Anda di halaman 1dari 16

DIYAH AYU OCTA NOVA

FISIKA
UNTUK SMA/MA KELAS X
Gerak planet dan satelit berdasarkan hukum newton

Universitas Negeri Surabaya


GERAK PLANET
Kompetensi inti :
 Menganalisis keteraturan gerak planet dan satelit dalam tata surya
berdasarkan hukum-hukum Newton
 Menyajikan karya mengenai gerak satelit buatan yang mengorbit
bumi, pemanfaatan dan dampak yang ditimbulkannya dari
penelusuran berbagai sumber informasi

Tujuan pembelajaran :
 Setelah menyelesaikan bab ini siswa diharapkan dapat
menganalisis keteraturan gerak planet dan satelit dalam tata surya
berdasarkan hukum-hukum Newton

Di dalam sistem tata surya kita matahari menempati posisi utama yang
paling penting. Selain sebagai bintang, matahari merupakan sumber kehidupan
bagi makhluk hidup di alam semesta terutama di bumi. Planet planet yang berada
di tata surya bergerak mengitari matahari yang pergerakannya sering disebut
dengan revolusi dimana revolusi untuk masing-masing planet berbeda-beda
tergantung dari jarak planet tersebut ke matahari. Bumi sendiri memiliki waktu
revolusi 365 hari atau yang sering kita sebut dengan 1 tahun. Selain berevolusi,
planet-planet juga melakukan gerak rotasi dimana planet melakukan gerak
berputar pada porosnya hingga menimbulkan dampak terjadinya siang dan malam.
Tidak hanya planet yang berotasi, matahari sebagai bintang juga ikut berotasi.

Pada bab ini, kalian akan diajak


untuk memahami lebih dalam mengenai
analisis keteraturan gerak planet dalam tata
surya berdasarkan Hukum Newton. Pada
gambar 1.1 disajikan gambar orrey yang
merupakan suatu model dari mekanika tata
surya yang merupakan konsep yang dibuat Sumber : www.nafiun.com

oleh Isaac Newton pada akhir abad ke-17. Gambar 1.1 orrey
Dalam fisika, gaya yang berperan penting dalam menjaga keteraturan gerak planet
adalah gaya gravitasi. Dalam bab ini juga kalian akan mempelajari tentang gaya
gravitasi yang lebih rinci melalui hukum-hukum yang dinyatakan oleh Isaac
Newton dan Johannes Kepler.

A. Teori Kosmologi Klasik

Banyak orang yang percaya bahwa astronomi adalah ilmu yang


didasarkan pada aktivitas seseoran dalam melakukan pengamatan terhadap
fenomena alam yang terjadi. Fenomena alam tersebut dapat dijelaskan dengan
menggunakan konsep fisika sehingga muncullah cabang baru dalam ilmu fisika
yaitu astrofisika atau yang sering disebut dengan fisika antariksa. Sedangkan,
ilmu yang mempelajari asal-usul dari alam semesta dan karakteristiknya
disebut dengan kosmologi.
Berbicara tentang kosmologi,
seorang ahli astronomi terkenal yang
bernama Thales dari Yunani telah
meramalkan gerhana matahari yang terjadi
pada 585 SM. Ramalan itu dikembangkan
berdasarkan ahli astronomi dari Mesir dan
Babylonia yang dapat meramalkan gerhana
Sumber : Buku Aktif Belajar Fisika
bulan. Kemudian pada kisaran tahun 580-
XI SMA/MA
500 SM seorang ahli bernama Phytagoras
Gambar 1.2 Teori Phytagoras
menyatakan bahwa bumi berbentuk bulat tentang alam semesta

