Anda di halaman 1dari 7

KONSEP DAN ANALISIS SISTEM SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN

DARAT, KEMAMPUAN DAN KESESUAIAN LAHAN

I. PENGERTIAN DAN DEFINISI LAHAN


Pengertian yang luas digunakan tentang lahan ialah suatu daerah permukaan daratan bumi
yang ciri-cirinya mencakup segala tanda pengenal, baik yang bersifat cukup mantap maupun
yang dapat diramalkan bersifat mendaur, dari biosfer, atmosfer, tanah, geologi, hidrologi dan
populasi tumbuhan dan hewan, serta hasil kegiatan manusia pada masa lampau dan masa kini,
sejauh tanda-tanda pengenal tersebut memberikan pengaruh murad atas penggunaan lahan
oleh manusia pada masa kini dan masa mendatang (FAO, 1977).
Lahan merupakan kesatuan berbagai sumberdaya daratan yang saling berinteraksi
membentuk suatu sistem struktural dan fungsional. Sifat dan perilaku lahan ditentukan oleh
macam sumberdaya yang merajai dan macam serta intensitas interaksi yang berlangsung antar
sumberdaya. Faktor-faktor penentu sifat dan perilaku lahan tersebut bermatra ruang dan
waktu. Maka lahan selaku suatu ujud pun bermatra ruang dan waktu.
Harkat lahan merupakan nilai kualitatif dan karena itu tidak terukur secara langsung, akan
tetapi ditetapkan secara ditaksir atau ditafsir. Oleh karena harkat lahan selalu berkenaan
dengan suatu penggunaan tertentu maka suatu lahan yang berharkat baik untuk, misalnya,
pertanian tidak dengan sendirinya berharkat baik pula untuk penggunaan lain, misalnya
permukiman atau kawasan industri. Demikian pula sebaliknya. Ada dua macam harkat lahan,
yaitu kemampuan (capability) dan kesesuaian/keserasian (suitability).
Kemampuan lahan (land capability) adalah penilaian lahan secara sistematik dan
pengelompokannya ke dalam beberapa kategori berdasarkan atas sifat-sifat yang merupkan
potensi dan penghambat dalam penggunaannya secara lestari.
Kemampuan lahan didasarkan pada pertimbangan faktor biofisik lahan dalam
pengelolaannya sehingga tidak terjadi degradasi lahan selama digunakan. Makin rumit
pengelolaan yang diperlukan, makin rendah kemampuan lahan untuk jenis penggunaan yang
direncanakan. Sehingga yang mempengaruhi kemampuan lahan, yaitu : Jenis tanah/
geomorfologi; Curah Hujan / iklim; Kemiringan Lahan; Bahaya Areal
Kesesuaian lahan (land suitability) merupakan tingkat kecocokan sebidang lahan untuk
suatu penggunaan tertentu. Kamus Penataan Ruang (2009), Kesesuaian lahan diartikan
sebagai hal sesuai dan tidak sesuainya tanah untuk pemanfaatan tertentu.
Menurut Notohadiprawiro (1991), kemampuan lahan menyiratkan daya dukung lahan,
sedangkan kesesuaian lahan menyiratkan kemanfaatan.
Kemampuan Lahan dipandang sebagai kapasitas lahan itu sendiri untuk suatu macam
penggunaan umum, sedangkan Kesesuaian Lahan dipandang sebagai kenyataan kemungkinan
penyesuaian sebidang lahan bagi satu macam penggunaan tertentu.
II. EVALUASI LAHAN
Proses membandingkan dan menginterpretasikan serangkaian data tentang tanah, vegetasi
dan iklim dengan persyaratan penggunaan tertentu Vink, 1975 dalam Karim (1993).
