Anda di halaman 1dari 5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lahan

Dalam terminologi ekonomi lingkungan, lahan dapat dianggap sebagai sumber daya yang
dapat diperbarui. Sumberdaya lahan tidak mudah masuk ke dalam kategori terbarukan atau tidak
terbarukan. Secara umum, mereka perlahan diperbarui; Namun, laju degradasi mereka jauh
melebihi laju regenerasi alami mereka.

Dalam istilah praktis, ini berarti bahwa lahan yang hilang karena degradasi tidak secara
alami diganti dalam kerangka waktu manusia, yang mengakibatkan hilangnya peluang bagi
generasi berikutnya.

2.1.1 Definisi lahan menurut para ahli

Adapun definisi lahan menurut para ahli antara lain sebagai berikut:

1. Christian dan Stewart (1968)


Istilah lahan berkenaan dengan permukaan bumi dengan segenap karakteristik-
karakteristik yang ada padanya dan penting bagi perikehidupan manusia.

2. FAO (1976)
Lahan ialah lingkungan fisis dan biotik yang berkaitan dengan daya dukungnya
terhadap perikehidupan dan kesejahteraan hidup manusia. Lingkungan fisis meliputi
relief (topografi), iklim, tanah, dan air, sedangkan lingkungan biotik meliputi hewan,
tumbuhan, dan manusia yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap
penggunaan lahan.

3. Bintarto (1977)
Lahan bisa diartikan sebagai land settlemen yaitu suatu tempat atau daerah
dimana penduduk berkumpul dan hidup bersama, dimana mereka dapat menggunakan
lingkungan setempat untuk mempertahankan, melangsungkan dan mengembangkan
hidupnya.

4. Arsyad (1999)
Lahan dapat didefinisikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief,
tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya
terhadap penggunaan lahan.

5. Jatadinata (1999)
Lahan ialah tanah yang sudah ada peruntukannya dan umumnya dimiliki dan
dimanfaatkan oleh perorangan atau lembaga untuk dapat diusahakan

2.2 Kemampuan Lahan

Klasifikasi kemampuan lahan (land capability classification) merupakan suatu proses


penilaian lahan (komponen-komponen lahan) secara sistematik dan pengelompokannya ke dalam
beberapa kategori berdasarkan atas sifat-sifat yang merupakan potensi dan penghambat dalam
penggunaannya secara lestari. Penggunaan lahan (landuse) diartikan sebagai setiap bentuk
intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya, baik materiil ataupun spirituil. Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam 2
kelompok besar, yaitu penggunaan lahan untuk pertanian dan penggunaan untuk non pertanian.

Kegunaan evaluasi lahan (kemampuan dan kesesuaian lahan) merupakan salah satu
komponen penting dalam proses perencanaan penggunaan lahan (landuse planning) (FAO,
2007). Hasil evaluasi lahan memberikan alternatif penggunaan lahan dan batas-batas
kemungkinan penggunaannya serta tindakan-tindakan pengelolaan yang diperlukan agar lahan
dapat dipergunakan secara lestari sesuai dengan hambatan atau ancaman yang ada. Evaluasi
lahan didasarkan atas seseri kualitas dan karakteristik lahan yang dianggap dapat mencerminkan
perwatakan lahan ketika dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu.

Sifat-sifat lahan (land characteristics) adalah atribut atau keadaan unsur-unsur lahan yang
dapat diukur atau diperkirakan, seperti tekstur tanah, struktur tanah, kedalaman tanah, jumlah
curah hujan, distribusi hujan, temperatur, drainase tanah, jenis vegetasi dan sebagainya. Sifat-
sifat lahan belum menunjukkan bagaimana kemungkinan penampilan lahan jika dipergunakan
untuk suatu penggunaan, jadi belum dapat menentukan klas kemampuan lahan. Akan tetapi sifat-
sifat lahan menentukan atau mempengaruhi perilaku lahan, yaitu bagaimana ketersediaan air,
peredaran udara, perkembangan akar, kepekaan erosi, ketersediaan unsur hara dan sebagainya.
Perilaku lahan yang menentukan pertumbuhan tanaman disebut kualitas lahan.

Berbagai karakteristik lahan yang dipertimbangkan sebagai dasar klasifikasi kemampuan


lahan antara lain: kecuraman lereng, kepekataan erosi tanah (K), kerusakan erosi, kedalaman
tanah efektif, tekstur tanah, permeabilitas, drainase, batu-batuan dan kerikil, singkapan batuan,
ancaman bajir atau genangan, salinitas, dan lainnya.

2.2.1 Kelas Kemampuan Lahan

Kelas I. Lahan-lahan yang termasuk klas ini mempunyai solum dalam, tekstur halus, drainase
baik, lereng datar - hampir datar, kesuburan alami tinggi atau mempunyai ciri-ciri yang
mendorong tanaman bereaksi positif terhadap pemupukan. Lahan-lahan ini sesuai untuk
pertanian, tanpa atau sedikit hambatan yang membatasi daya gunanya, hanya memerlukan
pengolahan tanah yang biasa untuk meningkatkan produktifitasnya. Ini meliputi penggunaan
pupuk, pengembalian sebagian sisa tanaman dan pupuk hijau atau pupuk kandang. Rotasi
tanaman perlu dilakukan.