dan berotasi dengan sumbunya. Matahari, bulan, bintang, dan planet-planet lain
menurut Phytagiras melakukan gerakan mengitari suatu pusat api (bukan
matahari) yang berbentuk seperti bola yang berisi udara.
Kemudian muncul ahli astronomi yang lain seperti Aritarkhus yang
menyatakan bahwa bumi dan planet-plaet yang lain bergerak mengelilingi
matahari serta Eratosthens yang menghitung besarnya bumi. Kemudian
muncullah astronomer Yunani yang cukup terkenal yakni Aristoteles dan
Plato yang mengemukajkan pendapat bahwa bumi adalah pusat dari alam
semesta dimana semua benda langit bergerak mengelilingi bumi. Plato
berpedoman bahwa lingkaran merupakan suatu bentuk yang sempurn karena
tidak memiliki ujung sehingga benda-benda langit harusnya bergerak di
lingkaran. Menurut Plato, bumi pun juga harus berbentuk bola, demikian pula
dengan alam semesta. Plato juga memperhatikan tentang gerak-gerak benda
langit, sehingga Plato telah memberikan suatu kontribusi yang telah dijelaskan
oleh Phytagoras bahwa bumi berbentuk bola dan bergerak melingkar. Namun
kenyataannya, gerak-gerak planet tidak semudah sepeerti apa yang dijabarkan
oleh Plato karena planet luar sebagian besar bergerak dari timur kebarat, tetapi
terkadang nampak bergerak membalik. Konsep ini akan lebih mudah dipahami
jika matahari dijadikan sebagai pusat sehingga terdapat sistem yang bernama
heliosentrik dimana dalam sistem ini matahari dijelaskan sebagai pusat dari
alam semesta.
Kemudian muncul
seorang ahli astronomi dari
Denmark yang bernama
Tycho Brahe (1546-1601)
yang berpedapat bahwa alam
semesta menggunakan sistem
geosentrik dimana Tycho Sumber : www.softilmu.com

Brahe ini menolak pandangan Gambar 1.3 Model Geosentris dan Heliosentris
Copernicus dalam mneyikapi
sistem tata surya. Menurut Copernicus bumi bukanlah pusat dari tata surya,
melainkan mataharilah yang merupakan pusat dari tata surya dan planet-planet
yang ada bergerak mengitari matahari yang dinamakan dengan revolusi.
Kemudian terdapat lagi ahli yang bernama Johannes Kepler yang
mengemukakan teori yang kita kenal sekarang dengan hukum Kepler. Pada
tahun 1596 Kepler menerbitkan buku pertamanya di bidang astronomi dengan
judul The Mysteri of the Universe.Di dalam buku itu ia memaparkan
kekurangan dari kedua model diatas yaitu tiada keselarasan antara lintasan-
lintasan orbit planet dengan data pengamatan Tycho Brahe. Oleh karenanya
Kepler meninggalkan model Copernicus juga Ptolemeus lalu mencari model
baru. Pada tahun 1609, barulah ditemukan bentuk orbit yang cocok dengan
data pengamatan Brahe, yaitu bentuk elips. Kemudian penemuannya tersebut
dipublikasikan dalam bukunya yang berjudul Astronomia Nova yang juga
disertai hukum keduanya. Sedangkan hukum ketiga Kepler tertulis
dalam Harmonices Mundi yang dipublikasikan sepuluh tahun kemudian.

B. Hukum Kepler
Pada bagian ini kita akan mempelajari hukum Kepler tentang gerak
planet. Kepler melakukan pengamatan pada gerak planet-planet dan
mengambil kesimpulan seperti yang kenal sebagai hukum Kepler. Hukum
Kepler bersifat empiris karena diturunkan dari pengamatan.
1. Hukum I Kepler
Dalam hukum I kepler berbicara mengenai bentuk dari orbit planet. Bunyi
dari hukum ini :
“Lintasan setiap planet ketika mengelilingi matahari berbentuk
ellips dimana matahari terletak pada salah satu fokusnya”

