Cukup banyak cabang-cabang ilmu yang pernah turut disertakan sebagai bagian dari astronomi, dan
apabila diperhatikan, sifat cabang-cabang ini sangat beragam: dari astrometri, pelayaran berbasis angkasa,
astronomi observasional, sampai dengan penyusunan kalender dan astrologi. Meski demikian, dewasa ini
astronomi profesional dianggap identik dengan astrofisika.
Pada abad ke-20, astronomi profesional terbagi menjadi dua cabang, yaitu astronomi observasional; Studi
astronomi yang melibatkan pengumpulan data dari pengamatan atas benda-benda langit, yang kemudian
akan dianalisis menggunakan prinsip-prinsip dasar fisika, dan astronomi teoretis; Studi astronomi yang
terpusat pada upaya pengembangan model-model komputer/analitis guna menjelaskan sifat-sifat benda-
benda langit serta fenomena-fenomena alam lainnya. Adapun kedua cabang ini bersifat komplementer;
Astronomi teoretis berusaha untuk menerangkan hasil-hasil pengamatan astronomi observasional, dan
astronomi observasional akan mencoba untuk membuktikan kesimpulan yang dibuat oleh astronomi
teoretis.
Astronomi harus dibedakan dari astrologi, yang merupakan kepercayaan bahwa nasib dan urusan manusia
berhubungan dengan letak benda-benda langit seperti bintang atau rasinya. Memang betul bahwa dua
bidang ini memiliki asal usul yang sama, namun pada saat ini keduanya sangat berbeda.[4]
Leksikologi
Secara umum baik "astronomi" maupun "astrofisika" boleh digunakan untuk menyebut ilmu yang
sama.[5][6][7][8] Apabila merujuk pada definisi KBBI, "astronomi" adalah ilmu tentang "matahari, bulan,
bintang, dan planet-planet lain" [2] sedangkan "astrofisika" adalah cabang astronomi yang mempelajari
tentang "perilaku, sifat fisik, serta dinamika benda dan fenomena langit."[9]
Dalam kasus-kasus tertentu, misalnya pada pembukaan buku The Physical Universe oleh Frank Shu,
"astronomi" boleh dipergunakan untuk sisi kualitatif dari ilmu ini, sedang "astrofisika" untuk sisi lainnya
yang lebih berorientasi fisika.[10] Namun, penelitian-penelitian astronomi modern kebanyakan berurusan
dengan topik-topik yang berkenaan dengan fisika, sehingga bisa dianggap bahwa astronomi modern adalah
astrofisika.[5]
Banyak badan-badan penelitian yang, dalam memutuskan menggunakan istilah yang mana, hanya
bergantung dari apakah secara sejarah mereka berafiliasi dengan departemen-departemen fisika atau
tidak.[7] Astronom-astronom profesional sendiri banyak yang memiliki gelar di bidang fisika.[8] Untuk
ilustrasi lebih lanjut, salah satu jurnal ilmiah terkemuka pada cabang ilmu ini bernama Astronomy and
Astrophysics (Astronomi dan Astrofisika).
Sejarah
Artikel utama: Sejarah astronomi
Informasi lebih lanjut: Arkeoastronomi
Dimulainya astronomi yang berdasarkan perhitungan matematis dan ilmiah dulu dipelopori oleh orang-
orang Babilonia.[14] Mereka menemukan bahwa gerhana bulan memiliki sebuah siklus yang teratur, disebut
siklus saros.[15] Mengikuti jejak astronom-astronom Babilonia, kemajuan demi kemajuan kemudian
berhasil dicapai oleh komunitas astronomi Yunani Kuno dan negeri-negeri sekitarnya. Astronomi Yunani
sedari awal memang bertujuan untuk menemukan penjelasan yang rasional dan berbasis fisika untuk
fenomena-fenomena angkasa.[16] Pada abad ke-3 SM, Aristarkhos dari Samos melakukan perhitungan atas
ukuran Bumi serta jarak antara Bumi dan Bulan, dan kemudian mengajukan model Tata Surya yang
heliosentris — pertama kalinya dalam sejarah. Pada abad ke-2 SM, Hipparkhos berhasil menemukan gerak
presesi, juga menghitung ukuran Bulan dan Matahari serta jarak antara keduanya, sekaligus membuat alat-
alat penelitian astronomi paling awal seperti astrolab.[17] Mayoritas penyusunan rasi bintang di belahan
utara sekarang masih didasarkan atas susunan yang diformulasikan olehnya melalui katalog yang waktu itu
mencakup 1.020 bintang.[18] Mekanisme Antikythera yang terkenal (ca. 150-80 SM) juga berasal dari
periode yang sama: komputer analog yang digunakan untuk menghitung letak Matahari/Bulan/planet-planet
pada tanggal tertentu ini merupakan barang paling kompleks dalam sejarah sampai abad ke-14, ketika jam-
jam astronomi mulai bermunculan di Eropa.[19]
Di Eropa sendiri selama Abad Pertengahan astronomi sempat mengalami kebuntuan dan stagnansi.
Sebaliknya, perkembangan pesat terjadi di dunia Islam dan beberapa peradaban lainnya, ditandai dengan
dibangunnya observatorium-observatorium di belahan dunia sana pada awal abad ke-9.[20][21][22] Pada
tahun 964, astronom Persia Al-Sufi menemukan Galaksi Andromeda (galaksi terbesar di Grup Lokal) dan
mencatatnya dalam Book of Fixed Stars (Kitab Suwar al-Kawakib).[23]
Supernova SN 1006, ledakan bintang paling terang dalam catatan sejarah, berhasil diamati oleh astronom
Mesir Ali bin Ridwan dan sekumpulan astronom Tiongkok yang terpisah pada tahun yang sama (1006 M).
