ANALISIS WILAYAH
“FUNGSI KAWASAN DAN KEMAMPUAN LAHAN”
Disusun Oleh :
Kelompok I
Deti Krisdayanti Gulo 19045005
Md. Navri Zulirfan 19045024
Hasanatul Azra 19045072
Shakira Asharnie 19045101
Dosen Pengampu :
Sri Mariya, S.Pd, M.Pd
2. Kawasan Penyangga
Kawasan penyagga adalah kawasan yang ditetapkan untuk menopang
keberadaan kawasan lindung sehingga fungsi lindungnya tetap terjaga.
(Nugraha, dkk 2006:62). Kawasan penyangga ini merupakan batas antara
kawasan lindung dan kawasan budidaya. Penggunaan lahan yang
diperbolehkan hutan tanaman rakyat atau kebun dengan system wanatani
(agroforestry) dengan pengelolaan lahan sangat minim (minimum tillage)
3. Kawasan Budidaya
Menurut UU No 27 tahun 2007 tentang Penataan Ruang dikatakan bahwa
kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. (Nugraha, dkk 2006: 62).
Kawasan budidaya dibedakan menjadi kawasan budidaya tanaman tahunan
dan kawasan budidaya tanaman semusim
FUNGSI KAWASAN DAN KEMAMPUAN LAHAN
Overlay
Lereng + Curah
Jenis Tanah
Hujan +
Overlay
a. Kawasan Lindung
Satuan lahan dengan jumlah skor ketiga karakteristik fisiknya sama dengan atau lebih
besar dari 175, atau memenuhi salah satu atau beberapa kriteria sebagari berikut :
1. Mempunyai kemiringan lereng lebih > 45%
2. Merupakan kawasan yang mempunyai jenis tanah sangat peka terhadap erosi
(regosol,litosol,orgosol, dan renzina) dan mempunyai kemiringan lereng > 15%
3. Mempunyai jalur pengaman aliran sungai sekurang-kurangnya 100 m di kanan kiri
alur sungai
4. Mempunyai pelindung mata air yaitu 200 m dari pusat mata air
5. Berada pada ketinggian lebih atau sama dengan 2.000 m diatas permukaan laut
6. Guna kepentingan khusus dan ditetapkan oleh pemerintah sebagai kawasan lindung
b. Kawasan Penyangga
Satuan lahan dengan jumlah skor ketiga karakteristik fisiknya antara 125-174 serta
memenuhi kriteria umum sebagai berikut:
1. Keadaan fisik satuan lahan memungkinkan untuk dilakukan budidaya
2. Lokasinya secara ekonomis mudah dikembangkan sebgai kawasan penyangga
3. Tidak merugikan degi-segi ekologi atau lingkungan hidup apabila dikembangkan
sebagai kawasan penyangga
Lindung : >174
Kelas Klasifikasi
I 1. Topografi hampir datar ≤ 3%
2. Kepekaan erosi sangat rendah sampai rendah
3. Tidak mengalami erosi
4. Mempunyai kedalaman efektif yang dalam
5. Berdrainase baik
6. Mudah diolah
7. Kapasitas menahan air baik
8. Subur atau responsif terhadap pemupukan
9. Tidak terancam banjir
10. Iklim setempat yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman
II 1. Lereng yang landai atau berombak (> 3% - 8%)
2. Kepekaan erosi atau tingkat erosi sedang
3. Kedalaman efektif tanah sedang
4. Struktur tanah dan daya olah agak kurang baik
5. Salinitas sedikit sampai sedang
6. Kadang-kadang terkena banjir yang merusak
7. Kelebihan air dapat diperbaiki dengan drainase
8. Keadaan iklim agak kurang sesuai bagi tanam dan pengolaan
III 1. Lereng yang agak miring atau bergelombang (>8% - 15%)
2. Ancaman erosi agak berat
3. Sering mengalami banjir yang merusak tanaman
4. Lapisan tanah yang berpermeabilitas lambat
5. Kedalamannya dangkal terhadap batuan lapisan padas keras
6. Terlalu basah atau masih terus jenuh air setelah drainase
