi, benturan, dan akresi;
gumpalan-gumpalan ini kemudian lama-kelamaan menjadi
kumpulan protoplanet.

Karena tekanan radiasi dari angin surya terus mendorong materi-materi yang belum menggumpal, hanya
planet-planet yang massanya cukup besar yang mampu mempertahankan atmosfer berbentuk gas. Planet-
planet muda ini terus menyapu dan memuntahkan materi-materi yang tersisa, menghasilkan sebuah periode
penghancuran yang hebat. Sisa-sisa periode ini bisa dilihat melalui banyaknya kawah-kawah tabrakan di
permukaan Bulan. Adapun dalam jangka waktu ini sebagian dari protoplanet-protoplanet yang ada
mungkin bertabrakan satu sama lain; kemungkinan besar tabrakan seperti itulah yang melahirkan Bulan
kita.[58]

Ketika suatu planet mencapai massa tertentu, materi-materi dengan massa jenis yang berlainan mulai saling
memisahkan diri dalam proses yang disebut diferensiasi planet. Proses demikian bisa menghasilkan inti
yang berbatu-batu atau terdiri dari materi-materi logam, diliputi oleh lapisan mantel dan lalu permukaan
luar. Inti planet ini bisa terbagi menjadi daerah-daerah yang padat dan cair, dan beberapa mampu
menghasilkan medan magnet mereka sendiri, sehingga planet dapat terlindungi dari angin surya.[59]

Panas di bagian dalam sebuah planet atau bulan datang dari benturan yang dihasilkan sendiri oleh
planet/bulan tersebut, atau oleh materi-materi radioaktif (misalnya uranium, torium, atau 26 Al), atau
pemanasan pasang surut. Beberapa planet dan bulan berhasil mengumpulkan cukup panas untuk
menjalankan proses-proses geologis seperti vulkanisme dan aktivitas-aktivitas tektonik. Apabila
planet/bulan tersebut juga memiliki atmosfer, maka erosi pada permukaan (melalui angin atau air) juga
dapat terjadi. Planet/bulan yang lebih kecil dan tanpa pemanasan pasang surut akan menjadi dingin lebih
cepat dan kegiatan-kegiatan geologisnya akan berakhir, terkecuali pembentukan kawah-kawah
tabrakan.[60]

Astronomi bintang
Artikel utama: Bintang

Untuk memahami alam semesta, penelitian atas bintang-


bintang dan bagaimana mereka berevolusi sangatlah
fundamental. Astrofisika yang berkenaan dengan bintang
sendiri bisa diketahui baik lewat segi pengamatan maupun
segi teoretis, serta juga melalui simulasi komputer.[61]

Bintang terbentuk pada awan-awan molekul raksasa, yaitu


daerah-daerah yang padat akan debu dan gas. Ketika
kehilangan kestabilannya, serpihan-serpihan dari awan-awan
ini bisa runtuh di bawah gaya gravitasi dan membentuk
protobintang. Apabila bagian intinya mencapai kepadatan
dan suhu tertentu, fusi nuklir akan dipicu dan akan
terbentuklah sebuah bintang deret utama.[62]

Nyaris semua unsur yang lebih berat dari hidrogen dan


helium merupakan hasil dari proses yang terjadi di dalam inti
bintang-bintang.[61]
Gas yang dimuntahkan oleh bintang yang
sekarat dalam nebula planeter akan memiliki
Ciri-ciri yang akan dimiliki oleh suatu bintang secara garis
bentuk yang relatif teratur.
besar ditentukan oleh massa awalnya: semakin besar
massanya, maka semakin tinggi pula luminositasnya, dan
semakin cepat pula ia akan menghabiskan bahan bakar
hidrogen pada inti. Lambat laun, bahan bakar hidrogen ini akan diubah menjadi helium, dan bintang yang
bersangkutan akan mulai berevolusi. Untuk melakukan fusi helium, diperlukan suhu inti yang lebih tinggi,
oleh sebab itu intinya akan semakin padat dan ukuran bintang pun berlipat ganda — bintang ini telah
menjadi sebuah raksasa merah. Fase raksasa merah ini relatif singkat, sampai bahan bakar heliumnya juga
sudah habis terpakai. Kalau bintang tersebut memiliki massa yang sangat besar, maka akan dimulai fase-
fase evolusi di mana ia semakin mengecil secara bertahap, sebab terpaksa melakukan fusi nuklir terhadap
unsur-unsur yang lebih berat.[63]

Adapun nasib akhir sebuah bintang bergantung pula pada massa. Jika massanya lebih dari sekitar delapan
kali lipat Matahari kita, maka gravitasi intinya akan runtuh dan menghasilkan sebuah supernova;[64] jika
tidak, akan menjadi nebula planet, dan terus berevolusi menjadi sebuah katai putih.[65] Yang tersisa setelah
supernova meletus adalah sebuah bintang neutron yang sangat padat, atau, apabila materi sisanya mencapai
tiga kali lipat massa Matahari, lubang hitam.[66] Bintang-bintang biner yang saling berdekatan evolusinya
bisa lebih rumit lagi, misalnya, bisa terjadi pemindahan massa ke arah bintang rekannya yang dapat
menyebabkan supernova.[67]
Nebula-nebula planet dan supernova-supernova diperlukan untuk proses distribusi logam di medium
antarbintang; kalau tidak demikian, seluruh bintang-bintang baru (dan juga sistem-sistem planet mereka)
hanya akan tersusun dari hidrogen dan helium saja.[68]