Astronom-astronom besar dari era Islam ini kebanyakan berasal dari Persia dan Arab, termasuk Al-Battani,
Tsabit bin Qurrah, Al-Sufi, Ibnu Balkhi, Al-Biruni, Al-Zarqali, Al-Birjandi, serta astronom-astronom dari
observatorium-observatorium di Maragha dan Samarkand. Melalui era inilah nama-nama bintang yang
berdasarkan bahasa Arab diperkenalkan.[24][25] Reruntuhan-reruntuhan di Zimbabwe Raya dan
Timbuktu[26] juga kemungkinan sempat memiliki bangunan-bangunan observatorium[27] melemahkan
keyakinan sebelumnya bahwa tidak ada pengamatan astronomis di daerah sub-Sahara sebelum era
kolonial.[28][29][30][31]
Revolusi ilmiah
Pada Zaman Renaisans, Copernicus menyusun model Tata Surya heliosentris, model yang kemudian dibela
dari kontroversi, dikembangkan, dan dikoreksi oleh Galileo dan Kepler. Galileo berinovasi dengan teleskop
guna mempertajam pengamatan astronomis, sedang Kepler berhasil menjadi ilmuwan pertama yang
menyusun secara tepat dan mendetail pergerakan planet-planet dengan Matahari sebagai pusatnya.[32]
Meski demikian, ia gagal memformulasikan teori untuk menjelaskan hukum-hukum yang ia tuliskan,
sampai akhirnya Newton (yang juga menemukan teleskop reflektor untuk pengamatan langit)
menjelaskannya melalui dinamika angkasa dan hukum gravitasi.[32][33]
Seiring dengan semakin baiknya ukuran dan kualitas teleskop, semakin banyak pula penemuan-penemuan
lebih lanjut yang terjadi. Melalui teknologi ini, de Lacaille berhasil mengembangkan katalog-katalog
bintang yang lebih lengkap; usaha serupa juga dilakukan oleh astronom Jerman-Inggris William Herschel
dengan memproduksi katalog-katalog nebula dan gugusan.
Pada tahun 1781 ia menemukan planet Uranus, planet pertama yang
ditemui di luar planet-planet klasik.[34] Pengukuran jarak menuju sebuah
bintang pertama kali dipublikasikan pada 1838 oleh Bessel, yang pada saat
itu melakukannya melalui pengukuran paralaks dari 61 Cygni.[35]
Abad ke-18 sampai abad ke-19 pertama diwarnai oleh penelitian atas
masalah tiga benda oleh Euler, Clairaut, dan D'Alembert; penelitian yang
menghasilkan metode prediksi yang lebih tepat untuk pergerakan Bulan dan
planet-planet. Pekerjaan ini dipertajam oleh Lagrange dan Laplace,
sehingga memungkinkan ilmuwan untuk memperkirakan massa planet dan
satelit lewat perturbasi/usikannya.[36]
Baru pada abad ke-20 Galaksi Bima Sakti (di mana Bumi dan Matahari berada) bisa dibuktikan sebagai
kelompok bintang yang terpisah dari kelompok-kelompok bintang lainnya. Dari pengamatan-pengamatan
yang sama disimpulkan pula bahwa ada galaksi-galaksi lain di luar Bima Sakti dan bahwa alam semesta
terus mengembang, sebab galaksi-galaksi tersebut terus menjauh dari galaksi kita.[37] Astronomi modern
juga menemukan dan berusaha menjelaskan benda-benda langit yang asing seperti kuasar, pulsar, blazar,
galaksi radio, lubang hitam, dan bintang neutron. Kosmologi fisik maju dengan pesat sepanjang abad ini:
model Dentuman Besar (Big Bang) misalnya, telah didukung oleh bukti-bukti astronomis dan fisika yang
kuat (antara lain radiasi CMB, hukum Hubble, dan ketersediaan kosmologis unsur-unsur).
Astronomi observasional
Artikel utama: Astronomi observasional
Seperti diketahui, astronomi memerlukan informasi tentang benda-benda langit, dan sumber informasi yang
paling utama sejauh ini adalah radiasi elektromagnetik, atau lebih spesifiknya, cahaya tampak.[38]
Astronomi observasional bisa dibagi lagi menurut daerah-daerah spektrum elektromagnetik yang diamati:
sebagian dari spektrum tersebut bisa diteliti melalui permukaan Bumi, sementara bagian lain hanya bisa
dijangkau dari ketinggian tertentu atau bahkan hanya dari ruang angkasa. Keterangan lebih lengkap tentang
pembagian-pembagian ini bisa dilihat di bawah:
Astronomi radio
Artikel utama: Astronomi radio
Astronomi observasional jenis ini mengamati radiasi dengan panjang gelombang yang lebih dari satu
milimeter (perkiraan).[39] Berbeda dengan jenis-jenis lainnya, astronomi observasional tipe radio
mengamati gelombang-gelombang yang bisa diperlakukan selayaknya gelombang, bukan foton-foton yang
diskrit. Dengan demikian pengukuran fase dan amplitudonya relatif lebih gampang apabila dibandingkan
dengan gelombang yang lebih pendek.[39]
Gelombang radio bisa dihasilkan oleh benda-benda astronomis
melalui pancaran termal, namun sebagian besar pancaran radio
yang diamati dari Bumi adalah berupa radiasi sinkrotron, yang
diproduksi ketika elektron-elektron berkisar di sekeliling medan
magnet.[39] Sejumlah garis spektrum yang dihasilkan dari gas
antarbintang (misalnya garis spektrum hidrogen pada 21 cm) juga
dapat diamati pada panjang gelombang radio.[10][39]
Astronomi optikal
Artikel utama: Astronomi optikal
Dikenal juga sebagai astronomi cahaya tampak, astronomi optikal mengamati radiasi elektromagnetik yang
tampak oleh mata telanjang manusia. Oleh sebab itu, ini merupakan cabang yang paling tua, karena tidak
memerlukan peralatan.[42] Mulai dari penghujung abad ke-19 sampai kira-kira seabad setelahnya, citra-citra
astronomi optikal memakai teknik fotografis, namun sebelum itu mereka harus digambar menggunakan
tangan. Dewasa ini detektor-detektor digitallah yang dipergunakan, terutama yang memakai CCD (charge-
coupled devices, peranti tergandeng-muatan).
Cahaya tampak sebagaimana diketahui memiliki
panjang dari 4.000 Å sampai 7.000 Å (400-700 nm).[42]
Namun, alat-alat pengamatan yang dipakai untuk
mengamati panjang gelombang demikian dipakai pula
untuk mengamati gelombang hampir-ultraungu dan
hampir-inframerah.
Astronomi ultraungu
Artikel utama: Astronomi ultraviolet
Astronomi sinar-X
Artikel utama: Astronomi sinar X
Citra Ultraungu dari Galaksi
Benda-benda bisa memancarkan cahaya berpanjang gelombang Triangulum oleh GALEX
sinar-X melalui pancaran sinkrotron (pancaran yang berasal dari
elektron-elektron yang berkisar di sekeliling medan magnet) atau
melalui pancaran termal gas pekat dan gas encer pada 107 K.[39]
Sinar-X juga diserap oleh atmosfer, sehingga pengamatan harus
dilakukan dari atas balon, roket, atau satelit penelitian. Sumber-
sumber sinar-X antara lain bintang biner sinar-X (X-ray binary),
pulsar, sisa-sisa supernova, galaksi elips, gugus galaksi, serta Inti
galaksi aktif (AGN / Active Galactic Nucleus.[39]
Astronomi sinar-gamma
Artikel utama: Astronomi sinar gama
Terdapat pula cabang baru yang menggunakan detektor-detektor gelombang gravitasional untuk
mengumpulkan data tentang benda-benda rapat: astronomi gelombang gravitasional. Observatorium-
observatorium untuk bidang ini sudah mulai dibangun, contohnya observatorium LIGO di Louisiana, AS.
