X TKJ 1
Disusun Oleh : Kelompok 1
Nama kelompok :
Dinda Amelia ( 22 )
Aril agustiyo ( 15 )
Andrean hergiansyah ( 13 )
Afrizal syawaludin iqbal ( 8 )
Aiddhul beni putra ( 10 )
Gravitasi Universal
Hukum gravitasi universal Newton menyatakan bahwa benda di alam semesta saling
tarik menarik dengan gaya yang berbanding lurus dengan hasil dari massa dan
berbanding terbalik dengan kuadrat dari jarak antara mereka. (Secara terpisah
menunjukkan bahwa besar massa berbentuk bulat simetris tarik-menarik seolah-olah
semua massa terkonsentrasi di pusat-pusat mereka.) Ini merupakan hukum
fisika umum yang berasal dari pengamatan empiris yang Isaac Newton sebut induksi ini
adalah bagian dari mekanika klasik dan dirumuskan dalam karya Newton
berjudul Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica ("the Principia"), terbit perdana
pada 5 Juli 1687. (Ketika buku Newton disajikan pada 1686 ke Royal Society, Robert
Hooke mengklaim bahwa Newton memperoleh inverse hukum kuadrat darinya.) Dalam
bahasa modern, hukum ini menyatakan bahwa:
Setiap titik massa menarik setiap massa titik lain dengan gaya sepanjang potong dari
kedua titik. Gayanya berbanding lurus dengan hasil dari dua massa dan berbanding
terbalik dengan kuadrat dari jarak antara mereka:
Dimana :
Teori Geosentris
Sebelum muncul teori heliosentris, teori awal yang muncul terkait dengan sistem tata
surya kita adalah teori geosentris.
Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli dari Yunani bernama Claudius Ptolomeus.
Teori geosentris menyatakan bahwa semua objek dalam tata surya kita bergerak relatif
terhadap bumi.
Dengan kata lain, menurut teori geosentris, bumi merupakan pusat tata surya. Teori ini
bahkan dipercaya selama hampir 1400 tahun lamanya. Sebab, jika kita memperhatikan
benda-benda langit di sekitar kita, benda-benda tersebut tampak tengah bergerak
mengelilingi bumi.
Sebab itulah teori ini juga didukung oleh para ilmuwan lain seperti, Socrates, Plato,
Aristoteles, Tales, Anaximander, dan Phytagoras.
Hingga kemudian ditemukan kelemahan dalam teori geosentris, yaitu teori ini tidak
dapat menjelaskan matahari dan bulan yang bergerak dalam jejak lingkaran
mengelilingi bumi, tetapi planet bergerak tidak teratur dalam serangkaian simpul ke
arah timur.
Yunani kuno
Illustrasi model alam semesta dari Anaximander. Sebelah kiri: siang hari pada musim
panas; sebelah kanan: malam hari pada musim dingin.
Teori atau model Geosentrik memasuki astronomi dan filsafat Yunani sejak dini; dapat
ditelusuri pada peninggalan filsafat sebelum zaman Sokrates. Pada abad ke-6
SM, Anaximander mengemukakan suatu kosmologi dengan bumi berbentuk seperti
potongan suatu tiang (sebuah tabung), berada di awang-awang di pusat segala
sesuatu. Matahari, Bulan, and planet-planet adalah lubang-lubang dalam roda-roda
yang tidak kelihatan yang mengelilingi bumi; melalui lubang-lubang ini manusia dapat
melihat api yang tersembunyi. Pada waktu yang sama, para pengikut Pythagoras, yang
disebut kelompok Pythagorean, berpendapat bahwa bumi adalah suatu bola (menurut
pengamatan gerhana-gerhana), tetapi bukan sebagai pusat, melainkan bergerak
mengelilingi suatu api yang tidak tampak. Kemudian pandangan-pandangan ini
digabungkan, sehingga kalangan terpelajar Yunani sejak dari abad ke-4 SM berpikir
bahwa bumi adalah bola yang menjadi pusat alam semesta.