Astronomi galaksi
Artikel utama: Astronomi galaksi

Tata Surya kita beredar di dalam Bima Sakti, sebuah galaksi spiral
berpalang di Grup Lokal. Ia merupakan salah satu yang paling
menonjol di kumpulan galaksi tersebut. Bima Sakti merotasi materi-
materi gas, debu, bintang, dan benda-benda lain, semuanya
berkumpul akibat tarikan gaya gravitasi bersama. Bumi sendiri
terletak pada sebuah lengan galaksi berdebu yang ada di bagian
luar, sehingga banyak daerah-daerah Bima Sakti yang tidak terlihat.

Pada pusat galaksi ialah bagian inti, semacam tonjolan berbentuk


seperti batang; diyakini bahwa terdapat sebuah lubang hitam
supermasif di bagian pusat ini. Bagian ini dikelilingi oleh empat
Struktur lengan-lengan spiral Bima
lengan utama yang melingkar dari tengah menuju arah luar, dan Sakti yang sudah teramati.
isinya kaya akan fenomena-fenomena pembentukan bintang,
sehingga memuat banyak bintang-bintang muda (metalisitas
populasi I). Cakram ini lalu diliputi oleh cincin galaksi yang berisi bintang-bintang yang lebih tua
(metalisitas populasi II) dan juga gugusan-gugusan bintang berbentuk bola (globular), yaitu semacam
kumpulan-kumpulan bintang yang relatif lebih padat.[69]

Daerah di antara bintang-bintang disebut medium antarbintang, yaitu daerah dengan kandungan materi
yang jarang — bagian-bagiannya yang relatif terpadat adalah awan-awan molekul berisi hidrogen dan
unsur lainnya, tempat di mana banyak bintang baru akan lahir. Awalnya akan terbentuk sebuah inti pra-
bintang atau nebula gelap yang merapat dan kemudian runtuh (dalam volume yang ditentukan oleh panjang
Jeans) untuk membangun protobintang.[62]

Ketika sudah banyak bintang besar yang muncul, mereka akan mengubah awan molekul menjadi awan
daerah H II, yaitu awan dengan gas berpijar dan plasma. Pada akhirnya angin serta ledakan supernova
yang berasal dari bintang-bintang ini akan memencarkan awan yang tersisa, biasanya menghasilkan sebuah
(atau lebih dari satu) gugusan bintang terbuka yang baru. Gugusan-gugusan ini lambat laun berpendar, dan
bintang-bintangnya bergabung dengan Bima Sakti.[70]

Sejumlah penelitian kinematika berkenaan dengan materi-materi di Bima Sakti (dan galaksi lainnya)
menunjukkan bahwa materi-materi yang tampak massanya kurang dari massa seluruh galaksi. Ini
menandakan terdapat apa yang disebut materi gelap yang bertanggung jawab atas sebagian besar massa
keseluruhan, tetapi banyak hal yang belum diketahui mengenai materi misterius ini.[71]

Astronomi ekstragalaksi
Artikel utama: Astronomi ekstragalaksi

Penelitian benda-benda yang berada di luar galaksi kita — astronomi ekstragalaksi — merupakan cabang
yang mempelajari formasi dan evolusi galaksi-galaksi, morfologi dan klasifikasi mereka, serta pengamatan
atas galaksi-galaksi aktif beserta grup-grup dan gugusan-gugusan galaksi. Ini, terutama yang disebutkan
belakangan, penting untuk memahami struktur alam semesta dalam skala besar.
Kebanyakan galaksi akan membentuk wujud-wujud
tertentu, sehingga pengklasifikasiannya bisa disusun
berdasarkan wujud-wujud tersebut. Biasanya,
mereka dibagi-bagi menjadi galaksi-galaksi spiral,
elips, dan tak beraturan.[72]

Persis seperti namanya, galaksi elips berbentuk


seperti elips. Bintang-bintang berputar pata garis
edarnya secara acak tanpa menuju arah yang jelas.
Galaksi-galaksi seperti ini kandungan debu
antarbintangnya sangat sedikit atau malah tidak ada;
daerah penghasil bintangnya tidak banyak; dan rata-
rata penghuninya bintang-bintang yang sudah tua.
Biasanya galaksi elips ditemukan pada bagian inti
gugusan galaksi, dan bisa terlahir melalui peleburan
galaksi-galaksi besar.