Tetapi astronomi seperti ini sulit, sebab gelombang gravitasional amat sukar untuk dideteksi.[45]
Ahli-ahli astronomi planet juga banyak yang mengamati fenomena-fenomena angkasa secara langsung,
yaitu melalui wahana-wahana antariksa serta misi-misi pengumpulan sampel. Beberapa hanya bekerja
dengan sensor jarak jauh untuk mengumpulkan data, tetapi beberapa lainnya melibatkan pendaratan —
dengan kendaraan antariksa yang mampu bereksperimen di atas permukaan. Metode-metode lain misalnya
detektor material terbenam atau melakukan eksperimen langsung terhadap sampel yang dibawa ke Bumi
sebelumnya.
Pengukuran letak benda-benda langit, seperti disebutkan, adalah salah satu cabang astronomi (dan bahkan
sains) yang paling tua. Kegiatan-kegiatan seperti pelayaran atau penyusunan kalender memang sangat
membutuhkan pengetahuan yang akurat mengenai letak Matahari, Bulan, planet-planet, serta bintang-
bintang di langit.
Dari proses pengukuran seperti ini dihasilkan pemahaman yang baik sekali tentang usikan gravitasi dan
pada akhirnya astronom-astronom dapat menentukan letak benda-benda langit dengan tepat pada masa lalu
dan masa depan — cabang astronomi yang mendalami bidang ini dikenal sebagai mekanika benda langit.
Dewasa ini penjejakan atas benda-benda yang dekat dengan Bumi juga memungkinkan prediksi-prediksi
akan pertemuan dekat, atau bahkan benturan.[46]
Kemudian terdapat pengukuran paralaks bintang. Pengukuran ini
sangat penting karena memberi nilai basis dalam metode tangga jarak
kosmik; melalui metode ini ukuran dan skala alam semesta bisa
diketahui. Pengukuran paralaks bintang yang relatif lebih dekat juga
bisa dipakai sebagai basis absolut untuk ciri-ciri bintang yang lebih
jauh, sebab ciri-ciri di antara mereka dapat dibandingkan. Kinematika
mereka lalu bisa kita susun lewat pengukuran kecepatan radial serta
gerak diri masing-masing. Hasil-hasil astrometri dapat pula
dimanfaatkan untuk pengukuran materi gelap di dalam galaksi.[47]
Astronomi teoretis
Artikel utama: Astronomi teoretis
Terdapat banyak jenis-jenis metode dan peralatan yang bisa dimanfaatkan oleh seorang astronom teoretis,
antara lain model-model analitik (misalnya politrop untuk memperkirakan perilaku sebuah bintang) dan
simulasi-simulasi numerik komputasional; masing-masing dengan keunggulannya sendiri. Model-model
analitik umumnya lebih baik apabila peneliti hendak mengetahui pokok-pokok persoalan dan mengamati
apa yang terjadi secara garis besar; model-model numerik bisa mengungkap keberadaan fenomena-
fenomena serta efek-efek yang tidak mudah terlihat.[49][50]
Para teoris berupaya untuk membuat model-model teoretis dan menyimpulkan akibat-akibat yang dapat
diamati dari model-model tersebut. Ini akan membantu para pengamat untuk mengetahui data apa yang
harus dicari untuk membantah suatu model, atau memutuskan mana yang benar dari model-model alternatif
yang bertentangan. Para teoris juga akan mencoba menyusun model baru atau memperbaiki model yang
sudah ada apabila ada data-data baru yang masuk. Apabila terjadi pertentangan/inkonsistensi,
kecenderungannya adalah untuk membuat modifikasi minimal pada model yang bersangkutan untuk
mengakomodir data yang sudah didapat. Kalau pertentangannya terlalu banyak, modelnya bisa dibuang
dan tidak digunakan lagi.
Topik-topik yang dipelajari oleh astronom-astronom teoretis antara lain: dinamika dan evolusi bintang-
bintang; formasi galaksi; struktur skala besar materi di alam semesta; asal usul sinar kosmik; relativitas
umum; dan kosmologi fisik (termasuk kosmologi dawai dan fisika astropartikel). Relativitas astrofisika
dipakai untuk mengukur ciri-ciri struktur skala besar, di mana ada peran yang besar dari gaya gravitasi; juga
sebagai dasar dari fisika lubang hitam dan penelitian gelombang gravitasional.
Beberapa model/teori yang sudah diterima dan dipelajari luas yaitu teori Dentuman Besar, inflasi kosmik,
materi gelap, dan teori-teori fisika fundamental. Kelompok model dan teori ini sudah diintegrasikan dalam
model Lambda-CDM.
Wacana yang tengah hangat dalam astronomi pada beberapa tahun terakhir adalah materi gelap dan energi
gelap — penemuan dan kontroversi mengenai topik-topik ini bermula dari penelitian atas galaksi-
galaksi.[51]
Cabang-cabang spesifik
Astronomi surya
Artikel utama: Matahari
Lihat pula: Teleskop surya
Permukaan luar Matahari yang bisa kita lihat disebut fotosfer. Di atasnya ada lapisan tipis yang biasanya
tidak terlihat karena terangnya fotosfer, yaitu kromosfer. Di atasnya lagi ada lapisan transisi di mana suhu
bisa naik secara cepat, dan di atasnya terdapatlah korona yang sangat panas.
Di tengah-tengah Matahari ialah daerah inti; ada tingkat suhu dan tekanan yang cukup di sini sehingga fusi
nuklir dapat terjadi. Di atasnya terdapat zona radiatif; di sini plasma akan menghantarkan panas melalui
proses radiasi. Di atas zona radiatif adalah zona konvektif; materi gas di zona ini akan menghantarkan
energi sebagian besar lewat pergerakan materi gas itu sendiri. Zona inilah yang dipercaya sebagai sumber
aktivitas magnetis penghasil bintik-bintik Matahari.[52]
Terdapat angin surya berupa partikel-partikel plasma yang bertiup keluar dari Matahari secara terus-
menerus sampai mencapai titik heliopause. Angin ini bertemu dengan magnetosfer Bumi dan membentuk
sabuk-sabuk radiasi Van Allen dan — di mana garis-garis medan magnet Bumi turun menujur atmosfer —
menghasilkan aurora.[55]
Ilmu keplanetan
Artikel utama: Ilmu keplanetan dan geologi keplanetan
Cabang astronomi ini meneliti susunan planet, bulan, planet katai, komet, asteroid, serta benda-benda langit
lain yang mengelilingi bintang, terutama Matahari, walau ilmu ini meliputi juga planet-planet ekstrasurya.
