Sejak ribuan tahun yang lalu, manusia takjub dan kagum menyaksikan keindahan alam
semesta yang mereka saksikan pada waktu malam dengan langit yang bertaburan penuh bintang
yang bergeser tiada henti-hentinya itu, bertanya-tanya pada diri sendiri atau pada sesamanya.
Apakah sesungguhnya titk-titik cahaya yang ribuan jumlahnya berada di langit, yang kemudian
mereka sebut “bintang” itu? Berapa jauhkah mereka itu dari bumi? Dan dimanakah kiranya
tempat bumi kita ini di jagat raya tersebut? Apakah bumi itu berdiam diri saja tidak bergerak di
tengah-tengah alam semesta ini?
Demikian pula manusia telah mempertanyakan bagaimanakah kiranya asal-mula
terjadinya jagat raya beserta segala isinya ini? Oleh karena tidak dapat memperoleh jawaban
terhadap pertanyan-pertanyaan seperti itu, telah diciptakan banyak mitos-mitos dan dongeng-
dongeng yang tidak masuk akal, baik mengenai keadaan benda-benda langit tersebut maupun
mengenai kelahiran alam semesta ini.
Seiring dengan perkembangan zaman, lahirlah beberapa pandangan para ahli
perbintangan untuk memecahkan rahasia-rahasia di alam semesta ini dengan berbagai hipotesis
ilmiah yang ada sesuai dengan tingkat perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan saat itu.
A. Eudoxus
Aristarchus adalah orang pertama yang berhasil mempunyai pandangan bahwa bumi ini
hanya salah satu saja dari beberapa planet yang ada, yang juga berputar mengelilingi matahari.
Begitu juga dia telah mengetahui bahwa bintang-bintang di langit yang seolah-olah bergeser
mengelilingi bumi itu disebabkan bumi berputar pada sumbunya (berotasi). Sayang ahli-ahli
perbintangan pada waktu itu menolak gagasan tersebut. Pandangan orang yang dianggap betul
waktu itu ialah: jagat raya ini pusatnya ialah bumi yang berdiam diri di tengah-tengahnya.
Aristarchus berhasil mengukur jarak antara bumi dan matahari, kemudian maju selangkah
lagi dengan pernyataannya bahwa bumi beredar mengelilingi matahari, dan bahwa bintang-
bintang sebegitu jauh letaknya sehingga jarak bumi-matahari akan lenyap jika diperbandingkan
padanya.
C. Hipparchus
Hipparchus telah berhasil menghitung bayangan bumi yang jatuh pada rembulan pada
waktu terjadi gerhana bulan. Selain berhasil menghitung jarak antara bumi dan bulan, ia juga
berhasil menghitung besarnya benda langit tersebut dengan teliti.
Dia telah menyusun katalog tentang 850 buah bintang yang terang serta letaknya di
langit. Dengan membanding-bandingkan catatan-cacatan dari para ahli bintang sebelumnya.
Hipparchus juga menemukan hal yang sangat penting bagi ilmu bintang sampai saat ini, yaitu
mengenai “presisi” (gerak olengnya bumi).
D. Claudius Ptolemeus
Claudius Ptolemeus, disebut juga Ptolemy, dia hidup di Mesir. Walaupun dia sudah
mempelajari pandangan (konsep) jagat raya yang berpusat pada matahari, dia menyokong penuh
pandangan/konsep jagat-raya yang berpusatkan pada bumi (geosentris).
Menurut pandangan Ptolomeus, bumi kita ini berada dalam keadaan diam di jagat-raya
(alam semesta), kemudian berturut-turut di kelilingi oleh: bulan, venus, merkurius, matahari,
mars, jupiter dan saturnus. Ketujuh benda langit itu selalu beredar mengelilingi bumi menjalani
lintasan masing-masing yang berbentuk lingkaran, dan berturut-turut semakin jauh letaknya dari
bumi semakin semakin besar pula bentuk lingkarannya. Semua benda langit itu terkurung oleh
sebuah bola langit, di mana pada dindingnya melekat bintang-bintang yang juga beredar
mengelilingi bumi sepanjang lingkaran yang terletak paling jauh dari padanya (lihat Gambar 2.1)
Gambar 2.1 Konsep jagat raya
Selama lebih dari 1500 tahun lamanya pandangan seperti itu menjadi pandangan
masnusia selama ini, dan dianggap sebagai pandangan yang paling benar. Hal ini didasarkan
pada “kenyataan” yang dapat disaksikan manusia setiap hari bahwa bintang-bintang, planet-
planet matahari dan bulan semuanya tampak beredar mengelilingi bumi. Orang tidak menduga
sama sekali, bahwa gerakan-gerakan itu hanya maya atau semu semua.
Kesulitan terbesar dalam model tata-surya yang geosentris ini ialah beberapa planet itu
secara periodik mempunyai gerakan yang berbalik di dalam lintasannya. Lintasan semu tahunan
dari planet-planet ini bukan merupakan lingkaran yang sungguh-sungguh, tetapi kadang-kadang
berputar-putar kembali (melukiskan lingkaran kecil) lebih dahulu untuk kemudian meneruskan
menyelasaikan lintasannya tersebut.
Untuk dapat menjelaskan “gerakan kembali” dalam rangka pandangan geometris itu,
perlu diterima anggapan, bahwa di samping lintasan besar mengelilingi bumi, planet-planet juga
mempunyai lintasan-lintasan yang berbentuk lingkaran-lingkaran kecil, yang di sebut epicycles
(lihat gambar 2).