Galaksi spiral membentuk cakram gepeng yang


berotasi, biasanya dengan tonjolan atau batangan
pada bagian tengah dan lengan-lengan spiral
cemerlang yang timbul dari bagian tersebut. Lengan-
lengan ini ialah lapangan berdebu tempat lahirnya Citra di atas menampilkan gugus galaksi dengan
bintang-bintang baru, dan penghuninya adalah lensa gravitasional yang berdiameter sangat besar,
bintang-bintang muda yang bermassa besar dan yaitu 2 juta tahun cahaya; ini adalah gambar dari
berpijar biru. Umumnya, galaksi spiral akan gugus galaksi Abell 1689. Efek lensa itu dihasilkan
dikelilingi oleh cincin yang tersusun atas bintang- medan gravitasi gugusan dan membelokkan cahaya
bintang yang lebih tua. Contoh galaksi semacam ini sehingga gambar salah satu benda yang lebih jauh
adalah Bima Sakti dan Andromeda. diperbesar dan terdistorsi.

Galaksi-galaksi tak beraturan bentuknya kacau dan


tidak menyerupai bangun tertentu seperti spiral atau elips. Kira-kira seperempat dari galaksi-galaksi
tergolong tak beraturan, barangkali disebabkan oleh interaksi gravitasi.

Sebuah galaksi dikatakan aktif apabila memancarkan jumlah energi yang signifikan dari sumber selain
bintang-bintang, debu, atau gas; juga, apabila sumber tenaganya berasal dari daerah padat di sekitar inti —
kemungkinan sebuah lubang hitam supermasif yang memancarkan radiasi benda-benda yang ia telan.

Apabila sebuah galaksi aktif memiliki radiasi spektrum radio yang sangat terang serta memancarkan jalaran
gas dalam jumlah besar, maka galaksi tersebut tergolong galaksi radio. Contoh galaksi seperti ini adalah
galaksi-galaksi Seyfert, kuasar, dan blazar. Kuasar sekarang diyakini sebagai benda yang paling dapat
dipastikan sangat cemerlang; tidak pernah ditemukan spesimen yang redup.[73]

Struktur skala besar dari alam semesta sekarang digambarkan sebagai kumpulan dari grup-grup dan
gugusan-gugusan galaksi. Struktur ini diklasifikasi lagi dalam sebuah hierarki pengelompokan; yang
terbesar adalah maha-gugusan (supercluster). Kemudian kelompok-kelompok ini disusun menjadi filamen-
filamen dan dinding-dinding galaksi, dengan kehampaan di antara mereka.[74]

Bagian dari seri


Kosmologi fisik
Ledakan Dahsyat · Alam semesta
Umur alam semesta
Kronologi alam semesta

Alam semesta awal


Masa Planck
Masa penyatuan agung
Nukleosintesis Big Bang
Inflasi
Zaman Kegelapan

Latar belakang
Cosmic background radiation (CBR)
Gravitational wave background (GWB)
Cosmic microwave background (CMB) · Cosmic neutrino background (CNB)
Cosmic infrared background (INB)

Ekspansi · Masa depan


Hukum Hubble · Pergeseran merah
Ekspansi alam semesta
Metrik FLRW · Persamaan Friedmann
Masa depan alam semesta yang mengembang
Kematian panas alam semesta
Big Rip
Big Crunch
Big Bounce

Komponen · Struktur
Komponen
Model Lambda-CDM
Materi barionik
Energi
Radiasi
Energi gelap
Quintessence
Phantom energy
Materi gelap
Materi gelap dingin
Materi gelap hangat
Materi gelap panas
Radiasi gelap
Struktur
Bentuk alam semesta
Reionisasi · Pembentukan struktur
Pembentukan galaksi
Struktur skala besar
Grup kuasar besar
Filamen galaksi
Supergugus
Gugusan galaksi
Grup galaksi
Grup Lokal
Void

Eksperimen
BOOMERanG
Cosmic Background Explorer (COBE)
Illustris project
Planck space observatory
Dark Energy Survey
Euclid
Large Synoptic Survey Telescope
Sloan Digital Sky Survey (SDSS)
2dF Galaxy Redshift Survey ("2dF")
Wilkinson Microwave Anisotropy
Probe (WMAP)

Ilmuwan
Aaronson · Alfvén · Alpher · Bharadwaj · Boushaki · Copernicus · de Sitter · Dicke · Ehlers · Einstein ·
Ellis · Friedman · Galileo · Gamow · Guth · Hawking · Hubble · Lemaître · Linde · Mather · Newton ·
Penrose · Penzias · Rubin · Schmidt · Smoot · Starobinsky · Steinhardt · Suntzeff · Sunyaev · Tolman
· Wilson · Zel'dovich
Sejarah subjek
Penemuan radiasi latar belakang
gelombang mikro kosmis
Sejarah teori Big Bang
Garis waktu teori kosmologi

Kategori

Portal Astronomi

l · b · s (https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Templat:Kosmologi_fisik&action=edit)

Kosmologi
Artikel utama: Kosmologi fisik

Kosmologi, berasal dari bahasa Yunani kosmos (κόσμος, "dunia") dan akhiran -logia dari logos (λόγος,
"pembelajaran") dapat dipahami sebagai upaya meneliti alam semesta secara keseluruhan.