7. Kapasitas menahan air rendah
8. salinitas sedang
9. hambatan iklim yang agak besar
IV 1. Lereng yang miring atau berbukit
2. Kepekaan erosi yang besar
3. Pengaruh bekas erosi agak berat yang telah terjadi
4. Tanahnya dangkal
5. Kapasitas menahan air yang rendah
6. Sering tergenang yang menimbulkan kerusakan berat pada
tanaman
7. Kelebihan air bebas
8. Salinitas tinggi
9. keadaan iklim yang kurng menguntungkan
V 1.Tidak terancam erosi
2.Topografi datar tetapi tergenang air
3.Berbatu-batu (>90%)
VI 1. Terletak pada lereng agak curam
2. Ancaman erosi berat
3. Telah tererosi berat
4. Mengandung garam laut atau natrium
5. Berbatu-batu
6. Daerah perakaran sangat dangkal
7. Iklim yang tidak sesuai
VII 1. Terletak paa lereng yang sangat curam
2. Telah tererosi sangat berat berupa erosi parit
3. Daerah perakaran sangat dangkal
VIII 1. Terletak pada lereng yang sangat curam
2. Berbatu
3. Kapasitas menahan air sangat rendah
Kriteria klasifikasi kemampuan lahan (Sistem Klasifikasi USDA)
Keterangan :
(*) = dapat mempunyai sembarang sifat
(**) = tidak berlaku
(***) = umumnya terdapat di daerah beriklim kering
Kriteria faktor penghambat/pembatas klasifikasi kemampuan lahan :
a. Kecuraman lereng
A (l0) = 0 sampai 3% (datar)
B (l1) = 3 sampai 8% (landai atau berombak)
C (l2) = 8 sampai 15% (agak miring atau bergelombang)
D (l3) = 15 sampai 30% ( miring atau berbukit)
E (l4) = 30 sampai 45% (agak curam)
F (l5) = 45 sampai 65% (curam)
G (l6) = lebih dari 65% (sangat curam)
d. Kedalaman Tanah
k0 = lebih dari 90 cm (dalam)
k1 = 90 sampai 50 cm (sedang)
k2 = 50 sampai 25 cm (dangkal)
k3 = kurang dari 25 cm (sangat dangkal)
f. Permeabilitas
P1 = lambat : kurang 0,5 cm/jam
P2 = agak lambat : 0,5 – 2,0 cm/jam
P3 = sedang : 2,0 – 6,25 cm/jam
P4 = agak cepat : 6,25 – 12,5 cm/jam
P5 = cepat : lebih dari 12,5 cm/jam
g. Drainase
d0 = berlebihan (excessively drained), air lebih segera keluar dari tanah dan
sangat sedikit air yang tahan oleh tanah sehingga tanaman akan segera
mengalami kekuranganair.
d1 = baik : tanah mempunyai peredaran udara yang baik.
Seluruh profil tanah dari atas sampai ke bawah (150cm) berwarna terang yang
seragam dan tidak terdapat bercak-bercak berwarna terang yang seragam dan
tidak terdapat bercak-bercak kuning, coklat atau kelabu.
d2 = agak baik : tanah mepunyai peredaran udara baik di daerah perakaran.
Tidak terdapat bercak-bercak berwarna kuning, coklat atau kelabu pada lapisan
atas
bagian atas lapisan bawah sampai sekitar 60 cm dari permukaan tanah).
d3 = agak buruk : lapisan atas tanah mempunyai peredaran udara baik; tidak
terdapat bercak-bercak berwarna kuning, kelabu atau coklat. Bercak-bercak
terdapat pada seluruh lapisan bagian bawah (sekitar 40 cm dari permukaan
tanah).
d4 = buruk : bagian bawah lapisan atas (dekat permukaan) terdapat warna atau
bercak-bercak berwarna kelabu, coklat dan kekuning.
d5 = sangat buruk : seluruh lapisan sampai permukaan tanah berwarna kelabu
dan tanah lapisan bawah berwarna kelabu atau terdapat bercak-bercak berwarna
kebiruan, atau terdapat air yang menggenang dipermukaan tanah dalam waktu
yang lama sehingga menghambat pertumbuhan tanaman.