Tata Surya kita sendiri sudah dipelajari secara mendalam — pertama-tama melalui teleskop dan kemudian
menggunakan wahana-wahana antariksa — sehingga pemahaman sekarang mengenai formasi dan evolusi
sistem keplanetan ini sudah sangat baik, walaupun masih ada penemuan-penemuan baru yang terjadi.[56]
Karena tekanan radiasi dari angin surya terus mendorong materi-materi yang belum menggumpal, hanya
planet-planet yang massanya cukup besar yang mampu mempertahankan atmosfer berbentuk gas. Planet-
planet muda ini terus menyapu dan memuntahkan materi-materi yang tersisa, menghasilkan sebuah periode
penghancuran yang hebat. Sisa-sisa periode ini bisa dilihat melalui banyaknya kawah-kawah tabrakan di
permukaan Bulan. Adapun dalam jangka waktu ini sebagian dari protoplanet-protoplanet yang ada
mungkin bertabrakan satu sama lain; kemungkinan besar tabrakan seperti itulah yang melahirkan Bulan
kita.[58]
Ketika suatu planet mencapai massa tertentu, materi-materi dengan massa jenis yang berlainan mulai saling
memisahkan diri dalam proses yang disebut diferensiasi planet. Proses demikian bisa menghasilkan inti
yang berbatu-batu atau terdiri dari materi-materi logam, diliputi oleh lapisan mantel dan lalu permukaan
luar. Inti planet ini bisa terbagi menjadi daerah-daerah yang padat dan cair, dan beberapa mampu
menghasilkan medan magnet mereka sendiri, sehingga planet dapat terlindungi dari angin surya.[59]
Panas di bagian dalam sebuah planet atau bulan datang dari benturan yang dihasilkan sendiri oleh
planet/bulan tersebut, atau oleh materi-materi radioaktif (misalnya uranium, torium, atau 26 Al), atau
pemanasan pasang surut. Beberapa planet dan bulan berhasil mengumpulkan cukup panas untuk
menjalankan proses-proses geologis seperti vulkanisme dan aktivitas-aktivitas tektonik. Apabila
planet/bulan tersebut juga memiliki atmosfer, maka erosi pada permukaan (melalui angin atau air) juga
dapat terjadi. Planet/bulan yang lebih kecil dan tanpa pemanasan pasang surut akan menjadi dingin lebih
cepat dan kegiatan-kegiatan geologisnya akan berakhir, terkecuali pembentukan kawah-kawah
tabrakan.[60]
Astronomi bintang
Artikel utama: Bintang
Adapun nasib akhir sebuah bintang bergantung pula pada massa. Jika massanya lebih dari sekitar delapan
kali lipat Matahari kita, maka gravitasi intinya akan runtuh dan menghasilkan sebuah supernova;[64] jika
tidak, akan menjadi nebula planet, dan terus berevolusi menjadi sebuah katai putih.[65] Yang tersisa setelah
supernova meletus adalah sebuah bintang neutron yang sangat padat, atau, apabila materi sisanya mencapai
tiga kali lipat massa Matahari, lubang hitam.[66] Bintang-bintang biner yang saling berdekatan evolusinya
bisa lebih rumit lagi, misalnya, bisa terjadi pemindahan massa ke arah bintang rekannya yang dapat
menyebabkan supernova.[67]
Nebula-nebula planet dan supernova-supernova diperlukan untuk proses distribusi logam di medium
antarbintang; kalau tidak demikian, seluruh bintang-bintang baru (dan juga sistem-sistem planet mereka)
hanya akan tersusun dari hidrogen dan helium saja.[68]
Astronomi galaksi
Artikel utama: Astronomi galaksi
Tata Surya kita beredar di dalam Bima Sakti, sebuah galaksi spiral
berpalang di Grup Lokal. Ia merupakan salah satu yang paling
menonjol di kumpulan galaksi tersebut. Bima Sakti merotasi materi-
materi gas, debu, bintang, dan benda-benda lain, semuanya
berkumpul akibat tarikan gaya gravitasi bersama. Bumi sendiri
terletak pada sebuah lengan galaksi berdebu yang ada di bagian
luar, sehingga banyak daerah-daerah Bima Sakti yang tidak terlihat.
Daerah di antara bintang-bintang disebut medium antarbintang, yaitu daerah dengan kandungan materi
yang jarang — bagian-bagiannya yang relatif terpadat adalah awan-awan molekul berisi hidrogen dan
unsur lainnya, tempat di mana banyak bintang baru akan lahir. Awalnya akan terbentuk sebuah inti pra-
bintang atau nebula gelap yang merapat dan kemudian runtuh (dalam volume yang ditentukan oleh panjang
Jeans) untuk membangun protobintang.[62]
Ketika sudah banyak bintang besar yang muncul, mereka akan mengubah awan molekul menjadi awan
daerah H II, yaitu awan dengan gas berpijar dan plasma. Pada akhirnya angin serta ledakan supernova
yang berasal dari bintang-bintang ini akan memencarkan awan yang tersisa, biasanya menghasilkan sebuah
(atau lebih dari satu) gugusan bintang terbuka yang baru. Gugusan-gugusan ini lambat laun berpendar, dan
bintang-bintangnya bergabung dengan Bima Sakti.[70]
Sejumlah penelitian kinematika berkenaan dengan materi-materi di Bima Sakti (dan galaksi lainnya)
menunjukkan bahwa materi-materi yang tampak massanya kurang dari massa seluruh galaksi. Ini
menandakan terdapat apa yang disebut materi gelap yang bertanggung jawab atas sebagian besar massa
keseluruhan, tetapi banyak hal yang belum diketahui mengenai materi misterius ini.[71]
Astronomi ekstragalaksi
Artikel utama: Astronomi ekstragalaksi
Penelitian benda-benda yang berada di luar galaksi kita — astronomi ekstragalaksi — merupakan cabang
yang mempelajari formasi dan evolusi galaksi-galaksi, morfologi dan klasifikasi mereka, serta pengamatan
atas galaksi-galaksi aktif beserta grup-grup dan gugusan-gugusan galaksi. Ini, terutama yang disebutkan
belakangan, penting untuk memahami struktur alam semesta dalam skala besar.