Pengamatan atas struktur skala besar alam semesta, yaitu cabang yang dikenal sebagai kosmologi fisik,
telah menyumbangkan pemahaman yang mendalam tentang formasi dan evolusi jagat raya. Salah satu teori
yang paling penting (dan sudah diterima luas) adalah teori Dentuman Besar, yang menyatakan bahwa dunia
bermula pada satu titik dan mengembang selama 13,7 miliar tahun sampai ke masa sekarang.[75] Gagasan
ini bisa dilacak kembali pada penemuan radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis pada tahun
1965.[75]

Selama proses pengembangan ini, alam telah mengalami beberapa tingkat evolusi. Pada awalnya, diduga
bahwa terdapat inflasi kosmik yang sangat cepat, mengakibatkan homogenisasi pada kondisi-kondisi awal.
Setelah itu melalui nukleosintesis dihasilkan ketersediaan unsur-unsur untuk periode awal alam semesta.[75]
(Lihat juga nukleokosmokronologi.)

Ketika atom-atom pertama bermunculan, antariksa menjadi transparan terhadap radiasi, melepaskan energi
yang sekarang dikenal sebagai radiasi CMB. Alam semesta yang tengah mengembang pun memasuki
Zaman Kegelapan, sebab tidak ada sumber daya bintang yang bisa memancarkan cahaya.[76]

Susunan materi yang hierarkis mulai terbentuk lewat variasi-variasi kecil pada massa jenis. Materi lalu
terhimpun pada daerah-daerah dengan massa jenis yang paling tinggi, melahirkan awan-awan gas dan
bintang-bintang yang paling purba (metalisitas III). Bintang-bintang besar ini memicu proses reionisasi dan
dipercaya telah menciptakan banyak unsur-unsur berat pada alam semesta dini; unsur-unsur ini cenderung
meluruh kembali menjadi unsur-unsur yang lebih ringan, memperpanjang siklus.[77]

Pengumpulan yang dipicu oleh gravitasi mengakibatkan materi membentuk filamen-filamen dan
menyisakan ruang-ruang hampa di antaranya. Lambat laun, gas dan debu melebur dan membentuk galaksi-
galaksi primitif. Lama-kelamaan semakin banyak materi yang ditarik, dan tersusun menjadi grup dan
gugusan galaksi. Pada akhirnya, maha-gugusan yang lebih besar pun terwujud.[78]

Benda-benda lain yang memegang peranan penting dalam struktur alam semesta adalah materi gelap dan
energi gelap. Benda-benda inilah yang ternyata merupakan komponen utama dunia kita, di mana massa
mereka mencapai 96% dari massa keseluruhan alam semesta. Oleh sebab itu, upaya-upaya terus dibuat
untuk meneliti dan memahami segi fisika benda-benda ini.[79]

Penelitian-penelitian interdisipliner
Astronomi dan astrofisika telah mengambangkan hubungan yang kuat dengan cabang-cabang ilmu
pengetahuan lainnya. Misalnya arkeoastronomi, yang mempelajari astronomi kuno atau tradisional dalam
konteks budaya masing-masing mempergunakan bukti-bukti arkeologis dan antropologis. Atau
astrobiologi, kali ini mempelajari kelahiran dan perkembangan sistem-sistem biologis di alam semesta;
terutama sekali pada topik kehidupan di planet lain.

Ada juga cabang yang meneliti zat-zat kimia yang ditemukan di luar angkasa; bagaimana mereka terwujud,
berperilaku, dan terhancurkan. Ini dinamakan astrokimia. Zat-zat yang hendak dipelajari biasanya
ditemukan pada awan molekul, walau ada juga yang terdapat di bintang bersuhu rendah, katai coklat, atau
planet. Lalu kosmokimia, ilmu serupa yang lebih mengarah ke penelitian unsur-unsur dan variasi-variasi
rasio isotop pada Tata Surya. Ilmu-ilmu ini bisa menggambarkan persinggungan dari ilmu-ilmu astronomi
dan kimia. Bahkan sekarang ada astronomi forensik, di mana metode-metode astronomi dipakai untuk
memecahkan masalah-masalah hukum dan sejarah.

Astronomi amatir
Artikel utama: Astronomi amatir

Sebagaimana disebutkan, astronomi ialah salah satu dari sedikit cabang ilmu di mana tenaga amatir dapat
berkontribusi banyak.[80] Secara keseluruhan, astronom-astronom amatir mengamati berbagai benda dan
fenomena angkasa, terkadang bahkan dengan peralatan yang mereka buat sendiri. Yang jamak diamati yaitu
Bulan, planet, bintang, komet, hujan meteor, dan benda-benda langit dalam
seperti gugusan bintang, galaksi, dan nebula. Salah satu cabang astronomi
amatir adalah astrofotografi amatir, yang melibatkan mengambilan foto-foto
langit malam. Banyak yang memilih menjadi astrofotografer yang
berspesialis dalam objek atau peristiwa tertentu.[81][82]

