Anda di halaman 1dari 143

ARTIKEL

Nama : Okta Ariani

Kelas : IX - G

No Absen : 25
ASTRONOMI

Astronomi ialah cabang ilmu alam yang melibatkan pengamatan benda-benda

langit (seperti halnya bintang, planet, komet, nebula, gugus bintang, atau galaksi) serta

fenomena-fenomena alam yang terjadi di luar atmosfer Bumi (misalnya radiasi latar

belakang kosmik). Ilmu ini secara pokok mempelajari

berbagai sisi dari benda-benda langit — seperti asal-usul,

sifat fisika/kimia, meteorologi, dan gerak dan bagaimana

pengetahuan akan benda-benda tersebut menjelaskan

pembentukan dan perkembangan alam semesta.

Astronomi sebagai ilmu adalah salah satu yang tertua, sebagaimana diketahui dari

artifak-artifak astronomis yang berasal dari era prasejarah; misalnya monumen-monumen

dari Mesir dan Nubia, atau Stonehenge yang berasal dari Britania. Orang-orang dari

peradaban-peradaban awal semacam Babilonia, Yunani,

Cina, India, dan Maya juga didapati telah melakukan

pengamatan yang metodologis atas langit malam. Akan tetapi

meskipun memiliki sejarah yang panjang, astronomi baru

dapat berkembang menjadi cabang ilmu pengetahuan modern

melalui penemuan teleskop.

Cukup banyak cabang-cabang ilmu yang pernah turut disertakan sebagai bagian

dari astronomi, dan apabila diperhatikan, sifat cabang-cabang ini sangat beragam: dari

astrometri, pelayaran berbasis angkasa, astronomi observasional, sampai dengan


penyusunan kalender dan astrologi. Meski demikian, dewasa ini astronomi profesional

dianggap identik dengan astrofisika.

Pada abad ke-20, astronomi profesional terbagi menjadi dua cabang: astronomi

observasional dan astronomi teoretis. Yang pertama melibatkan pengumpulan data dari

pengamatan atas benda-benda langit, yang kemudian akan dianalisis menggunakan

prinsip-prinsip dasar fisika. Yang kedua terpusat pada upaya pengembangan model-

model komputer/analitis guna menjelaskan sifat-sifat benda-benda langit serta fenomena-

fenomena alam lainnya. Adapun kedua cabang ini bersifat komplementer—astronomi

teoretis berusaha untuk menerangkan hasil-hasil pengamatan astronomi observasional,

dan astronomi observasional kemudian akan mencoba untuk membuktikan kesimpulan

yang dibuat oleh astronomi teoretis.

Leksikologi
Kata astronomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata astron (ἄστρον, "bintang")

yang kemudian diberi akhiran -nomi dari nomos (νόμος, "hukum" atau "budaya"). Maka

secara harafiah ia bermakna "hukum/budaya bintang-bintang".

Penggunaan istilah "astronomi" dan "astrofisika"

Secara umum baik "astronomi" maupun "astrofisika" boleh digunakan untuk

menyebut ilmu yang sama. Apabila hendak merujuk ke definisi-definisi kamus yang

baku, "astronomi" bermakna "penelitian benda-benda langit dan materi di luar atmosfer

Bumi serta sifat-sifat fisika dan kimia benda-benda dan materi tersebut" sedang
"astrofisika" adalah cabang dari astronomi yang berurusan dengan "tingkah laku, sifat-

sifat fisika, serta proses-proses dinamis dari benda-benda dan fenomena-fenomena

langit".Dalam kasus-kasus tertentu, misalnya pada pembukaan buku The Physical

Universe oleh Frank Shu, "astronomi" boleh dipergunakan untuk sisi kualitatif dari ilmu

ini, sedang "astrofisika" untuk sisi lainnya yang lebih berorientasi fisika Namun,

penelitian-penelitian astronomi modern kebanyakan berurusan dengan topik-topik yang

berkenaan dengan fisika, sehingga bisa saja kita mengatakan bahwa astronomi modern

adalah astrofisika Banyak badan-badan penelitian yang, dalam memutuskan

menggunakan istilah yang mana, hanya bergantung dari apakah secara sejarah mereka

berafiliasi dengan departemen-departemen fisika atau tidak. Astronom-astronom

profesional sendiri banyak yang memiliki gelar di bidang fisika. Untuk ilustrasi lebih

lanjut, salah satu jurnal ilmiah terkemuka pada cabang ilmu ini bernama Astronomy and

Astrophysics (Astronomi dan Astrofisika).

Sejarah
Pada awalnya, astronomi hanya melibatkan pengamatan beserta prediksi atas

gerak-gerik benda-benda langit yang terlihat dengan mata telanjang. Pada beberapa situs

seperti Stonehenge, peradaban-peradaban awal juga menyusun artifak-artifak yang

diduga memiliki kegunaan astronomis. Observatorium-observatorium purba ini jamaknya

bertujuan seremonial, namun dapat juga dimanfaatkan untuk menentukan musim, cuaca,

dan iklim — sesuatu yang wajib diketahui apabila ingin bercocok tanam — atau

memahami panjang tahun


Sebelum ditemukannya peralatan seperti teleskop, penelitian harus dilakukan dari

atas bangunan-bangunan atau dataran yang tinggi, semua dengan mata telanjang. Seiring

dengan berkembangnya peradaban, terutama di Mesopotamia, Cina, Mesir, Yunani,

India, dan Amerika Tengah, orang-orang mulai membangun observatorium dan gagasan-

gagasan mengenai sifat-sifat semesta mulai ramai diperiksa. Umumnya, astronomi awal

disibukkan dengan pemetaan letak-letak bintang dan planet (sekarang disebut astrometri),

kegiatan yang akhirnya melahirkan teori-teori tentang pergerakan benda-benda langit dan

pemikiran-pemikiran filosofis untuk menjelaskan asal usul Matahari, Bulan, dan Bumi.

Bumi kemudian dianggap sebagai pusat jagat raya, sedang Matahari, Bulan, dan bintang-

bintang berputar mengelilinginya; model semacam ini dikenal sebagai model geosentris,

atau sistem Ptolemaik (dari nama astronom Romawi-Mesir Ptolemeus).

Dimulainya astronomi yang berdasarkan perhitungan matematis dan ilmiah dulu

dipelopori oleh orang-orang Babilonia. Mereka menemukan bahwa gerhana bulan

memiliki sebuah siklus yang teratur, disebut siklus saros. Mengikuti jejak astronom-

astronom Babilonia, kemajuan demi kemajuan kemudian berhasil dicapai oleh komunitas

astronomi Yunani Kuno dan negeri-negeri sekitarnya. Astronomi Yunani sedari awal

memang bertujuan untuk menemukan penjelasan yang rasional dan berbasis fisika untuk

fenomena-fenomena angkasa. Pada abad ke-3 SM, Aristarkhos dari Samos melakukan

perhitungan atas ukuran Bumi serta jarak antara Bumi dan Bulan, dan kemudian

mengajukan model Tata Surya yang heliosentris — pertama kalinya dalam sejarah. Pada

abad ke-2 SM, Hipparkhos berhasil menemukan gerak presesi, juga menghitung ukuran
Bulan dan Matahari serta jarak antara keduanya, sekaligus membuat alat-alat penelitian

astronomi paling awal seperti astrolab. Mayoritas penyusunan rasi bintang di belahan

utara sekarang masih didasarkan atas susunan yang diformulasikan olehnya melalui

katalog yang waktu itu mencakup 1.020 bintang. Mekanisme Antikythera yang terkenal

(ca. 150-80 SM) juga berasal dari periode yang sama: komputer analog yang digunakan

untuk menghitung letak Matahari/Bulan/planet-planet pada tanggal tertentu ini

merupakan barang paling kompleks dalam sejarah sampai abad ke-14, ketika jam-jam

astronomi mulai bermunculan di Eropa.

Di Eropa sendiri selama Abad Pertengahan astronomi sempat mengalami

kebuntuan dan stagnansi. Sebaliknya, perkembangan pesat terjadi di dunia Islam dan

beberapa peradaban lainnya, ditandai dengan dibangunnya observatorium-observatorium

di belahan dunia sana pada awal abad ke-9. Pada tahun 964, astronom Persia Al-Sufi

menemukan Galaksi Andromeda (galaksi terbesar di Grup Lokal) dan mencatatnya dalam

Book of Fixed Stars (Kitab Suwar al-Kawakib). Supernova SN 1006, ledakan bintang

paling terang dalam catatan sejarah, berhasil diamati oleh astronom Mesir Ali bin Ridwan

dan sekumpulan astronom Cina yang terpisah pada tahun yang sama (1006 M).

Astronom-astronom besar dari era Islam ini kebanyakan berasal dari Persia dan Arab,

termasuk Al-Battani, Tsabit bin Qurrah, Al-Sufi, Ibnu Balkhi, Al-Biruni, Al-Zarqali, Al-

Birjandi, serta astronom-astronom dari observatorium-observatorium di Maragha dan

Samarkand. Melalui era inilah nama-nama bintang yang berdasarkan bahasa Arab

diperkenalkan.Reruntuhan-reruntuhan di Zimbabwe Raya dan Timbuktu juga


kemungkinan sempat memiliki bangunan-bangunan observatorium — melemahkan

keyakinan sebelumnya bahwa tidak ada pengamatan astronomis di daerah sub-Sahara

sebelum era colonial.

Revolusi Ilmiah

Pada Zaman Renaisans, Copernicus menyusun model Tata Surya heliosentris,

model yang kemudian dibela dari kontroversi, dikembangkan, dan dikoreksi oleh Galileo

dan Kepler. Galileo berinovasi dengan teleskop guna mempertajam pengamatan

astronomis, sedang Kepler berhasil menjadi ilmuwan pertama yang

menyusun secara tepat dan mendetail pergerakan planet-planet

dengan Matahari sebagai pusatnya. Meski demikian, ia gagal

memformulasikan teori untuk menjelaskan hukum-hukum yang ia

tuliskan, sampai akhirnya Newton (yang juga menemukan teleskop

refleksi untuk pengamatan langit) menjelaskannya melalui dinamika

angkasa dan hukum gravitasi.

Seiring dengan semakin baiknya ukuran dan kualitas teleskop, semakin banyak

pula penemuan-penemuan lebih lanjut yang terjadi. Melalui teknologi ini Lacaille

berhasil mengembangkan katalog-katalog bintang yang lebih lengkap; usaha serupa juga

dilakukan oleh astronom Jerman-Inggris Herschel dengan memproduksi katalog-katalog

nebula dan gugusan. Pada tahun 1781 ia menemukan planet Uranus, planet pertama yang

ditemui di luar planet-planet klasik. Pengukuran jarak menuju sebuah bintang pertama
kali dipublikasikan pada 1838 oleh Bessel, yang pada saat itu melakukannya melalui

pengukuran paralaks dari 61 Cygni.

Abad ke-18 sampai abad ke-19 pertama diwarnai oleh penelitian atas masalah

tiga-badan oleh Euler, Clairaut, dan D'Alembert; penelitian yang menghasilkan metode

prediksi yang lebih tepat untuk pergerakan Bulan dan planet-planet. Pekerjaan ini

dipertajam oleh Lagrange dan Laplace, sehingga memungkinkan ilmuwan untuk

memperkirakan massa planet dan satelit lewat perturbasi/usikannya. Penemuan

spektroskop dan fotografi kemudian mendorong kemajuan penelitian lagi: pada 1814-

1815, Fraunhoffer menemukan lebih kurang 600 pita spektrum pada Matahari, dan pada

1859 Kirchhoff akhirnya bisa menjelaskan fenomena ini dengan mengatribusikannya

pada keberadaan unsur-unsur. Pada masa ini bintang-bintang dikonfirmasikan sebagai

Matahari-matahari lain yang lebih jauh letaknya, namun dengan perbedaan-perbedaan

pada suhu, massa, dan ukuran.

Baru pada abad ke-20 Galaksi Bima Sakti (di mana Bumi dan Matahari berada)

bisa dibuktikan sebagai kelompok bintang yang terpisah dari kelompok-kelompok

bintang lainnya. Dari pengamatan-pengamatan yang sama disimpulkan pula bahwa ada

galaksi-galaksi lain di luar Bima Sakti dan bahwa alam semesta terus mengembang,

sebab galaksi-galaksi tersebut terus menjauh dari galaksi kita. Astronomi modern juga

menemukan dan berusaha menjelaskan benda-benda langit yang asing seperti kuasar,

pulsar, blazar, galaksi-galaksi radio, lubang hitam, dan bintang neutron. Kosmologi fisik
maju dengan pesat sepanjang abad ini: model Dentuman Besar (Big Bang) misalnya,

telah didukung oleh bukti-bukti astronomis dan fisika yang kuat.

Astronomi Teoretis
Terdapat banyak jenis-jenis metode dan peralatan yang bisa dimanfaatkan oleh

seorang astronom teoretis, antara lain model-model analitik (misalnya politrop untuk

memperkirakan perilaku sebuah bintang) dan simulasi-simulasi numerik komputasional;

masing-masing dengan keunggulannya sendiri. Model-model analitik umumnya lebih

baik apabila peneliti hendak mengetahui pokok-pokok persoalan dan mengamati apa

yang terjadi secara garis besar; model-model numerik bisa mengungkap keberadaan

fenomena-fenomena serta efek-efek yang tidak mudah terlihat.

Para teoris berupaya untuk membuat model-model teoretis dan menyimpulkan

akibat-akibat yang dapat diamati dari model-model tersebut. Ini akan membantu para

pengamat untuk mengetahui data apa yang harus dicari untuk membantah suatu model,

atau memutuskan mana yang benar dari model-model alternatif yang bertentangan. Para

teoris juga akan mencoba menyusun model baru atau memperbaiki model yang sudah ada

apabila ada data-data baru yang masuk. Apabila terjadi pertentangan/inkonsistensi,

kecenderungannya adalah untuk membuat modifikasi minimal pada model yang

bersangkutan untuk mengakomodir data yang sudah didapat. Kalau pertentangannya

terlalu banyak, modelnya bisa dibuang dan tidak digunakan lagi.


Topik-topik yang dipelajari oleh astronom-astronom teoretis antara lain: dinamika

dan evolusi bintang-bintang; formasi galaksi; struktur skala besar materi di alam semesta;

asal usul sinar kosmik; relativitas umum; dan kosmologi fisik (termasuk kosmologi dawai

dan fisika astropartikel). Relativitas astrofisika dipakai untuk mengukur ciri-ciri struktur

skala besar, di mana ada peran yang besar dari gaya gravitasi; juga sebagai dasar dari

fisika lubang hitam dan penelitian gelombang gravitasional.

Beberapa model/teori yang sudah diterima dan dipelajari luas yaitu teori

Dentuman Besar, inflasi kosmik, materi gelap, dan teori-teori fisika fundamental.

Kelompok model dan teori ini sudah diintegrasikan dalam model Lambda-CDM.

Proses Fisik Alat Eksperimen Model Teoretis Yang dijelaskan

Gravitasi Teleskop radio Efek Nordtvedt Lahirnya sebuah tata


(sistem gravitasi yang bintang
mandiri)
Fusi nuklir Spektroskopi Evolusi bintang Bagaimana bintang
berpijar; bagaimana
logam terbentuk
(nukleosintesis).

Dentuman Besar (Big Teleskop luar Alam semesta yang Usia alam semesta
Bang) angkasa Hubble, mengembang
COBE
Fluktuasi kuantum Inflasi kosmik Masalah kerataan
alam semesta
(flatness problem)
Siklus CNO pada
bintang-bintang
Wacana yang tengah hangat dalam astronomi pada beberapa tahun terakhir adalah

materi gelap dan energi gelap — penemuan dan kontroversi mengenai topik-topik ini

bermula dari penelitian atas galaksi-galaksi.

Astronomi Observasional
Astronomi memerlukan informasi tentang benda-benda langit, dan sumber

informasi yang paling utama sejauh ini adalah radiasi elektromagnetik, atau lebih

spesifiknya, cahaya tampak. Astronomi observasional bisa dibagi lagi menurut daerah-

daerah spektrum elektromagnetik yang diamati: sebagian dari spektrum tersebut bisa

diteliti melalui permukaan Bumi, sementara bagian lain hanya bisa dijangkau dari

ketinggian tertentu atau bahkan hanya dari ruang angkasa. Keterangan lebih lengkap

tentang pembagian-pembagian ini bisa dilihat di bawah:

Astronomi radio

 Astronomi observasional jenis ini mengamati radiasi dengan panjang gelombang


yang lebih dari satu milimeter (perkiraan).
 Berbeda dengan jenis-jenis lainnya, astronomi observasional tipe radio mengamati
gelombang-gelombang yang bisa diperlakukan selayaknya gelombang, bukan
foton-foton yang diskrit. Dengan demikian
pengukuran fase dan amplitudonya relatif lebih
gampang apabila dibandingkan dengan gelombang
yang lebih pendek.
 Gelombang radio bisa dihasilkan oleh benda-benda
astronomis melalui pancaran termal, namun sebagian
besar pancaran radio yang diamati dari Bumi adalah
berupa radiasi sinkrotron, yang diproduksi ketika elektron-elektron berkisar di
sekeliling medan magnet. Sejumlah garis spektrum yang dihasilkan dari gas
antarbintang (misalnya garis spektrum hidrogen pada 21 cm) juga dapat diamati
pada panjang gelombang radio.

Astronomi inframerah

 Astronomi inframerah melibatkan pendeteksian beserta analisis atas radiasi


inframerah (radiasi di mana panjang gelombangnya melebihi cahaya merah).
 Sebagian besar radiasi jenis ini diserap oleh atmosfer Bumi, kecuali yang panjang
gelombangnya tidak berbeda terlampau jauh dengan cahaya merah yang tampak.
Oleh sebab itu, observatorium yang hendak mengamati radiasi inframerah harus
dibangun di tempat-tempat yang tinggi dan tidak lembab atau malah di ruang
angkasa.
 Spektrum ini bermanfaat untuk mengamati benda-benda yang terlalu dingin untuk
memancarkan cahaya tampak, misalnya planet-planet atau cakram-cakram
pengitar bintang.
 Apabila radiasinya memiliki gelombang yang cenderung lebih panjang, ia dapat
pula membantu para astronom mengamati bintang-bintang muda pada awan-awan
molekul dan inti-inti galaksi — sebab radiasi seperti itu mampu menembus debu-
debu yang menutupi dan mengaburkan pengamatan astronomis.
 Astronomi inframerah juga bisa dimanfaatkan untuk mempelajari struktur kimia
benda-benda angkasa, karena beberapa molekul memiliki pancaran yang kuat pada
panjang gelombang ini.
 Salah satu kegunaannya yaitu mendeteksi keberadaan air pada komet-komet.

Astronomi optikal

 Dikenal juga sebagai astronomi cahaya tampak, astronomi optikal mengamati


radiasi elektromagnetik yang tampak oleh mata telanjang manusia.
 Oleh sebab itu, ini merupakan cabang yang paling tua, karena tidak memerlukan
peralatan.
 Mulai dari penghujung abad ke-19 sampai kira-kira seabad setelahnya, citra-citra
astronomi optikal memakai teknik fotografis, namun sebelum itu mereka harus
digambar menggunakan tangan.
 Dewasa ini detektor-detektor digitallah yang dipergunakan, terutama yang
memakai CCD (charge-coupled devices, peranti tergandeng-muatan).
 Cahaya tampak sebagaimana diketahui memiliki panjang dari 4.000 Å sampai
7.000 Å (400-700 nm).
 Namun, alat-alat pengamatan yang dipakai untuk mengamati panjang gelombang
demikian dipakai pula untuk mengamati gelombang hampir-ultraungu dan hampir-
inframerah.

Astronomi ultraungu

 Ultraungu yaitu radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang lebih kurang


100 sampai 3.200 Å (10-320 nm).
 Cahaya dengan panjang seperti ini diserap oleh atmosfer Bumi, sehingga untuk
mengamatinya harus dilakukan dari lapisan atmosfer bagian atas, atau dari luar
atmosfer (ruang angkasa).
 Astronomi jenis ini cocok untuk mempelajari radiasi termal dan garis-garis
spektrum pancaran dari bintang-bintang biru yang bersuhu sangat tinggi
(klasifikasi OB), sebab bintang-bintang seperti itu sangat cemerlang radiasi
ultraungunya — penelitian seperti ini sering dilakukan dan mencakup bintang-
bintang yang berada di galaksi-galaksi lain.
 Selain bintang-bintang OB, benda-benda langit yang kerap diamati melalui
astronomi cabang ini antara lain nebula-nebula planet, sisa-sisa supernova, atau
inti-inti galaksi aktif. Diperlukan penyetelan yang berbeda untuk keperluan seperti
demikian sebab cahayanya mudah tertelan oleh debu-debu antarbintang.
Astronomi sinar-X

 Benda-benda bisa memancarkan cahaya berpanjang gelombang sinar-X melalui


pancaran sinkrotron (berasal dari elektron-elektron yang berkisar di sekeliling
medan magnet) atau melalui pancaran termal gas pekat dan gas encer pada 107 K.
 Sinar-X juga diserap oleh atmosfer, sehingga pengamatan harus dilakukan dari
atas balon, roket, atau satelit penelitian.
 Sumber-sumber sinar-X antara lain bintang biner sinar-X (X-ray binary), pulsar,
sisa-sisa supernova, galaksi elips, gugusan galaksi, serta inti galaksi aktif.

Astronomi sinar-gamma

 Astronomi sinar-gamma mempelajari benda-benda astronomi pada panjang


gelombang paling pendek (sinar-gamma).
 Sinar-gamma bisa diamati secara langsung melalui satelit-satelit seperti
Observatorium Sinar-Gamma Compton (CGRO), atau dengan jenis teleskop
khusus yang disebut teleskop Cherenkov (IACT).
 Teleskop jenis itu sebetulnya tidak mendeteksi sinar-gamma, tetapi mampu
mendeteksi percikan cahaya tampak yang dihasilkan dari proses penyerapan sinar-
gamma oleh atmosfer.
 Kebanyakan sumber sinar-gamma hanyalah berupa ledakan sinar-gamma, yang
hanya menghasilkan sinar tersebut dalam hitungan milisekon sampai beberapa
puluh detik saja.
 Sumber yang permanen dan tidak sementara hanya sekitar 10% dari total jumlah
sumber, misalnya sinar-gamma dari pulsar, bintang neutron, atau inti galaksi aktif
dan kandidat-kandidat lubang hitam.

Cabang-cabang yang tidak berdasarkan panjang gelombang

 Sejumlah fenomena jarak jauh lain yang berbentuk selain radiasi elektromagnetik
dapat diamati dari Bumi.
 Ada cabang bernama astronomi neutrino, di mana para astronom menggunakan
fasilitas-fasilitas bawah tanah (misalnya SAGE, GALLEX, atau Kamioka II/III)
untuk mendeteksi neutrino, sebentuk partikel dasar yang jamaknya berasal dari
Matahari atau ledakan-ledakan supernova.
 Ketika sinar-sinar kosmik memasuki atmosfer Bumi, partikel-partikel berenergi
tinggi yang menyusunnya akan meluruh atau terserap, dan partikel-partikel hasil
peluruhan ini bisa dideteksi di observatorium.
 Pada masa yang akan datang, diharapkan akan ada detektor neutrino yang peka
terhadap partikel-partikel yang lahir dari benturan sinar-sinar kosmik dan
atmosfer.
 Terdapat pula cabang baru yang menggunakan detektor-detektor gelombang
gravitasional untuk mengumpulkan data tentang benda-benda rapat: astronomi
gelombang gravitasional.
 Observatorium-observatorium untuk bidang ini sudah mulai dibangun, contohnya
observatorium LIGO di Louisiana, AS. Tetapi astronomi seperti ini sulit, sebab
gelombang gravitasional amat sukar untuk dideteksi.

Ahli-ahli astronomi planet juga banyak yang mengamati fenomena-fenomena

angkasa secara langsung, yaitu melalui wahana-wahana antariksa serta misi-misi

pengumpulan sampel. Beberapa hanya bekerja dengan sensor jarak jauh untuk

mengumpulkan data, tetapi beberapa lainnya melibatkan pendaratan —dengan kendaraan

antariksa yang mampu bereksperimen di atas permukaan. Metode-metode lain misalnya

detektor material terbenam atau melakukan eksperimen langsung terhadap sampel yang

dibawa ke Bumi sebelumnya.


Astrometri dan mekanika benda langit

 Pengukuran letak benda-benda langit, seperti disebutkan, adalah salah satu cabang
astronomi (dan bahkan sains) yang paling tua.
 Kegiatan-kegiatan seperti pelayaran atau penyusunan kalender memang sangat
membutuhkan pengetahuan yang akurat mengenai letak Matahari, Bulan, planet-
planet, serta bintang-bintang di langit.
 Dari proses pengukuran seperti ini dihasilkan pemahaman yang baik sekali tentang
usikan gravitasi dan pada akhirnya astronom-astronom dapat menentukan letak
benda-benda langit dengan tepat pada masa lalu dan masa depan — cabang
astronomi yang mendalami bidang ini dikenal sebagai mekanika benda langit.
Dewasa ini penjejakan atas benda-benda yang dekat dengan Bumi juga
memungkinkan prediksi-prediksi akan pertemuan dekat, atau bahkan benturan.
 Kemudian terdapat pengukuran paralaks bintang. Pengukuran ini sangat penting
karena memberi nilai basis dalam metode tangga jarak kosmik; melalui metode ini
ukuran dan skala alam semesta bisa diketahui.
 Pengukuran paralaks bintang yang relatif lebih dekat juga bisa dipakai sebagai
basis absolut untuk ciri-ciri bintang yang lebih jauh, sebab ciri-ciri di antara
mereka dapat dibandingkan.
 Kinematika mereka lalu bisa kita susun lewat pengukuran kecepatan radial serta
gerak diri masing-masing. Hasil-hasil astrometri dapat pula dimanfaatkan untuk
pengukuran materi gelap di dalam galaksi.

Selama dekade 1990-an, teknik pengukuran goyangan bintang dalam astrometri

digunakan untuk mendeteksi keberadaan planet-planet luar surya yang mengelilingi

bintang-bintang di dekat Matahari kita.


Penelitian-penelitian interdisipliner

 Astronomi dan astrofisika telah mengambangkan hubungan yang kuat dengan


cabang-cabang ilmu pengetahuan lainnya. Misalnya arkeoastronomi, yang
mempelajari astronomi kuno atau tradisional dalam konteks budaya masing-
masing mempergunakan bukti-bukti arkeologis dan antropologis. Atau
astrobiologi, kali ini mempelajari kelahiran dan perkembangan sistem-sistem
biologis di alam semesta; terutama sekali pada topik kehidupan di planet lain.
 Ada juga cabang yang meneliti zat-zat kimia yang ditemukan di luar angkasa;
bagaimana mereka terwujud, berperilaku, dan terhancurkan. Ini dinamakan
astrokimia.
 Zat-zat yang hendak dipelajari biasanya ditemukan pada awan molekul, walau ada
juga yang terdapat di bintang bersuhu rendah, katai coklat, atau planet. Lalu
kosmokimia, ilmu serupa yang lebih mengarah ke penelitian unsur-unsur dan
variasi-variasi rasio isotop pada Tata Surya.
 Ilmu-ilmu ini bisa menggambarkan persinggungan dari ilmu-ilmu astronomi dan
kimia. Bahkan sekarang ada astronomi forensik, di mana metode-metode
astronomi dipakai untuk memecahkan masalah-masalah hukum dan sejarah.

Astronomi amatir

Sebagaimana disebutkan, astronomi ialah salah satu dari sedikit cabang ilmu di

mana tenaga amatir dapat berkontribusi banyak. Secara keseluruhan, astronom-astronom

amatir mengamati berbagai benda dan fenomena angkasa, terkadang bahkan dengan

peralatan yang mereka buat sendiri. Yang jamak diamati yaitu Bulan, planet, bintang,

komet, hujan meteor, dan benda-benda langit dalam seperti gugusan bintang, galaksi, dan

nebula. Salah satu cabang astronomi amatir adalah astrofotografi amatir, yang melibatkan
mengambilan foto-foto langit malam. Banyak yang memilih menjadi astrofotografer yang

berspesialis dalam objek atau peristiwa tertentu.

Kebanyakan astronom amatir bekerja dalam astronomi optikal, walau sebagian

kecil ada juga yang mencoba bereksperimen dengan panjang gelombang di luar cahaya

tampak, misalnya dengan penyaring inframerah pada teleskop biasa, atau penggunaan

teleskop radio. Pelopor radio astronomi amatir adalah Karl Jansky, yang memulai

kegiatan ini pada dekade 1930-an. Amatir jenis seperti Jansky ini memakai teleskop

buatan sendiri atau teleskop radio profesional yang sekarang sudah boleh diakses oleh

amatir seperti halnya Teleskop Satu Mil (One-Mile Telescope).

Sumbangsih astronom amatir tidak sepele, sebab banyak hal — seperti pengkuran

okultasi guna mempertajam catatan garis edar planet-planet kecil — bergantung pada

pekerjaan astronomi amatir. Para amatir dapat pula menemukan komet atau melakukan

penelitian rutin atas bintang-bintang variabel. Seiring dengan perkembangan teknologi

digital, astrofotografi amatir juga semakin efektif dan semakin giat memberikan

sumbangan ilmu.

Daftar persoalan astronomi yang belum terpecahkan

Meskipun sebagai ilmu pengetahuan astronomi telah mengalami kemajuan-kemajuan

yang sangat pesat dan membuat terobosan-terobosan yang sangat besar dalam upaya

memahami alam semesta dan segala isinya, masih ada beberapa pertanyaan penting yang

belum bisa terjawab. Untuk memecahkan permasalahan seperti ini, boleh jadi diperlukan
pembangunan peralatan-peralatan baru baik di permukaan Bumi maupun di antariksa.

Selain itu, mungkin juga diperlukan perkembangan baru dalam fisika teoretis dan

eksperimental.