Kebanyakan galaksi akan membentuk wujud-wujud
tertentu, sehingga pengklasifikasiannya bisa disusun
berdasarkan wujud-wujud tersebut. Biasanya,
mereka dibagi-bagi menjadi galaksi-galaksi spiral,
elips, dan tak beraturan.[72]
Sebuah galaksi dikatakan aktif apabila memancarkan jumlah energi yang signifikan dari sumber selain
bintang-bintang, debu, atau gas; juga, apabila sumber tenaganya berasal dari daerah padat di sekitar inti —
kemungkinan sebuah lubang hitam supermasif yang memancarkan radiasi benda-benda yang ia telan.
Apabila sebuah galaksi aktif memiliki radiasi spektrum radio yang sangat terang serta memancarkan jalaran
gas dalam jumlah besar, maka galaksi tersebut tergolong galaksi radio. Contoh galaksi seperti ini adalah
galaksi-galaksi Seyfert, kuasar, dan blazar. Kuasar sekarang diyakini sebagai benda yang paling dapat
dipastikan sangat cemerlang; tidak pernah ditemukan spesimen yang redup.[73]
Struktur skala besar dari alam semesta sekarang digambarkan sebagai kumpulan dari grup-grup dan
gugusan-gugusan galaksi. Struktur ini diklasifikasi lagi dalam sebuah hierarki pengelompokan; yang
terbesar adalah maha-gugusan (supercluster). Kemudian kelompok-kelompok ini disusun menjadi filamen-
filamen dan dinding-dinding galaksi, dengan kehampaan di antara mereka.[74]
Latar belakang
Cosmic background radiation (CBR)
Gravitational wave background (GWB)
Cosmic microwave background (CMB) · Cosmic neutrino background (CNB)
Cosmic infrared background (INB)
Komponen · Struktur
Komponen
Model Lambda-CDM
Materi barionik
Energi
Radiasi
Energi gelap
Quintessence
Phantom energy
Materi gelap
Materi gelap dingin
Materi gelap hangat
Materi gelap panas
Radiasi gelap
Struktur
Bentuk alam semesta
Reionisasi · Pembentukan struktur
Pembentukan galaksi
Struktur skala besar
Grup kuasar besar
Filamen galaksi
Supergugus
Gugusan galaksi
Grup galaksi
Grup Lokal
Void
Eksperimen
BOOMERanG
Cosmic Background Explorer (COBE)
Illustris project
Planck space observatory
Dark Energy Survey
Euclid
Large Synoptic Survey Telescope
Sloan Digital Sky Survey (SDSS)
2dF Galaxy Redshift Survey ("2dF")
Wilkinson Microwave Anisotropy
Probe (WMAP)
Ilmuwan
Aaronson · Alfvén · Alpher · Bharadwaj · Boushaki · Copernicus · de Sitter · Dicke · Ehlers · Einstein ·
Ellis · Friedman · Galileo · Gamow · Guth · Hawking · Hubble · Lemaître · Linde · Mather · Newton ·
Penrose · Penzias · Rubin · Schmidt · Smoot · Starobinsky · Steinhardt · Suntzeff · Sunyaev · Tolman
· Wilson · Zel'dovich
Sejarah subjek
Penemuan radiasi latar belakang
gelombang mikro kosmis
Sejarah teori Big Bang
Garis waktu teori kosmologi
Kategori
Portal Astronomi
l · b · s (https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Templat:Kosmologi_fisik&action=edit)
Kosmologi
Artikel utama: Kosmologi fisik
Kosmologi, berasal dari bahasa Yunani kosmos (κόσμος, "dunia") dan akhiran -logia dari logos (λόγος,
"pembelajaran") dapat dipahami sebagai upaya meneliti alam semesta secara keseluruhan.
Pengamatan atas struktur skala besar alam semesta, yaitu cabang yang dikenal sebagai kosmologi fisik,
telah menyumbangkan pemahaman yang mendalam tentang formasi dan evolusi jagat raya. Salah satu teori
yang paling penting (dan sudah diterima luas) adalah teori Dentuman Besar, yang menyatakan bahwa dunia
bermula pada satu titik dan mengembang selama 13,7 miliar tahun sampai ke masa sekarang.[75] Gagasan
ini bisa dilacak kembali pada penemuan radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis pada tahun
1965.[75]
Selama proses pengembangan ini, alam telah mengalami beberapa tingkat evolusi. Pada awalnya, diduga
bahwa terdapat inflasi kosmik yang sangat cepat, mengakibatkan homogenisasi pada kondisi-kondisi awal.
Setelah itu melalui nukleosintesis dihasilkan ketersediaan unsur-unsur untuk periode awal alam semesta.[75]
(Lihat juga nukleokosmokronologi.)
Ketika atom-atom pertama bermunculan, antariksa menjadi transparan terhadap radiasi, melepaskan energi
yang sekarang dikenal sebagai radiasi CMB. Alam semesta yang tengah mengembang pun memasuki
Zaman Kegelapan, sebab tidak ada sumber daya bintang yang bisa memancarkan cahaya.[76]
Susunan materi yang hierarkis mulai terbentuk lewat variasi-variasi kecil pada massa jenis. Materi lalu
terhimpun pada daerah-daerah dengan massa jenis yang paling tinggi, melahirkan awan-awan gas dan
bintang-bintang yang paling purba (metalisitas III). Bintang-bintang besar ini memicu proses reionisasi dan
dipercaya telah menciptakan banyak unsur-unsur berat pada alam semesta dini; unsur-unsur ini cenderung
meluruh kembali menjadi unsur-unsur yang lebih ringan, memperpanjang siklus.[77]
Pengumpulan yang dipicu oleh gravitasi mengakibatkan materi membentuk filamen-filamen dan
menyisakan ruang-ruang hampa di antaranya. Lambat laun, gas dan debu melebur dan membentuk galaksi-
galaksi primitif. Lama-kelamaan semakin banyak materi yang ditarik, dan tersusun menjadi grup dan
gugusan galaksi. Pada akhirnya, maha-gugusan yang lebih besar pun terwujud.[78]
Benda-benda lain yang memegang peranan penting dalam struktur alam semesta adalah materi gelap dan
energi gelap. Benda-benda inilah yang ternyata merupakan komponen utama dunia kita, di mana massa
mereka mencapai 96% dari massa keseluruhan alam semesta. Oleh sebab itu, upaya-upaya terus dibuat
untuk meneliti dan memahami segi fisika benda-benda ini.[79]
Penelitian-penelitian interdisipliner
Astronomi dan astrofisika telah mengambangkan hubungan yang kuat dengan cabang-cabang ilmu
pengetahuan lainnya. Misalnya arkeoastronomi, yang mempelajari astronomi kuno atau tradisional dalam
konteks budaya masing-masing mempergunakan bukti-bukti arkeologis dan antropologis. Atau
astrobiologi, kali ini mempelajari kelahiran dan perkembangan sistem-sistem biologis di alam semesta;
terutama sekali pada topik kehidupan di planet lain.
