Anda di halaman 1dari 8

TOKOH TOKOH ISLAM DI ILMU

PENGETAHUAN BIDANG
ASTRONOMI
ASTRONOMI adalah ilmu tertua sepanjang sejarah peradaban manusia,zaman
babilonia, sumeria, mesir, china dan setelah runtuhnya kebudayaan Yunani dan
Romawi pada abad pertengahan, maka kiblat kemajuan ilmu astronomi
berpindah ke bangsa Arab. Astronomi berkembang begitu pesat pada masa
keemasan Islam (8 - 15 M). Karya-karya astronomi Islam kebanyakan ditulis
dalam bahasa Arab dan dikembangkan para ilmuwan di Timur Tengah, Afrika
Utara, Spanyol dan Asia Tengah.Kumpulan tulisan dari astronomi Islam hingga
kini masih tetap tersimpan dan jumlahnya mencapai 10 RIBU MANUSKRIP.

Menurut para ahli sejarah, kedekatan dunia Islam dengan dunia lama yang
dipelajarinya menjadi faktor berkembangnya astronomi Islam. Selain itu, begitu
banyak teks karya-karya ahli astronomi yang menggunakan bahasa Yunani
Kuno, dan Persia yang DITERJEMAHKAN ke dalam bahasa Arab pada abad
ke 9. Salah satu yang diterjemahkan adalah karya Ptolomeus yang termasyhur,
ALMAGEST. Proses ini dipertinggi dengan toleransi terhadap sarjana dari
agama lain. Sayang, dominasi itu tak bisa dipertahankan umat Islam.
1. Al-Farghani (... - 870 M)
Nama lengkapnya Abu'l-Abbas Ahmad ibn Muhammad ibn Kathir al-Farghani. Ia merupakan salah
seorang sarjana Islam dalam bidang astronomi yang amat dikagumi. Beliau adalah merupakan salah
ahli astronomi pada masa Khalifah Al-Ma'mun. Dia menulis mengenai astrolabe dan menerangkan
mengenai teori matematik di balik penggunaan peralatan astronomi itu. Kitabnya yang paling populer
adalah Fi Harakat Al-Samawiyah wa Jaamai Ilm al-Nujum tentang kosmologi.

2. Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12 dan tetap sangat populer di Eropa
sampai masa Regiomontanus. Pengetahuan Dante Alighieri tentang astronomi Ptolemaic, yang
terlihat dalam bukunya Divina Commedia serta karya-karya lainnya seperti Convivio, tampaknya telah
diambil dari karya Alfraganus yang dia baca. Pada abad ke-17 orientalis Belanda Jacob Golius
menerbitkan teks Arab atas manuskrip yang diperolehnya di Timur Dekat, dengan terjemahan Latin
baru dan catatan yang ekstensif.
Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada
abad ke-12 dan tetap sangat populer di Eropa sampai
masa Regiomontanus. Pengetahuan Dante Alighieri
tentang astronomi Ptolemaic, yang terlihat dalam
bukunya Divina Commedia serta karya-karya lainnya
seperti Convivio, tampaknya telah diambil dari karya
Alfraganus yang dia baca. Pada abad ke-17 orientalis
Belanda Jacob Golius menerbitkan teks Arab atas
manuskrip yang diperolehnya di Timur Dekat, dengan
terjemahan Latin baru dan catatan yang ekstensif.
1. Al-Battani (858 - 929 M).

Al-Batani banyak mengoreksi perhitungan Ptolomeus mengenai orbit bulan dan planet-
planet tertentu. Dia membuktikan kemungkinan gerhana matahari tahunan dan menghitung
secara lebih akurat sudut lintasan matahari terhadap bumi, perhitungan yang sangat akurat
mengenai lamanya setahun matahari 365hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik.

Al-Battani mengusulkan teori baru untuk menentukan kondisi dapat terlihatnya bulan baru.
Tak hanya itu, ia juga berhasil mengubah sistem perhitungan sebelumnya yang membagi
satu hari ke dalam 60 bagian (jam) menjadi 12 bagian (12 jam), dan setelah ditambah 12
jam waktu malam sehingga berjumlah 24 jam.

Buku fenomenal karya Al-Battani pun diterjemahkan Barat. Buku "De Scienta Stelarum De
Numeris Stellarum" itu kini masih disimpan di VATIKAN ROMA ITALIA. Tokoh-tokoh
astronomi EROPA seperti "Copernicus", "Regiomantanus", "Kepler" dan "Peubach" TAK
MUNGKIN MENCAPAI SUKSES tanpa jasa Al-Batani. Copernicus dalam bukunya 'De
Revoltionibus Orbium Clestium' mengaku berutang budi pada Al-Battani.
ibnu Haitham (965 - 10390 M)
bnu Haitham merupakan ilmuwan yang gemar
melakukan penyelidikan. Penyelidikannya mengenai
cahaya telah memberikan ilham kepada ahli sains barat
seperti Boger, Bacon, dan Kepler mencipta mikroskop
serta teleskop. Ia merupakan orang pertama yang
menulis dan menemukan berbagai data penting
mengenai cahaya.
Beberapa buah buku mengenai cahaya yang ditulisnya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, antara lain
Light dan On Twilight Phenomena. Kajiannya banyak membahas mengenai senja dan lingkaran cahaya di sekitar
bulan dan matahari serta bayang-bayang dan gerhana.