 Apakah asal usul spektrum massa bintang? Maksudnya, mengapa astronom terus
mengamati persebaran massa yang sama — yaitu, fungsi massa awal yang sama
— walaupun keadaan awal terwujudnya bintang-bintang berbeda-beda?
Diperlukan pemahaman yang lebih dalam akan pembentukan bintang dan planet.
 Adakah wujud kehidupan lain di alam semesta? Adakah wujud kehidupan cerdas
lain di alam semesta? Kalau ada, apa jawaban dari paradoks Fermi? Apabila ada
kehidupan lain di luar Bumi, implikasinya, baik ilmiah maupun filosofis, sangat
penting. Apakah Tata Surya kita termasuk normal ataukah ternyata tidak biasa?
 Apa yang menyebabkan terbentuknya alam semesta? Apakah premis yang
melandasi hipotesis "alam semesta yang tertala dengan baik" (fine-tuned universe)
tepat? Apabila tepat, apakah ada semacam seleksi alam dalam skala kosmologis?
Apa sebenarnya yang menyebabkan inflasi kosmik dini, sehingga alam menjadi
homogen? Kenapa terdapat asimetri barion di alam semesta?
 Apa hakikat sebenarnya dari materi gelap dan energi gelap? Mereka telah
mendominasi proses perkembangan dan, pada akhirnya, nasib dari jagat raya,
tetapi sifat-sifat mendasar mereka tetap belum dipahami. Apa yang akan terjadi di
penghujung waktu?
 Bagaimana galaksi-galaksi pertama terbentuk? Bagaimana lubang-lubang hitam
supermasif terbentuk?
 Apa yang menghasilkan sinar kosmik berenergi ultra-tinggi?
Cabang-cabang spesifik
Astronomi surya

o Matahari adalah bintang yang terdekat dari Bumi pada sekitar 8 menit cahaya, dan
yang paling sering diteliti; ia merupakan bintang katai pada deret utama dengan
klasifikasi G2 V dan usia sekitar 4,6 miliar tahun.

o Walau tidak sampai tingkat bintang variabel, Matahari mengalami sedikit


perubahan cahaya melalui aktivitas yang dikenal sebagai siklus bintik Matahari —
fluktuasi pada angka bintik-bintik Matahari selama sebelas tahun.
o Bintik Matahari ialah daerah dengan suhu yang lebih rendah dan aktivitas
magnetis yang hebat.
o Luminositas Matahari terus bertambah kuat secara tetap
sepanjang hidupnya, dan sejak pertama kali menjadi bintang
deret utama sudah bertambah sebanyak 40%. Matahari juga
telah tercatat melakukan perubahan periodik dalam
luminositas, sesuatu yang bisa menyebabkan akibat-akibat
yang signifikan atas kehidupan di atas Bumi. Misalnya
periode minimum Maunder, yang sampai menyebabkan fenomena zaman es kecil
pada Abad Pertengahan.
o Permukaan luar Matahari yang bisa kita lihat disebut fotosfer. Di atasnya ada
lapisan tipis yang biasanya tidak terlihat karena terangnya fotosfer, yaitu
kromosfer. Di atasnya lagi ada lapisan transisi di mana suhu bisa naik secara
cepat, dan di atasnya terdapatlah korona yang sangat panas.
o Di tengah-tengah Matahari ialah daerah inti; ada tingkat suhu dan tekanan yang
cukup di sini sehingga fusi nuklir dapat terjadi. Di atasnya terdapat zona radiatif;
di sini plasma akan menghantarkan panas melalui proses radiasi. Di atas zona
radiatif adalah zona konvektif; materi gas di zona ini akan menghantarkan energi
sebagian besar lewat pergerakan materi gas itu sendiri. Zona inilah yang dipercaya
sebagai sumber aktivitas magnetis penghasil bintik-bintik Matahari.
o Terdapat angin surya berupa partikel-partikel plasma yang bertiup keluar dari
Matahari secara terus-menerus sampai mencapai titik heliopause. Angin ini
bertemu dengan magnetosfer Bumi dan membentuk sabuk-sabuk radiasi Van
Allen dan — di mana garis-garis medan magnet Bumi turun menujur atmosfer —
menghasilkan aurora.

Ilmu keplanetan

o Cabang astronomi ini meneliti susunan planet, bulan, planet katai, komet, asteroid,
serta benda-benda langit lain yang mengelilingi bintang, terutama Matahari, walau
ilmu ini meliputi juga planet-planet luar surya.
o Tata Surya kita sendiri sudah dipelajari secara mendalam — pertama-tama melalui
teleskop dan kemudian menggunakan wahana-wahana antariksa — sehingga
pemahaman sekarang mengenai formasi dan evolusi sistem keplanetan ini sudah
sangat baik, walaupun masih ada penemuan-penemuan baru yang terjadi.
o Tata Surya dibagi menjadi beberapa kelompok: planet-planet bagian dalam, sabuk
asteroid, dan planet-planet bagian luar.
o Planet-planet bagian dalam adalah planet-planet bersifat kebumian yaitu
Merkurius, Venus, Bumi dan Mars.
o Planet-planet bagian luar adalah raksasa-raksasa gas Tata Surya yaitu Yupiter,
Saturnus, Uranus, dan Neptunus.
o Apabila kita pergi lebih jauh lagi, maka akan ditemukan benda-benda trans-
Neptunus: pertama sabuk Kuiper dan akhirnya awan Oort yang bisa membentang
sampai satu tahun cahaya.
o Terbentuknya planet-planet bermula pada sebuah cakram protoplanet yang
mengitari Matahari pada periode-periode awalnya.
o Dari cakram ini terwujudlah gumpalan-gumpalan materi melalui proses yang
melibatkan tarikan gravitasi, benturan, dan akresi; gumpalan-gumpalan ini
kemudian lama-kelamaan menjadi kumpulan protoplanet.
o Karena tekanan radiasi dari angin surya terus mendorong materi-materi yang
belum menggumpal, hanya planet-planet yang massanya cukup besar yang mampu
mempertahankan atmosfer berbentuk gas.
o Planet-planet muda ini terus menyapu dan memuntahkan materi-materi yang
tersisa, menghasilkan sebuah periode penghancuran yang hebat.
o Sisa-sisa periode ini bisa dilihat melalui banyaknya kawah-kawah tabrakan di
permukaan Bulan.
o Adapun dalam jangka waktu ini sebagian dari protoplanet-protoplanet yang ada
mungkin bertabrakan satu sama lain; kemungkinan besar tabrakan seperti itulah
yang melahirkan Bulan kita.
o Ketika suatu planet mencapai massa tertentu, materi-materi dengan massa jenis
yang berlainan mulai saling memisahkan diri dalam proses yang disebut
diferensiasi planet.
o Proses demikian bisa menghasilkan inti yang berbatu-
batu atau terdiri dari materi-materi logam, diliputi oleh
lapisan mantel dan lalu permukaan luar.
o Inti planet ini bisa terbagi menjadi daerah-daerah yang
padat dan cair, dan beberapa mampu menghasilkan
medan magnet mereka sendiri, sehingga planet dapat
terlindungi dari angin surya.
o Panas di bagian dalam sebuah planet atau bulan datang dari benturan yang
dihasilkan sendiri oleh planet/bulan tersebut, atau oleh materi-materi radioaktif
(misalnya uranium, torium, atau Al), atau pemanasan pasang surut.
o Beberapa planet dan bulan berhasil mengumpulkan cukup panas untuk
menjalankan proses-proses geologis seperti vulkanisme dan aktivitas-aktivitas
tektonik.
o Apabila planet/bulan tersebut juga memiliki atmosfer, maka erosi pada permukaan
(melalui angin atau air) juga dapat terjadi.
o Planet/bulan yang lebih kecil dan tanpa pemanasan pasang surut akan menjadi
dingin lebih cepat dan kegiatan-kegiatan geologisnya akan berakhir, terkecuali
pembentukan kawah-kawah tabrakan.

Astronomi bintang

o Untuk memahami alam semesta, penelitian atas bintang-bintang dan bagaimana


mereka berevolusi sangatlah fundamental.
o Astrofisika yang berkenaan dengan bintang sendiri bisa diketahui baik lewat segi
pengamatan maupun segi teoretis, serta juga melalui simulasi komputer.
o Bintang terbentuk pada awan-awan molekul raksasa, yaitu daerah-daerah yang
padat akan debu dan gas.
o Ketika kehilangan kestabilannya, serpihan-serpihan dari awan-awan ini bisa
runtuh di bawah gaya gravitasi dan membentuk protobintang. Apabila bagian
intinya mencapai kepadatan dan suhu tertentu, fusi nuklir akan dipicu dan akan
terbentuklah sebuah bintang deret utama.
o Nyaris semua unsur yang lebih berat dari hidrogen dan helium merupakan hasil
dari proses yang terjadi di dalam inti bintang-bintang.
o Ciri-ciri yang akan dimiliki oleh suatu bintang secara
garis besar ditentukan oleh massa awalnya: semakin
besar massanya, maka semakin tinggi pula
luminositasnya, dan semakin cepat pula ia akan
menghabiskan bahan bakar hidrogen pada inti.
o Lambat laun, bahan bakar hidrogen ini akan diubah
menjadi helium, dan bintang yang bersangkutan akan mulai berevolusi.
o Untuk melakukan fusi helium, diperlukan suhu inti yang lebih tinggi, oleh sebab
itu intinya akan semakin padat dan ukuran bintang pun berlipat ganda — bintang
ini telah menjadi sebuah raksasa merah.
o Fase raksasa merah ini relatif singkat, sampai bahan bakar heliumnya juga sudah
habis terpakai. Kalau bintang tersebut memiliki massa yang sangat besar, maka
akan dimulai fase-fase evolusi di mana ia semakin mengecil secara bertahap,
sebab terpaksa melakukan fusi nuklir terhadap unsur-unsur yang lebih berat.
o Adapun nasib akhir sebuah bintang bergantung pula pada massa. Jika massanya
lebih dari sekitar delapan kali lipat Matahari kita, maka gravitasi intinya akan
runtuh dan menghasilkan sebuah supernova; jika tidak, akan menjadi nebula
planet, dan terus berevolusi menjadi sebuah katai putih.
o Yang tersisa setelah supernova meletus adalah sebuah bintang neutron yang sangat
padat, atau, apabila materi sisanya mencapai tiga kali lipat massa Matahari, lubang
hitam.
o Bintang-bintang biner yang saling berdekatan evolusinya bisa lebih rumit lagi,
misalnya, bisa terjadi pemindahan massa ke arah bintang rekannya yang dapat
menyebabkan supernova.
o Nebula-nebula planet dan supernova-supernova diperlukan untuk proses distribusi
logam di medium antarbintang; kalau tidak demikian, seluruh bintang-bintang
baru (dan juga sistem-sistem planet mereka) hanya akan tersusun dari hidrogen
dan helium saja.

Astronomi galaksi

o Tata Surya kita beredar di dalam Bima Sakti, sebuah galaksi spiral berpalang di
Grup Lokal. Ia merupakan salah satu yang paling menonjol di kumpulan galaksi
tersebut.
o Bima Sakti merotasi materi-materi gas, debu, bintang, dan benda-benda lain,
semuanya berkumpul akibat tarikan gaya gravitasi bersama.
o Bumi sendiri terletak pada sebuah lengan galaksi berdebu yang ada di bagian luar,
sehingga banyak daerah-daerah Bima Sakti yang tidak terlihat.
o Pada pusat galaksi ialah bagian inti, semacam tonjolan berbentuk seperti batang;
diyakini bahwa terdapat sebuah lubang hitam supermasif di bagian pusat ini.
o Bagian ini dikelilingi oleh empat lengan utama yang melingkar dari tengah
menuju arah luar, dan isinya kaya akan fenomena-fenomena pembentukan
bintang, sehingga memuat banyak bintang-bintang muda (metalisitas populasi I).
o Cakram ini lalu diliputi oleh cincin galaksi yang berisi bintang-bintang yang lebih
tua (metalisitas populasi II) dan juga gugusan-gugusan bintang berbentuk bola
(globular), yaitu semacam kumpulan-kumpulan bintang yang relatif lebih padat.
o Daerah di antara bintang-bintang disebut medium antarbintang, yaitu daerah
dengan kandungan materi yang jarang — bagian-bagiannya yang relatif terpadat
adalah awan-awan molekul berisi hidrogen dan unsur lainnya, tempat di mana
banyak bintang baru akan lahir. Awalnya akan terbentuk sebuah inti pra-bintang
atau nebula gelap yang merapat dan kemudian runtuh (dalam volume yang
ditentukan oleh panjang Jeans) untuk membangun protobintang.
o Ketika sudah banyak bintang besar yang muncul, mereka akan mengubah awan
molekul menjadi awan daerah H II, yaitu awan dengan gas berpijar dan plasma.
Pada akhirnya angin serta ledakan supernova yang berasal dari bintang-bintang ini
akan memencarkan awan yang tersisa, biasanya menghasilkan sebuah (atau lebih
dari satu) gugusan bintang terbuka yang baru. Gugusan-gugusan ini lambat laun
berpendar, dan bintang-bintangnya bergabung dengan Bima Sakti.
o Sejumlah penelitian kinematika berkenaan dengan materi-materi di Bima Sakti
(dan galaksi lainnya) menunjukkan bahwa materi-materi yang tampak massanya
kurang dari massa seluruh galaksi. Ini menandakan terdapat apa yang disebut
materi gelap yang bertanggung jawab atas sebagian besar massa keseluruhan,
tetapi banyak hal yang belum diketahui mengenai materi misterius ini.

Astronomi ekstragalaksi

o Penelitian benda-benda yang berada di luar galaksi kita — astronomi ekstragalaksi


— merupakan cabang yang mempelajari formasi dan evolusi galaksi-galaksi,
morfologi dan klasifikasi mereka, serta pengamatan atas galaksi-galaksi aktif
beserta grup-grup dan gugusan-gugusan galaksi. Ini, terutama yang disebutkan
belakangan, penting untuk memahami struktur alam semesta dalam skala besar.
o Kebanyakan galaksi akan membentuk wujud-wujud tertentu, sehingga
pengklasifikasiannya bisa disusun berdasarkan wujud-wujud tersebut.
o Biasanya, mereka dibagi-bagi menjadi galaksi-galaksi spiral, elips, dan tak
beraturan.
o Persis seperti namanya, galaksi elips berbentuk seperti elips. Bintang-bintang
berputar pata garis edarnya secara acak tanpa menuju arah yang jelas. Galaksi-
galaksi seperti ini kandungan debu antarbintangnya sangat sedikit atau malah tidak
ada; daerah penghasil bintangnya tidak banyak; dan rata-rata penghuninya
bintang-bintang yang sudah tua. Biasanya galaksi elips ditemukan pada bagian inti
gugusan galaksi, dan bisa terlahir melalui peleburan galaksi-galaksi besar.
o Galaksi spiral membentuk cakram gepeng yang berotasi, biasanya dengan tonjolan
atau batangan pada bagian tengah dan lengan-lengan spiral cemerlang yang timbul
dari bagian tersebut. Lengan-lengan ini ialah lapangan berdebu tempat lahirnya
bintang-bintang baru, dan penghuninya adalah bintang-bintang muda yang
bermassa besar dan berpijar biru. Umumnya, galaksi spiral akan dikelilingi oleh
cincin yang tersusun atas bintang-bintang yang lebih tua. Contoh galaksi semacam
ini adalah Bima Sakti dan Andromeda.
o Galaksi-galaksi tak beraturan bentuknya kacau dan tidak menyerupai bangun
tertentu seperti spiral atau elips.
o Kira-kira seperempat dari galaksi-galaksi tergolong tak beraturan, barangkali
disebabkan oleh interaksi gravitasi.
o Sebuah galaksi dikatakan aktif apabila memancarkan jumlah energi yang
signifikan dari sumber selain bintang-bintang, debu, atau gas; juga, apabila sumber
tenaganya berasal dari daerah padat di sekitar inti — kemungkinan sebuah lubang
hitam supermasif yang memancarkan radiasi benda-benda yang ia telan.
o Apabila sebuah galaksi aktif memiliki radiasi spektrum radio yang sangat terang
serta memancarkan jalaran gas dalam jumlah besar, maka galaksi tersebut
tergolong galaksi radio. Contoh galaksi seperti ini adalah galaksi-galaksi Seyfert,
kuasar, dan blazar. Kuasar sekarang diyakini sebagai benda yang paling dapat
dipastikan sangat cemerlang; tidak pernah ditemukan spesimen yang redup.
o Struktur skala besar dari alam semesta sekarang digambarkan sebagai kumpulan
dari grup-grup dan gugusan-gugusan galaksi.
o Struktur ini diklasifikasi lagi dalam sebuah hierarki pengelompokan; yang terbesar
adalah maha-gugusan (supercluster).
o Kemudian kelompok-kelompok ini disusun menjadi filamen-filamen dan dinding-
dinding galaksi, dengan kehampaan di antara mereka.

Kosmologi

o Kosmologi, berasal dari bahasa Yunani kosmos (κόσμος, "dunia") dan akhiran -
logia dari logos (λόγος, "pembelajaran") dapat dipahami sebagai upaya meneliti
alam semesta secara keseluruhan.
o Pengamatan atas struktur skala besar alam semesta, yaitu cabang yang dikenal
sebagai kosmologi fisik, telah menyumbangkan pemahaman yang mendalam
tentang formasi dan evolusi jagat raya.
o Salah satu teori yang paling penting (dan sudah diterima luas) adalah teori
Dentuman Besar, yang menyatakan bahwa dunia bermula pada satu titik dan
mengembang selama 13,7 miliar tahun sampai ke masa sekarang.
o Gagasan ini bisa dilacak kembali pada penemuan radiasi latar belakang gelombang
mikro kosmis pada tahun 1965.
o Selama proses pengembangan ini, alam telah mengalami beberapa tingkat evolusi.
Pada awalnya, diduga bahwa terdapat inflasi kosmik yang sangat cepat,
mengakibatkan homogenisasi pada kondisi-kondisi awal. Setelah itu melalui
nukleosintesis dihasilkan ketersediaan unsur-unsur untuk periode awal alam
semesta.
o Ketika atom-atom pertama bermunculan, antariksa menjadi transparan terhadap
radiasi, melepaskan energi yang sekarang dikenal sebagai radiasi CMB. Alam
semesta yang tengah mengembang pun memasuki Zaman Kegelapan, sebab tidak
ada sumber daya bintang yang bisa memancarkan cahaya.
o Susunan materi yang hierarkis mulai terbentuk lewat variasi-variasi kecil pada
massa jenis.
o Materi lalu terhimpun pada daerah-daerah dengan massa jenis yang paling tinggi,
melahirkan awan-awan gas dan bintang-bintang yang paling purba (metalisitas
III).
o Bintang-bintang besar ini memicu proses reionisasi dan dipercaya telah
menciptakan banyak unsur-unsur berat pada alam semesta dini; unsur-unsur ini
cenderung meluruh kembali menjadi unsur-unsur yang lebih ringan,
memperpanjang siklus.
o Pengumpulan yang dipicu oleh gravitasi mengakibatkan materi membentuk
filamen-filamen dan menyisakan ruang-ruang hampa di antaranya.
o Lambat laun, gas dan debu melebur dan membentuk galaksi-galaksi primitif.
Lama-kelamaan semakin banyak materi yang ditarik, dan tersusun menjadi grup
dan gugusan galaksi. Pada akhirnya, maha-gugusan yang lebih besar pun
terwujud.
o Benda-benda lain yang memegang peranan penting dalam struktur alam semesta
adalah materi gelap dan energi gelap.
o Benda-benda inilah yang ternyata merupakan komponen utama dunia kita, di
mana massa mereka mencapai 96% dari massa keseluruhan alam semesta.
o Oleh sebab itu, upaya-upaya terus dibuat untuk meneliti dan memahami segi fisika
benda-benda ini.
GALAKSI
Galaksi adalah sebuah sistem masif yang terikat gaya gravitasi yang terdiri atas

bintang (dengan segala bentuk manifestasinya, antara lain bintang neutron dan lubang

hitam), gas dan debu medium antarbintang, dan materi gelap–komponen yang penting

namun belum begitu dimengerti. Kata galaksi

berasal dari bahasa Yunani galaxias (γαλαξίας),

yang berarti "seperti susu," yang merujuk pada

galaksi Bima Sakti (bahasa Inggris: Milky Way

[jalan susu]). Galaksi yang ada berkisar dari

galaksi katai dengan hanya sepuluh juta (107)

bintanghingga galaksi raksasa dengan seratus

triliun (1014) bintang, yang semuanya mengorbit

pada pusat massa galaksi masing-masing. Matahari adalah salah satu bintang dalam

galaksi Bima Sakti; tata surya termasuk bumi dan semua benda yang mengorbit Matahari.

Tiap galaksi memiliki jumlah sistem bintang dan gugus bintang yang beragam,

demikian juga jenis awan antarbintangnya. Di antara galaksi-galaksi ini tersebar medium

antarbintang berupa gas, debu, dan sinar kosmis. Lubang hitam supermasif terdapat di

pusat sebagian besar galaksi. Diperkirakan lubang hitam supermasif inilah penyebab

utama inti galaksi aktif yang ditemukan pada sebagian galaksi. Galaksi Bima Sakti

diketahui memiliki setidaknya satu lubang hitam supermasif.


Secara historis galaksi dikelompokkan berdasarkan bentuk terlihatnya atau biasa

disebut morfologi visualnya. Bentuk yang umum adalah galaksi eliptis, yang memiliki

profil cahaya berbentuk elips. Galaksi spiral adalah galaksi berbentuk cakram dengan

lengan galaksi yang melengkunng dan berisi debu. Galaksi dengan bentuk yang tak

beraturan atau tidak biasa disebut galaksi tak beraturan dan biasanya disebabkan karena

gangguan oleh tarikan gravitasi galaksi tetangga. Interaksi yang demikian antara galaksi-

galaksi yang berdekatan dapat menyebabkan penggabungan, yang terkadang

meningkatkan jumlah pembentukan bintang hingga menghasilkan galaksi starburst.

Kemungkinan terdapat lebih dari 170 miliar (1,7 × 1011) galaksi dalam alam

semesta teramati. Sebagian besar berdiameter 1000 hingga 100.000 parsec dan biasanya

dipisahkan oleh jarak beberapa juta parsec (atau megaparsec). Ruang antargalaksi diisi

oleh gas tipis dengan kerapatan massa kurang dari satu atom per meter kubik. Sebagian

besar galaksi diorganisasikan ke dalam sebuah hierarki himpunan yang disebut kelompok

dan gugus, yang pada gilirannya membentuk himpunan yang lebih besar yang disebut

gugus raksasa. Dalam skala terbesar himpunan-himpunan ini umumnya tersusun dalam

lapisan dan untaian yang dikelilingi oleh kehampaan yang sangat luas.

Meskipun belum dipahami secara menyeluruh, materi gelap kemungkinan

menyusun sekitar 90% dari massa sebagian besar galaksi. Data pengamatan menunjukkan

lubang hitam supermasif kemungkinan ada di pusat dari banyak (kalau tidak semua)

galaksi.
Etimologi

Kata galaksi berasal dari istilah bahasa Yunani untuk menyebut galaksi kita,

galaxias (γαλαξίας) atau kyklos galaktikos (κύκλος γαλακτικός). Masing-masing berarti

"sesuatu yang menyerupai susu" dan "lingkaran susu",sesuai dengan penampakannya di

angkasa berupa pita putih samar. Dalam mitologi Yunani, Zeus menempatkan anak laki-

lakinya yang dilahirkan oleh manusia biasa, bayi Heracles, pada payudara Hera ketika

Hera sedang tidur sehingga bayi tersebut meminum susunya dan karena itu menjadi

manusia abadi. Hera terbangun ketika sedang menyusui dan kemudian menyadari ia

sedang menyusui bayi yang tak dikenalnya: ia mendorong bayi tersebut dan air susunya

menyembur mewarnai langit malam, menghasilkan pita cahaya tipis yang dikenal dalam

bahasa Inggris sebagai Milky Way (jalan susu).

Ketika William Herschel menyusun "katalog nebula" miliknya pada tahun 1786, dia

menggunakan istilah "nebula spiral" untuk objek-objek tertentu seperti objek M31. Di

kemudian waktu akan disadari bahwa objek tersebut sebenarnya merupakan kumpulan

dari banyak bintang, dan dipakailah istilah "island universe" ("alam semesta pulau")

untuk merujuk pada objek yang demikian. Namun, kemudian disadari bahwa kata

"universe" (alam semesta) berarti keseluruhan jagad raya, sehingga istilah ini tidak

dipakai lagi dan objek yang demikian kemudian dikenal sebagai galaksi.
Sejarah pengamatan

Pengetahuan bahwa kita hidup di dalam sebuah galaksi dan bahwa terdapat banyak

galaksi lainnya, diperoleh seiring dengan penemuan-penemuan kita tentang Bima Sakti

dan nebula-nebula lainnya di langit malam.

 Bima Sakti
 Filsuf Yunani Democritus (450–370 SM) mengemukakan bahwa pita kabut putih
di langit malam hari yang dikenal sebagai Bima Sakti kemungkinan terdiri dari
bintang-bintang yang sangat jauh jaraknya.
 Namun Aristoteles (384–322 SM), memercayai bahwa pita tersebut disebabkan
oleh "kobaran hembusan napas yang menyala-nyala dari banyak bintang besar
yang berjarak dekat satu sama lain" dan bahwa "kobaran ini terjadi di bagian atas
atmosfer, yaitu di wilayah dunia yang selalu diisi dengan gerakan surgawi."
 Filsuf neoplatonis Olympiodorus Junior (± 495–570) kritis terhadap pandangan ini
secara ilmiah, beralasan bahwa jika memang benar Bima Sakti berada di wilayah
sublunar (terletak antara bumi dan bulan), maka harusnya ia terlihat berbeda pada
waktu dan tempat yang berbeda di bumi, dan ia seharusnya memiliki paralaks,
yang ternyata tidak. Dalam pandangannya, Bima Sakti terletak jauh di angkasa.
Pendapat ini akan sangat berpengaruh nantinya di dalam dunia Islam.
 Menurut Mohani Muhammad, astronom Arab Ibnu Haitham (965–1037) adalah
orang yang melakukan usaha-usaha pertama dalam mengamati dan mengukur
paralaks Bima Sakti, dan ia menjadi "berkeyakinan kuat bahwa karena Bima Sakti
tidak memiliki paralaks, pastilah jaraknya sangat jauh dari bumi dan bukannya
berada dalam atmosfer."
 Astronom Persia Al-Biruni (973–1048) mengemukakan bahwa Bima Sakti
merupakan "kumpulan yang tak terhitung jumlahnya dari bagian-bagian yang
bersifat seperti bintang nebula."
 Astronom Andalusia Ibnu Bajjah (dikenal di barat dengan nama latin "Avempace",
meninggal 1138) mengemukakan bahwa Bima Sakti dibentuk oleh banyak bintang
yang saling hampir bersentuhan satu dengan yang lain sehingga tampak menjadi
seperti gambar sinambung akibat pengaruh pembiasan dari material sublunar,
mengutip hasil pengamatannya terhadap konjungsi antara Jupiter dan Mars
sebagai bukti bahwa hal tersebut dapat terjadi jika dua objek saling berdekatan.
 Pada abad ke-14, ilmuwan kelahiran Suriah Ibnu Qayyim, mengemukakan bahwa
Bima Sakti merupakan "bintang-bintang kecil yang tak terhitung jumlahnya saling
berdesakan dalam alam bintang-bintang tetap".
 Bukti nyata bahwa Bima Sakti terdiri atas banyak bintang, datang pada tahun 1610
ketika astronom Italia Galileo Galilei menggunakan sebuah teleskop untuk
mempelajari Bima Sakti dan menemukan bahwa Bima Sakti tersusun atas bintang-
bintang redup dalam jumlah yang luar biasa banyaknya.
 Pada tahun 1750 astronom Inggris Thomas Wright, dalam bukunya An original
theory or new hypothesis of the Universe (Teori asli atau hipotesis baru tentang
Alam Semesta), berspekulasi (namun benar) bahwa Bima Sakti kemungkinan
adalah sebuah badan berputar dari bintang-bintang dalam jumlah besar yang diikat
oleh gaya gravitasi, serupa dengan tata surya namun dalam skala yang jauh lebih
besar.
 Piringan bintang yang dihasilkan dapat terlihat sebagai pita di langit dari sudut
pandang kita dalam piringan tersebut.
 Dalam risalah pada tahun 1755, Immanuel Kant mengembangkan ide Wright
tentang struktur Bima Sakti.
 Usaha pertama untuk menggambarkan bentuk Bima Sakti dan letak matahari di
dalamnya dilakukan oleh William Herschel pada tahun 1785 dengan cara
menghitung secara hati-hati jumlah bintang yang ada di berbagai wilayah langit
yang beda.
 Dia menghasilkan sebuah diagram bentuk Bima Sakti dengan tata surya terletak
dekat dengan pusatnya. Menggunakan pendekatan yang lebih baik, Jacobus
Kapteyn pada tahun 1920 sampai pada kesimpulan berupa sebuah gambar galaksi
elipsoid kecil (dengan garis tengah kira-kira 15 kiloparsec) dengan matahari
terletak dekat dengan pusat galaksi.
 Metode yang berbeda oleh Harlow Shapley berdasarkan pengatalogan gugus bola
menghasilkan gambar yang sangat jauh berbeda: sebuah piringan pipih dengan
garis tengah kira-kira 70 kiloparsec dan matahari terletak jauh dari pusat galaksi.
 Kedua analisis tersebut gagal memperhitungkan penyerapan cahaya oleh debu
antarbintang yang ada di bidang galaksi, namun setelah Robert Julius Trumpler
menghitung efek ini pada tahun 1930 dengan mempelajari gugus terbuka,
gambaran terkini galaksi tuan rumah kita, Bima Sakti, terlahir.

Pembedaan dari nebula lainnya

Pada abad ke-10, astronom Persia As-Sufi membuat pengamatan yang tercatat

paling awal terhadap galaksi Andromeda, menggambarkannya sebagai "awan kecil".As-

Sufi yang menerbitkan temuannya dalam Kitab Bintang-Bintang Tetap pada tahun 964,

juga mengenali Awan Magellan Besar yang dapat dilihat dari Yaman, walau bukan dari

Isfahan; dan galaksi ini tidak akan dilihat oleh orang Eropa hingga perjalanan Magellan

pada abad ke-16.