Ada juga cabang yang meneliti zat-zat kimia yang ditemukan di luar angkasa; bagaimana mereka terwujud,
berperilaku, dan terhancurkan. Ini dinamakan astrokimia. Zat-zat yang hendak dipelajari biasanya
ditemukan pada awan molekul, walau ada juga yang terdapat di bintang bersuhu rendah, katai coklat, atau
planet. Lalu kosmokimia, ilmu serupa yang lebih mengarah ke penelitian unsur-unsur dan variasi-variasi
rasio isotop pada Tata Surya. Ilmu-ilmu ini bisa menggambarkan persinggungan dari ilmu-ilmu astronomi
dan kimia. Bahkan sekarang ada astronomi forensik, di mana metode-metode astronomi dipakai untuk
memecahkan masalah-masalah hukum dan sejarah.
Astronomi amatir
Artikel utama: Astronomi amatir
Sebagaimana disebutkan, astronomi ialah salah satu dari sedikit cabang ilmu di mana tenaga amatir dapat
berkontribusi banyak.[80] Secara keseluruhan, astronom-astronom amatir mengamati berbagai benda dan
fenomena angkasa, terkadang bahkan dengan peralatan yang mereka buat sendiri. Yang jamak diamati yaitu
Bulan, planet, bintang, komet, hujan meteor, dan benda-benda langit dalam
seperti gugusan bintang, galaksi, dan nebula. Salah satu cabang astronomi
amatir adalah astrofotografi amatir, yang melibatkan mengambilan foto-foto
langit malam. Banyak yang memilih menjadi astrofotografer yang
berspesialis dalam objek atau peristiwa tertentu.[81][82]
Meskipun sebagai ilmu pengetahuan astronomi telah mengalami kemajuan-kemajuan yang sangat pesat dan
membuat terobosan-terobosan yang sangat besar dalam upaya memahami alam semesta dan segala isinya,
masih ada beberapa pertanyaan penting yang belum bisa terjawab. Untuk memecahkan permasalahan
seperti ini, boleh jadi diperlukan pembangunan peralatan-peralatan baru baik di permukaan Bumi maupun
di antariksa. Selain itu, mungkin juga diperlukan perkembangan baru dalam fisika teoretis dan
eksperimental.
Apakah asal usul spektrum massa bintang? Maksudnya, mengapa astronom terus
mengamati persebaran massa yang sama — yaitu, fungsi massa awal yang sama —
walaupun keadaan awal terwujudnya bintang-bintang berbeda-beda?[88] Diperlukan
pemahaman yang lebih dalam akan pembentukan bintang dan planet.
Adakah wujud kehidupan lain di alam semesta? Adakah wujud kehidupan cerdas lain di
alam semesta? Kalau ada, apa jawaban dari paradoks Fermi? Apabila ada kehidupan lain
di luar Bumi, implikasinya, baik ilmiah maupun filosofis, sangat penting.[89][90] Apakah Tata
Surya kita termasuk normal ataukah ternyata tidak biasa?
Apa yang menyebabkan terbentuknya alam semesta? Apakah premis yang melandasi
hipotesis "alam semesta yang tertala dengan baik" (fine-tuned universe) tepat? Apabila
tepat, apakah ada semacam seleksi alam dalam skala kosmologis? Apa sebenarnya yang
menyebabkan inflasi kosmik dini, sehingga alam menjadi homogen? Kenapa terdapat
asimetri barion di alam semesta?
Apa hakikat sebenarnya dari materi gelap dan energi gelap? Mereka telah mendominasi
proses perkembangan dan, pada akhirnya, nasib dari jagat raya, tetapi sifat-sifat mendasar
mereka tetap belum dipahami.[91] Apa yang akan terjadi di penghujung waktu?[92]
Bagaimana galaksi-galaksi pertama terbentuk? Bagaimana lubang-lubang hitam
supermasif terbentuk?
Apa yang menghasilkan sinar kosmik berenergi ultratinggi?
Lihat pula
Referensi
1. Liddell, Henry George; Scott, Robert. "ἀστρονομία". A Greek-English Lexicon. Perseus
Digital Library.
2. "Astronomi". Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring. Jakarta: Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa. 2016.
3. "Astronomy". A Dictionary of Astronomy (edisi ke-3). Oxford University Press. 2018.
doi:10.1093/acref/9780191851193.001.0001/acref-9780191851193-e-305. ISBN 978-0-19-
185119-3.
4. Unsöld, Albrecht (2001). The New Cosmos: An Introduction to Astronomy and Astrophysics.
Berlin, New York: Springer. ISBN 3-540-67877-8.
5. Scharringhausen, Britt (1 Januari 2002). "What's the difference between astronomy and
astrophysics?". Ask an Astronomer (dalam bahasa Inggris). Astronomy Department at
Cornell University. Diakses tanggal 22 April 2022.
6. Mangum, Jeff (31 Maret 2020). "Is There Any Difference Between Astronomy and
Astrophysics?". National Radio Astronomy Observatory (dalam bahasa Inggris). Diakses
tanggal 22 April 2022.
7. Odenwald, Sten. "What is the difference between astronomy and astrophysics?". Sten's
Space Blog (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 Oktober 2016.
Diakses tanggal 22 April 2022.
8. "Astronomy vs. Astrophysics?". Penn State Behrend. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20
April 2015. Diakses tanggal 22 April 2022.
9. "Astrofisika". Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring. Jakarta: Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa. 2016.
10. Shu, F. H. (1982). The Physical Universe. Mill Valley, California: University Science Books.
ISBN 0-935702-05-9.
11. Chapman, Allan; Henbest, Nigel (8 Februari 2022). "Was Stonehenge used for astronomy?".
BBC Sky at Night (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 22 April 2022.
12. Forbes, 1909
13. DeWitt, Richard (2010). "The Ptolemaic System". Worldviews: An Introduction to the History
and Philosophy of Science. Chichester, England: Wiley. hlm. 113. ISBN 1405195630.