Menurut Ibnu Haitham, cahaya fajar bermula apabila matahari berada di garis 19 derajat di ufuk timur. Warna
merah pada senja pula akan hilang apabila matahari berada di garis 19 derajat ufuk barat. Dalam kajiannya,
beliau juga telah berhasil menghasilkan kedudukan cahaya seperti bias cahaya dan pembalikan cahaya.

Ibnu Haitham juga turut melakukan percobaan terhadap kaca yang dibakar, dan dari situ ditemukanlah teori
lensa pembesar. Teori itu telah digunakan oleh para ilmuwan di Itali untuk menghasilkan kaca pembesar yang
pertama di dunia.

Yang lebih menakjubkan ialah Ibnu Haitham telah menemui prinsip isi padu udara sebelum seorang ilmuwan
yang bernama Trricella yang mengetahui perkara itu 500 tahun kemudian. Ibnu Haitham juga telah menemukan
kewujudan tarikan gravitasi sebelum Issaac Newton mengetahuinya. Selain itu, teori Ibnu Haitham mengenai
jiwa manusia sebagai satu rentetan perasaan yang bersambung-sambung secara teratur telah memberikan ilham
kepada ilmuwan barat untuk menghasilkan wayang gambar. Teori beliau telah membawa kepada penemuan film
yang kemudiannya disambung-sambung dan dimainkan kepada para penonton sebagaimana yang dapat kita
lihat pada masa kini.
telah menyatakan bahwa bumi berputar pada porosnya. Pada zaman itu, Al-Biruni juga telah memperkirakan
ukuran bumi dan membetulkan arah kota Makkah secara saintifik dari berbagai arah di dunia. Dari 150 hasil
buah pikirnya, 35 diantaranya didedikasikan untuk bidang astronomi.
Saat berusia 17 tahun, dia meneliti garis lintang bagi Kath, Khwarazm, dengan menggunakan altitude maksima
matahari.*Saat berusia 22, dia menulis beberapa hasil kerja ringkas, termasuk kajian proyeksi peta, "Kartografi",
yang termasuk metodologi untuk membuat proyeksi belahan bumi pada bidang datar.
* Saat berusia 27, dia telah menulis buku berjudul "Kronologi" yang merujuk kepada hasil kerja lain yang
dihasilkan oleh beliau (sekarang tiada lagi) termasuk sebuah buku tentang astrolab, sebuah buku tentang sistem
desimal, 4 buku tentang pengkajian bintang, dan 2 buku tentang sejarah.Beliau membuat penelitian radius Bumi
kepada 6.339,6 kilometer (hasil ini diulang di Barat pada abad ke 16).
Ibnu Al Syatir (1304 – 1375 M)
Ide Ibn Al-Syatir tentang PLANET BUMI MENGELILINGI MATAHARI telah Menginspirasi Copernicus. Akibatnya,
COPERNICUS dimusuhi gereja dan dianggap pengikut setan. Demikian juga GALILEO, yang merupakan pengikut
Copernicus, secara resmi dikucilkan oleh Gereja Katolik dan dipaksa untuk bertobat, namun dia menolak.
Ibnu Al-Shatir merombak habis Teori Geosentris yang dicetuskan Claudius Ptolemaeus atau Ptolemy (90 SM–
168 SM). Secara matematis, al-Shatir memperkenalkan adanya epicycle yang rumit (sistem lingkaran dalam
lingkaran). Al-Shatir mencoba menjelaskan bagaimana gerak merkurius jika bumi menjadi pusat alam
semestanya dan merkurius bergerak mengitari bumi.

Model bentuk Merkurius Ibnu al-Shatir menunjukkan penggandaan dari epicycle menggunakan Tusi-couple,
sehingga menghilangkan eksentrik dan equant teori Ptolemaic. Menurut George Saliba dalam karyanya A History
of Arabic Astronomy: Planetary Theories During the Golden Age of Islam, Kitab Nihayat al-Sul fi Tashih al-Usul,
merupakan risalah astronomi Ibnu Al-Shatir yang paling penting.

"Dalam kitab itu, secara drastis ia mereformasi model matahari, bulan, dan planet Ptolemic. Dengan
memperkenalkan sendiri model non-Ptolemic yang menghapuskan epicycle pada model matahari, yang
menghapuskan eksentrik dan equant. Dengan memperkenalkan epicycle ekstra pada model planet melalui

Anda mungkin juga menyukai