Galaksi Andromeda ditemukan kembali secara terpisah oleh Simon Marius pada

tahun 1612. Hanya kedua galaksi inilah galaksi di luar Bima Sakti yang mudah dilihat

dengan mata telanjang, menjadikan keduanya sebagai galaksi-galaksi pertama yang

diamati dari bumi. Pada tahun 1750 Thomas Wright dalam bukunya An original theory or

new hypothesis of the Universe (Teori asli atau hipotesis baru tentang Alam Semesta),

berspekulasi (namun benar) bahwa Bima Sakti adalah sebuah badan berputar dari

bintang-bintang, dan bahwa beberapa nebula yang tampak di malam hari bisa jadi

merupakan Bima Sakti yang lain.

Menuju akhir abad ke-18, Charles Messier menghimpun sebuah katalog yang

berisi 109 nebula (objek angkasa dengan tampilan berkabut) yang paling terang, yang

kemudian diikuti dengan sebuah katalog yang lebih besar yang berisi 5.000 nebula

disusun oleh William Herschel. Pada tahun 1845, Lord Rosse membangun sebuah

teleskop baru yang mampu membedakan nebula elips dan spiral. Dia juga berhasil

membedakan titik-titik sumber cahaya tunggal di beberapa nebula ini.

Pada tahun 1912 Vesto Slipher membuat penelitian dengan spektrografi terhadap

nebula-nebula spiral paling terang untuk menentukan apakah mereka terbuat dari bahan-

bahan kimia yang diharapkan ada dalam sebuah sistem planet. Namun Slipher

menemukan bahwa nebula spiral memiliki geseran merah yang tinggi, menunjukkan

bahwa mereka sedang bergerak menjauh dengan kecepatan yang lebih tinggi dari

kecepatan lepas Bima Sakti. Karena itu disimpulkan bahwa galaksi-galaksi tersebut tidak
terikat secara gravitasi pada Bima Sakti dan kecil kemungkinannya merupakan bagian

dari Bima Sakti.

Pada tahun 1917, Heber Curtis mengamati bahwa terdapat sebuah bintang baru, S

Andromedae, dalam "Nebula Andromeda Besar" (sebagaimana Galaksi Andromeda,

Objek Messier M31 dikenal saat itu). Dengan mencari rekaman foto, dia menemukan 11

bintang baru lainnya. Curtis memperhatikan bahwa bintang-bintang baru ini rata-rata

10 magnitudo lebih redup dibandingkan dengan bintang-bintang baru yang muncul di

galaksi kita. Sebagai hasilnya dia dapat menghitung perkiraan jaraknya adalah

150,000 parsec. Dia menjadi pendukung hipotesis yang disebut "island universes" yang

beranggapan bahwa nebula spiral sebenarnya adalah galaksi tersendiri.

Pada tahun 1920, apa yang disebut "Debat Besar" terjadi antara Harlow Shapley

and Heber Curtis mengenai sifat Bima Sakti, nebula spiral dan dimensi alam semesta.

Untuk mendukung klaimnya yang menyatakan Nebula Andromeda Besar merupakan

sebuah galaksi luar, Curtis menunjukkan bukti berupa munculnya jalur-jalur gelap

menyerupai awan debu yang terdapat pada Bima Sakti dan juga pergeseran Doppler yang

cukup besar.

Permasalahan tersebut terselesaikan dengan pasti pada tahun 1922 ketika astronom

Estonia Ernst Öpik memberikan penentuan jarak yang mendukung teori bahwa Nebula

Andromeda adalah benar merupakan sebuah objek luar galaksi yang jauh. Dengan

menggunakan teleskop 100 inci baru milik Observatorium Gunung Wilson, Edwin
Hubble berhasil menentukan bahwa bagian luar sebagian nebula spiral merupakan

kumpulan dari bintang-bintang tunggal dan mengidentifikasi beberapa Bintang variabel

Chepeid, yang memungkinkannya memperkirakan jarak nebula-nebula tersebut: mereka

terlalu sangat jauh untuk dapat menjadi bagian dari Bima Sakti. Pada tahun 1936 Hubble

menciptakan sebuah sistem klasifikasi untuk galaksi yang masih dipergunakan hingga

saat ini yakni urutan Hubble.

Penelitian modern

Pada tahun 1944, Hendrik van de Hulst memperkirakan akan adanya radiasi

gelombang mikro dengan panjang gelombang 21 cm yang berasal dari gas antarbintang

yang berisi atom hidrogen; radiasi ini diamati pada tahun 1951. Radiasi ini

memungkinkan penelitian yang jauh lebih baik terhadap galaksi Bima Sakti, karena

radiasi tersebut tidak terpengaruh penyerapan oleh debu antarbintang, dan pergeseran

Doppler-nya dapat digunakan untuk memetakan pergerakan gas tersebut di dalam

galaksi. Pengamatan ini mendorong terciptanya postulat tentang struktur batang yang

berputar pada pusat galaksi. Dengan teleskop radio yang ditingkatkan, gas hidrogen dapat

juga dilacak pada galaksi-galaksi lain.

Pada tahun 1970, berdasarkan penelitian Vera Rubin terhadap kecepatan rotasi gas

dalam galaksi, ditemukan bahwa total massa terlihat (bintang dan gas) tidak sesuai

dengan kecepatan berputar gas tersebut. Masalah perputaran galaksi ini dikira dapat

dijelaskan dengan adanya sejumlah besar materi gelap yang tak terlihat.
Sejak tahun 1990-an, Teleskop Angkasa Hubble menghasilkan pengamatan yang

lebih baik. Di antaranya, hasil pengamatan dengan Teleskop Hubble membuktikan bahwa

materi gelap yang hilang dalam galaksi kita tidak mungkin pada dasarnya hanya terdiri

dari bintang-bintang redup atau kecil. Hubble Deep Field, sebuah foto dengan eksposur

yang sangat panjang wilayah langit yang relatif kosong, memberikan bukti bahwa

terdapat kira-kira 125 miliar (1,25×1011) galaksi di alam semesta. Peningkatan dalam

teknologi pendeteksian spektrum-spektrum tak kasat mata (teleskop radio, kamera

inframerah, dan teleskop sinar x) memungkinkan pendeteksian galaksi-galaksi lain yang

tidak terdeteksi sebelumnya oleh teleskop Hubble. Secara khusus, survei galaksi dalam

zona langka galaksi (wilayah langit yang terhalang oleh Bima Sakti) berhasil

menunjukkan sejumlah galaksi baru.

Jenis dan bentuk


Galaksi dapat dikelompokkan dalam tiga jenis utama: eliptis, spiral dan tak

beraturan. Gambaran yang lebih lengkap mengenai jenis galaksi berdasarkan bentuknya

bisa didapatkan dalam sistem klasifikasi Hubble. Karena sistem klasifikasi Hubble hanya

berdasarkan pada pengamatan visual, klasifikasi ini mungkin melewatkan beberapa

karakteristik penting dari galaksi, seperti laju pembentukan bintang (di galaksi starburst)

dan aktivitas inti galaksi (di galaksi aktif).

Eliptis

Sistem klasifikasi Hubble membedakan galaksi eliptis berdasarkan tingkat

keelipsannya, dari E0 yang hampir berupa lingkaran, hingga E7 yang sangat lonjong.
Galaksi dalam kategori ini memiliki bentuk dasar elipsoid, sehingga tampak elips dari

berbagai sudut pandang. Galaksi tipe ini tampak memiliki sedikit struktur dan sedikit

materi antarbintang, sehingga galaksi demikian memiliki sedikit gugus terbuka dan laju

pembentukan bintang yang lambat. Galaksi tipe ini didominasi oleh bintang tua yang

beredar mengelilingi pusat gravitasi dengan arah yang acak. Bintang-bintang dalam

galaksi ini memiliki sedikit unsur-unsur berat karena pembentukan bintang sudah

berhenti setelah lonjakan awalnya. Dalam hal tersebut, galaksi tipe ini mirip dengan

gugus bola.

Galaksi-galaksi terbesar di alam semesta berbentuk galaksi eliptis raksasa.

Kebanyakan galaksi eliptis dipercayai terbentuk akibat interaksi antar galaksi yang

menyebabkan tabrakan atau penggabungan. Galaksi starburst merupakan akibat dari

tabrakan yang demikian dan dapat menyebabkan pembentukan galaksi eliptis.

Spiral

Galaksi spiral terdiri dari sebuah piringan bintang-bintang yang berotasi, materi

antarbintang, serta sebuah tonjolan pusat yang terdiri dari bintang-bintang tua. Selain itu,

terdapat lengan-lengan spiral terang yang menjulur dari tonjolan pusat. Dalam sistem

klasifikasi Hubble, galaksi spiral digolongkan sebagai tipe S, diikuti sebuah huruf (a, b,

atau c) yang menunjukkan tingkat kerapatan dari lengan spiral dan ukuran dari tonjolan

pusat. Galaksi Sa memiliki lengan spiral yang samar dan bergulung rapat, serta tonjolan

pusat yang relatif besar. Sedangkan galaksi Sc memiliki lengan spiral yang jelas dan

melebar serta tonjolan pusat yang relatif kecil. Galaksi spiral dengan lengan yang tidak
jelas terkadang disebut galaksi spiral flocculent.

Sedang galaksi dengan lengan yang jelas dan

menonjol disebut galaksi spiral grand design.

Dalam galaksi spiral, lengannya membentuk

pola seperti spiral logaritmis, pola yang secara

teoretis terbentuk karena adanya gangguan terhadap massa bintang yang berputar

seragam. Dalam teori gelombang kepadatan lengan spiral ini diperkirakan berisi materi

berkepadatan tinggi. Saat bintang melewati salah satu lengan galaksi kecepatannya

dipengaruhi oleh gaya gravitasi daerah yang kepadatan materinya lebih tinggi, dan

kembali normal saat bintang sudah melewatinya. Efek ini mirip dengan "gelombang"

pelambatan mobil di jalan raya yang penuh mobil. Lengan galaksi terlihat jelas karena

kepadatan materi yang tinggi memungkinkan pembentukan bintang sehingga terdapat

banyak bintang muda dan terang di sana.

Sebagian besar galaksi spiral memiliki kumpulan bintang berbentuk batang lurus

yang memanjang keluar dari sisi daerah inti dan kemudian bergabung dengan struktur

lengan spiral. Dalam sistem klasifikasi Hubble, galaksi ini dikategorikan sebagai SB, dan

diikuti huruf (a, b atau c) yang mengindikasikan bentuk lengan spiralnya (serupa dengan

penggolongan galaksi spiral biasa). Batang galaksi diperkirakan merupakan struktur

sementara yang disebabkan oleh gelombang materi berkepadatan tinggi dari inti galaksi,

atau karena interaksi pasang surut dengan galaksi lain. Banyak galaksi spiral berbatang
yang berinti aktif, kemungkinan karena adanya gas yang menuju ke inti melalui lengan

spiral.

Galaksi Bima Sakti merupakan galaksi spiral berbatang ukuran besar dengan

diameter sekitar 30 kiloparsec dan ketebalan sekitar satu kiloparsec. Bima Sakti memiliki

sekitar 200 miliar (2×1011) bintang dengan massa total sekitar 600 miliar (6×1011) kali

massa Matahari.

Bentuk lain

 Galaksi ganjil (peculiar galaxy) merupakan galaksi yang memiliki sifat-sifat yang
tidak biasa karena interaksi pasang surut dengan galaksi lain.
 Contohnya adalah galaksi cincin, yang memiliki struktur mirip cincin berisi
bintang dan materi antarbintang yang mengelilingi inti kosong.
 Galaksi cincin diperkirakan terbentuk saat galaksi kecil melewati inti galaksi yang
lebih besar. Kejadian tersebut mungkin pernah dialami galaksi Andromeda yang
memiliki beberapa struktur mirip cincin jika diamati pada spektrum inframerah.
 Galaksi lentikular merupakan bentuk pertengahan yang memiliki sifat baik dari
galaksi eliptis maupun galaksi spiral, dan dikategorikan sebagai tipe S0 dan
memiliki lengan spiral yang samar-samar serta halo berisi bintang yang berbentuk
eliptis. (Galaksi lentikular berbatang masuk dalam klasifikasi Hubble SB0).
 Selain yang disebutkan dalam klasifikasi di atas, terdapat beberapa galaksi yang
tidak dapat langsung digolongkan ke dalam bentuk eliptis atau spiral. Kelompok
ini digolongkan sebagai galaksi iregular.
 Galaksi iregular tipe Irr-I memiliki semacam struktur, namun tidak jelas masuk
dalam salah satu klasifikasi Hubble. Galaksi iregular tipe Irr-II tidak memiliki
struktur apapun yang mirip klasifikasi Hubble, dan kemungkinan pernah
terganggu oleh galaksi lain. Contoh terdekat galaksi (katai) iregular adalah Awan
Magellan.

Katai

Meski galaksi eliptis dan spiral terlihat sangat menonjol, namun sepertinya

sebagian besar galaksi di alam semesta merupakan galaksi katai. Galaksi katai tampak

relatif kecil jika dibandingkan dengan galaksi lain, kira-kira hanya seperseratus dari

ukuran Bima Sakti dan hanya berisi beberapa miliar bintang. Bahkan beberapa galaksi

katai ultra-kompak baru-baru ini ditemukan yang hanya berukuran 100 parsec

panjangnya.

Beberapa galaksi katai dapat mengitari sebuah galaksi tunggal yang lebih besar;

Bima Sakti sendiri memiliki sedikitnya selusin satelit yang demikian, dengan perkiran

300–500 lagi belum ditemukan. Galaksi katai dapat juga diklasifikasikan lagi menjadi

eliptis, spiral, atau tak beraturan. Karena galaksi katai eliptis kecil hanya memiliki sedikit

kemiripan dengan galaksi eliptis besar, maka mereka lebih sering disebut galaksi sferoid

katai.

Sebuah penelitian terhadap 27 galaksi tetangga Bima Sakti, menemukan bahwa

setiap galaksi katai memiliki massa pusat kurang lebih 10 juta massa matahari terlepas

dari apakah galaksi tersebut memiliki seribu atau sejuta bintang. Hal ini mendorong pada

kesimpulan bahwa galaksi sebagian besarnya terdiri dari materi gelap, dan bahwa ukuran

minimumnya mungkin menunjukkan keberadaan semacam materi gelap hangat, yang tak

mampu melakukan peleburan gravitasi dalam skala kecil.


Dinamika dan aktivitas luar biasa

Interaksi

 Jarak antar galaksi jika dibandingkan dengan ukurannya, tidaklah terlalu besar.
Jarak rata-rata antar galaksi dalam sebuah gugus hanyalah beberapa puluh kali
diameternya; bandingkan dengan jarak antar bintang dalam galaksi yang bisa
mencapai ratusan ribu hingga jutaan kali ukurannya. Karena itu interaksi antar
galaksi cukup sering terjadi dan memainkan peranan penting dalam evolusinya.
 Galaksi-galaksi yang berpapasan namun tidak benar-benar bersinggungan, akan
menyebabkan terganggunya bentuk galaksi yang terlibat akibat tarik menarik
gravitasinya, dan dapat menyebabkan pertukaran gas dan debu.
 Tabrakan terjadi jika dua galaksi saling menembus tubuh masing-masing, namun
masih memiliki momentum relatif yang cukup untuk tidak menyebabkan
keduanya menyatu.
 Bintang-bintang dalam kedua galaksi ini biasanya bergerak lolos tanpa
bertabrakan. Namun gas dan debu dari kedua galaksi akan berinteraksi. Hal ini
dapat memicu lonjakan pembentukan bintang-bintang baru ketika medium
antarbintang terganggu dan terpampatkan.
 Tabrakan dapat mengubah secara radikal bentuk salah satu atau kedua galaksi, dan
menciptakan struktur-struktur baru seperti batang, cincin atau ekor galaksi.
 Interaksi antar galaksi yang paling ekstrem adalah penggabungan galaksi. Dalam
kasus ini, momentum relatif kedua galaksi tidak cukup untuk kedua galaksi dapat
saling menembus. Yang terjadi malah, kedua galaksi tersebut perlahan bergabung
membentuk galaksi tunggal yang lebih besar.
 Penggabungan dapat menyebabkan perubahan luar biasa terhadap bentuk galaksi
jika dibandingkan dengan bentuk kedua galaksi asal. Namun, jika salah satu
galaksi jauh lebih besar dari yang lainnya, penggabungan demikian disebut
kanibalisme. Dalam kasus ini, galaksi yang lebih besar akan tetap relatif tak
terganggu akibat penggabungan tersebut, sementara galaksi yang lebih kecil
tercabik-cabik.
 Galaksi Bima Sakti saat ini sedang dalam proses penganibalan Galaksi Eliptis
Katai Sagitarius dan Galaksi Katai Canis Major.

Starburst

 Bintang diciptakan dalam galaksi dari cadangan gas dingin yang berbentuk awan
molekul raksasa.
 Galaksi-galaksi yang membentuk bintang dengan laju yang luar biasa dikenal
sebagai galaksi starburst. Namun galaksi-galaksi yang demikian akan memakan
habis cadangan gasnya dalam rentang waktu yang jauh lebih pendek dari umur
galaksi itu sendiri. Karena itu, aktivitas pembentukan bintang biasanya hanya
berlangsung selama sekitar 10 juta tahun; sebuah jangka waktu yang relatif pendek
dalam sejarah hidup sebuah galaksi.
 Galaksi starburst lebih sering dijumpai dalam masa-masa awal alam semesta, dan
saat ini masih menyumbang sebesar sekitar 15% dari total laju pembentukan
bintang.
 Galaksi starburst ditandai oleh adanya konsentrasi gas penuh debu dan
kemunculan bintang-bintang yang baru dibentuk, termasuk bintang-bintang masif
yang mengionisasi awan-awan molekul di sekitarnya dan membentuk wilayah-
wilayah H II.
 Bintang-bintang masif ini menghasilkan ledakan supernova, yang mengakibatkan
menyebarnya sisa-sisa supernova dan berinteraksi dengan kuat dengan gas-gas di
sekitarnya. Hal ini memicu reaksi berantai pembentukan bintang yang menyebar
ke seluruh wilayah galaksi yang berisi gas. Hanya ketika gas yang tersedia sudah
hampir habis atau menyebar, maka aktivitas pembentukan bintang berhenti.
 Galaksi starburst sering diasosiasikan dengan galaksi-galaksi yang sedang
bergabung atau berinteraksi. Contoh dasar dari interaksi yang menghasilkan
galaksi starburst adalah M82, yang tadinya berpapasan dengan galaksi M81 yang
lebih besar. Galaksi tak beraturan sering kali memiliki titik-titik aktivitas
pembentukan bintang yang tersebar.

Inti aktif

 Sebagian dari galaksi yang dapat kita amati tergolong aktif. Maksudnya, di dalam
galaksi tersebut terdapat sebuah sumber tunggal selain bintang, debu atau medium
antarbintang yang memancarkan energi dalam jumlah yang signifikan dari
keseluruhan energi keluarannya.
 Model standar inti aktif galaksi terdiri atas sebuah lubang hitam supermasif pada
wilayah inti galaksi, dan piringan akresi yang mengelilingi lubang hitam tersebut.
Radiasi dari inti aktif galaksi diakibatkan oleh energi gravitasi materi yang terjatuh
dari piringan akresi ke dalam lubang hitam.
 Kira-kira 10% inti aktif galaksi menghasilkan sepasang semburan berenergi tinggi
dengan arah yang berlawanan, yang melontarkan partikel-partikel dengan
kecepatan mendekati kecepatan cahaya. Mekanisme penghasilan semburan ini
masih belum dimengerti dengan baik.
 Galaksi-galaksi aktif yang memancarkan radiasi tinggi energi dalam bentuk sinar x
diklasifikasikan sebagai Galaksi Seyfert atau kuasar, tergantung
kecemerlangannya. Dapat juga berupa Blazar yang dipercaya merupakan galaksi
aktif yang salah satu semburan relativistis-nya mengarah ke bumi. Ada juga
galaksi radio yang memancarkan frekuensi radio dari semburan relativistis.
Sebuah model terpadu dari jenis-jenis galaksi aktif ini menjelaskan bahwa
perbedaan tiap jenis didasarkan pada sudut pandang pengamat.
 Daerah garis-emisi inti rendah-ionisasi (LINER) kemungkinan ada hubungannya
dengan inti aktif galaksi (dan juga daerah starburst).
 Emisi dari galaksi tipe LINER didominasi oleh unsur-unsur yang terionisasi
dengan lemah. Sekitar sepertiga dari galaksi yang ada di sekitar kita tergolong
memiliki inti LINER.
Pembentukan dan evolusi

Studi tentang pembentukan dan evolusi galaksi berusaha untuk menjawab

pertanyaan tentang bagaimana galaksi terbentuk dan jalur evolusi yang ditempuhnya

sepanjang sejarah alam semesta. Beberapa teori di bidang ini telah dapat diterima secara

luas, tetapi bidang ini masih merupakan bidang yang aktif berkembang dalam astrofisika.

Pembentukan

Model kosmologi yang ada saat ini mengenai alam semesta awal didasarkan pada

teori Dentuman Besar. Sekitar 300.000 tahun setelah peristiwa Dentuman Besar, atom-

atom hidrogen dan helium mulai terbentuk, dalam sebuah peristiwa yang disebut

rekombinasi. Hampir semua hidrogen adalah netral (tidak terionisasi) dan dengan mudah

menyerap cahaya, serta belum ada bintang yang terbentuk. Akibatnya periode ini disebut

"Zaman Kegelapan".

Dari fluktuasi kepadatan (atau ketidakseragaman anisotropi) dalam materi purba

inilah struktur-struktur yang lebih besar mulai muncul. Hasilnya, massa materi barionik

mulai memadat dalam cincin cahaya materi gelap dingin. Struktur-struktur primordial

inilah yang akhirnya menjadi galaksi yang kita lihat hari ini.

Bukti tentang kemunculan awal galaksi ditemukan pada tahun 2006, ketika

diketahui bahwa galaksi IOK-1 memiliki geseran merah yang luar biasa tinggi sebesar

6,96, setara dengan jangka waktu hanya 750 juta tahun setelah Dentuman Besar. Hal ini

menjadikannya sebagai galaksi terjauh dan paling purba yang pernah dilihat. Meskipun
beberapa ilmuwan mengklaim objek lainlah (misalnya galaksi Abell 1835 IR1916) yang

memiliki geseran merah lebih tinggi (dan karena itu sudah ada pada tahap yang lebih

awal dalam evolusi alam semesta), namun usia dan komposisi IOK-1 ditentukan dengan

cara yang lebih dapat diandalkan.

Adanya protogalaksi yang seawal itu kemunculannya menunjukkan bahwa

protogalaksi tersebut pastilah berkembang dalam apa yang disebut "Zaman Kegelapan".

Namun, pada bulan Desember 2012 para astronom melaporkan bahwa galaksi UDFj-

39546284 adalah galaksi terjauh yang diketahui dengan nilai geseran merah 11,9. Galaksi

tersebut diperkirakan sudah ada sejak sekitar "380 juta tahun"setelah Dentuman Besar

(setara dengan sekitar 13,8 miliar tahun yang lalu), dan berjarak kira-kira 13,42 miliar

tahun cahaya.

Bagaimana proses rinci terbentuknya galaksi seawal itu berlangsung masih

merupakan sebuah pertanyaan pokok yang belum terjawab dalam astronomi. Teori yang

ada dapat dibagi dalam dua kategori: dari atas ke bawah (top down) atau dari bawah ke

atas (bottom-up). Dalam teori top-down (seperti model Eggen-Lynden-Bell-Sandage

[ELS]), protogalaksi terbentuk dalam sebuah runtuhan serentak berskala besar yang

berlangsung selama kira-kira seratus juta tahun. Dalam teori bottom-up (seperti model

Searle-Zinn [SZ]), struktur kecil seperti gugus bola terbentuk dahulu, lalu kemudian

sejumlah struktur tersebut bergabung untuk membentuk galaksi yang lebih besar.
Begitu protogalaksi mulai terbentuk dan mengerut, bintang-bintang halo pertama

pun (disebut bintang Populasi III) muncul di dalamnya. Bintang-bintang ini tersusun

hampir seluruhnya oleh hidrogen dan helium dan kemungkinan berukuran masif. Jika

memang benar demikian, maka bintang-bintang yang sangat besar ini akan menghabiskan

pasokan bahan bakarnya dengan cepat dan menjadi supernova, melepaskan unsur-unsur

berat ke medium antarbintang. Bintang-bintang generasi pertama ini mengionisasi ulang

hidrogen netral sekitarnya, menciptakan gelembung ruang yang mengembang yang bisa

dengan mudah dilalui cahaya.

Evolusi

Dalam masa satu miliar tahun pembentukan galaksi, struktur-struktur kunci mulai

muncul: gugus-gugus bola, lubang hitam supermasif pusat, dan sebuah tonjolan galaksi

yang terdiri dari bintang Populasi II yang miskin logam sudah terbentuk. Terciptanya

sebuah lubang hitam supermasif tampaknya memainkan peranan penting dalam mengatur

pertumbuhan galaksi secara aktif, dengan membatasi jumlah materi tambahan yang

ditambahkan. Sepanjang epos awal ini, galaksi mengalami lonjakan besar pembentukan

bintang.

Selama dua miliar tahun berikutnya, akumulasi materi mengendap menjadi

piringan galaksi. Sepanjang hidupnya sebuah galaksi akan terus menyerap materi yang

tertarik dari awan kecepatan tinggi dan galaksi katai. Materi tersebut kebanyakan adalah

hidrogen dan helium. Siklus kelahiran dan kematian bintang perlahan-lahan


meningkatkan kelimpahan unsur-unsur berat yang akhirnya memungkinkan pembentukan

planet.

Evolusi galaksi dapat secara signifikan dipengaruhi oleh interaksi dan tabrakan.

Penggabungan galaksi merupakan hal yang biasa terjadi selama epos awal, dan

kebanyakan galaksi dalam masa ini memiliki bentuk yang aneh. Mengingat jarak antara

bintang-bintang yang berjauhan, sebagian besar sistem bintang pada galaksi yang

bertabrakan tidak akan terpengaruh. Namun, pelucutan gravitasional yang dialami gas

dan debu antarbintang pada lengan spiral galaksi akan menghasilkan deretan panjang

bintang-bintang yang dikenal sebagai ekor tidal. Contoh formasi ini dapat dilihat pada

NGC 4676 atau Galaksi Antena.

Sebagai contoh untuk interaksi yang demikian adalah galaksi Bima Sakti dan

galaksi Andromeda di dekatnya. Keduanya saling bergerak menuju satu sama lain dengan

kecepatan kira-kira 130 km/s, dan tergantung pada pergerakan menyisinya, keduanya

dapat bertabrakan dalam waktu sekitar lima sampai enam juta tahun. Meskipun Bima

Sakti tidak pernah bertabrakan dengan galaksi sebesar Andromeda sebelumnya, bukti

akan tabrakan Bima Sakti dengan galaksi katai yang lebih kecil pada masa lalu semakin

banyak.

Interaksi skala besar semacam itu jarang terjadi. Seiring dengan berjalannya

waktu, penggabungan dari dua sistem yang berukuran sama menjadi semakin jarang

terjadi. Kebanyakan galaksi terang secara fundamental tetap tidak berubah selama
beberapa miliar tahun terakhir, dan laju bersih pembentukan bintang mungkin mencapai

puncaknya juga pada kira-kira sepuluh miliar tahun yang lalu.

Kecenderungan pada masa depan

Saat ini kebanyakan pembentukan bintang terjadi pada galaksi yang lebih kecil, di

mana gas dingin belum begitu terkuras. Galaksi spiral seperti Bima Sakti, hanya

memproduksi bintang-bintang generasi baru selama mereka masih memiliki awan

molekul padat, berisi hidrogen antarbintang, di lengan spiralnya. Galaksi-galaksi eliptis

hampir tidak memiliki gas ini lagi, sehingga tidak membentuk bintang baru lagi.

Persediaan bahan pembentuk bintang di alam semesta terbatas. Begitu bintang-bintang

selesai mengubah persediaan yang ada dari hidrogen menjadi unsur yang lebih berat,

pembentukan bintang baru akan berakhir.

Era pembentukan bintang yang sedang berlangsung saat ini diperkirakan akan

terus berlanjut sampai 100 miliar tahun ke depan. Kemudian "zaman bintang" akan

berangsur-angsur memudar setelah sekitar 10–100 triliun tahun (1013–1014 tahun), saat

bintang terkecil dan terlama hidup, katai merah kecil, mulai meredup. Pada akhir zaman

bintang, galaksi hanya akan terdiri dari objek-objek kompak: katai coklat, katai putih

yang sedang mendingin atau yang sudah dingin ("katai hitam"), bintang neutron, dan

lubang hitam.
Akhirnya, sebagai hasil dari relaksasi gravitasi, semua bintang akan terjatuh ke

pusat lubang hitam supermasif atau dapat terlempar ke ruang antargalaksi sebagai akibat

dari tabrakan.

Struktur skala besar


Survei terhadap langit jauh menunjukkan bahwa galaksi sering kali ditemukan

relatif berdekatan dengan galaksi lain. Galaksi terasing yang selama satu miliar tahun

terakhir tidak berinteraksi secara signifikan dengan galaksi lain yang bermassa

sebanding, relatif langka. Hanya sekitar 5% dari galaksi yang disurvei ditemukan benar-

benar terpencil. Namun, formasi terpencil ini mungkin pernah berinteraksi atau bahkan

bergabung dengan galaksi lain pada masa lalu, dan mungkin masih diedari oleh beberapa

galaksi satelit yang lebih kecil. Galaksi terpencil bisa menghasilkan bintang dengan laju

yang jauh di atas normal, karena gas dalam galaksi yang demikian tidak terlucuti oleh

gravitasi galaksi lain.

Dalam skala terbesar, alam semesta ini terus mengembang, mengakibatkan jarak

antara tiap galaksi rata-rata bertambah (lihat hukum Hubble). Hubungan antar galaksi

dapat menghambat pengembangan ini dalam skala lokal melalui tarikan gravitasi timbal

balik mereka. Hubungan ini terbentuk di awal alam semesta, saat gumpalan materi gelap

tiap galaksi menarik galaksinya masing-masing untuk saling mendekat. Kelompok-

kelompok galaksi yang berdekatan kemudian bergabung untuk membentuk gugus-gugus

berskala lebih besar. Proses penggabungan yang berlangsung (serta aliran gas yang

tertarik) memanaskan gas antar galaksi dalam gugus galaksi ke suhu yang sangat tinggi,
mencapai 30–100 juta derajat celsius. Sekitar 70–80% massa sebuah gugus galaksi

berada dalam bentuk materi gelap, sedang 10–30% terdiri dari gas panas ini dan beberapa

persen sisanya dalam bentuk galaksi.