Gambar 2.2 Lintasan gerak planet yang berbentuk lingkaran
E. Tycho brahe
F. Nicolas Copernicus
Nicolas berkebangsaan Polandia, pada tahun 1543 untuk pertama kalinya menemukan
teori heliosentris (berpusatkan pada matahari) karena itu juga disebut sebagai sistem Copernicus.
Di dalam sistem heliosentris ini bintang-bintang masih dianggap melekat pada sebuah bola
langit, dan beredar mengelilingi matahari. Antara matahari (yang berada di pusat) dan bintang-
bintang tersebut terletak planet-planet (termasuk bumi) yang selalu beredar mengelilinginya
sepanjang lintasan-lintasan, yang masing-masing berbentuk lingkaran.
Sistem Copernicus ini lebih sederhana daripada teori Ptolomeus dengan gerakan-gerakan
epicycles dari planet-planet yang rumit itu. Nicolas sangat berhati-hati mengemukakan
keyakinannya, bahwa bukan bumi yang dikelilingi oleh matahari, tetapi sebaliknya.
Gerakan membalik dari planet-planet (yang semu) itu oleh teori Copernicus ini dapat di
terangkan karena kecepatan bergerak planet-planet dan bumi dalam mengelilingi matahari
masing-masing tidaklah sama. Lebih lanjut Nicolas mengemukakan dua hal yang kemudian
terkenal sebagai hokum Copernicus, ialah:
1) Bumi berputar mengelilingi sumbunya sekali sehari
2) Bumi mengelilingi matahari sekali dalam setahun
Ternyata kemudian, bahwa ada dua kesalahan besar terdapat pada teori Copercinus ini
ialah:
1) Bintang-bintang tidak beredar mengelilingi matahari
2) Lintasan planet-planet bukan berbentuk lingkaran
G. Galileo Galilei
H. Johannes Keppler
𝑚1 𝑥 𝑚2.
F= 𝐺 .
𝑟2
Harga G dalam system MKS ialah 6,67 x 10−11 .
Gaya tarik ini pula yang menarik semua benda yang berada di permukaan bumi. Benda
yang dilempar ke atas akan di tarik oleh bumi karena adanya gaya tarik atau gaya berat
(gravitasi) ini. Begitulah “gaya misterius” yang oleh Kepler di sangka ada dan yang menyatukan
seluruh jagat raya ini ternyata adalah gaya gravitasi ini. Teori-teori Newton tentang gerak dan
gravitasi ini telah diterbitkan dalam buku yang berjudul “Principia” yang diterbitkan di tahun
1867 dan merupakan karya tulis yang sangat penting dalam dunia pengetahuan.
J. William Herchel
Ia Astronom asal Inggris yang telah membuat teleskop dan dengan alat ini ia berhasil
menemukan planet uranus. Perhatiannya cukup besar kepada gerakan bintang-bintang dan
keadaan bintang dan keadaan bintang/Kabut Sakti (milky way). 1780-an Herchel mulai
menghitung jumlah bintang di langit dengan menggunakan metode yang di namakan “star
gauges” (perhitungan bintang). Teleskop reflektingnya ternyata berhasil meliahat jutaan bintang.
Setelah mempelajari data tersebut, ia mengambil kesimpulan bahwa matahari itu
sesungguhnya tidak terletak di tengah-tengah (pusat) jagat-raya. Matahari juga bergeser di
antariksa, sehingga menyebabkan bintang-bintang yang lain juga nampak bergeser tempatnya
(posisinya). Arah pergeseran matahari di Antariksa ini menurut dia menuju ke suatu titik yang
dia sebut “titik apek”. Ia juga mengatakan bahwa Bima Sakti (Milky Way) itu berwujud seperti
gumpalan debu raksasa (powder puff), tempat matahari terletak di dekat titik pusatnya.
K. Harlow Shapley
Ia menyatakan bahwa yang menjadi pusat sistem milky Way ini berada di dekat rasi
bintang sagitarius, langit sangat pekat ditempati oleh bintang-bintang. Ia juga mencatat terdapat
tumpuk-tumpuk bintang yang berbentuk bulatan (bola yang disebut “globular cluster” tumpuk
bintang berbentuk bola). Dia menentukan beberapa lusin tumpuk bintang seperti ini di sekitar
rasi sagitarius, dan hanya beberapa saja di daerah-daerah yang bertentangan letaknya, yaitu kira-
kira di dekat rasi bintang Auragia. Dia berkesimpulan bahwa tumpuk-tumpuk bintang seperti itu
banyak terdapat mengitari pusat dari sistem bintang kita ini dan memastikan bahwa matahari kita
ini didekat tepi Milky Way.
L. Edwin P. Hubble
Ia menemukan bahwa jagat-raya ini ternyata jauh lebir besar (luas) dari apa yang pernah
dibayangkan, baik oleh Herchel maupun Shapley. Di antara bintang-bintang itu di sana-sini
ternyata banyak ditemukan kabut-gas tipis yang kecil-kecil. Menurut Hubble benda-benda langit
itu adalah sistem-sistem bintang lain, seperti sistem bintang kita sendiri. Seperti Herchel, Hubble
menamakan galaxy-galaxy. Salah satu di antaranya ialah galaxy kita atau Galaxy Milky Way
atau Galaxy Bima Sakti. Galaxy yang lain itu menurut Hubble terletak amat jauh dari Galaxy kita
dan disebutnya galaksi-galaksi eksternal.