Faktor-faktor Khusus :
h. Kerikil
b0 = tidak ada atau sedikit : 0 sampai 15% volume tanah.
b1 = sedang : 15 sampai 50% volume tanah; pengolahan tanah mulai agak sulit
pertumbuhan tanaman agak terganggu.
b2 = banyak : 50% sampai 90% volume tanah.
b3 = sangat banyak : lebih dari 90% volume tanah.
i. Batuan Kecil
b0 = tidak ada atau sedikit : 0 sampai 15% volume tanah.
b1 = sedang : 15% sampai 50% volume tanah; pengolahan tanah mulai agak
sulit dan pertumbuhan tanaman agak terganggu.
b2 = banyak : 50 sampai 90% volume tanah; pengolahan tanah sangat sulit dan
pertumbuhan tanaman terganggu.
b3 = sangat banyak : lebih dari 90% volume tanah; pengolahan tanah tidak
mungkin dilakukan dan pertumbuhan tanaman terganggu.
j. Batuan lepas
b0 = tidak ada : kurang dari 0,01% luas areal.
b1 = sedikit : 0,01% sampai 3% permukaan tanah tertutup; pengolahan tanah
dengan agak terganggu tetapi tidak mengganggu pertumbuhan tanaman.
b2 = sedang : 3% sampai 15% permukaan tanah tertutup; pengolahan tanah
mulai agak sulit dan luas areal produktif berkurang.
b3 = banyak : 15% sampai 90% permukaan tanah tertutup;
pengolahan tanah dan penanaman menjadi sangat sulit.
b4 = sangat banyak : lebih dari 90% permukaan tanah tertutup; tanahsama sekali
tidak dapat digunakan untuk produksi pertanian.
l. Ancaman Banjir/Genangan
O0 = tidak pernah : dalam periode satu tahun tanah tidak pernah tertutup banjir
untuk waktu lebih dari 24 jam.
O1 = kadang-kadang : banjir yang menutupi tanah lebih dari 24 jam terjadinya
tidak teratur dalam periode kurang dari satu bulan.
O2 = selama waktu satu bulan dalam setahun tanah secara teratur tertutup banjir
untuk jangka waktu lebih dari 24 jam.
O3 = selama waktu 2 sampai 5 bulan dalam setahun, secara teratur selaludi
landa banjir yang lamanya lebih dari 24 jam.
O4 = selama waktu 6 bulan atau lebih tanah selalu dilanda banjir secara teratur
yang lamanya lebih dari 24 jam.
m. Salinitas
go = bebas = 0 sampai 0,15% garam larut ; 0 sampai 4 (EC x 103) mmhosper cm
pada suhu 250C)
go1 = terpengaruh sedikit = 0,15 sampai 0,3% garam laut; 4 sampai 8 (EC x
103) mmhos/cm pada suhu 25%C.
go2 = terpengaruh sedang = 0,35 sedang 0,65% garam larut; 8 sampai 15 (EC x
103)
go3 = terpengaruh hebat = lebih dari 0,65% garam larut; lebih dari 15 (ECx
103)mmhos/cm pada suhu 250C
DAFTAR PUSTAKA
Misa, D. P., Moniaga, I. L., & Lahamendu, V. (2018). Penggunaan Lahan Kawasan
Perkotaan berdasarkan Fungsi Kawasan. Spasial, 5(2), 171-178.
Nugraha, S. (2008). Kesesuaian Fungsi Kawasan Dengan Pemanfaatan Lahan di Daerah
Aliran Sungai Samin Tahun 2007. MIIPS, 8(2).
Ritung, Sofyan.,Wahyunto.,Agus, Fahmuddin.,Hidayat, Hapid.,(2007), Panduan
Evaluasi Kesesuian Lahan dengan Contoh Arahan Penggunaan Lahan,
Kabupaten Aceh Barat, Badan Penelitian Tanah dan Agroferestry Center
Simanungkalit, N. M. (2011). Evaluasi Kemampuan Lahan dan Penggunaan Lahan
Pertanian Di Sub DAS Gotigoti Daerah Aliran Sungai Batangtoru Kabupaten
Tapanuli Utara. Jurnal Geografi, 3(1), 1-16.
SK Menteri Kehutanan No. 20/Kpts-II/2001 (Dokumen Standar dan Kriteria RHL)
SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 dan 683/Kpts/Um/8/1981 tentang
kriteria dan tatacara penetapan hutan lindung dan hutan produksi.