Dari model lintasan planet diatas


diperlihatkan berbentuk elips
yang mengelilingi matahari.
Matahari berada pada salah satu
titik fokusnya yang ditandai
dengan F1 dan F2. Pada keadaan Sumber : www.studiobelajar.com
tersebut, planet memiliki dua Gambar 2.1 Lintasan orbit planet yang
jarak yakni jarak terhadap F2 berbentuk elips

adan jarak terhadap F1. Bentuk elips orbit ditentukan oleh nilai
eksentrisitas yang berkisar antara 0 dan 1 (0 < ε < 1). Semakin kecil nilai
eksentrisitasnya (mendekati nol), maka orbit akan berbentuk seperti
lingkaran dengan matahari berada di tengahnya. Jika nilai eksentrisitasnya
mendekati satu, maka bentuk orbit akan memanjang dan tipis. Jika planet
berada pada jarak terjauh matahari (sebelah kanan F1), maka pada saat itu
planet berada pada titik aphelion. Jika planet berada pada jarak terdekat
dengan matahari (sebelah kiri F2), maka planet berada pada titik
perihelion.

2. Hukum II kepler

Hukum II kepler menjelaskan tentang kecepatan orbit sebuah planet


dimana hukumnya berbunyi sebagai berikut :

“Setiap planet bergerak sedemikian sehingga suatu garis khayal


yang ditarik dari matahari ke planet tersebut mencakup daerah
dengan luas yang sama dalam waktu yang sama”

Pada gambar diatas


diperlihatkan contoh orbit
planet terhadap matahari.
Jari-jari orbit dan
Sumber : www.studiobelajar.com
kecepatan sudut planet
Gambar 2.2 ilustrasi hukum 2 kepler
pada orbit yang
berbentuk elips akan selalu bervariasi. Planet akan bergerak lebih cepat
ketika berada dekat dengan matahari, kemudian akan bergerak lebih
lambat ketika berjarak jauh dari matahari. Hukum II Kepler menyatakan
bahwa luasan area (biru) nilainya konstan dimanapun planet berada pada
orbitnya diukur berdasarkan interval waktu yang sama.

3. Hukum III kepler

“Kuadrat periode orbit suatu planet sebanding dengan pangkat


tiga jarak rata ratanya dari matahari”

Sehingga, secara matematis hukum 3 kepler dapat ditulis sebagai :

Dimana :
= Periode planet 1
= Periode planet 2
= Jarak planet 1 dari matahari
= Jarak planet 2 dari matahari

Hukum Kepler berfungsi untuk memprediksi lintasan planet-planet


atau benda luar angkasa lain seperti asteroid atau komet yang mengorbit
matahari. Selain itu, hukum Kepler dapat pula digunakan untuk benda-benda
langit lain yang tidak hanya mengorbit matahari tapi benda langit lainnya
seperti orbit bulan terhadap planetnya. Hukum Kepler digunakan karena ia
dapat memprediksi lintasan orbit dengan perhitungan yang cukup sederhana.
Untuk perhitungan yang lebih akurat, hukum Gravitasi Newton dapat dipakai
menggantikan hukum Kepler.

CONTOH SOAL 1
Dua planet A dan B mengorbit matahari. Perbandingan antara
jarak planet A dan B ke matahari RA : RB = 1 : 4. Apabila
periode planet A mengelilingi matahari adalah 88 hari maka
periode planet B adalah……..hari

Pembahasan :
C. Gravitasi Newton

Apa sih gaya gravitasi itu?

Gaya gravitasi adalah gaya tarikan yang


menyebabkan suatu benda berubah
bentuk atau arah gerak yang arahnya
menuju ke pusat bumi
.

Hukum gravitasi Newton


menyerupai hukum kekuatan listrik
Coulomb, yang digunakan untuk
menghitung besarnya gaya listrik antara
dua benda bermuatan. Keduanya hukum
kuadrat-terbalik, di mana gaya Sumber : www.softilmu.com

berbanding terbalik dengan kuadrat jarak Gambar 3.1 Dua benda yang mengalami
gravitasi
antara benda. Hukum Coulomb memiliki
produk dari dua muatan pada produk dari massa, dan konstanta elektrostatik
pada konstanta gravitasi. Persamaan dari hukum gravitasi Newton dapat dituliskan
secara matematis sebagai berikut :