Tujuannya agar dapat mengidentifikasi dan membuat perbandingan dari kemungkinan yang
dapat dikembangkan sesuai dengan penggunaan lahannya.
a. Pembagian Evaluasi Lahan
Dalam kaitannya dengan parameter sosial ekonomi, evaluasi lahan dapat dibedakan
dari dua pendekatan, yaitu evaluasi lahan kuatitatif dan evaluasi kualitatif. Evaluasi
kualitatif adalah evaluasi yang dilaksanakan dengan cara mengelompokkan lahan ke
dalam beberapa katagori berdasarkan perbandingan relatif kualitas lahan tanpa
melakukan perhitungan secara terinci dan tepat biaya serta pendapatan bagi penggunaan
lahan tersebut. Keadaan sosial ekonomi hanya merupakan latar belakang umum saja.
Dalam penetapan secara kuantitatif, evaluasi lahan dinyatakan dalan ukuran ekonomi
berupa masukan dan keluaran, Benefit-Cost Ratio atau dalam pendapatan bersih.
Evaluasi kualitatif adalah langkah pertama dan merupakan bahan untuk evaluasi
kuantitatif (Arsyad, 1989).
I. Evaluasi kualitas
1. Berdasarkan perbandingan relatif kualitas lahan
2. Tanpa perhitungan dan rincian yang tepat
II. Evaluasi kuantitatif
Diperlukan pada survey kelayakan (feasibility grade land evaluation
Ciri utama dari evaluasi lahan yaitu membandingkan persyaratan penggunaan lahan
dengan apa yang ditawarkan atau dimiliki oleh sumber daya lahan. Evaluasi lahan
merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses perencanaan penggunaan
lahan. Fungsi dari perencanaan penggunaan lahan memberi arahan terhadap
pengambilan keputusan penggunaan lahan, sedemikian rupa sehingga sumber daya dari
lingkungan digunakan untuk yang paling menguntungkan bagi manusia dan pada waktu
yang sama mengawetkannya bagi kepentingan masa datang (FAO, 1976).
III. KLASIFIKASI KEMAMPUAN LAHAN
Klasifikasi kemampuan (kapabilitas) lahan merupakan klasifikasi potensi lahan untuk
penggunaan berbagai sistem pertanian secara umum tanpa menjelaskan peruntukkan untuk
jenis tanaman tertentu maupun tindakan-tindakan pengelolaannya. Tujuannya adalah untuk
mengelompokkan lahan yang dapat diusahakan bagi pertanian (arable land) berdasarkan
potensi dan pembatasnya agar dapat berproduksi secara berkesinambungan. Klasifikasi
penggunaan lahan merupakan sistem klasifikasi yang dikembangkan oleh Hockensmith
dan Steele pada tahun 1943 yang kemudian dimodifikasi oleh Klingebel dan Montgomery
(1961; 2002), seperti yang tertuang dalam Agriculture Handbook No. 210. Dalam sistem
klasifikasi ini lahan dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu kelas, subkelas, dan
satuan (unit) kemampuan atau pengelolaan (Rayes, 2007).
 Adalah proses karakterisasi lahan yang mencakup sifat-sifat tanah (sifat fisik dan
kimia), topografi, drainase, dan kondisi lingkungan lain.
 Metode ini menjelaskan mengkelaskan lahan dan alokasi-alokasi pemanfaatannya
yang tepat berdasarkan kemampuan lahan yang dikategorikan dalam bentuk kelas dan
sub-kelas.
 Dalam metode ini, nantinya dapat diketahui lahan yang sesuai untuk pertanian, lahan
yang harus dilindungi, dan lahan yang dapat digunakan untuk pemanfaatan lainnya.