Kebanyakan galaksi di alam semesta terikat secara gravitasi ke sejumlah galaksi

lain. Hal ini menciptakan sebuah hierarki yang berbentuk seperti fraktal dari struktur-

struktur alam semesta, dengan gabungan terkecil dinamakan kelompok galaksi.

Kelompok galaksi adalah jenis kumpulan galaksi yang paling umum, serta kelompok-

kelompok tersebut mengandung sebagian besar galaksi (serta sebagian besar massa

barionik) di Alam Semesta. Untuk tetap terikat secara gravitasi dalam kelompok yang

seperti itu, masing-masing galaksi anggota harus memiliki kecepatan yang cukup rendah

untuk mencegahnya terlepas (lihat teorema Virial). Namun, jika energi kinetik tidak

mencukupi, sebuah kelompok galaksi dapat berubah menjadi kelompok dengan jumlah

galaksi lebih sedikit dengan penggabungan galaksi.

Struktur yang lebih besar, berisi ribuan galaksi yang berkumpul dalam suatu

daerah yang panjangnya beberapa megaparsec, disebut gugus galaksi. Gugus galaksi

sering kali didominasi oleh sebuah galaksi eliptis berukuran raksasa, yang dapat dikenali

sebagai galaksi paling terang dalam gugus tersebut. Galaksi ini dari waktu ke waktu

dengan gaya pasang surut gravitasi akan menghancurkan galaksi-galaksi satelitnya dan

menyerap mereka ke dalam dirinya sendiri.


Gugus raksasa (supercluster) berisi puluhan ribu galaksi, yang dapat berupa gugus

galaksi, kelompok galaksi atau kadang-kadang galaksi tersendiri. Dalam skala gugus

raksasa, galaksi tersusun dalam lapisan-lapisan dan untaian-untaian yang mengelilingi

sebuah kehampaan yang luas. Di atas skala ini, alam semesta tampak sama di semua arah

(isotropis dan homogen).

Galaksi Bimasakti sendiri merupakan anggota kelompok galaksi yang disebut

Kelompok Lokal (Local Group); sebuah kelompok galaksi yang relatif kecil dan

memiliki diameter sekitar satu megaparsec. Galaksi Bima Sakti dan Andromeda adalah

dua galaksi paling terang dalam kelompok ini; kebanyakan galaksi anggota lainnya

merupakan galaksi katai satelit dari kedua galaksi. Kelompok Lokal sendiri merupakan

bagian dari sebuah struktur seperti awan yang berada dalam gugus raksasa Virgo (Virgo

supercluster), sebuah struktur luas berukuran besar dari kelompok-kelompok dan gugus-

gugus galaksi yang terpusat pada gugus Virgo.

Pengamatan dalam berbagai panjang gelombang

Setelah diketahui bahwa terdapat galaksi-galaksi di

luar Bima Sakti, pengamatan-pengamatan awal yang

dilakukan kebanyakan menggunakan cahaya kasat mata.

Radiasi puncak kebanyakan bintang memang berada

dalam spektrum ini, sehingga pengetahuan yang

berhubungan dengan pengamatan terhadap bintang-

bintang pembentuk galaksi merupakan bagian penting dari bidang astronomi optik.
Spektrum ini juga cocok digunakan untuk mengamati wilayah-wilayah H II yang

terionisasi, dan untuk memeriksa distribusi lengan debu galaksi.

Debu yang ada dalam medium antarbintang sulit ditembus oleh cahaya kasat mata,

namun lebih transparan terhadap cahaya inframerah-jauh. Sebab itu cahaya inframerah-

jauh dapat digunakan untuk mengamati dengan rinci daerah dalam awan molekul raksasa

dan daerah inti galaksi. Inframerah juga digunakan untuk mengamati galaksi jauh yang

mengalami geseran merah, yang terbentuk pada masa awal alam semesta. Uap air dan

karbon dioksida menyerap sebagian dari spektrum inframerah yang dapat dimanfaatkan,

sehingga teleskop yang terletak di dataran tinggi atau di ruang angkasa digunakan untuk

astronomi inframerah.

Penelitian pertama terhadap galaksi dalam spektrum cahaya tak kasat mata,

khususnya galaksi aktif, dilakukan menggunakan frekuensi radio. Atmosfer bumi hampir

transparan terhadap gelombang antara 5 MHz sampai 30 GHz. (Ionosfer menghalangi

sinyal di bawah rentang ini). Interferometer radio berukuran besar digunakan untuk

memetakan semburan-semburan aktif yang dipancarkan dari inti galaksi aktif. Teleskop

radio dapat juga digunakan untuk mengamati atom-atom hidrogen netral di luar angkasa

(lewat radiasi gelombang 21 cm), kemungkinan termasuk materi tak terionisasi di alam

semesta awal, yang kemudian runtuh membentuk galaksi.

Sinar ultraungu dan teleskop sinar x dapat digunakan untuk mengamati fenomena

tinggi energi galaksi. Sebuah suar ultraungu teramati ketika sebuah bintang di galaksi
yang jauh tercabik-cabik akibat gaya pasang surut gravitasi sebuah lubang hitam.

Distribusi gas panas dalam gugus galaksi dapat dipetakan dengan menggunakan sinar x.

Keberadaan lubang hitam supermasif pada inti galaksi juga dibuktikan dengan astronomi

sinar x.

Galaksi dalam fiksi ilmiah

Pada abad ke-20, seiring dengan perkembangan

ilmu astronomi dan pengetahuan bahwa alam semesta

sebenarnya berisi jutaan galaksi, bidang fiksi ilmiah juga

mengalami semacam perkembangan paralel. Penemuan-

penemuan baru merangsang khayalan para penulis dan

sutradara, yang kemudian menciptakan galaksi-galaksi fiktif tempat berlangsungnya

berbagai cerita kepahlawanan, perang galaksi dan peradaban makhluk asing.

Galaksi fiktif yang paling terkenal adalah galaksi Star Wars. Galaksi Star Wars

kira-kira berbentuk spiral, atau paling tidak berbentuk antara spiral dan eliptis; diisi oleh

banyak peradaban dengan bahasanya masing-masing dan juga suatu bahasa pemersatu,

Basic Galactic. Beberapa daerah dalam galaksi ini belum tereksplorasi, baik karena sulit

dijangkau atau karena anomali magnetis yang kuat, sementara lengan luar galaksi dan

daerah berjarak menengah dari inti galaksi sudah dikenal dengan baik dan berpenduduk.

Dalam film Stargate, sebuah galaksi yang terletak di daerah terpencil alam

semesta, bernama Galaksi Kalium, memiliki sebuah planet yang dapat dicapai melalui
sebuah alat spesial berbentuk seperti cincin raksasa, bernama Stargate (gerbang bintang).

Di planet ini terdapat sebuah peradaban manusia yang mirip dengan Mesir kuno, dan

memuja dewa yang merupakan seorang makhluk asing bernama Ra.

Dalam serial televisi Stargate setelah itu, ditemukan beberapa sistem koordinat

lainnya untuk Stargate, yang menuju ke dunia-dunia lain berjarak jauh. Dalam serial

Stargate Atlantis, terdapat koordinat spesial kedelapan (bukannya tujuh seperti dalam

serial sebelumnya) yang memungkinkan penggunanya mencapai sebuah galaksi jauh

yang terletak di rasi bintang Pegasus. Di situ terdapat kota hilang Atlantis, sebuah kota

besar berteknologi ultra tinggi yang ditinggalkan sebuah peradaban kuno yang disebut

"The Ancients". Terdapat perbedaan dalam cerita latar belakang antara film dan serial

televisinya. Dalam serial televisinya, Planet Ra "berada" dalam galaksi kita, dan untuk

mendapat akses ke galaksi luar, kepada penonton dinyatakan bahwa stargate memiliki

delapan simbol, bukannya tujuh.

Dalam permainan video Spore, menu utamanya berupa sebuah galaksi spiral

dengan lima lengan, dan permainan yang tersimpan diindikasikan dengan lingkaran, yang

mana bila lingkarannya berwarna kuning berarti tidak terdapat permainan yang tersimpan

dan biru berisi permainan yang tersimpan. Lingkaran tersebut juga menunjukkan posisi

bintang di dalam galaksi tersebut di mana terdapat planet awal yang bisa dipilih pemain.
ALAM SEMESTA
Alam semesta atau kosmos mencakup tentang mikrokosmos dan makrokosmos.

Mikrokosmos adalah benda-benda yang mempunyai ukuran yang sangat kecil, misalnya

atom, elektron, sel, amuba, dan sebagainya. Sedangkan makrokosmos adalah benda-

benda yang ukurannya sangat besar, misalnya bintang, planet, galaksi. Namun para ahli

astronomi menggunakan istilah alam semesta dalam pengertian tentang ruang angkasa

dan benda-benda langit yang ada didalamnya. Alam semesta atau universum dalam

terminologi ilmu astronomi adalah ruang angkasa dengan segala zat dan energi yang ada

didalamnya.

Digunakan untuk menjelaskan semua materi, energi, dan ruang yang ada.

Bagaimana terbentuknya alam semesta belum sepenuhnya dipahami. Sebagian besar

ilmuwan meyakini bahwa alam semesta tercipta 15.000 juta tahun lalu dengan ledakan

yang sangat besar yang disebut dentuma besar. Pemikiran tersebut dikenal dengan Teori

Dentuman Besar.

Besar dan Jarak

Alam semesta sangatlah besar, hingga tidak dapat dibayangkan. Jarak antarbenda

sangatlah jauh sehingga diukur dengan tahun cahaya. Satu tahun cahaya adalah jarak

yang dicapai oleh cahaya dalam satu tahun, yaitu 9,46 juta kilometer. Cahaya memiliki

kecepatan 300.000 km per detik. Bintang terdekat dari Bumi adalah Matahari. Jaraknya

sekitar 150 juta kilometer. Cahaya Matahari membutuhkan waktu delapan menit untuk

mencapai Bumi.
Alam semesta berisi berjuta-juta bintang yang terkumpul dalam kelompok yang

disebut galaksi. Sampai saat ini, para astronomi telah menemukan galaksi yang jauhnya

15.000 juta tahun cahaya. Ini menjadi petunjuk seberapa besar alam semesta.

Teori Dentuman Besar

Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar merupakan sebuah peristiwa yang

menyebabkan pembentukan alam semesta berdasarkan kajian kosmologi mengenai

bentuk awal dan perkembangan alam semesta (dikenal juga dengan Teori Ledakan

Dahsyat atau Model Ledakan Dahysat). Berdasarkan permodelan ledakan ini, alam

semesta, awalnya dalam keadaan sangat panas dan padat, mengembang secara terus

menerus hingga hari ini. Berdasarkan pengukuran terbaik tahun 2009, keadaan awal alam

semesta bermula sekitar 13,7 miliar tahun lalu, yang kemudian selalu menjadi Referensi

sebagai waktu terjadinya Big Bang tersebut. Teori ini telah memberikan penjelasan paling

komprehensif dan akurat yang didukung oleh metode ilmiah beserta pengamatan.

Georges Lemaître, seorang biarawan Katolik Roma Belgia, dianggap sebagai

orang pertama yang mengajukan teori ledakan dahsyat mengenai asal usul alam semesta,

walaupun ia menyebutnya sebagai "hipotesis atom purba". Kerangka model teori ini

bergantung pada relativitas umum Albert Einstein dan beberapa asumsi-asumsi

sederhana, seperti homogenitas dan isotropi ruang. Persamaan yang mendeksripsikan

teori ledakan dahsyat dirumuskan oleh Alexander Friedmann. Setelah Edwin Hubble

pada tahun 1929 menemukan bahwa jarak bumi dengan galaksi yang sangat jauh

umumnya berbanding lurus dengan geseran merahnya, sebagaimana yang dipaparkan


oleh Lemaître pada tahun 1927, pengamatan ini dianggap mengindikasikan bahwa semua

galaksi dan gugus bintang yang sangat jauh memiliki kecepatan tampak yang secara

langsung menjauhi titik pandang kita: semakin jauh, semakin cepat kecepatan tampaknya.

Jika jarak antar gugus-gugus galaksi terus meningkat seperti yang terpantau

sekarang, semuanya haruslah pernah berdekatan pada masa lalu. Gagasan ini secara rinci

mengarahkan pada suatu keadaan massa jenis dan suhu yang sebelumnya sangat ekstrem.

Berbagai pemercepat partikel raksasa telah dibangun untuk mencoba dan menguji kondisi

tersebut, yang menjadikan teori tersebut dapat konfirmasi dengan signifikan, walaupun

pemercepat-pemercepat ini memiliki kemampuan yang terbatas untuk menyelidiki fisika

partikel. Tanpa adanya bukti apapun yang berhubungan dengan pengembangan awal

yang cepat, teori ledakan dahsyat tidak dan tidak dapat memberikan beberapa penjelasan

mengenai kondisi awal alam semesta, melainkan mendeskripsikan dan menjelaskan

perubahan umum alam semesta sejak pengembangan awal tersebut. Kelimpahan unsur-

unsur ringan yang terpantau di seluruh kosmos sesuai dengan prediksi kalkulasi

pembentukan unsur-unsur ringan melalui proses nuklir di dalam kondisi alam semesta

yang mengembang dan mendingin pada awal beberapa menit kemunculan alam semesta

sebagaimana yang diuraikan secara terperinci dan logis oleh nukleosintesis ledakan

dahsyat.

Fred Hoyle mencetuskan istilah Big Bang pada sebuah siaran radio tahun 1949.

Dilaporkan secara luas bahwa, Hoyle yang mendukung model kosmologis alternatif

"keadaan tetap" bermaksud menggunakan istilah ini secara peyoratif, namun Hoyle
secara eksplisit membantah hal ini dan mengatakan bahwa istilah ini hanyalah digunakan

untuk menekankan perbedaan antara dua model kosmologis ini. Hoyle kemudian

memberikan sumbangsih yang besar dalam usaha para fisikawan untuk memahami

nukleosintesis bintang yang merupakan lintasan pembentukan unsur-unsur berat dari

unsur-unsur ringan secara reaksi nuklir. Setelah penemuan radiasi latar belakang

gelombang mikro kosmis pada tahun 1964, kebanyakan ilmuwan mulai menerima bahwa

beberapa skenario teori ledakan dahsyat haruslah pernah terjadi.

Sejarah dan perkembangan teori

Teori ledakan dahsyat dikembangkan berdasarkan pengamatan pada stuktur alam

semesta beserta pertimbangan teoritisnya. Pada tahun 1912, Vesto Slipher adalah orang

yang pertama mengukur efek Doppler pada "nebula spiral" (nebula spiral merupakan

istilah lama untuk galaksi spiral), dan kemudian diketahui bahwa hampir semua nebula-

nebula itu menjauhi bumi. Ia tidak berpikir lebih jauh lagi mengenai implikasi fakta ini,

dan sebenarnya pada saat itu, terdapat kontroversi apakah nebula-nebula ini adalah

"pulau semesta" yang berada di luar galaksi Bima Sakti.

Sepuluh tahun kemudian, Alexander Friedmann, seorang kosmologis dan

matematikawan Rusia, menurunkan persamaan Friedmann dari persamaan relativitas

umum Albert Einstein. Persamaan ini menunjukkan bahwa alam semesta mungkin

mengembang dan berlawanan dengan model alam semesta yang statis seperti yang

diadvokasikan oleh Einstein pada saat itu.


Pada tahun 1924, pengukuran Edwin Hubble akan jarak nebula spiral terdekat

menunjukkan bahwa ia sebenarnya merupakan galaksi lain. Georges Lemaître kemudian

secara independen menurunkan persamaan Friedmann pada tahun 1927 dan mengajukan

bahwa resesi nebula yang disiratkan oleh persamaan tersebut diakibatkan oleh alam

semesta yang mengembang.

Pada tahun 1931 Lemaître lebih jauh lagi mengajukan bahwa pengembangan alam

semesta seiring dengan berjalannya waktu memerlukan syarat bahwa alam semesta

mengerut seiring berbaliknya waktu sampai pada suatu titik di mana seluruh massa alam

semesta berpusat pada satu titik, yaitu "atom purba" di mana waktu dan ruang bermula.

Mulai dari tahun 1924, Hubble mengembangkan sederet indikator jarak yang

merupakan cikal bakal tangga jarak kosmis menggunakan teleskop Hooker 100-inch

(2,500 mm) di Observatorium Mount Wilson. Hal ini memungkinkannya memperkirakan

jarak antara galaksi-galaksi yang pergeseran merahnya telah diukur, kebanyakan oleh

Slipher. Pada tahun 1929, Hubble menemukan korealsi antara jarak dan kecepatan resesi,

yang sekarang dikenal sebagai hukum Hubble. Lemaître telah menunjukan bahwa ini

yang diharapkan, mengingat prinsip kosmologi.

Semasa tahun 1930-an, gagasan-gagasan lain diajukan sebagai kosmologi non-

standar untuk menjelaskan pengamatan Hubble, termasuk pula model Milne, alam

semesta berayun (awalnya diajukan oleh Friedmann, namun diadvokasikan oleh Albert

Einstein dan Richard Tolman) dan hipotesis cahaya lelah (tired light) Fritz Zwicky.
Setelah Perang Dunia II, terdapat dua model kosmologis yang memungkinkan.

Satunya adalah model keadaan tetap Fred Hoyle, yang mengajukan bahwa materi-materi

baru tercipta ketika alam semesta tampak mengembang. Dalam model ini, alam semesta

hampirlah sama di titik waktu manapun.

Model lainnya adalah teori ledakan dahsyat Lemaître, yang diadvokasikan dan

dikembangkan oleh George Gamow, yang kemudian memperkenalkan nukleosintesis

ledakan dahsyat (Big Bang Nucleosynthesis, BBN) dan yang kaitkan oleh, Ralph Alpher

dan Robert Herman, sebagai radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis (cosmic

microwave background radiation, CMB). Ironisnya, justru adalah Hoyle yang

mencetuskan istilah big bang untuk merujuk pada teori Lemaître dalam suatu siaran radio

BBC pada bulan Maret 1949.

Untuk sementara, dukungan para ilmuwan terbagi kepada dua teori ini. Pada

akhirnya, bukti-bukti pengamatan memfavoritkan teori ledakan dahsyat. Penemuan dan

konfirmasi radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis pada tahun 1964

mengukuhkan ledakan dahsyat sebagai teori yang terbaik dalam menjelaskan asal usul

dan evolusi kosmos. Kebanyakan karya kosmologi zaman sekarang berkutat pada

pemahaman bagaimana galaksi terbentuk dalam konteks ledakan dahsyat, pemahaman

mengenai keadaan alam semesta pada waktu-waktu terawalnya, dan merekonsiliasi

pengamatan kosmis dengan teori dasar.


Berbagai kemajuan besar dalam kosmologi ledakan dahsyat telah dibuat sejak

akhir tahun 1990-an, utamanya disebabkan oleh kemajuan besar dalam teknologi teleskop

dan analisis data yang berasal dari satelit-satelit seperti COBE, Teleskop luar angkasa

Hubble dan WMAP.

Tinjauan

Garis waktu ledakan dahsyat

Ekstrapolasi pengembangan alam semesta seiring mundurnya waktu menggunakan

relativitas umum menghasilkan kondisi masa jenis dan suhu alam semesta yang tak

terhingga pada suatu waktu pada masa lalu. Singularitas ini mensinyalkan runtuhnya

keberlakuan relativitas umum pada kondisi tersebut. Sedekat mana kita dapat

berekstrapolasi menuju singularitas diperdebatkan, namun tidaklah lebih awal daripada

masa Planck. Fase awal yang panas dan padat itu sendiri dirujuk sebagai "the Big

Bang",dan dianggap sebagai "kelahiran" alam semesta kita.

Didasarkan pada pengukuran pengembangan menggunakan Supernova Tipe Ia,

pengukuran fluktuasi temperatur pada latar gelombang mikro kosmis, dan pengukuran

fungsi korelasi galaksi, alam semesta memiliki usia 13,73 ± 0.12 miliar tahun.

Kecocokan hasil ketiga pengukuran independen ini dengan kuat mendukung model

ΛCDM yang mendeskripsikan secara mendetail kandungan alam semesta.

Fase terawal ledakan dahsyat penuh dengan spekulasi. Model yang paling

umumnya digunakan mengatakan bahwa alam semesta terisi secara homogen dan
isotropis dengan rapatan energi yang sangat tinggi, tekanan dan temperatur yang sangat

besar, dan dengan cepat mengembang dan mendingin. Kira-kira 10−37 detik setelah

pengembangan, transisi fase menyebabkan inflasi kosmis, yang sewaktu itu alam semesta

mengembang secara eksponensial. Setelah inflasi berhenti, alam semesta terdiri dari

plasma kuark-gluon beserta partikel-partikel elementer lainnya.

Temperatur pada saat itu sangat tinggi sehingganya kecepatan gerak partikel

mencapai kecepatan relativitas, dan produksi pasangan segala jenis partikel terus menerus

diciptakan dan dihancurkan. Sampai dengan suatu waktu, reaksi yang tak diketahui yang

disebut bariogenesis melanggar kekekalan jumlah barion dan menyebabkan jumlah kuark

dan lepton lebih banyak daripada antikuark dan antilepton sebesar satu per 30 juta. Ini

menyebabkan dominasi materi melebihi antimateri pada alam semesta.

Ukuran alam semesta terus membesar dan temperatur alam semesta terus

menurun, sehingga energi tiap-tiap partikel terus menurun. Transisi fase perusakan

simetri membuat gaya-gaya dasar fisika dan parameter-parameter partikel elementer

berada dalam kondisi yang sama seperti sekarang. Setelah kira-kira 10−11 detik, gambaran

ledakan dahsyat menjadi lebih jelas oleh karena energi partikel telah menurun mencapai

energi yang bisa dicapai oleh eksperimen fisika partikel.

Pada sekitar 10−6 detik, kuark dan gluon bergabung membentuk barion seperti

proton dan neutron. Kuark yang sedikit lebih banyak daripada antikuark membuat barion

sedikit lebih banyak daripada antibarion. Temperatur pada saat ini tidak lagi cukup tinggi
untuk menghasilkan pasangan proton-antiproton, sehingga yang selanjutnya terjadi

adalah pemusnahan massal, menyisakan hanya satu dari 1010 proton dan neutron

terdahulu. Setelah pemusnahan ini, proton, neutron, dan elektron yang tersisa tidak lagi

bergerak secara relativistik dan rapatan energi alam semesta didominasi oleh foton

(dengan sebagian kecil berasal dari neutrino).

Beberapa menit semasa pengembangan, ketika temperatur sekitar satu miliar

Kelvin dan rapatan alam semesta sama dengan rapatan udara, neutron bergabung dengan

proton dan membentuk inti atom deuterium dan helium dalam suatu proses yang dikenal

sebagai nukleosintesis ledakan dahsyat. Kebanyakan proton masih tidak terikat sebagai

inti hidrogen. Seiring dengan mendinginnya alam semesta, rapatan energi massa rihat

materi secara gravitasional mendominasi. Setelah 379.000 tahun, elektron dan inti atom

bergabung menjadi atom (kebanyakan berupa hidrogen) dan radiasi materi mulai

berhenti. Sisa-sisa radiasi ini yang terus bergerak melewati ruang semesta dikenal sebagai

radiasi latar gelombang mikro kosmis.

Selama periode yang sangat panjang, daerah-daerah alam semesta yang sedikit

lebih rapat mulai menarik materi-materi sekitarnya secara gravitasional, membentuk

awan gas, bintang, galaksi, dan objek-objek astronomi lainnya yang terpantau sekarang.

Detail proses ini bergantung pada banyaknya dan jenis materi alam semesta. Terdapat

tiga jenis materi yang memungkinkan, yakni materi gelap dingin, materi gelap panas, dan

materi barionik. Pengukuran terbaik yang didapatkan dari WMAP menunjukkan bahwa
bentuk materi yang dominan dalam alam semesta ini adalah materi gelap dingin. Dua

jenis materi lainnya hanya menduduki kurang dari 18% materi alam semesta.

Bukti-bukti independen yang berasal dari supernova tipe Ia dan radiasi latar

belakang gelombang mikro kosmis menyiratkan bahwa alam semesta sekarang

didominasi oleh sejenis bentuk energi misterius yang disebut sebagai energi gelap, yang

tampaknya menembus semua ruang. Pengamatan ini mensugestikan bahwa 72% total

rapatan energi alam semesta sekarang berbentuk energi gelap. Ketika alam semesta masih

sangat muda, kemungkinan besar ia telah disusupi oleh energi gelap, namun dalam ruang

yang sempit dan saling berdekatan. Pada saat itu, gravitasi mendominasi dan secara

perlahan memperlambat pengembangan alam semesta. Namun, pada akhirnya, setelah

beberapa miliar tahun pengembangan, energi gelap yang semakin berlimpah

menyebabkan pengembangan alam semesta mulai secara perlahan semakin cepat.

Segala evolusi kosmis yang terjadi setelah periode inflasioner ini dapat secara

ketat dideskripsikan dan dimodelkan oleh model ΛCDM, yang menggunakan kerangka

mekanika kuantum dan relativitas umum Einstein yang independen. Sebagaimana yang

telah disebutkan, tiada model yang dapat menjelaskan kejadian sebelum 10−15 detik

setelah kejadian ledakan dahsyat. Teori kuantum gravitasi diperlukan untuk mengatasi

batasan ini.
Asumsi-asumsi dasar

Teori ledakan dahsyat bergantung kepada dua asumsi utama: universalitas hukum

fisika dan prinsip kosmologi. Prinsip kosmologi menyatakan bahwa dalam skala yang

besar alam semesta bersifat homogen dan isotropis.

Kedua asumsi dasar ini awalnya dianggap sebagai postulat, namun beberapa usaha

telah dilakukan untuk menguji keduanya. Sebagai contohnya, asumsi bahwa hukum fisika

berlaku secara universal diuji melalui pengamatan ilmiah yang menunjukkan bahwa

penyimpangan terbesar yang mungkin terjadi pada tetapan struktur halus sepanjang usia

alam semesta berada dalam batasan 10−5.

Apabila alam semesta tampak isotropis sebagaimana yang terpantau dari bumi,

prinsip komologis dapat diturunkan dari prinsip Kopernikus yang lebih sederhana.

Prinsip ini menyatakan bahwa bumi, maupun titik pengamatan manapun, bukanlah posisi

pusat yang khusus ataupun penting. Sampai dengan sekarang, prinsip kosmologis telah

berhasil dikonfirmasikan melalui pengamatan pada radiasi latar gelombang mikro

kosmis.

Metrik FLRW

Relativitas umum mendeskripsikan ruang-waktu menggunakan metrik yang

menjelaskan jarak kedua titik yang terpisah satu sama lainnya. Titik ini, yang dapat

berupa galaksi, bintang, ataupun objek lainnya, ditunjukkan menggunakan peta koordinat

yang berada di keseluruhan ruang waktu. Prinsip kosmologis menyiratkan bahwa metrik
ini haruslah homogen dan isotropis dalam skala yang besar. Satu-satunya metrik yang

memenuhi persyaratan ini adalah metrik Friedmann–Lemaître–Robertson–Walker

(metrik FLRW). Metrik ini mengandung faktor skala yang menentukan seberapa besar

alam semesta berubah seiring dengan berjalannya waktu. Hal ini memungkinkan kita

untuk membuat sistem koordinat yang dapat dipilih dengan praktis, yaitu koordinat

segerak (comoving coordinate).

Dalam sistem koordinat ini, kisi koordinat berekspansi bersamaan dengan alam

semesta yang mengembang, sehingga objek yang bergerak karena pengembangan alam

semesta akan berada pada titik yang sama dalam sistem koordinat ini. Walaupun jarak

koordinat (jarak segerak) kedua titik tetap konstan, jarak fisik antara dua titik akan

meningkat sesuai dengan faktor skala alam semesta.

Ledakan Dahsyat bukanlah kejadian penghamburan materi ke seluruh ruang

semesta yang kosong. Melainkan ruang tersebut berekspansi seiring dengan waktu dan

meningkatkan jarak fisik antara dua titik yang bersegerak. Karena metrik FLRW

mengasumsikan distribusi massa dan energi yang merata, metrik ini hanya berlaku pada

skala yang besar.

Horizon

Salah satu ciri penting pada ruang waktu Ledakan Dahsyat adalah keberadaan

horizon. Oleh karena alam semesta memiliki usia yang terbatas, dan cahaya bergerak

dengan kecepatan yang terbatas pula, maka akan terdapat berbagai kejadian pada masa
lalu yang cahayanya belum mencapai kita. Hal ini akan membatasi kita dalam mengamati

objek terjauh alam semesta (horizon masa lalu). Sebaliknya, karena ruang itu sendiri

berekspansi dan objek yang semakin jauh akan menjauh semakin cepat, cahaya yang

dipancarkan oleh kita tidak akan pernah mencapai objek jauh tersebut. Batasan ini

disebut sebagai horizon masa depan, yang membatasi kejadian-kejadian pada masa depan

yang kita dapat pengaruhi.

Keberadaan dua horizon ini bergantung pada penjelasan detail model FLRW

mengenai alam semesta kita. Pemahaman kita mengenai alam semesta pada waktu-waktu

terawalnya menyiratkan terdapatnya horizon masa lalu, walaupun pandangan kita juga

akan dibatasi oleh buramnya alam semesta pada waktu-waktu terawalnya. Oleh karena

itu, kita tidak dapat memandang masa lalu lebih jauh daripada yang kita dapat pandang

sekarang, walaupun horizon masa lalu akan menyusut dalam ruang. Jika pengembangan

akan semesta terus berakselerasi, maka akan terdapat pula horizon masa depan.

Bukti pengamatan
Terdapat beberapa bukti pengamatan langsung yang mendukung model Ledakan

Dahsyat, yaitu pengembangan Hubble terpantau pada geseran merah galaksi, pengukuran

mendetail pada latar belakang gelombang mikro kosmis, kelimpahan unsur-unsur ringan,

dan distribusi skala besar beserta evolusi galaksi yang diprediksikan terjadi karena

pertumbuhan gravitasional struktur dalam teori standar. Keempat bukti ini kadang-

kadang disebut "empat pilar teori Ledakan Dahsyat".


