Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 3 ANALISIS SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN

NAMA : ADITYA NUR FAUZI


NIM : 048642889

1. Sebutkan fungsi dari neraca sumber daya alam dan lingkungan!


2. Jelaskan pengertian daya dukung wilayah!
3. Sebutkan parameter yang digunakan pada klasifikasi kemampuan lahan!
4. Jelaskan kriteria yang yang dianjurkan oleh World Conservation Strategy untuk
mengidentifikasi dampak penting terhadap lingkungan!

Jawaban :
1. Fungsi dari neraca sumber daya alam dan lingkungan adalah:

a. Untuk menilai proses dan hasil pembangunan secara objektif dan menyeluruh.
b. Menilai potensi pembangunan dimasa mendatang.
c. Memperjelas hak pemilikan sumber daya alam.
d. Memperjelas kompensasi baik fisik maupun moneter.

e. Mengelola sumber daya alam secara lebih efektif.


2. Daya dukung wilayah (carrying capacity) adalah daya tampung maksimum lingkungan
untuk diberdayakan oleh manusia. Dengan kata lain populasi yang dapat didukung dengan
tak terbatas oleh suatu ekosistem tanpa merusak ekosistem itu. Daya dukung juga dapat
didefinisikan sebagai tingkat maksimal hasil sumber daya terhadap beban maksimum yang
dapat didukung dengan tak terbatas tanpa semakin merusak produktivitas wilayah tersebut
sebagai bagian integritas fungsional ekosistem yang relevan. Fungsi beban manusia tidak
hanya pada jumlah populasi, akan tetapi juga konsumsi perkapita serta lebih jauh lagi
adalah faktor berkembangnya perdagangan dan industri secara cepat. Satu hal yang perlu
dicatat, bahwa adanya inovasi teknologi tidak meningkatkan daya dukung wilayah, akan
tetapi berperan dalam meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya alam.