Model Ptolemaik
Meskipun prinsip dasar geosentrisme Yunani sudah tersusun pada zaman Aristoteles,
detail sistem ini belum menjadi standar. Sistem Ptolemaik, yang diutarakan oleh
astronomor Helenistik Mesir Claudius Ptolemaeus pada abad ke- 2 M akhirnya berhasil
menjadi standar. Karya astronomi utamanya, Almagest, merupakan puncak karya-karya
selama berabad-abad-abad oleh para astronom Yunani kuno, Helenistik dan Babilonia;
karya itu diterima selama lebih dari satu milenium sebagai model kosmologi yang benar
oleh para astronom Eropa dan Islam. Karena begitu kuat pengaruhnya, sistem
Ptolemaik kadang kala dianggap sama dengan model geosentrik.
Ptolemy berpendapat bahwa bumi adalah pusat alam semesta berdasarkan
pengamatan sederhana yaitu setengah jumlah bintang-bintang terletak di atas horizon
dan setengahnya di bawah horizon pada waktu manapun (bintang-bintang pada bulatan
orbitnya), dan anggapan bahwa bintang–bintang semuanya terletak pada suatu jarak
tertentu dari pusat semesta. Jika bumi terletak cukup jauh dari pusat semesta, maka
pembagian bintang-bintang yang tampak dan tidak tampak tidaklah akan sama. l. [n 4]
Sistem Ptolemaik
1. Bulan
2. Merkurius
3. Venus
4. Matahari
5. Mars
6. Yupiter
7. Saturnus
8. Bintang-bintang tetap
9. Primum Mobile ("Yang pertama bergerak").
Urutan ini tidak diciptakan atau merupakan hasil karya Ptolemaeus, melainkan
diselaraskan dengan kosmologi agamawi "Tujuh Langit" yang umum ditemui pada
tradisi agamawi Eurasia utama
Geosentrisme dan Astronomi Islam.
Artikel utama: Maragheh observatory, Astronom dalam Islam abad pertengahan, dan Kosmologi Islam
Dikarenakan dominansi ilmiah sistem Ptolemaik dalam astronomi Islam, para astronom
Muslim menerima bulat model geosentrik.[n 5]
Pada abad ke-12, Arzachel meninggalkan ide Yunani kuno "pergerakan melingkar
uniform" (uniform circular motion) dengan membuat hipotesis bahwa
planet Merkurius bergerak dalam orbit eliptik,[10][11] sedangkan Alpetragius mengusulkan
model planetari yang meninggalkan equant, mekanisme epicycle dan eksentrik,
[12]
meskipun ini menghasilkan suatu sistem yang lebih kurang akurat secara matematik.
[13]
Fakhr al-Din al-Razi (1149–1209), sehubungan dengan konsepsi fisika dan dunia
fisika dalam karyanya Matalib, menolak pandangan Aristotelian dan Avicennian bahwa
Bumi berada di pusat alam semesta, melainkan berpendapat bahwa ada "ribuan-ribuan
dunia (alfa alfi 'awalim) di luar dunia ini sedemikian sehingga setiap dunia ini lebih besar
dan masif dari dunia ini serta serupa dengan dunia ini." Untuk mendukung argumen
teologinya, ia mengutip dari Al Quran, "All praise belongs to God, Lord of the Worlds,"
menekankan istilah "Worlds" (dunia-dunia).[14]
Lukisan dari suatu naskah dari Islandia bertarikh sekitar tahun 1750 menggambarkan model geosentrik.
Tidak semua orang Yunani setuju dengan model geosentrik. Sistem Pythagorean yang
sudah disinggung sebelumnya meyakini bahwa Bumi merupakan salah satu dari
beberapa planet yang bergerak mengelilingi suatu api di tengah-tengah.
[15]
Hicetas dan Ecphantus, dua penganut Pythagorean dari abad ke-5 SM,
dan Heraclides Ponticus dari abad ke-4 SM, percaya bahwa Bumi berputar mengelilingi
aksisnya, tetapi tetap berada di tengah alam semesta.[16] Sistem semacam itu masih
tergolong geosentrik. Pandangan ini dibangkitkan kembali pada Abad
Pertengahan oleh Jean Buridan. Heraclides Ponticus suatu ketika dianggap
berpandangan bahwa baik Venus maupun Merkurius mengelilingi Matahari, bukan
Bumi, tetapi anggapan ini tidak lagi diterima.[17] Martianus Capella secara definitif
menempatkan Merkurius dan Venus pada suatu orbit mengitari Matahari. Aristarchus
dari Samos adalah yang paling radikal, dengan menulis dalam karyanya (yang tidak lagi
terlestarikan) mengenai heliosentrisme, bahwa Matahari adalah pusat alam semesta,
sedangkan Bumi dan planet-planet lain mengitarinya. Teorinya tidak populer pada
masanya, dan ia mempunyai satu pengikut yang bernama, Seleucus of Seleucia.