Hukum Hubble dan pengembangan ruang

Pengamatan pada galaksi dan kuasar yang jauh menunjukkan bahwa objek-objek

ini mengalami pergeseran merah, yakni bahwa pancaran cahaya objek ini telah bergeser

menuju panjang gelombang yang lebih panjang. Pergeseran ini dapat dilihat dengan

mengambil spektrum frekuensi suatu objek dan mencocokkannya dengan pola

spektroskopi garis emisi ataupun garis absorpsi atom suatu unsur kimia yang berinteraksi

dengan cahaya. Pergeseran ini secara merata isotropis, dan terdistribusikan merata di

kesemuaan objek terpantau di seluruh arah pantauan. Jika geseran merah ini

diinterpretasikan sebagai geseran Doppler, kecepatan mundur suatu objek dapat

dikalkulasi. Untuk beberapa galaksi, dimungkinkan pula perkiraan jarak menggunakan

tangga jarak kosmis. Ketika kecepatan mundur dipetakan terhadap jaraknya, hubungan

linear yang dikenal sebagai hukum Hubble akan terpantau.

Hukum Hubble memiliki dua penjelasan, yaitu kita berada pada pusat

pengembangan galaksi (yang tidak mungkin sesuai dengan prinsip Kopernikus), atapun

alam semesta mengembang secara merata ke mana-mana. Pengembangan alam semesta

ini diprediksikan dari relativitas umum oleh Alexander Friedmann pada tahun 1922 dan

Georges Lemaître pada tahun 1927, sebelum Hubble melakukan analisi beserta

pengamatannya pada tahun 1929.

Teori ini mempersyaratkan bahwa hubungan v = HD berlaku sepanjang masa,

dengan D adalah jarak segerak, v adalah kecepatan mundur, dan v, H, D bervariasi seiring

dengan mengembangnya alam semesta (oleh karenanya kita menulis H0 untuk


menandakannya sebagai "konstanta" Hubble sekarang). Untuk jarak yang lebih kecil

daripada alam semesta teramati, geseran merah Hubble dapat dianggap sebagai geseran

Doppler yang sesuai dengan kecepatan mundur v. Namun, geseran merah ini bukan

geseran Doppler sejatinya, namun merupakan akibat dari pengembangan alam semesta

antara waktu cahaya tersebut dipancarkan dengan waktu cahaya tersebut dideteksi.

Bahwa alam semesta mengalami pengembangan metrik ditunjukkan oleh bukti

pengamatan langsung prisip kosmologis dan prinsip Kopernikus. Pergeseran merah yang

terpantau pada objek-objek yang jauh sangat isotropis dan homogen. Hal ini mendukung

prinsip kosmologis bahwa alam semesta tampaklah sama di keseluruhan arah pantauan.

Apabila pergeseran merah yang terpantau merupakan akibat dari suatu ledakan di titik

pusat yang jauh dari kita, maka pergeseran merahnya tidak akan sama di setiap arah

pantauan.

Pengukuran pada efek-efek radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis

terhadap dinamika sistem astrofisika yang jauh pada tahun 2000 membuktikan kebenaran

prinsip Kopernikus, yakni bahwa Bumi bukanlah posisi pusat alam semesta. Radiasi yang

berasal dari Ledakan Dahsyat ditunjukkan cukup hangat pada masa-masa awalnya di

seluruh alam semesta. Pendinginan yang merata pada latar belakang gelombang mikro

kosmis selama miliaran tahun hanya dapat dijelaskan apabila alam semesta mengalami

pengembangan metrik dan kita tidak berada dekat dengan pusat suatu ledakan.
Radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis

Semasa beberapa hari pertama alam semesta, alam semesta berada dalam keadaan

kesetimbangan termal, dengan foton secara berkesinambungan dipancarkan dan

kemudian diserap. Hal ini kemudian menghasilkan radiasi spektrum benda hitam.

Seiring dengan mengembangnya alam semesta, temperatur alam semesta menurun

sehingganya foton tidak lagi dapat diciptakan maupun dihancurkan. Temperatur ini masih

cukup tinggi bagi elektron dan inti untuk terus berpisah tanpa terikat satu sama lainnya.

Walau demikian, foton terus "dipantulkan" dari elektron-elektron bebas ini melalui suatu

proses yang disebut hamburan Thompson. Oleh karena hamburan yang terjadi berulang-

ulang, alam semesta pada masa-masa awalnya akan tampak buram oleh cahaya.

Ketika temperatur jatuh mencapai beberapa ribu Kelvin, elektron dan inti atom

mulai bergabung membentuk atom. Proses ini disebut sebagai rekombinasi. Karena foton

jarang dihamburkan dari atom netral, radiasi akan berhenti dipancarkan dari materi ketika

hampir semua elektron telah berekombinasi. Proses ini terjadi 379.000 tahun setelah

Ledakan Dahysat, dikenal sebagai zaman penghamburan terakhir. Foton-foton terakhir

inilah yang kita pantau pada radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis pada masa

sekarang.

Pola-pola fluktuasi radiasi latar ini merupakan gambaran langsung alam semesta

pada masa-masa awalnya. Energi foton yang berasal pada zaman penghamburan terakhir

akan mengalami pergeseran merah seiring dengan mengembangnya alam semesta.


Spektrum yang dipancarkan oleh foton ini akan sama dengan spektrum radiasi benda

hitam, namun dengan temperatur yang menurun. Hal ini mengakibatkan radiasi foton ini

bergeser ke daerah gelombang mikro. Radiasi ini diperkirakan terpantau di setiap titik

pantauan di alam semesta dan datang dari semua arah dengan intensitas radiasi yang

(hampir) sama.

Pada tahun 1964, Arno Penzias dan Robert Wilson secara tidak sengaja

menemukan radiasi latar belakang kosmis ketika mereka sedang melakukan pemantau

diagnostik menggunakan penerima gelombang mikro yang dimiliki oleh Laboratorium

Bell. Penemuan mereka memberikan konfirmasi yang substansial mengenai prediksi

radiasi latar bahwa radiasi ini bersifat isotropis dan konsisten dengan spektrum benda

hitam pada 3 K. Penzias dan Wilson kemudian dianugerahi penghargaan Nobel atas

penemuan mereka.

Pada tahun 1989, NASA meluncurkan satelit COBE (Cosmic Background

Explorer - Penjelajah latar belakang kosmis). Hasil penemuan awal satelit ini yang dirilis

pada tahun 1990 konsisten dengan prediksi Ledakan Dahsyat.

COBE menemukan pula temperatur sisa alam semesta sebesar 2,726 K dan pada

tahun 1992 untuk pertama kalinya mendeteksi fluktuasi (anisotropi) pada radiasi latar

belakang gelombang mikro dengan tingkatan sebesar satu per 105. John C. Mather dan

George Smoot dianugerahi Nobel atas kepemimpinan mereka dalam proyek ini.

Anisotropi latar belakang gelombang mikro kosmis diinvestigasi lebih lanjut oleh
sejumlah besar eksperimen yang dilakukan di darat maupun menggunakan balon. Pada

tahun 2000-2001, beberapa eksperimen, utamanya BOOMERanG, menemukan bahwa

alam semesta hampir secara spasial rata dengan mengukur ukuran sudut anisotropi. (Lihat

bentuk alam semesta.)

Pada awal tahun 2003, hasil penemuan pertama WMAP (Wilkinson Microwave

Anisotropy Probe) dirilis, menghasilkan nilai terakurat beberapa parameter-parameter

kosmologis. Wahana antariksa ini juga membantah beberapa model inflasi kosmis,

namun masih konsisten dengan teori inflasi secara umumnya. WMAP juga

mengonfirmasi bahwa selautan neutrino kosmis merembes di keseluruhan alam semesta.

Ini merupakan bukti yang jelas bahwa bintang-bintang pertama memerlukan lebih dari

setengah miliar tahun untuk menciptakan kabut kosmis.

Kelimpahan unsur-unsur primordial

Menggunakan model Ledakan Dahsyat, kita dapat memperkirakan konsentrasi

helium-4, helium-3, deuterium dan litium-7 yang ada di seluruh alam semesta berbanding

dengan jumlah hidrogen biasa. Kelimpahan kesemuaan unsur ini bergantung pada satu

parameter, yakni rasio foton terhadap barion, yang nilainya dapat dihitung secara

independen dari detail struktur fluktuasi latar belakang gelombang mikro kosmis. Rasio

yang diprediksikan (rasio massa) adalah sekitar 0,25 untuk 4He/H, sekitar 10−3 untuk
2
H/H, sekitar 10−4 untuk 3He/H dan sekitar 10−9 untuk 7Li/H.
Hasil prediksi ini sesuai dengan hasil pengukuran, paling tidak untuk kelimpahan

yang diprediksikan dari nilai tunggal rasio barion terhadap foton. Kesesuaian ini cukup

baik untuk deuterium, namun terdapat diskrepansi yang kecil untuk 4He dan 7Li. Dalam

kasus helium dan litium, terdapat ketidakpastian sistematis yang cukup besar. Walau

demikian, konsistensi prediksi ini secara umumnya memberikan bukti yang kuat akan

terjadinya Ledakan Dahsyat.

Evolusi dan distribusi galaksi

Pengamatan mendetail terhadap morfologi dan distribusi galaksi beserta kuasar

memberikan bukti yang kuat akan terjadinya Ledakan Dahsyat. Perpaduan antara

pengamatan dengan teori menunjukkan bahwa galaksi-galaksi beserta kuasar-kuasar

pertama terbentuk sekitar satu miliar tahun setelah Ledakan Dahysyat. Sejak itu pula,

berbagai struktur astronomi lainnya yang lebih besar seperti gugusan galaksi mulai

terbentuk. Populasi bintang-bintang terus berevolusi dan menua, sehingga galaksi jauh

(yang pemantaunnya menunjukkan keadaan galaksi tersebut pada masa awal alam

semesta) tampak sangat berbeda dari galaksi dekat. Selain itu, galaksi-galaksi yang baru

saja terbentuk tampak sangat berbeda dengan galaksi-galaksi yang terbentuk sesaat

setelah Ledakan Dahsyat. Pengamatan ini membantah model keadaan tetap. Pengamatan

pada pembentukan bintang, distribusi kuasar dan gaklasi, sesuai dengan simulasi

pembentukan alam semesta yang diakibatkan oleh Ledakan Dahysat.


Bukti-bukti lainnya

Setelah melalui beberapa perdebatan, umur alam semesta yang diperkirakan dari

pengembangan Hubble dan radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis telah

menunjukkan kecocokan yang sama (sedikit lebih tua) dengan usia bintang-bintang tertua

alam semesta.

Prediksi bahwa temperatur radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis lebih

tinggi pada masa lalunya telah didukung secara eksperimental dengan mengamati garis-

garis emisi kabut gas yang sensitif terhadap temperatur pada pergeseran merah yang

tinggi. Prediksi ini juga menyiratkan bahwa amplitudo dari efek Sunyaev–Zel'dovich

dalam gugusan galaksi tidak tergantung secara langsung pada geseran merah.

Ciri, persoalan, dan masalah

Walaupun sekarang ini teori Ledakan Dahsyat mendapatkan dukungan yang luas

dari para ilmuwan, dalam sejarahnya, berbagai persaoalan dan masalah pada teori ini

pernah memicu kontroversi ilmiah mengenai model mana yang paling baik dalam

menjelaskan pengamatan kosmologis yang ada. Banyak dari persoalan dan masalah teori

Ledakan Dahsyat telah mendapatkan solusinya, baik melalui modifikasi pada teori itu

sendiri maupun melalui pengamatan lebih lanjut yang lebih baik.

Gagasan-gagasan inti Ledakan Dahsyat yang terdiri dari pengembangan alam

semesta, keadaan awal alam semesta yang panas, pembentukan helium, dan pembentukan

galaksi, diturunkan dari banyak pengamatan yang tak tergantung pada model kosmologis
mana pun. Walau bagaimanapun, model cermat Ledakan Dahsyat memprediksikan

berbagai feomena fisika yang tak pernah terpantau di Bumi maupun terdapat pada Model

Standar fisika partikel. Utamanya, materi gelap merupakan topik investigasi ilmiah yang

mendapatkan perhatian yang luas. Persoalan lainnya seperti masalah halo taring dan

masalah galaksi katai dari materi gelap dingin tidak sefatal penjelasan materi gelap

karena penyelesaian atas masalah tersebut telah ada dan hanya memerlukan perbaikan

lebih lanjut pada teori Ledakan Dahsyat. Energi gelap juga merupakan topik investigasi

yang menarik perhatian ilmuwan, namun tidaklah jelas apakah pendeteksian langsung

energi gelap dimungkinkan atau tidak.

Di sisi lain, inflasi kosmos dan bariogenesis masih sangat spekulatif. Keduanya

sangat penting dalam menjelaskan keadaan awal alam semesta, namun tidak dapat

digantikan dengan penjelasan alternatif lainnya tanpa mengubah teori Ledakan Dahsyat

secara keseluruhan. Pencarian akan penjelasan yang tepat atas fenomena-fenomena

tersebut menjawab pada masalah yang belum terpecahkan dalam fisika.

Masalah horizon

Masalah horizon mencuat diakibatkan oleh premis bahwa informasi tidak dapat

bergerak melebihi kecepatan cahaya. Dengan usia alam semesta yang terbatas, akan

terdapat horizon partikel yang memisahkan dua daerah dalam ruang alam semesta yang

tidak memiliki hubungan kontak sebab akibat. Isotropi radiasi latar yang terpantau

menimbulkan masalah, karena apabila alam semesta telah didominasi oleh radiasi

ataupun materi sepanjang waktunya di mulai dari masa penghamburan terakhir, horizon
partikel pada masa itu haruslah berkoresponden sekitar 2 derajat di langit, dan tidak akan

terdapat mekanisme apapun yang menyebabkan daerah lainnya yang dibatasi partikel

horizon untuk memiliki temperatur yang sama.

Penyelesaian atas inkonsistensi ini dijelaskan oleh teori inflasi, yakni medan

energi skalar yang isotropis dan homogen mendominasi alam semesta pada periode

waktu terawalnya (sebelum bariogenesis). Semasa inflasi, alam semesta mengalami

pengembangan eksponensial dan horizon partikel berkembang lebih cepat daripada yang

kita asumsikan sebelumnya, sehingga daerah yang sekarang ini berada berseberangan

dengan alam semesta teramati akan melangkaui partikel horizon satu sama lainnya .

Isotropi radiasi latar yang terpantau kemudian akan menunjukkan bahwa daerah yang

lebih luas ini pernah berada dalam hubungan kontak sebab akibat sebelum terjadinya

inflasi.

Prinsip ketidakpastian Heisenberg memprediksikan bahwa semasa fase inflasi,

akan terdapat fluktuasi termal kuantum. Fluktuasi ini berperan sebagai cikal bakal

keseluruhan struktur alam semesta. Teori inflasi memprediksikan bahwa fluktuasi ini

bersifat invariansi skala dan berdistribusi normal, sebagaimana yang dikonfirmasikan

oleh pengukuran radiasi latar.

Masalah kerataan alam semesta

Masalah kerataan alam semesta adalah masalah pengamatan yang diasosiasikan

dengan metrik Friedmann–Lemaître–Robertson–Walker. Alam semesta bisa saja


memiliki kelengkungan spasial yang positif, negatif, maupun nol tergantung pada rapatan

energinya. Kelengkungan alam semesta negatif apabila rapatan energinya lebih kecil

daripada rapatan kritisnya, positif apabila lebih besar darinya, dan nol (rata) apabila sama

besar dengannya. Permasalahnnya adalah bahwa rapatan energi alam semesta terus

meningkat dan menjauhi nilai rapatan kritis walaupun alam semesta tetap hampir rata.

Fakta bahwa alam semesta belum mencapai Kematian Kalor maupun Remukan Besar

setelah miliaran tahun memerlukan penjelasan yang memadai, karena beberapa menit

setelah Ledakan Dahsyat, massa jenis alam semesta haruslah di bawah satu per 1014 dari

nilai kritisnya untuk tetap ada sampai sekarang.

Penyelesaian masalah ini diselesaikan oleh teori inflasi. Semasa inflasi, ruang

waktu mengembang sedemikiannya kelengkungannya dimuluskan. Sehingganya,

diteorikan bahwa inflasi ini mendorong alam semesta untuk tetap hampir rata dengan

rapatan alam semesta yang hampir sama dengan nilai rapatan kritisnya.

Monopol magnetic

Persoalan monopol magnetik dicetuskan pada akhir tahun 1970-an. Teori

manunggal akbar memprediksikan kecacatan topologi ruang yang akan bermanifestasi

menjadi magnetik monopol. Benda ini akan dihasilkan secara efisien pada awal alam

semesta yang panas, menghasilkan kerapatan yang lebih tinggi daripada yang konsisten

dengan pemantauan. Masalah ini diselesaikan pula oleh inflasi kosmos, yang

menghilangkan semua titik-titik cacat dari alam semesta teramati sebagaimana ia

mendorong geometri alam semesta menjadi rata.


Resolusi alternatif terhadap masalah horizon, kerataan, dan monopol magnetik

diberikan pula oleh hipotesis kelengkungan Weyl.

Asimetri barion

Sampai sekarang masih belum dimengerti mengapa alam semesti memiliki jumlah

materi yang lebih banyak daripada antimateri. Umumnya diasumsikan bahwa ketika alam

semesta masih berusia muda dan sangat panas, ia berada dalam kondisi kesetimbangan

dan mengandung sejumlah barion dan antibarion yang sama besarnya. Namun, hasil

pengamatan menyiratkan bahwa alam semesta, termasuk pula yang berada di tempat

terjauh, hampir semuanya terdiri dari materi. Proses misterius yang dikenal sebagai

"bariogenesis" menciptakan asimetri ini. Agar bariogenesis dapat terjadi, syarat-syarat

kondisi Sakharov harus dipenuhi. Kondisi ini mempersyaratkan bahwa jumlah barion

tidak kekal, simetri-C dan simetri-CP dilanggar, serta alam semesta menyimpang dari

kesetimbangan termodinamika. Semua kondisi ini terjadi dalam Model Standar, namun

efeknya tidaklah cukup kuat untuk menjelaskan asimetri barion.

Usia gugusan globular

Pada pertengahan tahun 1990-an, pengamatan pada gugusan-gugusan globular

menunjukkan hasil yang tampaknya tidak konsisten dengan Ledakan Dahsyat. Simulasi

komputer yang cocok dengan pemantauan pada populasi gugusan globular bintang

menunjukkan bahwa usia gugusan-gugusan ini sekitar 15 miliar tahun. Hal ini

berkontradiksi dengan usia alam semesta yang berusia 13,7 miltar tahun. Persoalan ini

umumnya diselesaikan pada akhir tahun 1990-an dengan simulasi komputer yang baru
yang melibatkan efek pelepasan massa yang diakibatkan oleh angin bintang. Simulasi

baru ini menunjukkan usia gugusan globular yang lebih muda. Walau demikian, masih

terdapat pertanyaan yang meragukan seberapa akurat usia gugusan ini diukur. Tetapi

yang jelas ada bahwa objek luar angkasa ini merupakan salah satu yang tertua di alam

semesta.

Materi gelap

Semasa tahun 1970-an dan 1980-an, berbagai pengamatan menunjukkan bahwa

adanya ketidakcukupan materi terpantau dalam alam semesta yang dapat digunakan

untuk menjelaskan kekuatan gaya gravitasi antar dan intra galaksi. Hal ini kemudian

memunculkan gagasan bahwa 90% materi alam semesta berupa materi gelap yang tidak

memancarkan cahaya maupun berinteraksi dengan materi barion. Selain itu, asumsi

bahwa alam semesta terdiri dari materi normal akan menghasilkan prediksi yang

inkonsisten dengan hasil pengmatan. Khususnya, alam semesta sekarang ini tampak lebih

berbongkah-bongkah dan mengandung lebih sedikit deuterium. Hal ini tidak dapat

dijelaskan tanpa keberadaa materi gelap. Manakala pada awalnya materi gelap ini cukup

kontroversial, keberadaannya telah terindikasikan dalam berbagai pengamatan, meliputi

anisotropi pada radiasi latar belakang gelombang mikro, dispersi kecepatan gugusan

galaksi, kajian pada pelensaan gravitasi, dan pengukuran sinar-X pada gugusan galaksi.

Bukti keberadaan materi gelap kebanyakan berasal dari pengaruh gravitasi materi

ini terhadap materi lain. Sampai saat ini, belum ada partikel materi gelap yang telah

terpantau di laboratorium.
Energi gelap

Pengukuran pada hubungan geseran merah dengan magnitudo semu dari

supernova tipe Ia mengindikasikan bahwa pengembangan alam semesta telah

berakselerasi sejak alam semesta berusia setengah kali lebih muda dari sekarang. Untuk

menjelaskan akselerasi ini, relativitas umum mempersyaratkan bahwa kebanyakan energi

dalam alam semesta terdiri dari sebuah komponen yang bertekanan negatif, atau

diistilahkan "energi gelap". Energi gelap diindikasikan oleh sederetan bukti.

Pengukuran pada latar belakang gelombang mikro kosmis mengindikasikan bahwa

alam semesta hampir secara spasial rata, sehingganya menurut relativitas umum, alam

semesta haruslah memiliki energi/massa yang hampir sama dengan rapatan kritisnya.

Namun, rapatan alam semesta yang dihitung dari penggugusan gravitasional

menunjukkan bahwa ia hanya sekitar 30% dari rapatan kritisnya. Oleh karena energi

gelap tidak menggugus seperti energi lainnya, energi gelap dapat menjelaskan rapatan

energi yang "hilang" itu.

Tekanan negatif merupakan salah satu ciri/sifat dari energi vakum. Namun sifat

persis energi gelap masih misterius. Hasil ekperimen dari WMAP pada tahun 2008 yang

menggabungkan data dari radiasi latar belakang dan sumber data lainnya menunjukkan

bahwa rapatan massa/energi alam semesta utamanya terdiri dari 73% energi gelap, 23%

materi gelap, 4,6% materi biasa, dan kurang dari 1%-nya neutrino.
Rapatan energi dalam materi menurun seiring dengan mengembangnya alam

semesta, tetapi rapatan energi gelap tetap (hampir) konstan. Oleh karenanya, materi

mendominasi keseluruhan energi total alam semesta pada masa lalunya. Persentase ini

akan menurun pada masa depan seiring dengan semakin dominannya energi gelap.

Masa depan menurut teori Ledakan Dahsyat

Sebelum diindikasikannya energi gelap, para kosmologis umumnya mengajukan

dua skenario masa depan alam semesta. Jika rapatan massa alam semesta lebih besar

daripada rapatan kritisnya, maka alam semesta akan mencapai ukuran maksimum dan

kemudian mulai runtuh. Alam semesta kemudian menjadi lebih padat dan lebih panas

kembali, dan pada akhirnya akan mencapai Remukan Besar.

Sebaliknya, apabila rapatan alam semesta sama atau lebih kecil daripada rapatan

kritisnya, pengembangan alam semesta akan melambat namun tidak akan pernah

berhenti. Pembentukan bintang-bintang kemudian akan berhenti karena semua gas antar

bintang di setiap galaksi telah habis dikonsumsi; bintang-bintang yang ada kemudian

akan terus menjalani pembakaran nuklir menjadi katai putih, bintang neutron, dan lubang

hitam. Dengan sangat perlahan, tumbukan antara katai putih, bintang neutron, dan lubang

hitam akan mengakibatkan pembentukan lubang hitam yang lebih besar. Temperatur rata-

rata alam semesta akan secara asimtotis mencapai nol mutlak (Pembekuan Besar).

Selain itu, apabila proton tidak stabil, maka materi-materi barion akan menghilang

dan menyisakan hanya radiasi beserta lubang hitam. Pada akhirnya pula, lubang-lubang
hitam yang terbentuk akan menguap dengan memancarkan radiasi Hawking. Entropi

alam semesta akan meningkat sampai dengan taraf tiada lagi bentuk energi lain bisa

didapatkan dari entropi tersebut. Keadaan ini disebut sebagai kematian kalor alam

semesta.

Pengamatan modern menunjukkan bahwa pengembangan alam semesta terus

berakselerasi, ini berarti bahwa semakin banyak bagian alam semesta teramati sekarang

akan terus melewati horizon peristiwa kita dan tidak akan pernah berkontak dengan kita

lagi. Akibat akhir dari pengembangan yang terus meningkat ini tidak diketahui.

Model ΛCDM alam semesta mengandung energi gelap dalam bentuk konstanta

kosmologi. Teori ini mensugestikan bahwa hanya sistem yang terikat secara gravitasional

saja, misalnya galaksi, yang akan terus terikat bersama. Namun, galaksi-galaksi inipun

akan mencapai kematian kalor seiring dengan mengembang dan mendinginnya alam

semesta.

Penjelasan alternatif lainnya yang disebut teori energi fantom mensugestikan

bahwa pada akhirnya gugusan-gugusan galaksi, bintang, planet, atom, inti atom, dan

materi akan terkoyak oleh pengembangan yang terus meningkat, dan keadaan ini disebut

sebagai Koyakan Besar.


TATA SURYA
Tata Surya adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah bintang yang

disebut Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya. Objek-objek

tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah diketahui dengan orbit berbentuk elips,

lima planet kerdil/katai, 173 satelit alami yang telah diidentifikasi, dan jutaan benda

langit (meteor, asteroid, komet) lainnya.

Berdasarkan jaraknya dari Matahari, kedelapan planet Tata Surya ialah:

1. Merkurius (57,9 juta km)


2. Venus (108 juta km)
3. Bumi (150 juta km)
4. Mars (228 juta km)
5. Yupiter (779 juta km)
6. Saturnus (1.430 juta km)
7. Uranus (2.880 juta km)
8. Neptunus (4.500 juta km).

Sejak pertengahan 2008, ada lima objek angkasa yang diklasifikasikan sebagai planet

kerdil. Orbit planet-planet kerdil, kecuali Ceres, berada lebih jauh dari Neptunus. Kelima

planet kerdil tersebut ialah Ceres (415 juta km. di sabuk asteroid; dulunya

diklasifikasikan sebagai planet kelima), Pluto (5.906 juta km.; dulunya diklasifikasikan

sebagai planet kesembilan), Haumea (6.450 juta km), Makemake (6.850 juta km), dan

Eris (10.100 juta km).


Sejarah penemuan

Lima planet terdekat ke Matahari selain Bumi (Merkurius, Venus, Mars, Yupiter

dan Saturnus) telah dikenal sejak zaman dahulu karena mereka semua bisa dilihat dengan

mata telanjang. Banyak bangsa di dunia ini memiliki nama sendiri untuk masing-masing

planet.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengamatan pada lima abad lalu

membawa manusia untuk memahami benda-benda langit terbebas dari selubung mitologi.

Galileo Galilei (1564-1642) dengan teleskop refraktornya mampu menjadikan mata

manusia "lebih tajam" dalam mengamati benda langit yang tidak bisa diamati melalui

mata telanjang.

Karena teleskop Galileo bisa mengamati lebih tajam, ia bisa melihat berbagai

perubahan bentuk penampakan Venus, seperti Venus Sabit atau Venus Purnama sebagai

akibat perubahan posisi Venus terhadap Matahari. Penalaran Venus mengitari Matahari

makin memperkuat teori heliosentris, yaitu bahwa Matahari adalah pusat alam semesta,

bukan Bumi, yang sebelumnya digagas oleh Nicolaus Copernicus (1473-1543). Susunan

heliosentris adalah Matahari dikelilingi oleh Merkurius hingga Saturnus.

Teleskop Galileo terus disempurnakan oleh ilmuwan lain seperti Christian

Huygens (1629-1695) yang menemukan Titan, satelit Saturnus, yang berada hampir 2

kali jarak orbit Bumi-Yupiter.


Perkembangan teleskop juga diimbangi pula dengan perkembangan perhitungan

gerak benda-benda langit dan hubungan satu dengan yang lain melalui Johannes Kepler

(1571-1630) dengan Hukum Kepler. Dan puncaknya, Sir Isaac Newton (1642-1727)

dengan hukum gravitasi. Dengan dua teori perhitungan inilah yang memungkinkan

pencarian dan perhitungan benda-benda langit selanjutnya

Pada 1781, William Herschel (1738-1822) menemukan Uranus. Perhitungan

cermat orbit Uranus menyimpulkan bahwa planet ini ada yang mengganggu. Neptunus

ditemukan pada Agustus 1846. Penemuan Neptunus ternyata tidak cukup menjelaskan

gangguan orbit Uranus. Pluto kemudian ditemukan pada 1930.

Pada saat Pluto ditemukan, ia hanya diketahui sebagai satu-satunya objek angkasa

yang berada setelah Neptunus. Kemudian pada 1978, Charon, satelit yang mengelilingi

Pluto ditemukan, sebelumnya sempat dikira sebagai planet yang sebenarnya karena

ukurannya tidak berbeda jauh dengan Pluto.

Para astronom kemudian menemukan sekitar 1.000 objek kecil lainnya yang

letaknya melampaui Neptunus (disebut objek trans-Neptunus), yang juga mengelilingi

Matahari. Di sana mungkin ada sekitar 100.000 objek serupa yang dikenal sebagai Objek

Sabuk Kuiper (Sabuk Kuiper adalah bagian dari objek-objek trans-Neptunus). Belasan

benda langit termasuk dalam Objek Sabuk Kuiper di antaranya Quaoar (1.250 km pada

Juni 2002), Huya (750 km pada Maret 2000), Sedna (1.800 km pada Maret 2004), Orcus,

Vesta, Pallas, Hygiea, Varuna, dan 2003 EL61 (1.500 km pada Mei 2004).
Penemuan 2003 EL61 cukup menghebohkan karena Objek Sabuk Kuiper ini

diketahui juga memiliki satelit pada Januari 2005 meskipun berukuran lebih kecil dari

Pluto. Dan puncaknya adalah penemuan UB 313 (2.700 km pada Oktober 2003) yang

diberi nama oleh penemunya Xena. Selain lebih besar dari Pluto, objek ini juga memiliki

satelit.

Struktur

Komponen utama sistem Tata Surya adalah matahari, sebuah bintang deret utama

kelas G2 yang mengandung 99,86 persen massa dari sistem dan mendominasi seluruh

dengan gaya gravitasinya. Yupiter dan Saturnus, dua komponen terbesar yang mengedari

Matahari, mencakup kira-kira 90 persen massa selebihnya.