Kelas II. Lahan-lahan dalam klas ini mempunyai beberapa ham¬batan yang mempersempit
pilihan tanaman atau memerlukan tindakan pengawetan tanah dengan intensitas sedang.
Penggunaan lahan dalam klas ini mungkin dibatasi oleh satu atau dua faktor seperti (a) lereng
berombak, (b) bahaya erosi sedang, (c) kedalaman tanah sedang-agak dangkal, (d) drainase
sedang. Pengolahan yang perlu dilakukan untuk tanah ini meliputi pembuatan teras, penanaman
secara menjalur (strip cropping), pengolahan Lahan secara kontur (contour plowing), dan
rotasi/pergiliran tanaman.

Kelas III. Lahan-lahan yang termasuk klas kemampuan III mempunyai ham¬batan yang hebat
yang menurunkan pilihan tanaman atau memerlukan tindakan pengawetan tanah yang khusus.
Terbatasnya pemakaian lahan dalam klas III disebabkan karena (a) lereng yang curam, (b)
bahaya erosi yang besar, (c) permeabilitas tanah sangat lambat, (d) kedalaman tanah yang
dangkal dan daerah perakaran terbatas, (e) kapasitas retensi air rendah, (f) kesuburan rendah, (g)
sifat alkali salinitas sedang, dan (h) struktur tanah tidak mantap.

Kelas IV. Lahan-lahan dalam klas ini dapat ditanami, tetapi pilihan tanaman yang dapat ditanam
sangat terbatas. Pengolahan lahan harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Pilihan tanaman yang
sebaiknya diusahakan lebih teerbatas dibandingkan dengan klas III.

Faktor-faktor yang paling menghambat pada Lahan ini dapat satu atau lebih yaitu: (a) lereng
curam, (b) kepekaan terhadap erosi besar, (c) telah terjadi erosi berat, (d) solum tanah dangkal,
(e) kapasitas menahan air rendah, (f) drainase buruk, (g) sifat alkali dan salinitas yang tinggi.

Kelas V. Lahan-lahan dalam klas V hingga VIII biasannya tidak cocok untuk tanaman semusim.
Pemakaian yang umum dari lahan termasuk klas V sangat dibatasi oleh faktor-faktor penghambat
lain selain bahaya erosi. Contoh hambatan tersebut adalah: (a) sering mengalami banjir, (b) masa
tumbuh terlalu singkat dibanding periodisasi banjir, (c) tanah berbatu, (d) merupakan daerah
secara relief cekung sehingga air menggenang sulit untuk diatuskan.

Kelas VI. Lahan-lahan dalam klas ini sangat terbatas pemakaiannya, hanya cocok untuk padang
rumput dan hutan. Pembatasannya sama seperti untuk klas V, tetapi lebih ketat, memerlukan
usaha-usaha pencegahan erosi yang lebih berat.

Kelas VII. Lahan-lahan dalam klas ini sangat terbatas sekali pemakaiannya, yaitu daerah
penggembalaan, hutan atau cagar alam. Pembatasan fisik sama seperti klas VI, lereng sangat
curam antara 26-60 %, erosi berat, memerlukan usaha pengawetan tanah lebih berat.

Kelas VIII. Lahan-lahan yang termasuk klas ini tidak boleh dipakai untuk produksi tanaman
secara komersial. Penggunaannya terbatas pada hutan lindung, hutan rekreasi dan cagar alam,
suplai air dan tujuan keindahan. Contoh lahan klas VIII adalah pantai berpasir, daerah perbukitan
lereng curam tanah sangat tipis bahkan sebagian besar luas daerah merupakan singkapan batuan
(out crop)

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Maluku Tengah. 2022. Kecamatan Teon Nila Serua Dalam Angka 2022.
Diakses pada 9 Agustus 2023, dari https://malukutengahkab.bps.go.id/.

GuruSains.com. 2022. Pengertian Lahan, Jenis, dan Contohnya. Diakses pada 21 Agustus 2023,
dari https://gurusains.com/pengertian-lahan/.

Istia, P.T. dan Jakob, J. C. 2021. Faktor Determinan Pemanfaatan Lahan Tidur Di Kecamatan
Teon Nila Serua (TNS) Maluku Tengah: Sebuah Analisis Regresi. Jurnal Sosial Ekonomi
Pertanian, 14(3): 236-249.

Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2009. UU Penataan Ruang Terkait
Dengan Perlindungan Lahan Pertanian. Diakses pada 9 Agustus 2023, dari
https://pu.go.id/ berita/uu-penataan-ruang-terkait-dengan-perlindungan-lahan-pertania.

Kompas.com. 2022. Pertumbuhan dan Kualitas Penduduk Indonesia. Diakses pada 9 Agustus
2023, dari https://www.kompas.com/skola/read/2022/11/18/173000969/ pertumbuhan-
dan-kualitas-penduduk-indonesia-.

Kompas.com. 2020. Desa: Definisi dan Unsurnya. Diakses pada 9 Agustus 2023, dari
https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/09/ 130000569/desa-definisi-dan-unsurnya.

Kumparan.com. 2021. Menggali Potensi Desa. Diakses pada 9 Agustus 2023, dari https:
://kumparan.com/feradis-nurdin/menggali-potensi-desa-1vNsxwQRCiX/1.

Suara.com. 2022. Data BPS: Sektor Pertanian Paling Banyak Serap Tenaga Kerja di 2022, dari
https://www.suara.com/bisnis/2022/05/09/155626/data-bps-sektor-pertanian-paling-
banyak-serap-tenaga-kerja-di-2022.

Anda mungkin juga menyukai