14. Aaboe, A. (1974). "Scientific Astronomy in Antiquity". Philosophical Transactions of the
Royal Society. 276 (1257): 21–42. Bibcode:1974RSPTA.276...21A.
doi:10.1098/rsta.1974.0007. JSTOR 74272.
15. "Eclipses and the Saros". NASA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-24. Diakses
tanggal 28 October 2007.
16. Krafft, Fritz (2009). "Astronomy". Dalam Cancik, Hubert; Schneider, Helmuth. Brill's New
Pauly.
17. "Hipparchus of Rhodes". School of Mathematics and Statistics, University of St Andrews,
Scotland. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-10-23. Diakses tanggal 28 October 2007.
18. Thurston, H., Early Astronomy. (http://books.google.com/books?id=rNpHjqxQQ9oC&pg=PA
2) Springer, 1996. ISBN 0-387-94822-8 p. 2
19. Marchant, Jo (2006). "In search of lost time". Nature. 444 (7119): 534–8.
Bibcode:2006Natur.444..534M. doi:10.1038/444534a. PMID 17136067.
20. Kennedy, Edward S. (1962). "Review: The Observatory in Islam and Its Place in the General
History of the Observatory by Aydin Sayili". Isis. 53 (2): 237–239. doi:10.1086/349558.
21. Micheau, Francoise. : 992–3. Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan); Parameter
|contribution= akan diabaikan (bantuan), in (Rashed & Morelon 1996, hlm. 985–1007)
22. Nas, Peter J (1993). Urban Symbolism. Brill Academic Publishers. hlm. 350. ISBN 9-0040-
9855-0.
23. Kepple, George Robert (1998). The Night Sky Observer's Guide, Volume 1. Willmann-Bell,
Inc. hlm. 18. ISBN 0-943396-58-1.
24. Berry, Arthur (1961). A Short History of Astronomy From Earliest Times Through the
Nineteenth Century. New York: Dover Publications, Inc. ISBN 0486202100.
25. Hoskin, Michael, ed. (1999). The Cambridge Concise History of Astronomy. Cambridge
University Press. ISBN 0-521-57600-8.
26. McKissack, Pat (1995). The royal kingdoms of Ghana, Mali, and Songhay: life in medieval
Africa. H. Holt. ISBN 9780805042597.
27. Clark, Stuart (2002). "Eclipse brings claim of medieval African observatory". New Scientist.
Diakses tanggal 3 February 2010.
28. "Cosmic Africa explores Africa's astronomy". Science in Africa. Diarsipkan dari versi asli
tanggal 2003-12-03. Diakses tanggal 3 February 2002.
29. Holbrook, Jarita C. (2008). African Cultural Astronomy. Springer. ISBN 9781402066382.
30. "Africans studied astronomy in medieval times". The Royal Society. 30 January 2006.
Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-06-09. Diakses tanggal 3 February 2010.
31. Star sheds light on African 'Stonehenge'. December 05, 2002|Richard Stenger CNN (http://ar
ticles.cnn.com/2002-12-05/tech/zimbabwe.observatory_1_supernova-forecast-eclipses-star?
_s=PM:TECH)
32. Forbes, 1909, hal. 58–64
33. Forbes, 1909, hal. 49–58
34. Forbes, 1909, hal. 79–81
35. Forbes, 1909, hal. 147–150
36. Forbes, 1909, hal. 74–76
37. Belkora, Leila (2003). Minding the heavens: the story of our discovery of the Milky Way. CRC
Press. hlm. 1–14. ISBN 9780750307307.
38. "Electromagnetic Spectrum". NASA. Diakses tanggal 8 September 2006.
39. Cox, A. N., ed. (2000). Allen's Astrophysical Quantities. New York: Springer-Verlag. hlm. 124.
ISBN 0-387-98746-0.
40. Staff (11 September 2003). "Why infrared astronomy is a hot topic". ESA. Diakses tanggal
11 August 2008.
41. "Infrared Spectroscopy – An Overview". NASA/IPAC. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-
10-05. Diakses tanggal 11 August 2008.
42. Moore, P. (1997). Philip's Atlas of the Universe. Great Britain: George Philis Limited. ISBN 0-
540-07465-9.
43. Penston, Margaret J. (14 August 2002). "The electromagnetic spectrum". Particle Physics
and Astronomy Research Council. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-09-08. Diakses
tanggal 17 August 2006.
44. Gaisser, Thomas K. (1990). Cosmic Rays and Particle Physics. Cambridge University Press.
hlm. 1–2. ISBN 0521339316.
45. Tammann, G. A.; Thielemann, F. K.; Trautmann, D. (2003). "Opening new windows in
observing the Universe". Europhysics News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-09-06.
Diakses tanggal 3 February 2010.
46. Calvert, James B. (28 March 2003). "Celestial Mechanics". University of Denver. Diakses
tanggal 21 August 2006.
47. "Hall of Precision Astrometry". University of Virginia Department of Astronomy. Diakses
tanggal 10 August 2006.
48. Wolszczan, A.; Frail, D. A. (1992). "A planetary system around the millisecond pulsar
PSR1257+12". Nature. 355 (6356): 145–147. Bibcode:1992Natur.355..145W.
doi:10.1038/355145a0.
49. Roth, H. (1932). "A Slowly Contracting or Expanding Fluid Sphere and its Stability". Physical
Review. 39 (3): 525–529. Bibcode:1932PhRv...39..525R. doi:10.1103/PhysRev.39.525.
50. Eddington, A.S. (1926). Internal Constitution of the Stars. Cambridge University Press.
ISBN 9780521337083.
51. "Dark matter". NASA. 2010. Diakses tanggal 2 November 2009. "third paragraph, "There is
currently much ongoing research by scientists attempting to discover exactly what this dark
matter is""
52. Johansson, Sverker (27 July 2003). "The Solar FAQ". Talk.Origins Archive. Diakses tanggal
11 August 2006.
53. Lerner, K. Lee (2006). "Environmental issues : essential primary sources". Thomson Gale.
Diakses tanggal 11 September 2006.
54. Pogge, Richard W. (1997). "The Once & Future Sun" (lecture notes). New Vistas in
Astronomy. Diakses tanggal 3 February 2010.
55. Stern, D. P.; Peredo, M. (28 September 2004). "The Exploration of the Earth's
Magnetosphere". NASA. Diakses tanggal 22 August 2006.
56. Bell III, J. F.; Campbell, B. A.; Robinson, M. S. (2004). Remote Sensing for the Earth
Sciences: Manual of Remote Sensing (edisi ke-3rd). John Wiley & Sons. Diakses tanggal
23 August 2006.
57. Grayzeck, E.; Williams, D. R. (11 May 2006). "Lunar and Planetary Science". NASA.
Diakses tanggal 21 August 2006.