Hampir semua objek-objek besar yang mengorbit Matahari terletak pada bidang

edaran bumi, yang umumnya dinamai ekliptika. Semua planet

terletak sangat dekat pada ekliptika, sementara komet dan objek-

objek sabuk Kuiper biasanya memiliki beda sudut yang sangat

besar dibandingkan ekliptika.

Planet-planet dan objek-objek Tata Surya juga mengorbit


Perbanding relatif massa planet.
mengelilingi Matahari berlawanan dengan arah jarum jam jika Yupiter adalah 71% dari total dan
Saturnus 21%. Merkurius dan Mars,
yang total bersama hanya kurang dari
dilihat dari atas kutub utara Matahari, terkecuali Komet Halley. 0.1% tidak nampak dalam diagram di
atas.

Hukum Gerakan Planet Kepler menjabarkan bahwa orbit dari objek-objek Tata

Surya sekeliling Matahari bergerak mengikuti bentuk elips dengan Matahari sebagai
salah satu titik fokusnya. Objek yang berjarak lebih dekat dari Matahari (sumbu semi-

mayor-nya lebih kecil) memiliki tahun waktu yang lebih pendek. Pada orbit elips, jarak

antara objek dengan Matahari bervariasi sepanjang tahun. Jarak terdekat antara objek

dengan Matahari dinamai perihelion, sedangkan jarak terjauh dari Matahari dinamai

aphelion. Semua objek Tata Surya bergerak tercepat di titik perihelion dan terlambat di

titik aphelion. Orbit planet-planet bisa dibilang hampir berbentuk lingkaran, sedangkan

komet, asteroid dan objek sabuk Kuiper kebanyakan orbitnya berbentuk elips.

Untuk mempermudah representasi, kebanyakan diagram Tata Surya menunjukan

jarak antara orbit yang sama antara satu dengan lainnya. Pada kenyataannya, dengan

beberapa perkecualian, semakin jauh letak sebuah planet atau sabuk dari Matahari,

semakin besar jarak antara objek itu dengan jalur edaran orbit sebelumnya. Sebagai

contoh, Venus terletak sekitar sekitar 0,33 satuan astronomi (SA) lebih dari Merkurius,

sedangkan Saturnus adalah 4,3 SA dari Yupiter, dan Neptunus terletak 10,5 SA dari

Uranus. Beberapa upaya telah dicoba untuk menentukan korelasi jarak antar orbit ini

(hukum Titus-Bode), tetapi sejauh ini tidak satu teori pun telah diterima.

Hampir semua planet-planet di Tata Surya juga memiliki sistem sekunder.

Kebanyakan adalah benda pengorbit alami yang disebut satelit. Beberapa benda ini

memiliki ukuran lebih besar dari planet. Hampir semua satelit alami yang paling besar

terletak di orbit sinkron, dengan satu sisi satelit berpaling ke arah planet induknya secara

permanen. Empat planet terbesar juga memliki cincin yang berisi partikel-partikel kecil

yang mengorbit secara serempak.


Terminologi

Secara informal, Tata Surya dapat dibagi menjadi tiga daerah. Tata Surya bagian

dalam mencakup empat planet kebumian dan sabuk asteroid utama. Pada daerah yang

lebih jauh, Tata Surya bagian luar, terdapat empat gas planet raksasa. Sejak

ditemukannya Sabuk Kuiper, bagian terluar Tata Surya dianggap wilayah berbeda

tersendiri yang meliputi semua objek melampaui Neptunus.

Secara dinamis dan fisik, objek yang mengorbit matahari dapat diklasifikasikan

dalam tiga golongan: planet, planet kerdil, dan benda kecil Tata Surya. Planet adalah

sebuah badan yang mengedari Matahari dan mempunyai massa cukup besar untuk

membentuk bulatan diri dan telah membersihkan orbitnya dengan menginkorporasikan

semua objek-objek kecil di sekitarnya. Dengan definisi ini, Tata Surya memiliki delapan

planet: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, dan Neptunus. Pluto telah

dilepaskan status planetnya karena tidak dapat membersihkan orbitnya dari objek-objek

Sabuk Kuiper.

Planet kerdil adalah benda angkasa bukan satelit yang mengelilingi Matahari,

mempunyai massa yang cukup untuk bisa membentuk bulatan diri tetapi belum dapat

membersihkan daerah sekitarnya. Menurut definisi ini, Tata Surya memiliki lima buah

planet kerdil: Ceres, Pluto, Haumea, Makemake, dan Eris. Objek lain yang mungkin akan

diklasifikasikan sebagai planet kerdil adalah: Sedna, Orcus, dan Quaoar. Planet kerdil

yang memiliki orbit di daerah trans-Neptunus biasanya disebut "plutoid". Sisa objek-

objek lain berikutnya yang mengitari Matahari adalah benda kecil Tata Surya.
Ilmuwan ahli planet menggunakan istilah gas, es, dan batu untuk mendeskripsi

kelas zat yang terdapat di dalam Tata Surya. Batu digunakan untuk menamai bahan

bertitik lebur tinggi (lebih besar dari 500 K), sebagai contoh silikat. Bahan batuan ini

sangat umum terdapat di Tata Surya bagian dalam, merupakan komponen pembentuk

utama hampir semua planet kebumian dan asteroid. Gas adalah bahan-bahan bertitik

lebur rendah seperti atom hidrogen, helium, dan gas mulia, bahan-bahan ini mendominasi

wilayah tengah Tata Surya, yang didominasi oleh Yupiter dan Saturnus. Sedangkan es,

seperti air, metana, amonia dan karbon dioksida, memiliki titik lebur sekitar ratusan

derajat kelvin. Bahan ini merupakan komponen utama dari sebagian besar satelit planet

raksasa. Ia juga merupakan komponen utama Uranus dan Neptunus (yang sering disebut

"es raksasa"), serta berbagai benda kecil yang terletak di dekat orbit Neptunus.

Istilah volatiles mencakup semua bahan bertitik didih rendah (kurang dari ratusan

kelvin), yang termasuk gas dan es; tergantung pada suhunya, 'volatiles' dapat ditemukan

sebagai es, cairan, atau gas di berbagai bagian Tata Surya.

Zona planet

Di zona planet dalam, Matahari adalah pusat Tata Surya dan letaknya paling dekat

dengan planet Merkurius (jarak dari Matahari 57,9 × 106 km, atau 0,39 SA), Venus

(108,2 × 106 km, 0,72 SA), Bumi (149,6 × 106 km, 1 SA) dan Mars (227,9 × 106 km,

1,52 SA). Ukuran diameternya antara 4.878 km dan 12.756 km, dengan massa jenis

antara 3,95 g/cm3 dan 5,52 g/cm3.


Antara Mars dan Yupiter terdapat daerah

yang disebut sabuk asteroid, kumpulan

batuan metal dan mineral. Kebanyakan

asteroid-asteroid ini hanya berdiameter

Zona Tata Surya yang meliputi, planet bagian beberapa kilometer (lihat: Daftar asteroid),
dalam, sabuk asteroid, planet bagian luar, dan
sabuk Kuiper. dan beberapa memiliki diameter 100 km atau

lebih. Ceres, bagian dari kumpulan asteroid ini, berukuran sekitar 960 km dan

dikategorikan sebagai planet kerdil. Orbit asteroid-asteroid ini sangat eliptis, bahkan

beberapa menyimpangi Merkurius (Icarus) dan Uranus (Chiron).

Pada zona planet luar, terdapat planet gas raksasa Yupiter (778,3 × 106 km,

5,2 SA), Uranus (2,875 × 109 km, 19,2 SA) dan Neptunus (4,504 × 109 km, 30,1 SA)

dengan massa jenis antara 0,7 g/cm3 dan 1,66 g/cm3.

Jarak rata-rata antara planet-planet dengan Matahari bisa diperkirakan dengan

menggunakan baris matematis Titus-Bode. Regularitas jarak antara jalur edaran orbit-

orbit ini kemungkinan merupakan efek resonansi sisa dari awal terbentuknya Tata Surya.

Anehnya, planet Neptunus tidak muncul di baris matematis Titus-Bode, yang membuat

para pengamat berspekulasi bahwa Neptunus merupakan hasil tabrakan kosmis.

Matahari

Matahari adalah bintang induk Tata Surya dan merupakan komponen utama sistem

Tata Surya ini. Bintang ini berukuran 332.830 massa bumi. Massa yang besar ini
menyebabkan kepadatan inti yang cukup besar untuk bisa

mendukung kesinambungan fusi nuklir dan menyemburkan

sejumlah energi yang dahsyat. Kebanyakan energi ini

dipancarkan ke luar angkasa dalam bentuk radiasi

eletromagnetik, termasuk spektrum optik.

Matahari dikategorikan ke dalam bintang kerdil kuning (tipe G V) yang berukuran

tengahan, tetapi nama ini bisa menyebabkan kesalahpahaman, karena dibandingkan

dengan bintang-bintang yang ada di dalam galaksi Bima Sakti, Matahari termasuk cukup

besar dan cemerlang. Bintang diklasifikasikan dengan diagram Hertzsprung-Russell,

yaitu sebuah grafik yang menggambarkan hubungan nilai luminositas sebuah bintang

terhadap suhu permukaannya. Secara umum, bintang yang lebih panas akan lebih

cemerlang. Bintang-bintang yang mengikuti pola ini dikatakan terletak pada deret utama,

dan Matahari letaknya persis di tengah deret ini. Akan tetapi, bintang-bintang yang lebih

cemerlang dan lebih panas dari Matahari adalah langka, sedangkan bintang-bintang yang

lebih redup dan dingin adalah umum.

Dipercayai bahwa posisi Matahari pada deret utama secara umum merupakan

"puncak hidup" dari sebuah bintang, karena belum habisnya hidrogen yang tersimpan

untuk fusi nuklir. Saat ini Matahari tumbuh semakin cemerlang. Pada awal

kehidupannya, tingkat kecemerlangannya adalah sekitar 70 persen dari kecermelangan

sekarang.
Matahari secara metalisitas dikategorikan sebagai bintang "populasi I". Bintang

kategori ini terbentuk lebih akhir pada tingkat evolusi alam semesta, sehingga

mengandung lebih banyak unsur yang lebih berat daripada hidrogen dan helium ("metal"

dalam sebutan astronomi) dibandingkan dengan bintang "populasi II". Unsur-unsur yang

lebih berat daripada hidrogen dan helium terbentuk di dalam inti bintang purba yang

kemudian meledak. Bintang-bintang generasi pertama perlu punah terlebih dahulu

sebelum alam semesta dapat dipenuhi oleh unsur-unsur yang lebih berat ini.

Bintang-bintang tertua mengandung sangat sedikit metal, sedangkan bintang baru

mempunyai kandungan metal yang lebih tinggi. Tingkat metalitas yang tinggi ini

diperkirakan mempunyai pengaruh penting pada pembentukan sistem Tata Surya, karena

terbentuknya planet adalah hasil penggumpalan metal.

Medium antarplanet

Di samping cahaya, matahari juga secara berkesinambungan memancarkan

semburan partikel bermuatan (plasma) yang dikenal sebagai angin surya. Semburan

partikel ini menyebar keluar kira-kira pada kecepatan 1,5 juta kilometer per jam,

menciptakan atmosfer tipis (heliosfer) yang merambah Tata Surya paling tidak sejauh

100 SA (lihat juga heliopause). Kesemuanya ini disebut medium antarplanet.

Badai geomagnetis pada permukaan Matahari, seperti semburan Matahari (solar

flares) dan lontaran massa korona (coronal mass ejection) menyebabkan gangguan pada

heliosfer, menciptakan cuaca ruang angkasa. Struktur terbesar dari heliosfer dinamai
lembar aliran heliosfer (heliospheric current sheet), sebuah spiral yang terjadi karena

gerak rotasi magnetis Matahari terhadap medium antarplanet. Medan magnet bumi

mencegah atmosfer bumi berinteraksi dengan angin surya. Venus dan Mars yang tidak

memiliki medan magnet, atmosfernya habis terkikis ke luar angkasa.[21] Interaksi antara

angin surya dan medan magnet bumi menyebabkan terjadinya aurora, yang dapat dilihat

dekat kutub magnetik bumi.

Heliosfer juga berperan melindungi Tata Surya dari sinar kosmik yang berasal dari

luar Tata Surya. Medan magnet planet-planet menambah peran perlindungan selanjutnya.

Densitas sinar kosmik pada medium antarbintang dan kekuatan medan magnet Matahari

mengalami perubahan pada skala waktu yang sangat panjang, sehingga derajat radiasi

kosmis di dalam Tata Surya sendiri adalah bervariasi, meski tidak diketahui seberapa

besar.

Medium antarplanet juga merupakan tempat beradanya paling tidak dua daerah

mirip piringan yang berisi debu kosmis. Yang pertama, awan debu zodiak, terletak di

Tata Surya bagian dalam dan merupakan penyebab cahaya zodiak. Ini kemungkinan

terbentuk dari tabrakan dalam sabuk asteroid yang disebabkan oleh interaksi dengan

planet-planet. Daerah kedua membentang antara 10 SA sampai sekitar 40 SA, dan

mungkin disebabkan oleh tabrakan yang mirip tetapi tejadi di dalam Sabuk Kuiper.
Tata Surya bagian dalam

Merkurius
Merkurius (0,4 SA dari Matahari) adalah planet terdekat dari

Matahari serta juga terkecil (0,055 massa bumi). Merkurius tidak

memiliki satelit alami dan ciri geologisnya di samping kawah

meteorid yang diketahui adalah lobed ridges atau rupes,

kemungkinan terjadi karena pengerutan pada perioda awal sejarahnya. Atmosfer

Merkurius yang hampir bisa diabaikan terdiri dari atom-atom yang terlepas dari

permukaannya karena semburan angin surya. Besarnya inti besi dan tipisnya kerak

Merkurius masih belum bisa dapat diterangkan. Menurut dugaan hipotesa lapisan luar

planet ini terlepas setelah terjadi tabrakan raksasa, dan perkembangan ("akresi")

penuhnya terhambat oleh energi awal Matahari.

Venus
Venus (0,7 SA dari Matahari) berukuran mirip bumi (0,815 massa

bumi). Dan seperti bumi, planet ini memiliki selimut kulit silikat

yang tebal dan berinti besi, atmosfernya juga tebal dan memiliki

aktivitas geologi. Akan tetapi planet ini lebih kering dari bumi dan

atmosfernya sembilan kali lebih padat dari bumi. Venus tidak memiliki satelit. Venus

adalah planet terpanas dengan suhu permukaan mencapai 400 °C, kemungkinan besar

disebabkan jumlah gas rumah kaca yang terkandung di dalam atmosfer. Sejauh ini

aktivitas geologis Venus belum dideteksi, tetapi karena planet ini tidak memiliki medan
magnet yang bisa mencegah habisnya atmosfer, diduga sumber atmosfer Venus berasal

dari gunung berapi.

Bumi
Bumi (1 SA dari Matahari) adalah planet bagian dalam yang

terbesar dan terpadat, satu-satunya yang diketahui memiliki

aktivitas geologi dan satu-satunya planet yang diketahui memiliki

mahluk hidup.70% bagian bumi ditutup oleh air sedangkan

30%bumi dituupi oleh daratan.Hidrosfer-nya yang cair adalah khas di antara planet-

planet kebumian dan juga merupakan satu-satunya planet yang diamati memiliki lempeng

tektonik. Atmosfer bumi sangat berbeda dibandingkan planet-planet lainnya, karena

dipengaruhi oleh keberadaan mahluk hidup yang menghasilkan 21% oksigen. Bumi

memiliki satu satelit, bulan, satu-satunya satelit besar dari planet kebumian di dalam Tata

Surya.

Mars
Mars (1,5 SA dari Matahari) berukuran lebih kecil dari bumi dan

Venus (0,107 massa bumi). Planet ini memiliki atmosfer tipis yang

kandungan utamanya adalah karbon dioksida. Permukaan Mars

yang dipenuhi gunung berapi raksasa seperti Olympus Mons dan

lembah retakan seperti Valles marineris, menunjukan aktivitas geologis yang terus terjadi

sampai baru belakangan ini. Warna merahnya berasal dari warna karat tanahnya yang

kaya besi. Mars mempunyai dua satelit alami kecil (Deimos dan Phobos) yang diduga

merupakan asteroid yang terjebak gravitasi Mars.


Sabuk asteroid

Asteroid secara umum adalah objek Tata Surya yang terdiri dari batuan dan mineral

logam beku.

Sabuk asteroid utama terletak di antara orbit Mars dan

Yupiter, berjarak antara 2,3 dan 3,3 SA dari matahari,

diduga merupakan sisa dari bahan formasi Tata Surya

yang gagal menggumpal karena pengaruh gravitasi

Yupiter.

Gradasi ukuran asteroid adalah ratusan kilometer sampai mikroskopis. Semua asteroid,

kecuali Ceres yang terbesar, diklasifikasikan sebagai benda kecil Tata Surya. Beberapa

asteroid seperti Vesta dan Hygiea mungkin akan diklasifikasi sebagai planet kerdil jika

terbukti telah mencapai kesetimbangan hidrostatik.

Sabuk asteroid terdiri dari beribu-ribu, mungkin jutaan objek yang berdiameter satu

kilometer. Meskipun demikian, massa total dari sabuk utama ini tidaklah lebih dari

seperseribu massa bumi. Sabuk utama tidaklah rapat, kapal ruang angkasa secara rutin

menerobos daerah ini tanpa mengalami kecelakaan. Asteroid yang berdiameter antara 10

dan 10−4 m disebut meteorid.

Ceres

Ceres (2,77 SA) adalah benda terbesar di sabuk asteroid dan diklasifikasikan sebagai

planet kerdil. Diameternya adalah sedikit kurang dari 1000 km, cukup besar untuk
memiliki gravitasi sendiri untuk menggumpal membentuk

bundaran. Ceres dianggap sebagai planet ketika ditemukan pada

abad ke 19, tetapi di-reklasifikasi menjadi asteroid pada tahun

1850an setelah observasi lebih lanjut menemukan beberapa

asteroid lagi. Ceres direklasifikasi lanjut pada tahun 2006 sebagai planet kerdil.

Kelompok asteroid

Asteroid pada sabuk utama dibagi menjadi kelompok dan keluarga asteroid

bedasarkan sifat-sifat orbitnya. satelit asteroid adalah asteroid yang mengedari asteroid

yang lebih besar. Mereka tidak mudah dibedakan dari satelit-satelit planet, kadang kala

hampir sebesar pasangannya. Sabuk asteroid juga memiliki komet sabuk utama yang

mungkin merupakan sumber air bumi.

Asteroid-asteroid Trojan terletak di titik L4 atau L5 Yupiter (daerah gravitasi stabil

yang berada di depan dan belakang sebuah orbit planet), sebutan "trojan" sering

digunakan untuk objek-objek kecil pada Titik Langrange dari sebuah planet atau satelit.

Kelompok Asteroid Hilda terletak di orbit resonansi 2:3 dari Yupiter, yang artinya

kelompok ini mengedari Matahari tiga kali untuk setiak dua edaran Yupiter.

Bagian dalam Tata Surya juga dipenuhi oleh asteroid liar, yang banyak memotong

orbit-orbit planet planet bagian dalam.


Tata Surya bagian luar

Yupiter
Yupiter (5,2 SA), dengan 318 kali massa bumi, adalah 2,5 kali

massa dari gabungan seluruh planet lainnya. Kandungan utamanya

adalah hidrogen dan helium. Sumber panas di dalam Yupiter

menyebabkan timbulnya beberapa ciri semi-permanen pada

atmosfernya, sebagai contoh pita pita awan dan Bintik Merah Raksasa. Sejauh yang

diketahui Yupiter memiliki 63 satelit. Empat yang terbesar, Ganymede, Callisto, Io, dan

Europa menampakan kemiripan dengan planet kebumian, seperti gunung berapi dan inti

yang panas. Ganymede, yang merupakan satelit terbesar di Tata Surya, berukuran lebih

besar dari Merkurius.

Saturnus
Saturnus (9,5 SA) yang dikenal dengan sistem cincinnya,

memiliki beberapa kesamaan dengan Yupiter, sebagai contoh

komposisi atmosfernya. Meskipun Saturnus hanya sebesar 60%

volume Yupiter, planet ini hanya seberat kurang dari sepertiga

Yupiter atau 95 kali massa bumi, membuat planet ini sebuah planet yang paling tidak

padat di Tata Surya. Saturnus memiliki 60 satelit yang diketahui sejauh ini (dan 3 yang

belum dipastikan) dua di antaranya Titan dan Enceladus, menunjukan activitas geologis,

meski hampir terdiri hanya dari es saja. Titan berukuran lebih besar dari Merkurius dan

merupakan satu-satunya satelit di Tata Surya yang memiliki atmosfer yang cukup berarti.
Uranus

Uranus (19,6 SA) yang memiliki 14 kali massa bumi, adalah

planet yang paling ringan di antara planet-planet luar. Planet ini

memiliki kelainan ciri orbit. Uranus mengedari Matahari dengan

bujkuran poros 90 derajat pada ekliptika. Planet ini memiliki inti

yang sangat dingin dibandingkan gas raksasa lainnya dan hanya sedikit memancarkan

energi panas. Uranus memiliki 27 satelit yang diketahui, yang terbesar adalah Titania,

Oberon, Umbriel, Ariel dan Miranda.

Neptunus

Neptunus (30 SA) meskipun sedikit lebih kecil dari Uranus,

memiliki 17 kali massa bumi, sehingga membuatnya lebih

padat. Planet ini memancarkan panas dari dalam tetapi tidak

sebanyak Yupiter atau Saturnus. Neptunus memiliki 13 satelit

yang diketahui. Yang terbesar, Triton, geologinya aktif, dan memiliki geyser nitrogen

cair. Triton adalah satu-satunya satelit besar yang orbitnya terbalik arah (retrogade).

Neptunus juga didampingi beberapa planet minor pada orbitnya, yang disebut Trojan

Neptunus. Benda-benda ini memiliki resonansi 1:1 dengan Neptunus.

Komet

Komet adalah badan Tata Surya kecil, biasanya hanya berukuran beberapa

kilometer, dan terbuat dari es volatil. Badan-badan ini memiliki eksentrisitas orbit tinggi,

secara umum perihelion-nya terletak di planet-planet bagian dalam dan letak aphelion-
nya lebih jauh dari Pluto. Saat sebuah komet memasuki Tata Surya bagian dalam,

dekatnya jarak dari Matahari menyebabkan permukaan esnya bersumblimasi dan

berionisasi, yang menghasilkan koma, ekor gas dan debu panjang, yang sering dapat

dilihat dengan mata telanjang.

Komet berperioda pendek memiliki kelangsungan orbit kurang dari dua ratus

tahun. Sedangkan komet berperioda panjang memiliki orbit yang berlangsung ribuan

tahun. Komet berperioda pendek dipercaya berasal dari Sabuk Kuiper, sedangkan komet

berperioda panjang, seperti Hale-bopp, berasal dari Awan Oort. Banyak kelompok komet,

seperti Kreutz Sungrazers, terbentuk dari pecahan sebuah induk tunggal. Sebagian komet

berorbit hiperbolik mungking berasal dari luar Tata Surya, tetapi menentukan jalur

orbitnya secara pasti sangatlah sulit. Komet tua yang bahan volatilesnya telah habis

karena panas Matahari sering dikategorikan sebagai asteroid.

Centaur
Centaur adalah benda-benda es mirip komet yang poros semi-majornya lebih besar

dari Yupiter (5,5 SA) dan lebih kecil dari Neptunus (30 SA). Centaur terbesar yang

diketahui adalah, 10199 Chariklo, berdiameter 250 km. Centaur temuan pertama, 2060

Chiron, juga diklasifikasikan sebagai komet (95P) karena memiliki koma sama seperti

komet kalau mendekati Matahari. Beberapa astronom mengklasifikasikan Centaurs

sebagai objek sabuk Kuiper sebaran-ke-dalam (inward-scattered Kuiper belt objects),

seiring dengan sebaran keluar yang bertempat di piringan tersebar (outward-scattered

residents of the scattered disc).


Daerah trans-Neptunus

Daerah yang terletak jauh melampaui Neptunus, atau daerah trans-Neptunus,

sebagian besar belum dieksplorasi. Menurut dugaan daerah ini sebagian besar terdiri dari

dunia-dunia kecil (yang terbesar memiliki diameter seperlima bumi dan bermassa jauh

lebih kecil dari bulan) dan terutama mengandung batu dan es. Daerah ini juga dikenal

sebagai daerah luar Tata Surya, meskipun berbagai orang menggunakan istilah ini untuk

daerah yang terletak melebihi sabuk asteroid.

Sabuk Kuiper

Sabuk Kuiper adalah sebuah cincin raksasa mirip dengan sabuk asteroid, tetapi

komposisi utamanya adalah es. Sabuk ini terletak antara 30 dan 50 SA, dan terdiri dari

benda kecil Tata Surya. Meski demikian, beberapa objek Kuiper yang terbesar, seperti

Quaoar, Varuna, dan Orcus, mungkin akan diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Para

ilmuwan memperkirakan terdapat sekitar 100.000 objek Sabuk Kuiper yang berdiameter

lebih dari 50 km, tetapi diperkirakan massa total Sabuk Kuiper hanya sepersepuluh massa

bumi. Banyak objek Kuiper memiliki satelit ganda dan kebanyakan memiliki orbit di luar

bidang eliptika.

Sabuk Kuiper secara kasar bisa dibagi menjadi "sabuk klasik" dan resonansi.

Resonansi adalah orbit yang terkait pada Neptunus (contoh: dua orbit untuk setiap tiga

orbit Neptunus atau satu untuk setiap dua). Resonansi yang pertama bermula pada

Neptunus sendiri. Sabuk klasik terdiri dari objek yang tidak memiliki resonansi dengan

Neptunus, dan terletak sekitar 39,4 SA sampai 47,7 SA. Anggota dari sabuk klasik
diklasifikasikan sebagai cubewanos, setelah anggota jenis pertamanya ditemukan (15760)

1992QB1

Pluto dan Charon

Pluto (rata-rata 39 SA), sebuah planet kerdil, adalah objek terbesar sejauh ini di

Sabuk Kuiper. Ketika ditemukan pada tahun 1930, benda ini dianggap sebagai planet

yang kesembilan, definisi ini diganti pada tahun 2006 dengan diangkatnya definisi formal

planet. Pluto memiliki kemiringan orbit cukup eksentrik (17 derajat dari bidang ekliptika)

dan berjarak 29,7 SA dari Matahari pada titik prihelion (sejarak orbit Neptunus) sampai

49,5 SA pada titik aphelion.

Tidak jelas apakah Charon, satelit Pluto yang terbesar, akan terus diklasifikasikan

sebagai satelit atau menjadi sebuah planet kerdil juga. Pluto dan Charon, keduanya

mengedari titik barycenter gravitasi di atas permukaannya, yang membuat Pluto-Charon

sebuah sistem ganda. Dua satelit yang jauh lebih kecil Nix dan Hydra juga mengedari

Pluto dan Charon. Pluto terletak pada sabuk resonan dan memiliki 3:2 resonansi dengan

Neptunus, yang berarti Pluto mengedari Matahari dua kali untuk setiap tiga edaran

Neptunus. Objek sabuk Kuiper yang orbitnya memiliki resonansi yang sama disebut

plutino.

Haumea dan Makemake


Haumea (rata-rata 43,34 SA) dan Makemake (rata-rata 45,79 SA) adalah dua

objek terbesar sejauh ini di dalam sabuk Kuiper klasik. Haumea adalah sebuah objek

berbentuk telur dan memiliki dua satelit. Makemake adalah objek paling cemerlang di
sabuk Kuiper setelah Pluto. Pada awalnya dinamai 2003 EL61 dan 2005 FY9, pada tahun

2008 diberi nama dan status sebagai planet kerdil. Orbit keduanya berinklinasi jauh lebih

membujur dari Pluto (28° dan 29°) dan lain seperti Pluto, keduanya tidak dipengaruhi

oleh Neptunus, sebagai bagian dari kelompok Objek Sabuk Kuiper klasik.

Piringan tersebar

Piringan tersebar (scattered disc) berpotongan dengan sabuk Kuiper dan menyebar

keluar jauh lebih luas. Daerah ini diduga merupakan sumber komet berperioda pendek.

Objek piringan tersebar diduga terlempar ke orbit yang tidak menentu karena pengaruh

gravitasi dari gerakan migrasi awal Neptunus. Kebanyakan objek piringan tersebar

(scattered disc objects, atau SDO) memiliki perihelion di dalam sabuk Kuiper dan

apehelion hampir sejauh 150 SA dari Matahari. Orbit OPT juga memiliki inklinasi tinggi

pada bidang ekliptika dan sering hampir bersudut siku-siku. Beberapa astronom

menggolongkan piringan tersebar hanya sebagai bagian dari sabuk Kuiper dan menjuluki

piringan tersebar sebagai "objek sabuk Kuiper tersebar" (scattered Kuiper belt objects).

Eris
Eris (rata-rata 68 SA) adalah objek piringan tersebar terbesar

sejauh ini dan menyebabkan mulainya debat tentang definisi

planet, karena Eris hanya 5%lebih besar dari Pluto dan

memiliki perkiraan diameter sekitar 2.400 km. Eris adalah


planet kerdil terbesar yang diketahui dan memiliki satu satelit, Dysnomia. Seperti Pluto,

orbitnya memiliki eksentrisitas tinggi, dengan titik perihelion 38,2 SA (mirip jarak Pluto

ke Matahari) dan titik aphelion 97,6 SA dengan bidang ekliptika sangat membujur.

Daerah terjauh

Titik tempat Tata Surya berakhir dan ruang antar bintang mulai tidaklah persis

terdefinisi. Batasan-batasan luar ini terbentuk dari dua gaya tekan yang terpisah: angin

surya dan gravitasi Matahari. Batasan terjauh pengaruh angin surya kira kira berjarak

empat kali jarak Pluto dan Matahari. Heliopause ini disebut sebagai titik permulaan

medium antar bintang. Akan tetapi Bola Roche Matahari, jarak efektif pengaruh gravitasi

Matahari, diperkirakan mencakup sekitar seribu kali lebih jauh.

