FISIKA
UNTUK SMA/MA KELAS X
Gerak planet dan satelit berdasarkan hukum newton
Tujuan pembelajaran :
Setelah menyelesaikan bab ini siswa diharapkan dapat
menganalisis keteraturan gerak planet dan satelit dalam tata surya
berdasarkan hukum-hukum Newton
Di dalam sistem tata surya kita matahari menempati posisi utama yang
paling penting. Selain sebagai bintang, matahari merupakan sumber kehidupan
bagi makhluk hidup di alam semesta terutama di bumi. Planet planet yang berada
di tata surya bergerak mengitari matahari yang pergerakannya sering disebut
dengan revolusi dimana revolusi untuk masing-masing planet berbeda-beda
tergantung dari jarak planet tersebut ke matahari. Bumi sendiri memiliki waktu
revolusi 365 hari atau yang sering kita sebut dengan 1 tahun. Selain berevolusi,
planet-planet juga melakukan gerak rotasi dimana planet melakukan gerak
berputar pada porosnya hingga menimbulkan dampak terjadinya siang dan malam.
Tidak hanya planet yang berotasi, matahari sebagai bintang juga ikut berotasi.
oleh Isaac Newton pada akhir abad ke-17. Gambar 1.1 orrey
Dalam fisika, gaya yang berperan penting dalam menjaga keteraturan gerak planet
adalah gaya gravitasi. Dalam bab ini juga kalian akan mempelajari tentang gaya
gravitasi yang lebih rinci melalui hukum-hukum yang dinyatakan oleh Isaac
Newton dan Johannes Kepler.
dan berotasi dengan sumbunya. Matahari, bulan, bintang, dan planet-planet lain
menurut Phytagiras melakukan gerakan mengitari suatu pusat api (bukan
matahari) yang berbentuk seperti bola yang berisi udara.
Kemudian muncul ahli astronomi yang lain seperti Aritarkhus yang
menyatakan bahwa bumi dan planet-plaet yang lain bergerak mengelilingi
matahari serta Eratosthens yang menghitung besarnya bumi. Kemudian
muncullah astronomer Yunani yang cukup terkenal yakni Aristoteles dan
Plato yang mengemukajkan pendapat bahwa bumi adalah pusat dari alam
semesta dimana semua benda langit bergerak mengelilingi bumi. Plato
berpedoman bahwa lingkaran merupakan suatu bentuk yang sempurn karena
tidak memiliki ujung sehingga benda-benda langit harusnya bergerak di
lingkaran. Menurut Plato, bumi pun juga harus berbentuk bola, demikian pula
dengan alam semesta. Plato juga memperhatikan tentang gerak-gerak benda
langit, sehingga Plato telah memberikan suatu kontribusi yang telah dijelaskan
oleh Phytagoras bahwa bumi berbentuk bola dan bergerak melingkar. Namun
kenyataannya, gerak-gerak planet tidak semudah sepeerti apa yang dijabarkan
oleh Plato karena planet luar sebagian besar bergerak dari timur kebarat, tetapi
terkadang nampak bergerak membalik. Konsep ini akan lebih mudah dipahami
jika matahari dijadikan sebagai pusat sehingga terdapat sistem yang bernama
heliosentrik dimana dalam sistem ini matahari dijelaskan sebagai pusat dari
alam semesta.
Kemudian muncul
seorang ahli astronomi dari
Denmark yang bernama
Tycho Brahe (1546-1601)
yang berpedapat bahwa alam
semesta menggunakan sistem
geosentrik dimana Tycho Sumber : www.softilmu.com
Brahe ini menolak pandangan Gambar 1.3 Model Geosentris dan Heliosentris
Copernicus dalam mneyikapi
sistem tata surya. Menurut Copernicus bumi bukanlah pusat dari tata surya,
melainkan mataharilah yang merupakan pusat dari tata surya dan planet-planet
yang ada bergerak mengitari matahari yang dinamakan dengan revolusi.
Kemudian terdapat lagi ahli yang bernama Johannes Kepler yang
mengemukakan teori yang kita kenal sekarang dengan hukum Kepler. Pada
tahun 1596 Kepler menerbitkan buku pertamanya di bidang astronomi dengan
judul The Mysteri of the Universe.Di dalam buku itu ia memaparkan
kekurangan dari kedua model diatas yaitu tiada keselarasan antara lintasan-
lintasan orbit planet dengan data pengamatan Tycho Brahe. Oleh karenanya
Kepler meninggalkan model Copernicus juga Ptolemeus lalu mencari model
baru. Pada tahun 1609, barulah ditemukan bentuk orbit yang cocok dengan
data pengamatan Brahe, yaitu bentuk elips. Kemudian penemuannya tersebut
dipublikasikan dalam bukunya yang berjudul Astronomia Nova yang juga
disertai hukum keduanya. Sedangkan hukum ketiga Kepler tertulis
dalam Harmonices Mundi yang dipublikasikan sepuluh tahun kemudian.