Kebanyakan astronom amatir bekerja dalam astronomi optikal, walau


sebagian kecil ada juga yang mencoba bereksperimen dengan panjang
gelombang di luar cahaya tampak, misalnya dengan penyaring inframerah
pada teleskop biasa, atau penggunaan teleskop radio. Pelopor radio
astronomi amatir adalah Karl Jansky, yang memulai kegiatan ini pada
dekade 1930-an. Amatir jenis seperti Jansky ini memakai teleskop buatan
sendiri atau teleskop radio profesional yang sekarang sudah boleh diakses Astronom amatir bisa
oleh amatir seperti halnya Teleskop Satu Mil (One-Mile Telescope).[83][84] membangun peralatan
mereka sendiri dan
Sumbangsih astronom amatir tidak sepele, sebab banyak hal — seperti menyelenggarakan pesta-
pengkuran okultasi guna mempertajam catatan garis edar planet-planet kecil pesta dan pertemuan
— bergantung pada pekerjaan astronomi amatir. Para amatir dapat pula astronomi, contohnya
menemukan komet atau melakukan penelitian rutin atas bintang-bintang komunitas Stellafane.
variabel. Seiring dengan perkembangan teknologi digital, astrofotografi
amatir juga semakin efektif dan semakin giat memberikan sumbangan
ilmu.[85][86][87]

Daftar persoalan astronomi yang belum terpecahkan


Lihat pula: Daftar persoalan fisika yang belum terpecahkan

Meskipun sebagai ilmu pengetahuan astronomi telah mengalami kemajuan-kemajuan yang sangat pesat dan
membuat terobosan-terobosan yang sangat besar dalam upaya memahami alam semesta dan segala isinya,
masih ada beberapa pertanyaan penting yang belum bisa terjawab. Untuk memecahkan permasalahan
seperti ini, boleh jadi diperlukan pembangunan peralatan-peralatan baru baik di permukaan Bumi maupun
di antariksa. Selain itu, mungkin juga diperlukan perkembangan baru dalam fisika teoretis dan
eksperimental.

Apakah asal usul spektrum massa bintang? Maksudnya, mengapa astronom terus
mengamati persebaran massa yang sama — yaitu, fungsi massa awal yang sama —
walaupun keadaan awal terwujudnya bintang-bintang berbeda-beda?[88] Diperlukan
pemahaman yang lebih dalam akan pembentukan bintang dan planet.
Adakah wujud kehidupan lain di alam semesta? Adakah wujud kehidupan cerdas lain di
alam semesta? Kalau ada, apa jawaban dari paradoks Fermi? Apabila ada kehidupan lain
di luar Bumi, implikasinya, baik ilmiah maupun filosofis, sangat penting.[89][90] Apakah Tata
Surya kita termasuk normal ataukah ternyata tidak biasa?
Apa yang menyebabkan terbentuknya alam semesta? Apakah premis yang melandasi
hipotesis "alam semesta yang tertala dengan baik" (fine-tuned universe) tepat? Apabila
tepat, apakah ada semacam seleksi alam dalam skala kosmologis? Apa sebenarnya yang
menyebabkan inflasi kosmik dini, sehingga alam menjadi homogen? Kenapa terdapat
asimetri barion di alam semesta?
Apa hakikat sebenarnya dari materi gelap dan energi gelap? Mereka telah mendominasi
proses perkembangan dan, pada akhirnya, nasib dari jagat raya, tetapi sifat-sifat mendasar
mereka tetap belum dipahami.[91] Apa yang akan terjadi di penghujung waktu?[92]
Bagaimana galaksi-galaksi pertama terbentuk? Bagaimana lubang-lubang hitam
supermasif terbentuk?
Apa yang menghasilkan sinar kosmik berenergi ultratinggi?

Lihat pula

Astronaut Garis waktu


Kosmonot astronomi bintang
Planet Garis waktu
astronomi surya
Roket
Garis waktu
Taikonot
astronomi Tata
Tata surya Surya
Rasi bintang Garis waktu peta
Astronom dan dan katalog
astrofisikawan astronomi
Garis waktu fisika Garis waktu
lubang hitam teleskop dan
Garis waktu observatorium
kosmologi Garis waktu satelit
Garis waktu radiasi buatan dan space
latar belakang probe
kosmik International
Garis waktu radiasi Astronomical Union
latar belakang lain American
Garis waktu galaksi, Astronomical
grup-grup galaksi, Society
dan struktur skala- Royal Astronomical
besar Society
Garis waktu medium European Southern
antarbintang dan Observatory
medium antargalaksi Astronomi di
Garis waktu katai Indonesia
putih, bintang Himpunan
neutron, dan Astronomi Amatir
supernova Jakarta
Jogja Astro Club
Departemen
Astronomi
Institut Teknologi
Bandung
Observatorium
Bosscha
Daftar istilah
astronomi