Heliopause

Heliopause dibagi menjadi dua bagian terpisah. Awan angin yang bergerak pada

kecepatan 400 km/detik sampai menabrak plasma dari medium ruang antarbintang.

Tabrakan ini terjadi pada benturan terminasi yang kira kira terletak di 80-100 SA dari

Matahari pada daerah lawan angin dan sekitar 200 SA dari Matahari pada daerah searah

jurusan angin. Kemudian angin melambat dramatis, memampat dan berubah menjadi

kencang, membentuk struktur oval yang dikenal sebagai heliosheath, dengan kelakuan

mirip seperti ekor komet, mengulur keluar sejauh 40 SA di bagian arah lawan angin dan

berkali-kali lipat lebih jauh pada sebelah lainnya. Voyager 1 dan Voyager 2 dilaporkan

telah menembus benturan terminasi ini dan memasuki heliosheath, pada jarak 94 dan 84
SA dari Matahari. Batasan luar dari heliosfer, heliopause, adalah titik tempat angin surya

berhenti dan ruang antar bintang bermula.

Bentuk dari ujung luar heliosfer kemungkinan dipengaruhi dari dinamika fluida

dari interaksi medium antar bintang dan juga medan magnet Matahari yang mengarah di

sebelah selatan (sehingga memberi bentuk tumpul pada hemisfer utara dengan jarak 9

SA, dan lebih jauh daripada hemisfer selatan. Selebih dari heliopause, pada jarak sekitar

230 SA, terdapat benturan busur, jaluran ombak plasma yang ditinggalkan Matahari

seiring edarannya berkeliling di Bima Sakti.

Sejauh ini belum ada kapal luar angkasa yang melewati heliopause, sehingga

tidaklah mungkin mengetahui kondisi ruang antar bintang lokal dengan pasti. Diharapkan

satelit NASA voyager akan menembus heliopause pada sekitar dekade yang akan datang

dan mengirim kembali data tingkat radiasi dan angin surya. Dalam pada itu, sebuah tim

yang dibiayai NASA telah mengembangkan konsep "Vision Mission" yang akan khusus

mengirimkan satelit penjajak ke heliosfer.

Awan Oort

Secara hipotesis, Awan Oort adalah

sebuah massa berukuran raksasa yang

terdiri dari bertrilyun-trilyun objek es,

dipercaya merupakan sumber komet

berperioda panjang. Awan ini


menyelubungi matahari pada jarak sekitar 50.000 SA (sekitar 1 tahun cahaya) sampai

sejauh 100.000 SA (1,87 tahun cahaya). Daerah ini dipercaya mengandung komet yang

terlempar dari bagian dalam Tata Surya karena interaksi dengan planet-planet bagian

luar. Objek Awan Oort bergerak sangat lambat dan bisa digoncangkan oleh situasi-situasi

langka seperti tabrakan, efek gravitasi dari laluan bintang, atau gaya pasang galaksi, gaya

pasang yang didorong Bima Sakti.

Sedna

90377 Sedna (rata-rata 525,86 SA) adalah sebuah benda kemerahan mirip Pluto

dengan orbit raksasa yang sangat eliptis, sekitar 76 SA pada perihelion dan 928 SA pada

aphelion dan berjangka orbit 12.050 tahun. Mike Brown, penemu objek ini pada tahun

2003, menegaskan bahwa Sedna tidak merupakan bagian dari piringan tersebar ataupun

sabuk Kuiper karena perihelionnya terlalu jauh dari pengaruh migrasi Neptunus. Dia dan

beberapa astronom lainnya berpendapat bahwa Sedna adalah objek pertama dari sebuah

kelompok baru, yang mungkin juga mencakup 2000 CR105. Sebuah benda bertitik

perihelion pada 45 SA, aphelion pada 415 SA, dan berjangka orbit 3.420 tahun. Brown

menjuluki kelompok ini "Awan Oort bagian dalam", karena mungkin terbentuk melalui

proses yang mirip, meski jauh lebih dekat ke Matahari. Kemungkinan besar Sedna adalah

sebuah planet kerdil, meski bentuk kebulatannya masih harus ditentukan dengan pasti.

Batasan-batasan

Banyak hal dari Tata Surya kita yang masih belum diketahui. Medan gravitasi

Matahari diperkirakan mendominasi gaya gravitasi bintang-bintang sekeliling sejauh dua


tahun cahaya (125.000 SA). Perkiraan bawah radius Awan Oort, di sisi lain, tidak lebih

besar dari 50.000 SA. Sekalipun Sedna telah ditemukan, daerah antara Sabuk Kuiper dan

Awan Oort, sebuah daerah yang memiliki radius puluhan ribu SA, bisa dikatakan belum

dipetakan. Selain itu, juga ada studi yang sedang berjalan, yang mempelajari daerah

antara Merkurius dan matahari. Objek-objek baru mungkin masih akan ditemukan di

daerah yang belum dipetakan.

Konteks galaksi

Tata Surya terletak di galaksi Bima Sakti, sebuah galaksi spiral yang berdiameter

sekitar 100.000 tahun cahaya dan memiliki sekitar 200 miliar bintang. Matahari berlokasi

di salah satu lengan spiral galaksi yang disebut Lengan Orion. Letak Matahari berjarak

antara 25.000 dan 28.000 tahun cahaya dari pusat galaksi, dengan kecepatan orbit

mengelilingi pusat galaksi sekitar 2.200 kilometer per detik.

Setiap revolusinya berjangka 225-250 juta tahun. Waktu revolusi ini dikenal

sebagai tahun galaksi Tata Surya. Apex Matahari, arah jalur Matahari di ruang semesta,

dekat letaknya dengan rasi bintang Herkules terarah pada posisi akhir bintang Vega.

Lokasi Tata Surya di dalam galaksi berperan penting dalam evolusi kehidupan di

Bumi. Bentuk orbit bumi adalah mirip lingkaran dengan kecepatan hampir sama dengan

lengan spiral galaksi, karenanya bumi sangat jarang menerobos jalur lengan. Lengan

spiral galaksi memiliki konsentrasi supernova tinggi yang berpotensi bahaya sangat besar
terhadap kehidupan di Bumi. Situasi ini memberi Bumi jangka stabilitas yang panjang

yang memungkinkan evolusi kehidupan.

Tata Surya terletak jauh dari daerah padat bintang di pusat galaksi. Di daerah

pusat, tarikan gravitasi bintang-bintang yang berdekatan bisa menggoyang benda-benda

di Awan Oort dan menembakan komet-komet ke bagian dalam Tata Surya. Ini bisa

menghasilkan potensi tabrakan yang merusak kehidupan di Bumi.

Intensitas radiasi dari pusat galaksi juga memengaruhi perkembangan bentuk

hidup tingkat tinggi. Walaupun demikian, para ilmuwan berhipotesis bahwa pada lokasi

Tata Surya sekarang ini supernova telah memengaruhi kehidupan di Bumi pada 35.000

tahun terakhir dengan melemparkan pecahan-pecahan inti bintang ke arah Matahari

dalam bentuk debu radiasi atau bahan yang lebih besar lainnya, seperti berbagai benda

mirip komet.

Daerah lingkungan sekitar

Lingkungan galaksi terdekat dari Tata Surya adalah sesuatu yang dinamai Awan

Antarbintang Lokal (Local Interstellar Cloud, atau Local Fluff), yaitu wilayah berawan

tebal yang dikenal dengan nama Gelembung Lokal (Local Bubble), yang terletak di

tengah-tengah wilayah yang jarang. Gelembung Lokal ini berbentuk rongga mirip jam

pasir yang terdapat pada medium antarbintang, dan berukuran sekitar 300 tahun cahaya.

Gelembung ini penuh ditebari plasma bersuhu tinggi yang mungkin berasal dari beberapa

supernova yang belum lama terjadi.


Di dalam jarak sepuluh tahun cahaya (95 triliun km) dari Matahari, jumlah bintang

relatif sedikit. Bintang yang terdekat adalah sistem kembar tiga Alpha Centauri, yang

berjarak 4,4 tahun cahaya. Alpha Centauri A dan B merupakan bintang ganda mirip

dengan Matahari, sedangkan Centauri C adalah kerdil merah (disebut juga Proxima

Centauri) yang mengedari kembaran ganda pertama pada jarak 0,2 tahun cahaya.

Bintang-bintang terdekat berikutnya adalah sebuah kerdil merah yang dinamai

Bintang Barnard (5,9 tahun cahaya), Wolf 359 (7,8 tahun cahaya) dan Lalande 21185

(8,3 tahun cahaya). Bintang terbesar dalam jarak sepuluh tahun cahaya adalah Sirius,

sebuah bintang cemerlang dikategori 'urutan utama' kira-kira bermassa dua kali massa

Matahari, dan dikelilingi oleh sebuah kerdil putih bernama Sirius B. Keduanya berjarak

8,6 tahun cahaya. Sisa sistem selebihnya yang terletak di dalam jarak 10 tahun cahaya

adalah sistem bintang ganda kerdil merah Luyten 726-8 (8,7 tahun cahaya) dan sebuah

kerdial merah bernama Ross 154 (9,7 tahun cahaya).

Bintang tunggal terdekat yang mirip Matahari adalah Tau Ceti, yang terletak 11,9

tahun cahaya. Bintang ini kira-kira berukuran 80% berat Matahari, tetapi

kecemerlangannya (luminositas) hanya 60%. Planet luar Tata Surya terdekat dari

Matahari, yang diketahui sejauh ini adalah di bintang Epsilon Eridani, sebuah bintang

yang sedikit lebih pudar dan lebih merah dibandingkan mathari. Letaknya sekitar 10,5

tahun cahaya. Planet bintang ini yang sudah dipastikan, bernama Epsilon Eridani b,

kurang lebih berukuran 1,5 kali massa Yupiter dan mengelilingi induk bintangnya dengan

jarak 6,9 tahun cahaya.


Artikel tambahan

O FAKTA ILMIAH KEHIDUPAN LUAR ANGKASA

Kehidupan di luar angkasa meski sampai saat ini masih belum jelas terbukti tetapi

banyak para ahli meyakininya ada. Beberapa penelitian awal dan temuan awal

membuktikan adanya kehidupan di luar planet bumi ini.

Kehidupan ekstraterestrial didefinisikan sebagai kehidupan yang tidak berasal dari

planet bumi. Keberadaan kehidupan di luar planet ini masih sebatas teori dan perkiraan-

perkiraan mengenai kehidupan tersebut masih terus dicetuskan. Stephen Hawking dan

Carl Sagan berpendapat bahwa tidak mungkin kehidupan hanya ada di bumi saja.

Hipotesis-hipotesis mengenai asal muasal kehidupan ekstraterestrial, jika ada,

adalah sebagai berikut: ada yang mengusulkan bahwa kehidupan mungkin muncul secara

mandiri dari berbagai tempat di alam semesta. Hipotesis alternatif adalah panspermia,

yang menyatakan bahwa kehidupan muncul dari satu lokasi, kemudian menyebar antara

planet-planet berpenghuni. Kedua hipotesis ini tidak saling eksklusif. Studi dan teori dari

kehidupan ekstraterestrial dikenal sebagai astrobiologi, eksobiologi atau xenobiologi.

Bentuk-bentuk kehidupan ekstraterestrial berkisar dari kehidupan berskala bakteri sampai

pada mahluk cerdas.

Gagasan mengenai tempat tinggal kehidupan ekstraterestrial terus berkembang,

seperti di Venus dan Mars; bulan-bulan Yupiter dan Saturnus seperti Europa,Enceladus
dan Titan; dan planet luar surya seperti Gliese 581 c dan d yang dikatakan berada di zona

layak huni.

Kepercayaan bahwa benda terbang aneh (BETA) berasal dari kehidupan

ekstraterestrial dan klaim penculikan oleh alien dianggap palsu oleh para ilmuwan.

Kebanyakan penampakan BETA merupakan pesawat buatan bumi, objek astronomik atau

hanya berupa hoax, namun beberapa penampakan tidak dapat dijelaskan.

Penelitian NASA

Sebuah nanosatelit berukuran tak lebih besar dari sebungkus roti tawar dan

memiliki nama serupa dengan kue kering favorit anak-anak diluncurkan ke luar angkasa.

Oleh NASA, satelit mini tersebut ditugasi untuk mempelajari bagaimana sumber

kehidupan berlangsung di jagat raya. O/Oreos, nama satelit yang diluncurkan, merupakan

singkatan dari Organism/Organic Exposure to Orbital Stresses. Satelit berbobot sebesar

5,4 kilogram merupakan nanosatelit pertama yang memiliki dua tugas eksperimen.

Eksperimen “Space Environment Survivability of Live Organisms” akan

mempelajari pertumbuhan, kesehatan, dan adaptabilitas mikroorganisme yang hidup di

lingkungan asing dan daratan kering. Setelah O/Oreos mencapai orbit, eksperimen akan

memberi umpan dan menumbuh kembangkan sekelompok mikroba, dan mengukur

respon mereka terhadap radiasi serta kondisi tanpa gravitasi.


Pada eksperimen, peneliti akan memantau apakah mikroba tersebut tetap makan

dengan cara yang benar. Adapun nutrisi yang disediakan telah diberi warna, sehingga,

jika mereka sehat, mereka akan berubah warnanya. Eksperimen kedua, bertajuk “Space

Environment Viability of Organics” akan memantau apa yang terjadi terhadap empat

kelas molekul organik setelah mereka terekspos terhadap kondisi luar angkasa.

Eksperimen ini didesain untuk dapat bertahan selama 6 bulan, dan O/Oreos akan dapat

mengirimkan data penelitiannya selama sekitar satu tahun. Dengan peluncuran di atas,

NASA berharap satelit itu akan membuktikan bahwa melakukan eksperimen astrobiologi

di luar angkasa dapat dilakukan tanpa perlu menggelar misi penelitian di stasiun luar

angkasa. Untuk mengorbit, O/Oreos menumpang roket Air Force Minotaur IV dari

Kodiak, Alaska. Ia mulai mengirimkan sinyal radio setelah mencapai orbit sekitar 640

kilometer dari permukaan Bumi. Setelah misinya selesai, O/Oreos juga akan menjadi

satelit pertama yang menggunakan mekanisme tanpa propellant untuk kembali ke Bumi.

NASA Temukan Bukti Kehidupan Luar Angkasa

Peneliti NASA menemukan fosil bakteri langka di dalam bongkahan

meteorit. Richard B Hoover peneliti NASA tersebut, mengklaim telah menemukan bukti

adanya makhluk hidup di luar angkasa.

Hoover menuliskan penemuannya itu dalam Journal of Cosmogoly edisi Maret

2011, tentang hasil uji pada koleksi sembilan meteorit yang dinamakan CI1 Meteorit

Carbonaceous. Ia berpendapat bahwa adanya bakteri tersebut berasal dari daerah asal

meteor. Dalam tulisannya Hoover mengatakan di dalam meteorit CI1 Carbonaceous


menunjukkan adanya mikrofosil bakteri ‘pribumi’ dari cyanobacteria. Dari hasil ujinya

diimpulkan kemungkinan besar adanya kehidupan mahkluk hidup di luar bumi.

Kontroversi

Komandan pesawat ulang alik Discovery Amerika Serikat percaya bahwa

kehidupan mungkin ada di suatu tempat di luar angkasa, tetapi ada suatu alasan yang

sederhana mengapa alien (makhluk asing luar angkasa) tidak mengunjungi bumi, karena

perjalanannya yang mungkin sangat menyulitkan. Mereka telah melihat beberapa bukti di

sana yang memungkinkan adanya berapa kehidupan di Mars di masa lampau, jadi

mungkin ada banyak kehidupan yang memenuhi alam semesta, angkasawan (astronout)

Mark Kelly mengatakannya pada suatu konferensi pers di Tokyo, di mana ia bergabung

dengan awak pesawat ulang alik Discovery yang lain.

Sekembalinya ke bumi, beberapa orang lebih tertarik akan adanya kemungkinan

kehidupan alien dari pada laboratorium percobaan ilmiah. . Demikianlah komentar

tambahan Kelly dalam suatu debat terbuka di Jepang terhadap keberadaan alien dan

UFO. Politikus – politikus Jepang mendiskusikan kemungkinan keberadaan piring

terbang pada akhir tahun lalu setelah kelompok oposisi membawa topik tersebut ke

parlemen. . Kepala Sekretaris Kabinet Nobutaka Machimura mengatakan ia secara

pribadi mempercayai UFO, tetapi Perdana Menteri Yasuo Fukuda lebih berhati-hati dan

mengatakan keberadaan mereka belum dapat dipastikan.


O TEKNOLOGI NASA TERKINI DAN MASA DEPAN
Para pakar NASA sedang gencar melakukan inovasi teknologi pengembangan

kendaraan ruang angkasa generasi mendatang yang akan dapat membawa manusia ke

bulan, asteroid hingga ke Mars. NASA sedang melakukan investasi besar-besaran dalam

teknologi terbaru yang akan digunakan pada misi luar angkasa NASA di masa

mendatang. Teknologi tersebut nantinya akan digunakan pada kendaraan ruang angkasa

yang akan dapat menjelajah lebih jauh dari kendaraan ruang angkasa saat ini. National

Aeronautics and Space Administration (NASA) adalah agensi pemerintah Amerika

Serikat yang bertanggung jawab atas program angkasa AS dan riset aerospace umum

jangka panjang. Organisasi masyarakat yang didirikan 1958 itu melakukan riset bagi

sistem ruang angkasa masyarakat dan militer.

Teknologi Masa Depan

Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menantikan inovasi teknologi yang

akan dapat membawa manusia menjelajah ruang angkasa lebih jauh. Setelah merayakan

peringatan 30 tahun peluncuran pesawat ulang alik pertama, NASA mulai memandang

jauh ke depan guna menyambut babak baru penjelajahan ruang angkasa.

Program pesawat ulang alik telah menghasilkan banyak teknologi inovatif. Salah

satunya adalah pengembangan Video Image Stabilization and Registration (VISAR),

teknologi yang digunakan untuk menstabilkan gambar video. Awalnya, teknologi ini

dikembangkan untuk mencari kerusakan yang mungkin terjadi ketika pesawat ulang alik
mengalami turbulensi saat lepas landas. Namun pada perkembangannya, VISAR

digunakan militer Amerika untuk melacak serta memastikan keberadaan Saddam Hussein

pada tahun 2003.

Saat ini, NASA memiliki armada pesawat yang terdiri dari Columbia, Challenger,

Discovery, Atlantis, dan Endeavour yang telah beberapa kali menjalankan misi luar

angkasa. Columbia merupakan pesawat ulang alik pertama yang diluncurkan ke ruang

angkasa pada 12 April 1981, sekaligus menjadi tonggak era baru penjelajahan ruang

angkasa. Usia pesawat yang makin menua dan banyaknya rahasia ruang angkasa yang

belum terungkap mendorong NASA untuk terus berinovasi guna menemukan batas akhir

jagat raya.

NASA mengeluarkan dana hampir USD270 juta kepada empat perusahaan,

termasuk Boeing dan SpaceX, untuk membantu mereka membuat sebuah pesawat luar

angkasa baru. Perusahaan penerbangan raksasa Boeing mendapat kontrak yang paling

besar, yakni USD92,3 juta, sebagai bagian dari babak kedua program pengembangan kru

penerbangan komersial NASA atau CCDev2. Demikian seperti yang dikutip dari AFP,

Selasa (19/4/2011).

Sierra Nevada Corporation, sebuah perusahaan asal Colorado yang kini sedang

mengerjakan pesawat Dream Chaser, mendapat suntikan dana kedua terbesar sebanyak

USD80 juta.
SpaceX, perusahaan asal California yang tahun lalu sukses menerbangan sebuah

kapsul angkasa ke orbit mendapat dana sebesar USD75 juta. Perusahaan terakhir, Blue

Origin of Kent asal Washington mendapat dana sebesar USD22 juta. NASA telah

mengeluarkan dana sebesar USD50 juta untuk babak pertama kontrak pengembangan kru

penerbangan komersial, CCDev1, yang dimulai pada tahun 2009. Saat ini NASA ingin

segera mengganti pesawat luar angkasa mereka, karena Endeavour akan berakhir misinya

pada bulan April. Lalu Atlantis juga akan berakhir misinya pada bulan Juni.

NASA sedang mempersiapkan pesawat jet masa depan yang lebih ramah

lingkungan tetapi mampu mengangkut penumpang lebih banyak. NASA berambisi

membuat pesawat jet yang bersuara lebih halus, konsumsi energi yang efisien, ramah

lingkungan, dan mampu mengangkut barang atau penumpang lebih banyak. Pesawat

yang dijadwalkan mulai mengangkasa tahun 2025 itu sampai saat ini masih berupa

konsep.

Kriteria yang ditetapkan NASA adalah nanti setiap pesawat harus bisa mencapai

85 persen kecepatan suara, mampu menempuh jarak 7.000 mil, dan mengangkut barang

atau penumpang seberat 22-45 ton. Pesawat baru itu nanti juga harus dapat beroperasi

dengan aman dalam sistem manajemen lalu lintas udara yang lebih modern.

Hal tersebut merupakan tantangan berat bagi ketiga perusahaan mitra NASA,

Lockheed Martin, Northrop Grumman, dan Boeing, karena mereka harus bisa
menyesuaikan penempatan perangkat berteknologi tinggi yang sering kali berarti

menambah bobot dalam badan pesawat dengan kriteria NASA tersebut.

NASA juga sudah berhasil mengembangkan teknologi untuk meredam kebisingan

mesin pesawat jet. Teknologi itu diberi nama Chevron dan sudah dipakai pada pesawat

komersial Boeing 787 generasi baru dan Boeing 747-8. Chevron tampak seperti pola gigi

gergaji pada tepi bagian belakang mesin pesawat jet. Meski terlihat sederhana, Chevron

mampu mengurangi kebisingan mesin yang bersumber dari percampuran udara panas

buangan mesin dan udara dingin yang diisap kipas mesin. Bentuk gigi gergaji yang tajam

itulah yang memperhalus percampuran dan mengurangi turbulensi yang menyebabkan

suara bising.

Teknologi baru ini membuat penumpang pesawat merasa lebih nyaman ketika

beristirahat selama perjalanan. Penduduk yang tinggal di sekitar bandar udara juga akan

merasakan lingkungan yang lebih tenang saat Chevron digunakan di lebih banyak

pesawat.

Robonaut R2

Robot humanoid milik NASA digunakan perjalanan luar angkasa pertamanya

bersama misi terakhir pesawat ulang alik Discovery. Pesawat ulang alik milik NASA,

Discovery merupakan kali terakhir pesawat berawak itu mengangkut manusia ke luar

angkasa sejak Agustus tahun 1984. Tim itu membawa robot yang menyerupai fisik

manusia. Bernama Robonaut R2, ia dibuat oleh NASA dan General Motor dalam waktu
15 tahun. Nantinya, ia akan melakukan pekerjaan-pekerajaan yang berisiko tinggi bagi

manusia, terutama berjalan di luar angkasa.

Mendarat di Asteroid

Sebelum mengirim manusia untuk menjejakkan kakinya di asteroid di luar

angkasa, sekelompok ilmuwan dan astronot NASA akan melakukan uji coba konsep dan

teknik yang dibutuhkan untuk ekspedisi masa depan.

Uji coba itu dilakukan pada tiruan batu ruang angkasa yang ditanamkan di dasar

samudera. Saat ini para insinyur telah meletakkan pondasi untuk ekspedisi NASA ke-15

bertajuk “NASA’s Extreme Environment Mission Operations” atau disingkat NEEMO 15.

Misi uji coba ini dijadwalkan akan digelar pada 17 Oktober mendatang.

Untuk mempersiapkan misi di bawah laut itu, kru penyelam telah memasang perangkat

dan menyiapkan suasana berbatu yang dibutuhkan untuk mensimulasikan permukaan

asteroid. Ekspedisi NEEMO sendiri digelar di Aquarius Underwater Laboratory Milik

National Oceanic and Atmosfpheric Administration yang berada di kedalaman 19 meter

di bawah permukaan laut, lepas pantai Florida. Ekspedisi akan mensimulasi perjalanan ke

asteroid, dan para ‘aquanauts’ akan menginvestigasi bagaimana cara terbaik untuk

menuju ke permukaan batu ruang angkasa dan berjalan di sekelilingnya. Tidak seperti

mendarat di bulan atau Mars, pendaratan di asteroid akan lebih sulit karena kalaupun ada,

gravitasi akan sangat sedikit. Untuk itu, NEEMO 15 akan mengevaluasi berbagai metode
pendaratan dan melakukan uji coba di bawah laut merupakan salah satu cara terbaik

untuk mensimulasikan kondisi gravitasi rendah.

Program iPHone NASA

NASA telah meluncurkan aplikasi iPhone gratis yang memungkinkan pengguna

untuk dengan mudah mengakses video, gambar dan update berita yang diterbitkan oleh

lembaga ruang angkasa.

Aplikasi tersebut telah dikembangkan di Ames Research Center di California

dengan menampilkan hitung mundur beberapa jam, Twitter feed dan astronomi yang

terkait multimedia. Aplikasi tersebut juga mampu melacak keberadaan posisi saat ini

Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) dan pesawat ruang angkasa lain yang

mengorbit bumi dalam tiga views yaitu peta dengan batas-batas dan label, terlihat citra

satelit, atau satelit dengan batas negara dan label.

Setelah program pesawat antariksa ulang alik AS ditutup, akan memakan waktu

sekitar satu dekade sebelum AS dapat membuat pesawat baru untuk mengirimkan

astronot ke luar angkasa. Ketika program penerbangan antariksa ulang-alik (space

shuttle) dibubarkan akhir tahun ini, NASA akan fokus pada eksperimen di International

Space Station (ISS). Mereka menjalin kemitraan dengan industri swasta untuk

membangun pesawat ruang angkasa baru. Perselisihan NASA dengan anggota parlemen

untuk membangun roket baru dan pesawat berawak menggantikan program ulang-alik
yang telah berusia 30 tahun. Pegembangan moda perjalanan masa depan bisa memakan

waktu lebih lama untuk bisa direspon Kongres maupun masyarakat AS.

Proyek Khusus ke MARS

Sebuah perusahaan swasta di bidang luar angkasa, SpaceX, kini sedang

menyiapkan proyek khusus yang siap membawa penumpang ke planet MARS.

NASA mungkin akan menerbangkan manusia ke luar angkasa dalam waktu tiga bulan ke

depan, namun kami juga berencana membawa penumpang ke planet Mars. namun, untuk

hal tersebut mungkin butuh 10 sampai 20 tahun ke depan.

SpaceX pada bulan April memamerkan roket Falcon Heavy, yang akan melakukan

penerbangan perdananya pada akhir tahun 2012. Roket ini dirancang untuk mengangkat

satelit dan pesawat luar angkasa ke orbit. Proyek Antariksa NASA kini menyisakan dua

penerbangan. yakni pesawat ulang-alik Endeavour yang akan melaksanakan misi

terakhirnya pekan ini, dan pesawat Atlantis yang akan menjalani penerbangan terakhir

pada bulan Juni 2011. Misi utama perjalanan menarik itu adalah untuk memberikan

wahana baru sehingga dapat memindahkan manusia dan kargo ke planet lain.

NASA kini mulai menggunakan jasa perusahaan swasta untuk mengisi

kekosongan yang sebelumnya banyak didominasi oleh pihak pemerintah, dengan

membuat pesawat luar angkasa generasi baru.


SpaceX adalah sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang luar angkasa.

Korporasi ini memenangkan kontrak sebesar USD75 juta dengan NASA untuk

menggantikan program pesawat luar angkasa dari badan antariksa nasional milik

Amerikat Serikat (AS). Tahun lalu, SpaceX menyelesaikan uji coba pertama dari sebuah

kapsul angkasa tak berawak, setelah sebelumnya berhasil menerbangkan pesawat ke orbit

dan kembali ke Bumi. Perusahaan ini juga dikontrak oleh NASA untuk memindahkan

kargo ke International Space Station, semenjak NASA memustuskan untuk

mengistirahatkan Challenger.
 Andromeda
Galaksi Andromeda, juga dikenal sebagai Messier 31, M31, atau NGC 224, adalah

galaksi spiral sekitar 780 kiloparsecs (2,5 juta tahun cahaya) dari Bumi. Ini adalah

galaksi besar terdekat dengan Bima Sakti dan sering disebut sebagai Great Andromeda

Nebula dalam teks-teks yang lebih tua. Ia

menerima namanya dari daerah langit yang

muncul, konstelasi Andromeda, yang diberi

nama setelah putri mitologi Andromeda.

Andromeda sekitar 220.000 tahun cahaya,

dan itu adalah galaksi terbesar dari Grup Lokal,

yang juga berisi Bima Sakti, yang Triangulum Galaxy, dan galaksi kecil lainnya.

Meskipun temuan sebelumnya yang menunjukkan bahwa Bima Sakti berisi materi yang

lebih gelap dan bisa menjadi yang terbesar dalam pengelompokan, 2006 pengamatan oleh

Spitzer Space Telescope mengungkapkan bahwa Andromeda mengandung satu triliun

(1012) bintang: setidaknya dua kali jumlah bintang di Bima Sakti, yang diperkirakan

200-400.000.000.000. Massa Galaksi Andromeda diperkirakan 1,5 × 1012 massa

matahari, sedangkan Bima Sakti diperkirakan 8,5 × 1011 massa matahari.

Bima Sakti dan Andromeda galaksi diharapkan berbenturan dalam 4,5 miliar tahun,

akhirnya penggabungan untuk membentuk galaksi elips raksasa atau mungkin galaksi

disk yang besar. Besarnya jelas dari Galaksi Andromeda, di 3.4, adalah di antara yang
paling terang dari objek Messier, sehingga terlihat dengan mata telanjang di malam

berbulan, bahkan ketika dilihat dari daerah dengan polusi cahaya moderat.

Sejarah Pengamatan

Pada tahun 964, Persia astronom Abd al-Rahman al-Sufi menggambarkan

Andromeda Galaxy, dalam Kitab Bintang Tetap sebagai "smear samar-samar". Grafik

bintang dari periode yang diberi label sebagai Little Cloud. Pada tahun 1612, astronom

Jerman Simon Marius memberi gambaran awal Galaksi Andromeda berdasarkan

pengamatan teleskopik. Pada tahun 1764, Charles Messier katalog Andromeda sebagai

objek M31 dan salah dikreditkan Marius sebagai penemu meskipun itu menjadi terlihat

dengan mata telanjang. Pada 1785, astronom William Herschel mencatat rona kemerahan

samar di wilayah inti Andromeda. Dia percaya Andromeda menjadi terdekat dari semua

"nebula besar", dan berdasarkan warna dan besarnya nebula, ia salah menduga bahwa itu

adalah tidak lebih dari 2.000 kali jarak dari Sirius. Pada tahun 1850, William Parsons, 3

Earl of Rosse, melihat dan membuat gambar pertama dari struktur spiral Andromeda.