58. Montmerle, Thierry (2006). "Solar System Formation and Early Evolution: the First 100
Million Years". Earth, Moon, and Planets. Spinger. 98 (1-4): 39–95.
Bibcode:2006EM&P...98...39M. doi:10.1007/s11038-006-9087-5.
59. Montmerle, 2006, hal. 87–90
60. Beatty, J.K.; Petersen, C.C.; Chaikin, A., ed. (1999). The New Solar System. Cambridge
press. hlm. 70edition = 4th. ISBN 0-521-64587-5.
61. Harpaz, 1994, hal. 7–18
62. Smith, Michael David (2004). "Cloud formation, Evolution and Destruction". The Origin of
Stars. Imperial College Press. hlm. 53–86. ISBN 1860945015.
63. Harpaz, 1994
64. Harpaz, 1994, hal. 173–178
65. Harpaz, 1994, hal. 111–118
66. Audouze, Jean; Israel, Guy, ed. (1994). The Cambridge Atlas of Astronomy (edisi ke-3rd).
Cambridge University Press. ISBN 0-521-43438-6.
67. Harpaz, 1994, hal. 189–210
68. Harpaz, 1994, hal. 245–256
69. Ott, Thomas (24 August 2006). "The Galactic Centre". Max-Planck-Institut für
extraterrestrische Physik. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2004-09-25. Diakses tanggal
8 September 2006.
70. Smith, Michael David (2004). "Massive stars". The Origin of Stars. Imperial College Press.
hlm. 185–199. ISBN 1860945015.
71. Van den Bergh, Sidney (1999). "The Early History of Dark Matter". Publications of the
Astronomy Society of the Pacific. 111 (760): 657–660. arXiv:astro-ph/9904251 .
Bibcode:1999PASP..111..657V. doi:10.1086/316369.
72. Keel, Bill (1 August 2006). "Galaxy Classification". University of Alabama. Diakses tanggal
8 September 2006.
73. "Active Galaxies and Quasars". NASA. Diakses tanggal 8 September 2006.
74. Zeilik, Michael (2002). Astronomy: The Evolving Universe (edisi ke-8th). Wiley. ISBN 0-521-
80090-0.
75. Dodelson, Scott (2003). Modern cosmology. Academic Press. hlm. 1–22.
ISBN 9780122191411.
76. Hinshaw, Gary (13 July 2006). "Cosmology 101: The Study of the Universe". NASA WMAP.
Diakses tanggal 10 August 2006.
77. Dodelson, 2003, hal. 216–261
78. "Galaxy Clusters and Large-Scale Structure". University of Cambridge. Diakses tanggal
8 September 2006.
79. Preuss, Paul. "Dark Energy Fills the Cosmos". U.S. Department of Energy, Berkeley Lab.
Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-08-11. Diakses tanggal 8 September 2006.
80. Mims III, Forrest M. (1999). "Amateur Science—Strong Tradition, Bright Future". Science.
284 (5411): 55–56. Bibcode:1999Sci...284...55M. doi:10.1126/science.284.5411.55. Diakses
tanggal 6 December 2008. "Astronomy has traditionally been among the most fertile fields
for serious amateurs [...]"
81. "The Americal Meteor Society". Diakses tanggal 24 August 2006.
82. Lodriguss, Jerry. "Catching the Light: Astrophotography". Diakses tanggal 24 August 2006.
83. Ghigo, F. (7 February 2006). "Karl Jansky and the Discovery of Cosmic Radio Waves".
National Radio Astronomy Observatory. Diakses tanggal 24 August 2006.
84. "Cambridge Amateur Radio Astronomers". Diakses tanggal 24 August 2006.
85. "The International Occultation Timing Association". Diakses tanggal 24 August 2006.
86. "Edgar Wilson Award". IAU Central Bureau for Astronomical Telegrams. Diakses tanggal
24 October 2010.
87. "American Association of Variable Star Observers". AAVSO. Diakses tanggal 3 February
2010.
88. Kroupa, Pavel (2002). "The Initial Mass Function of Stars: Evidence for Uniformity in
Variable Systems". Science. 295 (5552): 82–91. arXiv:astro-ph/0201098 .
Bibcode:2002Sci...295...82K. doi:10.1126/science.1067524. PMID 11778039. Diakses
tanggal 28 May 2007.
89. "Complex Life Elsewhere in the Universe?". Astrobiology Magazine. Diakses tanggal
12 August 2006.
90. "The Quest for Extraterrestrial Intelligence". Cosmic Search Magazine. Diakses tanggal
12 August 2006.
91. "11 Physics Questions for the New Century". Pacific Northwest National Laboratory.
Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-02-03. Diakses tanggal 12 August 2006.
92. Hinshaw, Gary (15 December 2005). "What is the Ultimate Fate of the Universe?". NASA
WMAP. Diakses tanggal 28 May 2007.
Daftar pustaka
Forbes, George (1909). History of Astronomy. London: Plain Label Books.
ISBN 1603031596. Bisa didapat melalui Project Gutenberg (http://www.gutenberg.org/etext/
8172), Google books (http://books.google.com/books?id=hcLXcpUDqPgC&printsec=frontco
ver)
Harpaz, Amos (1994). Stellar Evolution. A K Peters, Ltd. ISBN 9781568810126.
Pranala luar
Organisasi Internasional
International Astronomical Union (http://www.iau.org/)
American Association of Variable Star Observers (http://www.aavso.org/)
Durham Region Astronomical Association (http://www.drastronomy.com/)
National Optical Astronomy Observatories (http://www.noao.edu/) Diarsipkan (https://web.arc
hive.org/web/19970129013230/http://www.noao.edu/) 1997-01-29 di Wayback Machine.
North York Astronomical Association (http://www.nyaa-starfest.com/)
Royal Astronomical Society of Canada (http://www.rasc.ca/)
Royal Astronomical Society (UK) (http://www.ras.org.uk/)
Czech Astronomical Society (http://www.astro.cz/)
Herzberg Institute of Astrophysics (http://www.hia-iha.nrc-cnrc.gc.ca/) Diarsipkan (https://we
b.archive.org/web/20040124051103/http://www.hia-iha.nrc-cnrc.gc.ca/) 2004-01-24 di
Wayback Machine.
Saint Louis Astronomical Society (http://www.slasonline.org/)
Cassini Imaging Laboratory (http://ciclops.lpl.arizona.edu/)
Open Encyclopedia Project (http://open-site.org/Science/Astronomy/)