Referensi
1. Liddell, Henry George; Scott, Robert. "ἀστρονομία". A Greek-English Lexicon. Perseus
Digital Library.
2. "Astronomi". Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring. Jakarta: Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa. 2016.
3. "Astronomy". A Dictionary of Astronomy (edisi ke-3). Oxford University Press. 2018.
doi:10.1093/acref/9780191851193.001.0001/acref-9780191851193-e-305. ISBN 978-0-19-
185119-3.
4. Unsöld, Albrecht (2001). The New Cosmos: An Introduction to Astronomy and Astrophysics.
Berlin, New York: Springer. ISBN 3-540-67877-8.
5. Scharringhausen, Britt (1 Januari 2002). "What's the difference between astronomy and
astrophysics?". Ask an Astronomer (dalam bahasa Inggris). Astronomy Department at
Cornell University. Diakses tanggal 22 April 2022.
6. Mangum, Jeff (31 Maret 2020). "Is There Any Difference Between Astronomy and
Astrophysics?". National Radio Astronomy Observatory (dalam bahasa Inggris). Diakses
tanggal 22 April 2022.
7. Odenwald, Sten. "What is the difference between astronomy and astrophysics?". Sten's
Space Blog (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 Oktober 2016.
Diakses tanggal 22 April 2022.
8. "Astronomy vs. Astrophysics?". Penn State Behrend. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20
April 2015. Diakses tanggal 22 April 2022.
9. "Astrofisika". Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring. Jakarta: Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa. 2016.
10. Shu, F. H. (1982). The Physical Universe. Mill Valley, California: University Science Books.
ISBN 0-935702-05-9.
11. Chapman, Allan; Henbest, Nigel (8 Februari 2022). "Was Stonehenge used for astronomy?".
BBC Sky at Night (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 22 April 2022.
12. Forbes, 1909
13. DeWitt, Richard (2010). "The Ptolemaic System". Worldviews: An Introduction to the History
and Philosophy of Science. Chichester, England: Wiley. hlm. 113. ISBN 1405195630.
14. Aaboe, A. (1974). "Scientific Astronomy in Antiquity". Philosophical Transactions of the
Royal Society. 276 (1257): 21–42. Bibcode:1974RSPTA.276...21A.
doi:10.1098/rsta.1974.0007. JSTOR 74272.
15. "Eclipses and the Saros". NASA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-24. Diakses
tanggal 28 October 2007.
16. Krafft, Fritz (2009). "Astronomy". Dalam Cancik, Hubert; Schneider, Helmuth. Brill's New
Pauly.
17. "Hipparchus of Rhodes". School of Mathematics and Statistics, University of St Andrews,
Scotland. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-10-23. Diakses tanggal 28 October 2007.
18. Thurston, H., Early Astronomy. (http://books.google.com/books?id=rNpHjqxQQ9oC&pg=PA
2) Springer, 1996. ISBN 0-387-94822-8 p. 2
19. Marchant, Jo (2006). "In search of lost time". Nature. 444 (7119): 534–8.
Bibcode:2006Natur.444..534M. doi:10.1038/444534a. PMID 17136067.
20. Kennedy, Edward S. (1962). "Review: The Observatory in Islam and Its Place in the General
History of the Observatory by Aydin Sayili". Isis. 53 (2): 237–239. doi:10.1086/349558.
21. Micheau, Francoise. : 992–3. Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan); Parameter
|contribution= akan diabaikan (bantuan), in (Rashed & Morelon 1996, hlm. 985–1007)
22. Nas, Peter J (1993). Urban Symbolism. Brill Academic Publishers. hlm. 350. ISBN 9-0040-
9855-0.
23. Kepple, George Robert (1998). The Night Sky Observer's Guide, Volume 1. Willmann-Bell,
Inc. hlm. 18. ISBN 0-943396-58-1.
24. Berry, Arthur (1961). A Short History of Astronomy From Earliest Times Through the
Nineteenth Century. New York: Dover Publications, Inc. ISBN 0486202100.
25. Hoskin, Michael, ed. (1999). The Cambridge Concise History of Astronomy. Cambridge
University Press. ISBN 0-521-57600-8.
26. McKissack, Pat (1995). The royal kingdoms of Ghana, Mali, and Songhay: life in medieval
Africa. H. Holt. ISBN 9780805042597.
27. Clark, Stuart (2002). "Eclipse brings claim of medieval African observatory". New Scientist.
Diakses tanggal 3 February 2010.
28. "Cosmic Africa explores Africa's astronomy". Science in Africa. Diarsipkan dari versi asli
tanggal 2003-12-03. Diakses tanggal 3 February 2002.
29. Holbrook, Jarita C. (2008). African Cultural Astronomy. Springer. ISBN 9781402066382.
30. "Africans studied astronomy in medieval times". The Royal Society. 30 January 2006.
Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-06-09. Diakses tanggal 3 February 2010.
31. Star sheds light on African 'Stonehenge'. December 05, 2002|Richard Stenger CNN (http://ar
ticles.cnn.com/2002-12-05/tech/zimbabwe.observatory_1_supernova-forecast-eclipses-star?
_s=PM:TECH)
32. Forbes, 1909, hal. 58–64
33. Forbes, 1909, hal. 49–58
34. Forbes, 1909, hal. 79–81
35. Forbes, 1909, hal. 147–150
36. Forbes, 1909, hal. 74–76
37. Belkora, Leila (2003). Minding the heavens: the story of our discovery of the Milky Way. CRC
Press. hlm. 1–14. ISBN 9780750307307.
38. "Electromagnetic Spectrum". NASA. Diakses tanggal 8 September 2006.
39. Cox, A. N., ed. (2000). Allen's Astrophysical Quantities. New York: Springer-Verlag. hlm. 124.
ISBN 0-387-98746-0.
40. Staff (11 September 2003). "Why infrared astronomy is a hot topic". ESA. Diakses tanggal
11 August 2008.
41. "Infrared Spectroscopy – An Overview". NASA/IPAC. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-
10-05. Diakses tanggal 11 August 2008.
42. Moore, P. (1997). Philip's Atlas of the Universe. Great Britain: George Philis Limited. ISBN 0-
540-07465-9.
43. Penston, Margaret J. (14 August 2002). "The electromagnetic spectrum". Particle Physics
and Astronomy Research Council. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-09-08. Diakses
tanggal 17 August 2006.
44. Gaisser, Thomas K. (1990). Cosmic Rays and Particle Physics. Cambridge University Press.
hlm. 1–2. ISBN 0521339316.
45. Tammann, G. A.; Thielemann, F. K.; Trautmann, D. (2003). "Opening new windows in