3. Parameter yang digunakan pada klasifikasi kemampuan lahan:


a. bentuk lahan : Bentuk lahan (landform) menguraikan tentang jenis-jenis terain khusus
dan menempatkan satuan peta inventarisasi ke dalam bentang lahan (landscape). Cara
yang mudah untuk identifikasi di foto udara menggunakan bentang lahan dan
kelerengan (topografi)
b. Kemiringan dan Arah Lereng : Informasi kemiringan dan arah lereng sangat
diperlukan bagi pengelolaan lahan. Parameter kelerengan juga digunakan untuk
klasifikasi beberapa keperluan, misalnya untuk penentuan fungsi lindung dan
budidaya.
c. Kondisi Drainase : Parameter kondisi drainase perlu dicatat dalam kaitannya untuk
penentuan klasifikasi baik kemampuan maupun kesesuaian lahan. Parameter ini
dibutuhkan mengingat pengaruhnya yang besar pada pertumbuhan tanaman. Keterkaitan
parameter ini dengan parameter fisik lainnya cukup besar. Pada daerah aluvial biasanya
mempunyai drainase yang relatif jelek daripada pada daerah miring. Namun demikian,
pada lereng bukit yang bentuknya kompleks, dimungkinkan adanya cekungan atau dataran
di sepanjang lereng tersebut, sehingga kondisi drainase di cekungan maupun dataran di
lereng akan berbeda dengan kondisi drainase umum di lereng tersebut. Kondisi drainase
pada lahan dengan batuan induk kapur akan berbeda dengan batuan vulkanik, karena
kapur dapat meloloskan air, sedangkan batuan induk vulkanik umumnya didominasi oleh
tekstur halus yang sulit dilalui air.
d. Kondisi Permukaan lahan : Informasi kondisi permukaan lahan yang menyangkut
batuan singkapan dan bebatuan di permukaan sangat diperlukan dalam kaitannya
dengan kemungkinan untuk penerapan tumpang sari tanaman semusim. Pada kondisi
tanah yang berbatu atau tersingkap. tidak mungkin dilaksanakan pengolahan tanah
yang baik karena adanya gangguan tersebut.
e. Jenis tanah : Jenis tanah akan sangat dipengaruhi oleh jenis batuan induk, iklim, dan
vegetasinya. Klasifikasi tanah yang umum dilaksanakan menggunakan US Soil
Taxonomy atau klasifikasi Indonesia. Apapun metode klasifikasi yang digunakan jenis
tanah akan selalu berkaitan dengan karakteristik fisik lahannya. Cara klasifikasi tanah
yang umum digunakan akan diuraikan tersendiri. Dengan demikian, apabila suatu
lahan mempunyai jenis tanah Entisol, maka kedalaman tanah tersebut umumnya
dangkal, sedangkan tanah Vertisol hanya bisa terjadi pada daerah dataran dan atau
berkapur.
f. Tipe Batuan dan Kedalaman Regolit : Tipe batuan penting untuk diketahui karena
menentukan parameter yang lain. Adanya perbedaan tipe batuan pembeda tanah akan
membedakan cara pengelolaan tanah tersebut. Pengelolaan tanah yang berkembang
dari batu kapur, misalnya akan berbeda dengan pengelolaan tanah yang berkembang
dari batuan vulkanik. Oleh karena itu, tipe batuan sering digunakan untuk kriteria
klasifikasi kemampuan lahan pada tingkat Unit.
g. Kedalaman tanah sangat menentukan pertumbuhan tanaman. Tanah yang dangkal akan
terbatas kemampuannya dalam menyediakan air dan unsur-unsur hara lainnya. Di
samping itu, kedalaman tanah sangat menentukan lahan bisa diolah atau tidak. Pada
tanah yang dangkal, pengolahan tanah justru akan membalik sub soil ke atas yang
berakibat terganggunya pertumbuhan tanaman. Pada klasifikasi kemampuan dan
kesesuaian lahan, faktor kedalaman tanah sangat diperhitungkan dan menentukan.
h. Sifat fisik tanah yang penting untuk pengelolaan lahan dan dideskripsikan di lapangan
mencakup tekstur tanah dan struktur tanah. Tekstur tanah dapat didefinisikan sebagai
perbandingan antara fraksi tanah (pasir, debu dan lempung/sand, silt, dan clay),
sedangkan struktur tanah adalah bentuk spesifik dari agregat tanah. Tekstur tanah
relatif tidak berubah, tetapi struktur tanah madah berubah, terutama apabila ada
pengolahan tanah. Parameter ini sangat berkaitan dengan parameter lainnya, antara lain
kemiringan lereng, kondisi drainase, tipe batuan, dan bentuk lahan.
i. Sifat Kimia Tanah : Bahan penting yang di absorbsi tanaman dan dipindahkan dari
tanah adalah air dan unsur hara. Tanaman dapat mengalami kekurangan (defisiensi)
unsur hara bila unsur tersebut tidak terdapat dalam tanah atau unsur tersebut terdapat
dalam jumlah cukup, tetapi sangat sedikit terlarut atau tidak tersedia untuk menopang
kebutuhan tanaman. Tanaman tahunan relatif lebih tahan terhadap defisiensi unsur
hara. Dampak kekurangan unsur hara terhadap pertumbuhan tanaman juga berlangsung
dalam jangka panjang dibandingkan dengan tanaman semusim. Oleh karena itu, sifat
kimia tanah hanya digunakan dalam penentuan kesesuaian lahan pada tanaman
semusim.
j. Erosi merupakan pembatas utama dari penggunaan lahan yang berkelanjutan.
Identifikasi erosi di lahan hutan diperlukan untuk mengetahui jenis dan tingkat erosi, serta
persentase luasan tererosi pada satuan peta sehingga upaya konservasi tanah yang efektif
dapat direncanakan. Pengalaman lapangan menunjukkan bahwa erosi biasanya terjadi
cukup besar pada saat awal penebangan atau pembukaan lahan sampai tanaman berumur 2
tahun.
k. Aspek Tanaman : Inventarisasi parameter tanaman dilakukan karena kinerja tanaman
yang ada merupakan pencerminan kondisi lahan, sehingga identifikasi kondisi
tanaman bisa digunakan sebagai indikator kondisi lahan saat itu. Informasi ini penting
terutama bagi lokasi baru yang akan dibuka untuk hutan tanaman.
l. Aspek Iklim : Anasir iklim yang dibahas dalam kesempatan ini hanya curah hujan,
karena terbatasnya stasiun meteorologi. Mengingat bahwa areal hutan banyak terletak
di pegunungan, maka sangat dimungkinkan terpengaruh oleh hujan orografis.
Akibatnya pola hujan dan distribusi hujan antarpetak dapat sangat berlainan.

4. Tiga kriteria untuk mengidentifikasi dampak penting terhadap lingkungan dianjurkan oleh
World Conservation Strategy. Pertama, jangka waktu dan wilayah geografis dimana
efeknya akan dirasakan. Kriteria ini mencakup penilaian banyaknya masyarakat yang
terkena, berapa besar kerusakan yang akan terjadi pada sebuah sumber daya tertentu.
Kedua, kepentingannya (urgency). Sangat penting untuk mengetahui seberapa cepat
sebuah sumber daya akan mengalami kerusakan dan seberapa banyak waktu tersisa untuk
mencapai stabil atau perbaikan. Akhirnya, sangat penting untuk menilai tingkat
ireversibilitas dari kerusakan pada komunitas tumbuhan dan hewan, sistem penunjang
kehidupan, dan tanah serta air.
Terdapat beberapa kriteria lainnya yang relevan dengan proses identifikasi ini. Salah satu
pertimbangan penting adalah sifat dari efek terhadap lingkungan, seperti kesehatan,
produktivitas pertanian, dan perubahan pada iklim mikro. Penilaian harus melibatkan sifat
kumulatif dan sinergik dari berbagai komponen proyek, seperti juga halnya
mempertimbangkannya secara terpisah-pisah. Efek dari proyek individual atau bagian dari
komponennya mungkin kecil, tetapi secara kumulatif bisa menjadi besar. Selanjutnya, efek
dari dua atau tiga proyek dalam wilayah yang sama mungkin akan sangat besar dari
perkiraan penjumlahan dari masing-masing efeknya.
Sumber :
BMP PWKL4401 – Analisis Sumber Daya Alam dan Lingkungan (Edisi 1)

Anda mungkin juga menyukai