Pada tahun 1864, William Huggins mencatat bahwa spektrum Andromeda berbeda

dari nebula gas. Spektrum Andromeda menampilkan kontinum frekuensi, ditumpangkan

dengan garis penyerapan gelap yang membantu mengidentifikasi komposisi kimia dari

suatu objek. spektrum Andromeda adalah sangat mirip dengan spektrum bintang

individu, dan dari ini itu menyimpulkan bahwa Andromeda memiliki sifat bintang. Pada

tahun 1885, sebuah supernova (dikenal sebagai S Andromedae) terlihat di Andromeda,


yang pertama dan sejauh ini hanya satu diamati di galaksi itu. Pada saat Andromeda

dianggap benda di dekatnya, sehingga penyebabnya dianggap acara jauh lebih bercahaya

dan tidak berhubungan disebut nova, dan diberi nama sesuai "Nova1885".

Pada tahun 1887, Isaac Roberts mengambil foto-foto pertama dari Andromeda,

yang masih umum dianggap sebagai nebula dalam galaksi kita. Roberts benar-benar

mengira Andromeda dan nebula spiral yang sama seperti sistem tata surya terbentuk.

Pada tahun 1912, Vesto Slipher digunakan spektroskopi untuk mengukur kecepatan

radial dari Andromeda sehubungan dengan sistem surya kita kecepatan terbesar belum

diukur, pada 300 kilometer per detik (190 mil / s).

Pulau Semesta

Pada tahun 1917, Heber Curtis mengamati nova dalam Andromeda. Mencari

catatan fotografi, 11 lebih nova ditemukan. Curtis melihat bahwa nova ini adalah, rata-

rata, 10 besaran redup daripada yang terjadi di tempat lain di langit. Akibatnya, ia mampu

untuk datang dengan perkiraan jarak 500.000 tahun cahaya (3.2 × 1010 AU). Ia menjadi

pendukung yang disebut "alam semesta pulau" hipotesis, yang menyatakan bahwa spiral

nebula sebenarnya galaksi independen.

Pada tahun 1920, Agung Debat antara Harlow Shapley dan Curtis berlangsung,

mengenai sifat dari Bima Sakti, nebula spiral, dan dimensi alam semesta. Untuk

mendukung klaimnya dari makhluk Besar Andromeda Nebula, pada kenyataannya,

sebuah galaksi eksternal, Curtis juga mencatat munculnya jalur gelap dalam Andromeda
yang menyerupai awan debu di galaksi kita sendiri, serta pengamatan sejarah pergeseran

Doppler signifikan Andromeda Galaxy. Pada tahun 1922 Ernst Opik disajikan metode

untuk memperkirakan jarak Andromeda menggunakan kecepatan diukur dari bintang.

Hasil nya ditempatkan Andromeda Nebula jauh di luar galaksi kita pada jarak sekitar

450.000 parsec (1.500.000 ly). Edwin Hubble menetap perdebatan pada tahun 1925

ketika ia diidentifikasi ekstra-galaksi bintang variabel Cepheid untuk pertama kalinya

pada foto astronomi dari Andromeda. Ini dibuat dengan menggunakan 2,5 meter (100 in)

Hooker teleskop, dan mereka memungkinkan jarak Besar Andromeda Nebula yang akan

ditentukan. ukurannya menunjukkan secara meyakinkan bahwa fitur ini tidak cluster

bintang dan gas dalam galaksi kita sendiri, tetapi sebuah galaksi yang sama sekali

terpisah terletak jarak yang signifikan dari Bima Sakti.

Pada tahun 1943, Walter Baade adalah orang pertama untuk menyelesaikan

bintang di wilayah tengah Galaksi Andromeda. Baade mengidentifikasi dua populasi

yang berbeda dari bintang berdasarkan metallicity mereka, penamaan, bintang kecepatan

tinggi muda di disk Tipe I dan lebih tua, bintang merah di tonjolan Tipe II. nomenklatur

ini kemudian diadopsi untuk bintang di dalam Bima Sakti, dan di tempat lain. (Adanya

dua populasi yang berbeda telah dicatat sebelumnya oleh Jan Oort.) Baade juga

menemukan bahwa ada dua jenis variabel Cepheid, yang mengakibatkan dua kali lipat

dari perkiraan jarak ke Andromeda, serta sisa Universe.

Pada tahun 1950, emisi radio dari Andromeda Galaxy terdeteksi oleh Hanbury

Brown dan Cyril Hazard di Jodrell Bank Observatory. Peta radio pertama galaksi dibuat
pada tahun 1950 oleh John Baldwin dan kolaborator di Cambridge Radio Astronomy

Group. Inti dari Galaksi Andromeda disebut 2C 56 di 2C katalog radio astronomi. Pada

tahun 2009, planet pertama mungkin telah ditemukan di Galaksi Andromeda. Ini

terdeteksi menggunakan teknik yang disebut microlensing, yang disebabkan oleh

pembelokan cahaya oleh obyek yang masif.

Umum

Jarak diperkirakan Galaksi Andromeda dari kita sendiri dua kali lipat pada tahun

1953 ketika ditemukan bahwa ada yang lain, jenis redup dari Cepheid. Pada 1990-an,

pengukuran dari kedua raksasa merah standar serta bintang rumpun merah dari

pengukuran satelit Hipparcos digunakan untuk mengkalibrasi jarak Cepheid.

Pembentukan dan Sejarah

Galaksi Andromeda terbentuk sekitar 10 miliar

tahun yang lalu dari tabrakan dan merger selanjutnya

protogalaxies lebih kecil. Benturan kekerasan ini

terbentuk sebagian besar galaksi (kaya logam) halo

galaksi dan diperpanjang disk. Selama zaman ini,

pembentukan bintang akan sangat tinggi, ke titik

menjadi sebuah galaksi inframerah bercahaya selama Galaksi Andromeda seperti yang terlihat
oleh NASA Wide-field Infrared Survey
kira-kira 100 juta tahun. Andromeda dan Triangulum Explorer.

Galaxy memiliki sebuah bagian yang sangat dekat 2-4000000000 tahun yang lalu. Acara
ini menghasilkan tingkat tinggi pembentukan bintang di seluruh disk Andromeda Galaxy

- bahkan beberapa gugus bola - dan terganggu disk yang luar M33 ini.

Selama 2 miliar tahun terakhir, pembentukan bintang di seluruh hard disk

Andromeda diperkirakan telah menurun ke titik dekat-aktif. Ada interaksi dengan galaksi

satelit seperti M32, M110, atau orang lain yang telah diserap oleh Andromeda Galaxy.

Interaksi ini telah membentuk struktur seperti Andromeda Raksasa Stellar Stream.

Sebuah merger galaksi sekitar 100 juta tahun yang lalu diyakini bertanggung jawab untuk

disk counter-rotating gas yang ditemukan di pusat Andromeda serta kehadiran ada yang

relatif muda (100 juta tahun) penduduk bintang.

Jarak Estimasi

Setidaknya empat teknik yang berbeda telah digunakan untuk memperkirakan

jarak ke Galaksi Andromeda.

Pada tahun 2003, menggunakan fluktuasi kecerahan permukaan inframerah (I-

SBF) dan menyesuaikan untuk nilai periode-luminositas baru dan koreksi metallicity dari

-0,2 mag dex-1 di (O / H), perkiraan 2,57 ± 0.060.000 daerah abu tahun (1,625 × 1011 ±

3,8 × 109 AU) berasal.

Pada tahun 2004, dengan menggunakan metode variabel Cepheid, jarak

diperkirakan 2,51 ± 0.130.000 tahun cahaya (770 ± 40 kpc).


Pada tahun 2005, sebuah bintang biner gerhana ditemukan di Galaksi Andromeda.

Biner adalah dua bintang biru panas jenis O dan B. Dengan mempelajari gerhana bintang-

bintang, astronom mampu mengukur ukuran mereka. Mengetahui ukuran dan suhu dari

bintang-bintang, mereka mampu mengukur besarnya absolut mereka. Ketika besaran

visual dan mutlak diketahui, jarak bintang dapat diukur. Bintang-bintang terletak pada

jarak 2,52 × 106 ± 0,14 × 106 ly (1,594 × 1011 ± 8,9 × 109 AU) dan seluruh Andromeda

Galaxy sekitar 2,5 × 106 ly (1,6 × 1011 AU). [4] nilai baru ini dalam perjanjian yang

sangat baik dengan nilai jarak berbasis Cepheid independen sebelumnya.

Pada tahun 2005, dengan menggunakan Tip dari metode Raksasa Merah Cabang

(TRGB), jarak diperkirakan 2,56 × 106 ± 0,08 × 106 ly (1,619 × 1011 ± 5,1 × 109 AU).

Rata-rata sama, perkiraan jarak ini memberikan nilai 2,54 × 106 ± 0,11 × 106 ly

(1,606 × 1011 ± 7,0 × 109 AU). [A] Dan, dari ini, diameter Andromeda pada titik terluas

diperkirakan 220 ± 3 kly (67.450 ± 920 pc). [riset asli?] Menerapkan trigonometri

(angular diameter), ini setara dengan jelas 4.96 ° sudut di langit.

Massa dan luminositas perkiraan

Massa

Estimasi massa untuk halo Andromeda Galaxy (termasuk materi gelap)

memberikan nilai sekitar 1,5 × 1012 M☉ (atau 1,5 triliun massa matahari) dibandingkan

dengan 8 × 1011 M☉ untuk Bima Sakti. Hal ini bertentangan pengukuran sebelumnya,
yang tampaknya menunjukkan bahwa Andromeda Galaxy dan Bima Sakti yang hampir

sama dalam massa. Meski begitu, bulat Andromeda Galaxy sebenarnya memiliki

kepadatan bintang lebih tinggi dari Bima Sakti dan galaksi bintang disk nya adalah

sekitar dua kali ukuran yang dari Bima Sakti. Total massa bintang dari Galaksi

Andromeda diperkirakan antara 1,1 × 1011 M☉., (yaitu, sekitar dua kali lebih besar

seperti yang dari Bima Sakti) dan 1,5 × 1011 M☉, dengan sekitar 30% itu massa di pusat

tonjolan, 56% di disk, dan sisanya 14% di halo.

Selain itu, medium antarbintang Andromeda Galaxy mengandung setidaknya

sekitar 7,2 × 109 M☉ dalam bentuk hidrogen netral, setidaknya 3,4 × 108 M☉ sebagai

molekul hidrogen (dalam terdalam 10 kiloparsecs nya), dan 5,4 × 107 M☉debu.

Galaksi Andromeda dikelilingi oleh halo besar dan besar gas panas yang

diperkirakan mengandung setengah massa bintang di galaksi. Halo hampir tak terlihat

membentang sekitar satu juta tahun cahaya dari galaksi inangnya, setengah jalan untuk

galaksi Bima Sakti kita. Simulasi dari galaksi menunjukkan halo terbentuk pada saat

yang sama dengan Galaksi Andromeda. halo ini diperkaya unsur-unsur yang lebih berat

daripada hidrogen dan helium, terbentuk dari supernova dan sifat-sifatnya yang

diharapkan pada sebuah galaksi yang terletak di "lembah hijau" dari diagram warna-

besaran (lihat di bawah). Supernova meletus di hard disk Andromeda Galaxy penuh

bintang dan mengeluarkan unsur-unsur yang lebih berat ke ruang angkasa. Seumur hidup
Andromeda Galaxy, hampir setengah dari unsur-unsur berat yang dibuat oleh bintang

yang telah dikeluarkan jauh melampaui 200.000-tahun cahaya-diameter bintang disk

galaksi.

Luminositas

Galaksi Andromeda tampaknya memiliki Diulas secara signifikan lebih umum

dari Bima Sakti, tampak mendominasi bintang-bintang tua dengan usia> 7 × 109 tahun.

luminositas Estimasi Andromeda Galaxy, ~ 2.6 × 1010 L☉, adalah sekitar 25% lebih

tinggi dari galaksi kita sendiri. Namun, galaksi memiliki kecenderungan yang tinggi

seperti yang terlihat dari Bumi dan debu antarbintang yang menyerap jumlah yang tidak

diketahui dari cahaya, sehingga sulit untuk memperkirakan kecerahan aktual dan penulis

lain telah memberikan nilai-nilai lain untuk luminositas Galaksi Andromeda (termasuk

untuk mengusulkan itu adalah galaksi paling terang kedua dalam radius 10 parsecs mega

dari Bima Sakti, setelah Sombrero Galaxy, dengan magnitudo mutlak sekitar -22,21 atau

dekat.

Sebuah estimasi dilakukan dengan bantuan Spitzer Space Telescope yang

diterbitkan pada 2010 menunjukkan magnitudo mutlak (dalam biru) dari -20,89 (yang

dengan indeks warna 0,63 diterjemahkan ke magnitudo visual yang mutlak -21,52,

dibandingkan dengan - 20,9 untuk Milky Way), dan luminositas total yang panjang

gelombang 3,64 × 1010 L☉.


Tingkat pembentukan bintang di Bima Sakti jauh lebih tinggi, dengan Andromeda

Galaxy memproduksi hanya sekitar satu massa matahari per tahun dibandingkan dengan

3-5 massa matahari untuk Bima Sakti. Tingkat supernova di galaksi Bima Sakti juga dua

kali lipat dari Galaksi Andromeda. [54] Hal ini menunjukkan bahwa setelah terakhir

mengalami fase pembentukan bintang besar, tetapi sekarang dalam keadaan relatif

ketenangan, sedangkan Bima Sakti mengalami pembentukan bintang yang lebih aktif.

Jika hal ini terus berlanjut, luminositas di Bima Sakti mungkin akhirnya menyalip bahwa

dari Galaksi Andromeda.

Menurut studi terbaru, seperti Bima Sakti, Andromeda Galaxy terletak pada apa

yang di galaksi diagram warna-besaran dikenal sebagai "lembah hijau", wilayah yang

dihuni oleh galaksi dalam transisi dari "awan biru" (galaksi aktif membentuk baru

bintang) ke "urutan merah" (galaksi yang kekurangan pembentukan bintang). Kegiatan

pembentukan bintang di galaksi lembah hijau yang melambat karena mereka kehabisan

bensin pembentuk bintang di medium antarbintang. Di galaksi simulasi dengan sifat yang

mirip, pembentukan bintang akan biasanya telah dipadamkan dalam waktu sekitar lima

miliar tahun dari sekarang, bahkan akuntansi untuk diharapkan, kenaikan jangka pendek

dalam tingkat pembentukan bintang karena tabrakan antara Galaksi Andromeda dan

Bima Sakti.

Struktur
Berdasarkan penampilan dalam cahaya tampak, Galaksi Andromeda

diklasifikasikan sebagai b galaksi SA (s) di de Vaucouleurs-Sandage diperpanjang sistem

klasifikasi galaksi spiral. Namun, data dari 2MASS survey menunjukkan bahwa

Andromeda sebenarnya adalah galaksi spiral dilarang , seperti Bima Sakti, dengan bar

Andromeda berorientasi sepanjang sumbu panjang.

Pada tahun 2005, para astronom menggunakan teleskop Keck untuk menunjukkan

bahwa taburi renggang dari bintang memperpanjang keluar dari galaksi sebenarnya

adalah bagian dari disk utama itu sendiri. Ini berarti bahwa disk spiral bintang di Galaksi

Andromeda adalah tiga kali lebih besar dari diameter diperkirakan sebelumnya. Ini

merupakan bukti bahwa ada, bintang disk yang diperpanjang luas yang membuat galaksi

lebih dari 220.000 tahun cahaya (67.000 pc) dengan diameter. Sebelumnya, perkiraan

ukuran Andromeda Galaxy berkisar antara 70.000 sampai 120.000 tahun cahaya (21.000

ke 37.000 pc) di seluruh.

Galaksi cenderung diperkirakan 77 ° relatif terhadap Bumi (di mana sudut 90 °

akan dilihat langsung dari samping). Analisis bentuk cross-sectional dari galaksi

tampaknya menunjukkan diucapkan, warp S-berbentuk, bukan hanya piringan

datar. Sebuah kemungkinan penyebab warp seperti itu bisa menjadi interaksi gravitasi

dengan galaksi satelit dekat Andromeda Galaxy. Galaksi M33 bisa bertanggung jawab

untuk beberapa warp di lengan Andromeda, meskipun jarak yang lebih tepat dan

kecepatan radial yang diperlukan.


Studi spektroskopi telah tersedia pengukuran rinci dari kecepatan rotasi Galaksi

Andromeda sebagai fungsi jarak radial dari inti. Kecepatan rotasi memiliki nilai

maksimum 225 kilometer per detik (140 mil / s) pada 1.300 tahun

cahaya (82.000.000 AU ) dari inti, dan memiliki minimum mungkin serendah 50

kilometer per detik (31 mil / s) di 7.000 tahun cahaya (440.000.000 AU ) dari inti. Lebih

jauh, kecepatan rotasi naik ke radius 33.000 tahun cahaya (2.1 × 10 9 AU ), di mana ia

mencapai puncak 250 kilometer per detik (160 mil / s). The kecepatan perlahan menurun

di luar jarak itu, jatuh ke sekitar 200 kilometer per detik (120 mil / s) pada 80.000 tahun

cahaya (5.1 × 10 9 AU ). Pengukuran kecepatan ini menyiratkan massa terkonsentrasi

sekitar 6 × 10 9 M ☉ di inti . Massa total galaksi meningkatkan linear untuk 45.000 tahun

cahaya (2,8 × 10 9 AU ), maka lebih lambat di luar radius itu.

Gambar dari Galaksi Andromeda yang diambil Sebuah Galaxy Evolution Explorer gambar
oleh Spitzer di inframerah, 24 mikrometer Galaksi Andromeda.

Sejak Galaksi Andromeda terlihat dekat dengan tepi-on, sulit untuk mempelajari

struktur spiralnya. Gambar dikoreksi galaksi tampaknya menunjukkan galaksi spiral

cukup normal, menunjukkan dua lengan membuntuti terus menerus yang terpisah satu

sama lain oleh minimal sekitar 13.000 tahun cahaya (820.000.000 AU ) dan yang dapat
diikuti keluar dari jarak sekitar 1.600 tahun cahaya (100.000.000 AU ) dari inti. Struktur

spiral alternatif telah diusulkan seperti lengan tunggal spiral atau flocculent pola lama,

filamen, dan lengan spiral tebal.

Penyebab paling mungkin dari distorsi dari pola spiral dianggap interaksi dengan

satelit galaksi M32 dan M110 . Hal ini dapat dilihat dengan perpindahan dari awan

hidrogen netral dari bintang.

Pada tahun 1998, gambar dari Badan Antariksa Eropa 's Infrared Space

Observatory menunjukkan bahwa bentuk keseluruhan dari Galaksi Andromeda dapat

transisi ke dalam galaksi cincin . Gas dan debu dalam galaksi umumnya dibentuk menjadi

beberapa cincin yang tumpang tindih, dengan cincin sangat menonjol terbentuk pada

radius 32.000 tahun cahaya (2.0 × 10 9 AU ) (10 kiloparsecs) dari inti, dijuluki oleh

beberapa para astronom ring of fire . Cincin ini tersembunyi dari gambar cahaya tampak

dari galaksi karena terutama terdiri dari debu dingin, dan sebagian besar formasi bintang

yang mengambil tempat di Galaksi Andromeda terkonsentrasi di sana.

Kemudian studi dengan bantuan dari Spitzer Space Telescope menunjukkan

bagaimana struktur spiral Andromeda Galaxy di inframerah tampaknya terdiri dari dua

lengan spiral yang muncul dari sebuah bar pusat dan terus berlanjut setelah cincin besar

yang disebutkan di atas. Mereka lengan, bagaimanapun, tidak terus-menerus dan

memiliki struktur tersegmentasi.

Tutup pemeriksaan wilayah bagian dalam Galaksi Andromeda dengan teleskop

yang sama juga menunjukkan cincin debu kecil yang diyakini telah disebabkan oleh
interaksi dengan M32 lebih dari 200 juta tahun yang lalu. Simulasi menunjukkan bahwa

galaksi yang lebih kecil melewati disk Galaksi Andromeda sepanjang sumbu kutub yang

terakhir. Tabrakan ini dilucuti lebih dari setengah massa dari kecil M32 dan menciptakan

struktur cincin di Andromeda. Ini adalah co-eksistensi fitur seperti cincin besar lama

dikenal di gas dari Messier 31, bersama-sama dengan struktur ini baru ditemukan dalam

cincin-seperti, offset dari barycenter, yang menyarankan tabrakan hampir dengan satelit

M32, versi ringan dari pertemuan Cartwheel.

Studi dari halo diperpanjang Galaksi Andromeda menunjukkan bahwa kira-kira

sebanding dengan Bima Sakti, dengan bintang di halo yang umumnya " logam-miskin ",

dan semakin begitu dengan jarak yang lebih jauh. Bukti ini menunjukkan bahwa kedua

galaksi telah mengikuti jalur evolusi yang sama. Mereka mungkin telah bertambah dan

berasimilasi sekitar 100-200 galaksi bermassa rendah selama 12 miliar tahun. Bintang-

bintang di lingkaran cahaya diperpanjang Galaksi Andromeda dan Bima Sakti dapat

memperpanjang hampir sepertiga jarak yang memisahkan dua galaksi.

Nukleus
M31 diketahui pelabuhan gugus bintang yang padat

dan kompak di pusat-nya. Dalam sebuah teleskop besar itu

menciptakan kesan visual dari bintang tertanam di tonjolan

sekitarnya lebih menyebar. Pada tahun 1991, Hubble Space

Telescope digunakan untuk inti dalam gambar Andromeda


HST gambar dari inti Andromeda
Galaxy menunjukkan struktur ganda
mungkin.
Galaxy. Inti terdiri dari dua konsentrasi dipisahkan oleh 1,5 parsec (4,9 ly ). Konsentrasi

cerah, ditunjuk sebagai P1, offset dari pusat galaksi. Konsentrasi dimmer, P2, jatuh di

pusat sejati galaksi dan mengandung lubang hitam diukur pada 3-5 × 10 7 M ☉ pada tahun

1993, dan pada 1,1-2,3 × 10 8 M ☉ pada tahun 2005. The dispersi kecepatan bahan

sekitarnya diukur menjadi ≈ 160 km / s.

Telah diusulkan bahwa inti ganda diamati dapat dijelaskan jika P1 adalah proyeksi

dari piringan bintang dalam orbit eksentrik di sekitar lubang hitam pusat. Eksentrisitas

adalah seperti yang bintang berlama-lama di orbital apocenter , menciptakan konsentrasi

bintang. P2 juga mengandung compact disk dari panas, kelas spektral bintang A. A

bintang tidak jelas dalam filter merah, tetapi dalam cahaya biru dan ultraviolet mereka

mendominasi inti, menyebabkan P2 untuk tampil lebih menonjol dari P1.

Sementara pada saat awal penemuannya itu hipotesis bahwa bagian terang dari inti

ganda adalah sisa dari galaksi kecil "dikanibal" oleh Andromeda Galaxy, ini tidak lagi

dianggap sebagai penjelasan yang layak, terutama karena inti seperti akan memiliki masa

sangat pendek karena gangguan pasang surut oleh lubang hitam pusat. Sementara ini bisa

sebagian diselesaikan jika P1 memiliki lubang hitam sendiri untuk menstabilkan,

distribusi bintang di P1 tidak menyarankan bahwa ada lubang hitam di pusatnya.

Sumber Diskrit
Rupanya, pada akhir tahun 1968, tidak ada sinar-X telah terdeteksi dari Galaksi

Andromeda. Sebuah penerbangan balon pada tanggal 20 Oktober 1970, menetapkan

batas atas untuk hard sinar X-terdeteksi

dari Galaksi Andromeda.

Beberapa sumber X-ray sejak telah

terdeteksi di Andromeda Galaxy,

menggunakan pengamatan dari Badan

Antariksa Eropa 's (ESA) XMM-


Galaksi Andromeda di energi tinggi sinar-X dan sinar
ultraviolet Newton mengorbit observatorium. Robin

Barnard et al. hipotesis bahwa ini adalah calon lubang hitam atau bintang neutron , yang

memanaskan gas yang masuk ke jutaan kelvin dan memancarkan sinar-X. Spektrum

bintang-bintang neutron adalah sama dengan lubang hitam yang dihipotesiskan, tetapi

dapat dibedakan dengan massa mereka.

Ada sekitar 460 gugus bola yang terkait dengan Galaksi Andromeda. Yang paling

besar cluster ini, diidentifikasi sebagai Mayall II , dijuluki Globular One, memiliki

luminositas lebih besar daripada gugus bola lain yang dikenal di Grup Lokal galaksi. Ini

berisi beberapa juta bintang, dan sekitar dua kali lebih bercahaya seperti Omega

Centauri , cluster globular terang dikenal di Bima Sakti . Bulat Satu (atau G1) memiliki

beberapa populasi bintang dan struktur terlalu besar untuk globular biasa. Akibatnya,

beberapa orang menganggap G1 menjadi inti sisa dari galaksi kerdil yang dikonsumsi

oleh Andromeda di masa lalu. The globular dengan kecerlangan terbesar


adalah G76 yang terletak di selatan-barat lengan bagian timur. lain gugus bola besar,

bernama 037-B327 dan ditemukan pada tahun 2006 seperti yang berat memerah oleh

Andromeda Galaxy debu antarbintang , dianggap lebih besar dari G1 dan cluster terbesar

dari Grup Lokal; Namun, penelitian lain telah menunjukkan itu sebenarnya sejenis di

properti untuk G1.

Berbeda dengan gugus bola dari Bima Sakti, yang menunjukkan dispersi usia yang

relatif rendah, gugus bola Andromeda Galaxy memiliki berbagai jauh lebih besar dari

usia: dari sistem setua galaksi itu sendiri untuk sistem yang jauh lebih muda, dengan usia

antara beberapa ratus juta tahun lima miliar tahun.

Pada tahun 2005, para astronom menemukan jenis baru sepenuhnya dari gugus

Cluster baru ditemukan berisi ratusan ribu bintang, jumlah yang sama dari bintang yang

dapat ditemukan di gugus bola. Apa yang membedakan mereka dari gugus bola adalah

bahwa mereka jauh lebih besar-beberapa ratus tahun cahaya-dan ratusan kali kurang

padat. Jarak antar bintang, oleh karena itu, jauh lebih besar dalam cluster diperpanjang

baru ditemukan.

Satelit
Seperti Bima Sakti, Andromeda Galaxy memiliki galaksi satelit , yang terdiri dari

14 dikenal galaksi kerdil . Galaksi satelit yang paling dikenal dan paling mudah diamati

adalah M32 dan M110 . Berdasarkan bukti saat ini, tampak bahwa M32 menjalani

pertemuan dekat dengan Galaksi Andromeda di masa lalu. M32 mungkin sekali telah

sebuah galaksi yang lebih besar yang memiliki disk yang bintang nya dihapus oleh M31,
dan menjalani peningkatan tajam dari pembentukan bintang di wilayah inti, yang

berlangsung sampai masa lalu yang relatif baru.

M110 juga tampaknya berinteraksi dengan Galaksi Andromeda, dan astronom

telah menemukan di halo yang terakhir aliran bintang-kaya logam yang tampaknya telah

dilucuti dari galaksi satelit tersebut. M110 memang mengandung jalur berdebu, yang

mungkin menunjukkan pembentukan bintang baru atau yang sedang berlangsung.

Pada tahun 2006, ditemukan bahwa sembilan dari galaksi satelit terletak pada

pesawat yang memotong inti Galaksi Andromeda; mereka tidak secara acak diatur seperti

yang diharapkan dari interaksi independen. Ini mungkin menunjukkan asal pasang surut

umum untuk satelit.

Tabrakan dengan Bima Sakti

Galaksi Andromeda mendekati Bima Sakti sekitar 110 kilometer per detik (68 mil

/ s). Telah diukur mendekati relatif terhadap Matahari sekitar 300 kilometer per detik

(190 mil / s) sebagai orbit Sun di sekitar pusat galaksi kita dengan kecepatan sekitar 225

kilometer per detik (140 mil / s). Hal ini membuat Andromeda Galaxy salah satu dari

sekitar 100 diamati blueshifted galaksi. Andromeda Galaxy tangensial atau sisi-cara

kecepatan sehubungan dengan Bima Sakti relative jauh lebih kecil daripada kecpatan

mendekati dan oleh karena itu diharapkan langsung bertabrakan dengan Bima Sakti

sekitar 4 miliar tahun. Sebuah hasil yang mungkin dari tumbukan adalah bahwa galaksi

akan bergabung untuk membentuk raksasa galaksi elips atau bahkan mungkin
besar galaksi disk . Peristiwa tersebut sering di antara galaksi di kelompok

galaksi . Nasib Bumi dan Tata Surya dalam acara tabrakan saat ini tidak

diketahui. Sebelum galaksi bergabung, ada kemungkinan kecil bahwa Tata Surya bisa

dikeluarkan dari Bima Sakti atau bergabung dengan Galaksi Andromeda.

Amatir Mengamati

Galaksi Andromeda adalah cukup terang untuk dilihat dengan mata telanjang ,

bahkan dengan beberapa polusi cahaya. Andromeda paling terlihat selama musim

gugur malam di belahan bumi utara , ketika dari pertengahan lintang galaksi

mencapai puncaknya dan dapat dilihat hampir sepanjang malam. Dari belahan bumi

selatan , itu adalahmusim semi objek dan tidak mencapai ketinggian tinggi di atas

cakrawala utara, sehingga sulit untuk mengamati. Teropong dapat mengungkapkan

beberapa struktur yang lebih besar dan dua galaksi satelit terang nya, M32 dan

M110. Sebuah amatir teleskop dapat mengungkapkan disk yang Andromeda, jalur debu

gelap, besar bintang awan NGC 206 , dan bahkan beberapa gugus bola terang nya.
Andromeda Galaxy Milky Way and Andromeda

Anda mungkin juga menyukai