observing the Universe". Europhysics News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-09-06.
Diakses tanggal 3 February 2010.
46. Calvert, James B. (28 March 2003). "Celestial Mechanics". University of Denver. Diakses
tanggal 21 August 2006.
47. "Hall of Precision Astrometry". University of Virginia Department of Astronomy. Diakses
tanggal 10 August 2006.
48. Wolszczan, A.; Frail, D. A. (1992). "A planetary system around the millisecond pulsar
PSR1257+12". Nature. 355 (6356): 145–147. Bibcode:1992Natur.355..145W.
doi:10.1038/355145a0.
49. Roth, H. (1932). "A Slowly Contracting or Expanding Fluid Sphere and its Stability". Physical
Review. 39 (3): 525–529. Bibcode:1932PhRv...39..525R. doi:10.1103/PhysRev.39.525.
50. Eddington, A.S. (1926). Internal Constitution of the Stars. Cambridge University Press.
ISBN 9780521337083.
51. "Dark matter". NASA. 2010. Diakses tanggal 2 November 2009. "third paragraph, "There is
currently much ongoing research by scientists attempting to discover exactly what this dark
matter is""
52. Johansson, Sverker (27 July 2003). "The Solar FAQ". Talk.Origins Archive. Diakses tanggal
11 August 2006.
53. Lerner, K. Lee (2006). "Environmental issues : essential primary sources". Thomson Gale.
Diakses tanggal 11 September 2006.
54. Pogge, Richard W. (1997). "The Once & Future Sun" (lecture notes). New Vistas in
Astronomy. Diakses tanggal 3 February 2010.
55. Stern, D. P.; Peredo, M. (28 September 2004). "The Exploration of the Earth's
Magnetosphere". NASA. Diakses tanggal 22 August 2006.
56. Bell III, J. F.; Campbell, B. A.; Robinson, M. S. (2004). Remote Sensing for the Earth
Sciences: Manual of Remote Sensing (edisi ke-3rd). John Wiley & Sons. Diakses tanggal
23 August 2006.
57. Grayzeck, E.; Williams, D. R. (11 May 2006). "Lunar and Planetary Science". NASA.
Diakses tanggal 21 August 2006.
58. Montmerle, Thierry (2006). "Solar System Formation and Early Evolution: the First 100
Million Years". Earth, Moon, and Planets. Spinger. 98 (1-4): 39–95.
Bibcode:2006EM&P...98...39M. doi:10.1007/s11038-006-9087-5.
59. Montmerle, 2006, hal. 87–90
60. Beatty, J.K.; Petersen, C.C.; Chaikin, A., ed. (1999). The New Solar System. Cambridge
press. hlm. 70edition = 4th. ISBN 0-521-64587-5.
61. Harpaz, 1994, hal. 7–18
62. Smith, Michael David (2004). "Cloud formation, Evolution and Destruction". The Origin of
Stars. Imperial College Press. hlm. 53–86. ISBN 1860945015.
63. Harpaz, 1994
64. Harpaz, 1994, hal. 173–178
65. Harpaz, 1994, hal. 111–118
66. Audouze, Jean; Israel, Guy, ed. (1994). The Cambridge Atlas of Astronomy (edisi ke-3rd).
Cambridge University Press. ISBN 0-521-43438-6.
67. Harpaz, 1994, hal. 189–210
68. Harpaz, 1994, hal. 245–256
69. Ott, Thomas (24 August 2006). "The Galactic Centre". Max-Planck-Institut für
extraterrestrische Physik. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2004-09-25. Diakses tanggal
8 September 2006.
70. Smith, Michael David (2004). "Massive stars". The Origin of Stars. Imperial College Press.
hlm. 185–199. ISBN 1860945015.
71. Van den Bergh, Sidney (1999). "The Early History of Dark Matter". Publications of the
Astronomy Society of the Pacific. 111 (760): 657–660. arXiv:astro-ph/9904251 .
Bibcode:1999PASP..111..657V. doi:10.1086/316369.
72. Keel, Bill (1 August 2006). "Galaxy Classification". University of Alabama. Diakses tanggal
8 September 2006.
73. "Active Galaxies and Quasars". NASA. Diakses tanggal 8 September 2006.
74. Zeilik, Michael (2002). Astronomy: The Evolving Universe (edisi ke-8th). Wiley. ISBN 0-521-
80090-0.
75. Dodelson, Scott (2003). Modern cosmology. Academic Press. hlm. 1–22.
ISBN 9780122191411.
76. Hinshaw, Gary (13 July 2006). "Cosmology 101: The Study of the Universe". NASA WMAP.
Diakses tanggal 10 August 2006.
77. Dodelson, 2003, hal. 216–261
78. "Galaxy Clusters and Large-Scale Structure". University of Cambridge. Diakses tanggal
8 September 2006.
79. Preuss, Paul. "Dark Energy Fills the Cosmos". U.S. Department of Energy, Berkeley Lab.
Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-08-11. Diakses tanggal 8 September 2006.
80. Mims III, Forrest M. (1999). "Amateur Science—Strong Tradition, Bright Future". Science.
284 (5411): 55–56. Bibcode:1999Sci...284...55M. doi:10.1126/science.284.5411.55. Diakses
tanggal 6 December 2008. "Astronomy has traditionally been among the most fertile fields
for serious amateurs [...]"
81. "The Americal Meteor Society". Diakses tanggal 24 August 2006.
82. Lodriguss, Jerry. "Catching the Light: Astrophotography". Diakses tanggal 24 August 2006.
83. Ghigo, F. (7 February 2006). "Karl Jansky and the Discovery of Cosmic Radio Waves".
National Radio Astronomy Observatory. Diakses tanggal 24 August 2006.
84. "Cambridge Amateur Radio Astronomers". Diakses tanggal 24 August 2006.
85. "The International Occultation Timing Association". Diakses tanggal 24 August 2006.
86. "Edgar Wilson Award". IAU Central Bureau for Astronomical Telegrams. Diakses tanggal
24 October 2010.
87. "American Association of Variable Star Observers". AAVSO. Diakses tanggal 3 February
2010.
88. Kroupa, Pavel (2002). "The Initial Mass Function of Stars: Evidence for Uniformity in
Variable Systems". Science. 295 (5552): 82–91. arXiv:astro-ph/0201098 .
Bibcode:2002Sci...295...82K. doi:10.1126/science.1067524. PMID 11778039. Diakses
tanggal 28 May 2007.
89. "Complex Life Elsewhere in the Universe?". Astrobiology Magazine. Diakses tanggal
12 August 2006.
90. "The Quest for Extraterrestrial Intelligence". Cosmic Search Magazine. Diakses tanggal
12 August 2006.
91. "11 Physics Questions for the New Century". Pacific Northwest National Laboratory.
Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-02-03. Diakses tanggal 12 August 2006.
92. Hinshaw, Gary (15 December 2005). "What is the Ultimate Fate of the Universe?". NASA
WMAP. Diakses tanggal 28 May 2007.