Dimana G adalah konstanta pembanding yang disebut dengan konstanta


gravitasi yang besarnya dalam satuan SI adalah . Gaya
gravitasi sendiri merupakan gaya tarik menarik, maka dalam rotasi vektor
dituliskan sebagai = , dimana merupakan vektor satuan searah

R. Untuk sistem tata surya, planet-planet bergerak mengelilingi matahari


menggunakan gaya sentripetal. Berdasarkan hukum II Newton, gaya sentripetal
dapat dituliskan :

(3.1)

Jika T adalah periode benda yang berotasi, maka kecepatan :

(3.2)

Dimana : v = kecepatan benda berotasi (m/s)

R = jari-jari benda berotasi (m)

T = periode rotasi benda (s)

Tetapi hukum III Kepler yang berkaitan dengan periode dan jari-jari orbit :

(3.3)

Dimana k adaah konstanta pembanding. Kemudian jika kita mensubtitusi


persamaan 3.3 dan 3.2 ke dalam persamaan 3.1, maka didapatkan persamaan :

(3.4)

Sehingga untuk sistem tata surya, planet-planet bergerak mengelilingi


Matahari, maka besarnya gaya sentripetal sama dengan gaya gravitasi, dari
persamaan 2.6 dan 2.7 didapatkan persamaan untuk nilai k :

= (3.5)

Kelajuan planet dalam mengelilingi matahari dinyatakan dalam :

(3.6)

Jika persamaan 3.3 dimasukkan ke dalam persamaan 3.6 didapatkan persamaan


Newton-Kepler yaitu :

(3.7)
Persamaan 3.7 menunjukkan bahwa hukum III Kepler adalah hukum yang
menggambarkan pengaruh gravitasi yang pada awalnya Kepler tidak
mengungkapkan secara khusus tentang pengauh gaya ini.

Gaya gravitasi antara dua massa dapat dipandang sebagai gaya aksi
pada jarak tertentu karena kedua massa tidak saling sentuh. Setiap partikel pada
titik di sekitar benda bermassa mengalami gaya gravitasi karena di setiap titik
di sekitar benda yang bermassa mendapat medan gravitasi dari massa tersebut.
Pada semua titik yang berjarak sama dari pusat massa ini akan mengalami
medan gravitasi yang sama yang disebut sebagai g. Bila sebuah partikel di
letakkan di titik yang medan gravitasinya g, maka partikel tersebut akan
mengalami gaya sebesar . Jadi medan gravitasi yang dialami benda
tersebut adalah :

(3.8)

yang tidak lain adalah sama dengan persamaan medan gravitasi dari yang
dialami planet-planet arahnya selalu menuju ke pusat matahari dan besarnya
adalah,

(3.9)

Persamaan 3.9 hanya berlaku untuk benda-benda jauh di atas


permukaan planet, sedangkan untuk benda-bendamdi permukaan planet,
misalnya bumi g = 9,8 .

Energi potensial gravitasi untuk sistem partikel atau planet seperti


telah didiskusikan pada bab usaha dan enrgi, besarnya energi potensial
gravitasi yang dialami benda mengalami gaya tarik menarik adalah negatif dan
disajikan sebagai berikut

(3.10)

Dimana r adalah jarak dari pusat massa M dari m.


CONTOH SOAL 2
22 Dua bintang yang masing-masing massanya 4M dan 9M terpisah
sejauh a. Jika sebuah planet berada di antara kedua bintang tersebut
dan planet tidak mengalami gaya gravitas, maka letak planet
tersebut adalah...