Teori Heliosentris.
Heliosentrisme.
Hukum Kepler muncul usai runtuhnya teori geosentris yang memiliki anggapan
jika Bumi adalah pusat tata surya. Setelah itu, Nicolaus Copernicus
mengemukakan teori heliosentris yang menyakan matahari sebagai pusat tata
surya. Bumi hanyalah salah satu planet yang bergerak mengelilingi matahari
pada orbitnya. Teori heliosentris menjadi ilmu pembaru dari gerak planet-planet
yang telah berkembang sebelumnya. Tentang Teori Heliosentris Teori
heliosentris dianggap sebagai salah satu penemuan terpenting dalam sejarah.
Teori ini menyatakan bahwa matahari sebagai pusat dari tata surya. Tentunya
teori ini bertentangan dengan teori geosentris, yang menyatakan bahwa bumi
sebagai pusat tata surya: benda-benda di langit mengelilingi bumi. Sedangkan,
teori heliosentris sebaliknya. Matahari pusat tata surya dan benda-benda di langit
mengelilinga termasuk bumi. Mereka mengelilihi matahari dalam orbit berbentuk
lingkaran. Teori ini dicetuskan oleh Copernicus dan didukung Galileo Galilei.
Namun, teori heliosentris ditolak pihak gereja lantaran bertentangan dengan teori
geosentris yang didukung Aristoteles. Atas dasar teori ini pula, menurut laman
Sumber Belajar Kemendikbud, ilmuwan bernama Johannes Kepler (1571 - 1639)
memberikan argumennya bahwa gerak edar planet mengelilingi matahari tidak
berbentuk bulat sempurna. Namun, kata Kepler, garis edar tersebut cenderung
berbentuk elips atau lonjong.
Bunyi Hukum Kepler Penelitian Kepler terhadap gerak planet-planet
mengelilingi matahari lantas memunculkan teori Hukum Kepler. Kepler telah
membaginya ke dalam tiga teori, termasuk membuat rumusnya. Menurut modul
Gerak Planet pada Sistem Tata Surya Paket C (Kemdikbud 2017), berikut ini
bunyi Hukum Kepler: 1. Hukum I Kepler Bunyi Hukum I Kepler menyatakan,
“Semua planet bergerak dalam lintasan yang berbentuk elips ketika beredar
mengelilingi matahari, yang matahari berada pada salah satu titik fokus elips". 2.
Hukum II Kepler Hukum II Kepler menyatakan, “Suatu gerak edar planet
mengitari matahari menjangkau suatu bidang luas segitiga yang sama, dalam
jangka waktu yang sama.” Berdasarkan hukum ini, pada saat jarak planet ke
matahari dekat maka gerak edar planet juga semakin cepat. Luas bidang edar
dan waktu tempuhnya sama dengan saat planet berada lebih jauh jaaknya dari
matahari. 3. Hukum III Kepler Hukum III Kepler menyatakan, “Perbandingan
kuadrat waktu periode planet dengan pangkat tiga jarak planet tersebut ke
matahari adalah sama untuk semua planet.” Dari hukum ini ditentukan rumus
persamaannya: T1 kuadrat / T2 kuadrat = R1 pangkat 3 / R2 pangkat 3 T1:
periode revolusi planet 1 T2: periode revolusi planet 2 R1: jarak rata-rata planet 1
ke matahari R2: jarak rata-rata planet 2 ke matahari Hukum Kepler dalam
kehidupan modern dipakai untuk memperkirakan lintasan planet-planet atau
benda luar angka lain yang mengorbit matahari. Misalnya yaitu asteroid atau
planet lain yang belum muncul di masa kehidupan Kepler. Huum Kepler dapat
pula diterapkan untuk menghitung gerak bulan yang mengorbit bumi, atau benda
baru lainnya yang mengorbit bumi selain bulan.