Daftar pustaka
Forbes, George (1909). History of Astronomy. London: Plain Label Books.
ISBN 1603031596. Bisa didapat melalui Project Gutenberg (http://www.gutenberg.org/etext/
8172), Google books (http://books.google.com/books?id=hcLXcpUDqPgC&printsec=frontco
ver)
Harpaz, Amos (1994). Stellar Evolution. A K Peters, Ltd. ISBN 9781568810126.

Pranala luar

Organisasi Dalam Negeri


Departemen Astronomi Institut Teknologi Bandung (http://www.as.itb.ac.id/)
Observatorium Bosscha (http://bosscha.itb.ac.id/)
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (http://www.lapan.go.id/) Diarsipkan (https://
web.archive.org/web/20110421183755/http://lapan.go.id/) 2011-04-21 di Wayback Machine.

Organisasi Internasional
International Astronomical Union (http://www.iau.org/)
American Association of Variable Star Observers (http://www.aavso.org/)
Durham Region Astronomical Association (http://www.drastronomy.com/)
National Optical Astronomy Observatories (http://www.noao.edu/) Diarsipkan (https://web.arc
hive.org/web/19970129013230/http://www.noao.edu/) 1997-01-29 di Wayback Machine.
North York Astronomical Association (http://www.nyaa-starfest.com/)
Royal Astronomical Society of Canada (http://www.rasc.ca/)
Royal Astronomical Society (UK) (http://www.ras.org.uk/)
Czech Astronomical Society (http://www.astro.cz/)
Herzberg Institute of Astrophysics (http://www.hia-iha.nrc-cnrc.gc.ca/) Diarsipkan (https://we
b.archive.org/web/20040124051103/http://www.hia-iha.nrc-cnrc.gc.ca/) 2004-01-24 di
Wayback Machine.
Saint Louis Astronomical Society (http://www.slasonline.org/)
Cassini Imaging Laboratory (http://ciclops.lpl.arizona.edu/)
Open Encyclopedia Project (http://open-site.org/Science/Astronomy/)

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Astronomi&oldid=24248740"

Anda mungkin juga menyukai