B. Hukum Kepler
Pada bagian ini kita akan mempelajari hukum Kepler tentang gerak
planet. Kepler melakukan pengamatan pada gerak planet-planet dan
mengambil kesimpulan seperti yang kenal sebagai hukum Kepler. Hukum
Kepler bersifat empiris karena diturunkan dari pengamatan.
1. Hukum I Kepler
Dalam hukum I kepler berbicara mengenai bentuk dari orbit planet. Bunyi
dari hukum ini :
“Lintasan setiap planet ketika mengelilingi matahari berbentuk
ellips dimana matahari terletak pada salah satu fokusnya”
adan jarak terhadap F1. Bentuk elips orbit ditentukan oleh nilai
eksentrisitas yang berkisar antara 0 dan 1 (0 < ε < 1). Semakin kecil nilai
eksentrisitasnya (mendekati nol), maka orbit akan berbentuk seperti
lingkaran dengan matahari berada di tengahnya. Jika nilai eksentrisitasnya
mendekati satu, maka bentuk orbit akan memanjang dan tipis. Jika planet
berada pada jarak terjauh matahari (sebelah kanan F1), maka pada saat itu
planet berada pada titik aphelion. Jika planet berada pada jarak terdekat
dengan matahari (sebelah kiri F2), maka planet berada pada titik
perihelion.
2. Hukum II kepler
Dimana :
= Periode planet 1
= Periode planet 2
= Jarak planet 1 dari matahari
= Jarak planet 2 dari matahari
CONTOH SOAL 1
Dua planet A dan B mengorbit matahari. Perbandingan antara
jarak planet A dan B ke matahari RA : RB = 1 : 4. Apabila
periode planet A mengelilingi matahari adalah 88 hari maka
periode planet B adalah……..hari
Pembahasan :
C. Gravitasi Newton
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak Gambar 3.1 Dua benda yang mengalami
gravitasi
antara benda. Hukum Coulomb memiliki
produk dari dua muatan pada produk dari massa, dan konstanta elektrostatik
pada konstanta gravitasi. Persamaan dari hukum gravitasi Newton dapat dituliskan
secara matematis sebagai berikut :
(3.1)
(3.2)
Tetapi hukum III Kepler yang berkaitan dengan periode dan jari-jari orbit :
(3.3)
(3.4)
= (3.5)
(3.6)
(3.7)
Persamaan 3.7 menunjukkan bahwa hukum III Kepler adalah hukum yang
menggambarkan pengaruh gravitasi yang pada awalnya Kepler tidak
mengungkapkan secara khusus tentang pengauh gaya ini.
Gaya gravitasi antara dua massa dapat dipandang sebagai gaya aksi
pada jarak tertentu karena kedua massa tidak saling sentuh. Setiap partikel pada
titik di sekitar benda bermassa mengalami gaya gravitasi karena di setiap titik
di sekitar benda yang bermassa mendapat medan gravitasi dari massa tersebut.
Pada semua titik yang berjarak sama dari pusat massa ini akan mengalami
medan gravitasi yang sama yang disebut sebagai g. Bila sebuah partikel di
letakkan di titik yang medan gravitasinya g, maka partikel tersebut akan
mengalami gaya sebesar . Jadi medan gravitasi yang dialami benda
tersebut adalah :
(3.8)
yang tidak lain adalah sama dengan persamaan medan gravitasi dari yang
dialami planet-planet arahnya selalu menuju ke pusat matahari dan besarnya
adalah,
(3.9)
(3.10)
Pembahasan :
D. Peluncuran Roket
Perhatikan sebuah benda yang dilemparkan vertikal ke atas dari
permukaan bumi. Dengan mengabaikan gaya gesek dari udara, maka semakin
tinggi posisi benda, kecepatannya semakin berkurang sehingga pada saat
(5.1)
(5.2)
Persamaan 5.1 digunakan untuk menentukan kecepatan tangensial
satelit (kecepatan orbit) untuk satelit yang memiliki jari-jari orbit r. Dari
persamaan 5.1 menunjukkan bahwa ternyata laju satelit tidak bergantung pada
massanya sendiri. Jadi, satelit-satelit dengan massa yang berbeda-beda dan
mengorbit bumi pada jarak yang sama memiliki laju dan periode yang sama.
Persamaan tersebut juga berlaku untuk menghitung kecepatan satelit alami
planet seperti bulan dan satelit alami lainnya. Persamaan 5.2 berlaku jika
diketahui orbit satelit berada pada ketinggian h dari permukaan bumi,
.
Refleksi
Cari. 2009. Aktif Belajar Fisika untuk SMA & MA kelas XI. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Nafiun. 2013. Gaya dan Medan Gravitasi : Hukum Gravitasi Newton, Hukum
Kepler, Kecepatan Satelit Mengelilingi Bumi, Pengukuran Konstanta
Universal, Energi Potensial. http://www.nafiun.com/2013/02/gaya-dan-
medan-gravitasi-hukum-kepler-1-2-3-energi-potensial-pengukuran-
kecepatan-satelit.html (diakses 6 september 2018)
Palupi, Dwi Satya. 2009. Fisika : untuk SMA dan MA kelas XI. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.