Kemampuan Lahan dalam Tingkat Kelas


 Kemampuan lahan diklasifikasikan ke dalam 8 kelas kemampuan (kelas I – kelas VIII)
 Dua kelas pertama (kelas I dan II) adalah lahan yang cocok untuk penggunaan
pertanian
 Dua kelas terakhir (kelas VII dan VIII) adalah lahan yang harus dilindungi atau untuk
fungsi konservasi.
 Sedangkan kelas lainnya (kelas III, IV, V dan VI) dapat dipertimbangkan untuk
berbagai pemanfaatan lainnya.

Tabel Klasifikasi Kemampuan Lahan dalam Tingkat Kelas


I Lahan ini tidak mempunyai atau hanya sedikit Pertanian: Tanaman
hambatan yang membatasi penggunaannya. tanaman Pangan
Lahan kelas I sesuai untuk berbagai pertanian
penggunaan, terutama pertanian. Karakteristik semusim,
lahan antara lain: topografi hampir datar, tanaman
ancaman erosi kecil, kedalaman efektif dalam, rumput, hutan
drainase baik, mudah diolah, kapasitas dan cagar alam
menahan air baik, subur, tidak terancam banjir.
II Lahan ini mempunyai beberapa hambatan atau Pertanian: Tanaman
ancaman kerusakan yang mengurangi pilihan tanaman Pangan
penggunaannya atau memerlukan tindakan semusim,
konservasi yang sedang. Pengelolaan perlu tanaman
hati-hati, termasuk tindakan konservasi untuk rumput, padang
mencegah kerusakan penggembala,
hutan produksi,
hutan lindung,
dan cagar alam
III Lahan mempunyai beberapa hambatan yang Pertanian: Tanaman
berat yang mengurangi pilihan penggunaan tanaman Tahunan/Keras
lahan dan memerlukan tindakan konservasi semusim, , Pemukiman
khusus dan keduanya. Lahan ini mempunyai tanaman yang
pembatas lebih berat dari klas II dan jika memerlukan
dipergunakan untuk tanaman, perlu pengolahan
pengelolaan tanah dan tindakan konservasi tanah, tanaman
lebih sulit diterapkan. Hambatan ini rumput, padang
membatasi lama penggunaan bagi tanaman rumput, hutan
semusim, waktu pengolahan, pilihan tanaman produksi, hutan
atau kombinasi dari pembatas-pembatas lindung dan
tersebut. cagar alam.
Penggunaan non
pertanian:
permukiman dan
lainnya.
IV Hambatan dan ancaman kerusakan tanah lebih Pertanian: Tanaman
besar dari klas III, dan pilihan tanaman juga tanaman Tahunan/Keras
terbatas. Perlu pengelolaan hati-hati untuk semusim dan
tanaman semusim, tindakan konservasi lebih tanaman
sulit diterapkan. pertanian pada
umumnya,
tanaman
rumput,
penggembalaan,
hutan produksi,
hutan lindung
dan cagar alam.
Penggunaan non
pertanian.
V Lahan kelas ini tidak terancam erosi, tetapi Tanaman Tanaman
mempunyai hambatan lain yang tidak mudah rumput, padang Tahunan/Keras
untuk dihilangkan, sehingga membatasi pengembalaan, /Peternakan
pilihan penggunaannya. Tanah ini juga hutan produksi,
mempunyai hambatan yang membatasi pilihan hutan lindung
macam penggunaan dan tanaman. Tanah ini dan suaka alam.
biasanya terletak pada topografi datar-hampir Penggunaan non
datar tetapi sering dilanda banjir, berbatu atau pertanian
iklim yang kurang sesuai.
VI Lahan ini mempunyai hambatan berat yang Tanaman Peternakan,
menyebabkan penggunaan tanah ini sangat rumput, padang Tanaman
terbatas karena mempunyai ancaman pengembalaan, Keras
kerusakan yang tidak dapat dihilangkan. hutan produksi,
Umumnya terletak pada lereng curam, hutan lindung
sehingga dipergunakan untuk pengembalaan dan cagar alam.
dan hutan produksi harus dikelola dengan baik Penggunaan non
untuk menghindari terjadinya erosi. pertanian
VII Lahan ini mempunyai hambatan dan ancaman Padang rumput Hutan
berat yang tidak dapat dihilangkan, karena itu dan hutan Produksi
pemanfaatannya harus bersifat konservasi. produksi
Jika digunakan untuk padang rumput atau
hutan produksi harus dilakukan pencegahan
erosi yang berat.
VIII Lahan ini sebaiknya dibiarkan secara alami. Hutan lindung, Hutan
Pembatas dan ancaman sangat berat dan tidak rekreasi alam Lindung,
mungkin dilakukan tindakan konservasi, dan cagar alam Hutan
sehingga perlu dilindungi. Konservasi

IV. KEMAMPUAN LAHAN DALAM TINGKAT SUB-KELAS


Kemampuan lahan dalam kategori kelas dapat dibagi ke dalam kategori sub-kelas.
Tingkat sub-kelas merupakan bagian yang rinci dari tingkat kelas. Didasarkan terhadap
faktor penghambat yang sama.
Faktor penghambat itu dikelompokkan ke dalam empat jenis yaitu:
 Subkelas (t) lereng pada lahan yang faktor lerengnya menjadi penghambat utama.
Kemiringan lereng, panjang lereng, dan bentuk lereng sangat mempengaruhi erosi, aliran
permukaan dan kemudahan atau hambatan terhadap usaha pertanian.
 Subkelas (s) terdapat pada lahan yang faktor kedalaman tanah sebagai
penghambat terhadap perakaran tanaman; faktor lahan seperti banyak batu-batuan, daya
memegang air yang rendah, kesuburan rendah yang sulit diperbaiki.
 Subkelas (e) erosi terdapat pada lahan di mana erosi merupakan problem utama.
Bahaya erosi dan erosi yang telah terjadi merupakan petunjuk untuk penempatan dalam
subkelas ini.
 Subkelas (w) kelebihan air terdapat pada lahan dimana kelebihan air merupakan
faktor penghambat utama; air tanah yang tinggi dan bahaya banjir.
 Subkelas (d) faktor kemampuan lahan untuk menyalurkan air atau drainase
 Subkelas (k) kedalaman tanah juga menjadi faktor penghambat seperti tanah yang
dangkal atau dalam

Sub kelas ditulis di belakang kelas, misalnya IIIe, artinya kelas III dengan faktor
penghambat adalah erosi.
Untuk penulisa dalam table evaluasi kemampuan lahan, angka romawi menunjukkan
kelas kemampuan lahan (I, II, III; IV; VI; VII; VIII) Huruf latin menunjukkan faktor
penghambat (l= kemiringan lereng; e= erosi; d= drainase; k= kedalaman tanah, dll.)
Angka latin menunjukkan level faktor penghambat (1, 2, 3, 4, 5, 6)
Contoh :

Anda mungkin juga menyukai