Pembahasan :

D. Peluncuran Roket
Perhatikan sebuah benda yang dilemparkan vertikal ke atas dari
permukaan bumi. Dengan mengabaikan gaya gesek dari udara, maka semakin
tinggi posisi benda, kecepatannya semakin berkurang sehingga pada saat

mencapai ketinggian maksimum . Kita dapat menggunakan hukum


kekekalan energi untuk menentukam ketinggian benda tersebut yaitu:
E. Peluncuran
: Satelit
Sebuah satelit diletakkan ke dalam
orbitnya dengan cara memberinya percepatan
yang besar hingga mencapai suatu kecepatan
tangensial yang cukup tinggi dan memadai
dengan bantuan roket. Seperti dilgambarkan
dalam gambar 6.1. Jika kecepatannya terlalu
tinggi, satelit tidak akan terperangkap di dalam Sumber : www.ayo-
sekolahfisika.com
orbitnya oleh gravitasi bumi dan akan dilepas
Gambar 6.1 satelit yang
entah kemana. Jika kecepatannya terlalu diletakkan dalam orbitnya

rendah, pesawat itu akan jatuh kembali ke


bumi. Pada kenyataannya, sebuah satelit memang bergerak jatuh ke bumi
(bergerak dipercepat menuju bumi), namun kecepatan tangensialnya sangat
tinggi sehingga membuat satelit tersebut tidak jatuh ke bumi. Satelit-satelit
biasanya diletakkan dalam orbit lingkaran (atau mendekati lingkaran),
karena bentuk lintasan orbit semacam ini memerlukan kecepatan lepas
landas terkecil. Percepatan yang diperlukan pada saat satelit mengorbit
adalah percepatan sentripetal, maka pada satelit yang mengalami gaya
gravitasi bumi :

(5.1)

(5.2)
Persamaan 5.1 digunakan untuk menentukan kecepatan tangensial
satelit (kecepatan orbit) untuk satelit yang memiliki jari-jari orbit r. Dari
persamaan 5.1 menunjukkan bahwa ternyata laju satelit tidak bergantung pada
massanya sendiri. Jadi, satelit-satelit dengan massa yang berbeda-beda dan
mengorbit bumi pada jarak yang sama memiliki laju dan periode yang sama.
Persamaan tersebut juga berlaku untuk menghitung kecepatan satelit alami
planet seperti bulan dan satelit alami lainnya. Persamaan 5.2 berlaku jika
diketahui orbit satelit berada pada ketinggian h dari permukaan bumi,
.

Refleksi

Setelah mempelajari bab ini, diharapkan kalian mampu memahami


tentang :
1. hukum Kepler,
2. gravitasi Newton, dan
3. hukum Kepler menurut Newton.
Apabila kalian belum memahami isi materi pada bab ini, pelajari
kembali
sebelum melanjutkan ke bab berikutnya.
Daftar Pustaka
Ayo Sekolah Fisika. 2015. Gerak Satelit. https://www.ayo-
sekolahfisika.com/2015/10/3-gerak-satelit.html (diakses 8 september
2018)

Cari. 2009. Aktif Belajar Fisika untuk SMA & MA kelas XI. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Fisika Study Center. 2018. Hukum Kepler Tentang Gerak Planet.


http://fisikastudycenter.com/astronomi/319-hukum-keppler-tentang-
gerak-planet (diakses 9 september 2018)

Hadi, abdul. 2015. Pengertian Rumus dan Aplikasi Hukum Gravitasi.


https://www.softilmu.com/2015/11/pengertian-rumus-dan-aplikasi-
hukum.html (diakses 6 september 2018)

Hajar Fisika. 2017. Soal dan Pembahasan Gaya Gravitasi.


https://www.hajarfisika.com/2017/09/soal-dan-pembahasan-gaya-
gravitasi.html (diakses 9 september 2018)

Ibadurrahman. 2015. Hukum Kepler. https://www.studiobelajar.com/hukum-


kepler/ (diakses 6 september 2018)

Nafiun. 2013. Gaya dan Medan Gravitasi : Hukum Gravitasi Newton, Hukum
Kepler, Kecepatan Satelit Mengelilingi Bumi, Pengukuran Konstanta
Universal, Energi Potensial. http://www.nafiun.com/2013/02/gaya-dan-
medan-gravitasi-hukum-kepler-1-2-3-energi-potensial-pengukuran-
kecepatan-satelit.html (diakses 6 september 2018)

Palupi, Dwi Satya. 2009. Fisika : untuk SMA dan MA kelas XI. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai