Anda di halaman 1dari 7

RINGKASAN JURNAL

KONSERVASI & REHABILITASI LAHAN


“EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK ARAHAN PENGGUNAAN
LAHAN”

Disusun Oleh :

Nama : Meysa Andini Putri


NIM : 114200024
Kelas :E

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2022
A. PENDAHULUAN
Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup, yang berjalan seiring perkembangan
zaman, manusia melakukan suatu usaha guna menghasilkan suatu produk alam agar
dapat bertahan hidup baik secara baik material maupun spiritual dengan menggunakan
media yang disediakan alam disebut dengan penggunaan lahan. Kemampuan lahan
merupakan salah satu acuan yang sangat penting yang berpengaruh dalam pengelolaan
dan penggunaan lahan. Menurut Arsyad (1985) dalam Sitorus, dkk (2011) Evaluasi
kemampuan lahan merupakan salah satu upaya dalam memanfaatkan lahan
(sumberdaya lahan) sesuai dengan potensi lahan tersebut.
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu kesatuan ekosistem dinamis yang
menghubungkan antara hulu dan hilir. Pada DAS ini terjadi sering kali terjadi konversi
lahan, dimana perubahaan penggunaan lahan hutan menjadi lahan pertanian telah
menyebabkan kerusakan ekosistem DAS, seperti naiknya nilai koefesien pengaliran
rata-rata, dimana semakin tinggoi nilai pengaliran rata-rata maka mengakibatkan debit
banjir yang di hasilkan juga semakin besar (Halim, 2014 dalam Harjianto, 2016).
Menurut Lopulisa (1995) dalam Sitorus (2011) di Indonesia, terdapat beberapa faktor-
faktor yang mempengaruhi pola dan jenis penggunaan lahan yaitu sifat fisik lahan
(iklim, topografi, drainase, sifat fisik dan kimia tanah, dan lain-lain), kondisi faktor
budaya dan ekonomi serta kebijakan pemerintah. Faktor-faktor tersebut sangat besar
peranannya dalam keberagaman bentuk penggunaan lahan.
Kesalahan dalam penggunaan lahan dapat berdampak buruk ke depannya. Untuk
itu, agar dapat menekan laju kerusakan yang lebih besar dan merencanakan tata guna
lahan yang baik di masa depan, maka perlu upaya pengelolaan intensif yang memadukan
kepentingan konservasi tanah dan air dengan kepentingan peningkatan produksi
pertanian serta pendapatan masyarakat guna terwujudnya kondisi DAS yang lestari.
Kemampuan lahan menjelaskan bahwa lahan yang mempunyai kemampuan tinggi akan
mempunyai pilihan penggunaan yang lebih banyak, baik untuk pertanian, kehutanan
ataupun tujuan lain. Pada umumnya lahan yang kemampuannya tinggi juga baik untuk
keperluan nonpertanian seperti pemukiman, industri, sarana infra-struktur, dan lainnya.
Sebaliknya, lahan yang mempunyai kemampuan terbatas mengindikasikan banyaknya
kendala untuk penggunaannya. Kalaupun lahan tersebut dipaksakan digunakan tidak
sesuai kemampuannya, maka lahan akan mudah rusak, dan hal ini bisa menimbulkan
kerugian bahkan menjadi bencana. (Simanungkalit, 2011)
Suatu sistematika dari beragam penggunaan lahan berdasarkan sifat-sifat yang
menentukan potensi suatu lahan untuk berproduksi secara lestari disebut dengan
Kemampuan penggunaan lahan. Kemudian, Lahan diklasifikasikan atas dasar
penghambat fisik. Sistem klasifikasi ini membagi lahan menurut faktor-faktor
penghambat serta potensi bahaya lain yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
Sehingga, hasil klasifikasi ini dapat digunakan untuk menentukan arahan penggunaan
lahan secara umum. (misalnya untuk budidaya tanaman semusim, perkebunan, hutan
produksi dsb).
Klasifikasi kemampuan lahan adalah suatu pengelompokan lahan ke dalam
satuan-satuan khusus menurut kemampuannya untuk penggunaan secara intensif dan
perlakuan yang dapat digunakan secara terus-menerus kedepannya serta menetapkan
jenis penggunaan yang sesuai dan jenis perlakuan yang diperlukan untuk produksi
tanaman secara lestari (Seta, 1991 dalam Wirosoedarmo, 2014)

B. METODOLOGI
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Metode
penelitian ini dilakukan dengan membaca dan meringkasa dari beberapa penelitian dari
berbagai sumber. Metode untuk mengetahui kemampuan lahan yaitu dengan analisis
data spasial. Analisis data spasial yang dilakukan adalah menganalisis Citra
Landsat dan peta-peta. Terdapat beberapa peta yang dibutuhkan dalam metode ini, yaitu
Citra Landsat dan diperoleh dari BIOTROP. Data sekunder berupa Peta Administrasi,
Peta Jenis Tanah, Peta Curah Hujan, Peta Lereng, Peta Tekstur, Peta Jalan, dan
menggunakan data sekunder informasi terkait lainnya. Deskripsi morfologi tanah
dilakukan dengan mengamati warna, struktur, konsistensi, dan tekstur tanah. Klasifikasi
tanah dilakukan berdasarkan kunci taksonomi tanah.
Penentuan kelas satuan lahan dilakukan dengan Analisa spasial dari hasil overlay
peta sebagai visualisasi hasil pengklasifikasian kemampuan lahan. Overlay adalah inti
dari operasi Sistem Informasi Geografis yang seolah mendefinisikan Sistem Informasi
Geografis (SIG) itu sendiri. Proses overlay memerlukan ketepatan dalam kesamaan
lokasi. Penentuan kelas kemampuan lahan dilakukan dengan menggunakan (kriteria
klasifikasi kemampuan lahan metode Arsyad (1989) pada Tabel 1 dengan teknik
mencocokan (matching)
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Penentuan Satuan Lahan
Pentuan satuan lahan dilihat dari karekteristik lahannya. Karakteristik lahan
anatara lain sebagai berikut :
• Tekstur Tanah
Semakin halus Tekstur tanah, akan semakin besar kapasitas menyimpanan
airnya (Haridjaja et al., 2013 dalam Faiz, 2021). Untuk tekstur tanah ini sendiri,
terdiri dari lima jenis tekstur tanah, yaitu lempung, berliat, liat berpasir, lempung
berpasir kasar sampai halus, dan berpasir. Tekstur tanah sangat erat kaitannya
dengan erodibilitas tanah. Salah satu sifat tanah yang memiliki peranan besar
terhadap indeks kemampuan lahan adalah faktor kepekaan tanah (erodibilitas
tanah). Semakin besar nilai erodibilitas suatu tanah maka akan semakin peka
tanah tersebut terhadap erosi. Erodibilitas tanah ini sangat bergantung pada dua
karakteristik tanah, yaitu stabilitas agregat dan kapasitas infiltrasi (Harjianto,
2016).
• Topografi dan Kemiringan Lereng
Menurut (Lee dan Kim, 2019 dalam Faiz 2021) Lahan dengan permukaan
tanah yang datar dengan permukaan tanah yang miring atau berlereng dapat
menjadi faktor yang dapat menentukan banyaknya ketersediaan air dalam tanah.
Lahan yang memiliki permukaan tanah yang miring, maka pergerakan air yang
masuk ke dalam tanah tidak hanya bergerak secara vertical seperti pada
permukaan tanah yang datar, tetapi juga secara lateral sejajar dengan permukaan
tanah yang miring dan bergerak menuju ke bawah lereng.
• Drainase,
Sistem drainase yang baik dapat berkontribusi dengan membantu mencegah
banyak persoalan, seperti mengurangi kemungkinan banjir, mengendalikan
permukaan air tanah, erosi tanah dan mencegah kerusakan jalan dan bangunan
yang ada (Wirosoedarmo, 2014)
• Kedalaman Efektif Tanah
Menurut Hardjowigeno (2010) dalam Kedalaman efektif tanah yaitu kedalaman
tanah yang baik untuk pertumbuhan akar tanaman (sampai lapisan yang tidak
tertembus akar tanaman) diukur dilapangan dengan menggunakan bor tanah.
Kedalaman efektif diukur dari permukaan tanah sampai pada lapisan kedap keras
dan tanah tereduksi pada penampang tanah yang membatasi atau mengganggu
perakaran. (Hardjowigeno, 2010 dalam Sutri, 2016 dalam Wirosoedarmo, 2014
)
• Tata Guna Lahan
Secara umum penggunaan lahan terbesar adalah untuk sektor pertanian,
termasuk di dalamnya adalah sawah, tegalan, hutan, air tawar, gedung,
pemukiman, dan kebun (Wirosoedarmo, 2014)

b. Penentuan Kelas Kemampuan Lahan


Untuk mendapatkan status kesesuaian penggunaan lahan dengan kemampuan
lahan maka dilakukan tumpang susun antara peta kemampuan lahan dan
penggunaan lahan. Metode ini mengkelaskan lahan dan alokasi-alokasi
pemanfaatannya yang tepat berdasarkan kemampuan lahan yang dikategorikan
dalam bentuk kelas dan subkelas. Metode ini dapat mengetahui lahan yang sesuai
untuk pertanian, lahan yang harus dilindungi dan lahan yang dapat digunakan untuk
pemanfaatan lainnya.

Seiring dengan berjalannya waktu, penggunaan lahan pada suatu wilayah mengalami
konversi. Dengan mengetahui kemampuan lahan, maka dapat ditentukan penggunaan lahan
yang tepat bagi daerah tersebut. Kebutuhan lahan untuk berbagai akt ivitas
manusia akan meningkat sejalan dengan perkembangan wilayah. Demikian juga
peningkatan jumlah penduduk, akan mendorong pertambahan jumlah dan jenis
fasilitas yang ada. (Sitorus, 2011)
D. KESIMPULAN
1. Kelas kemampuan lahan daerah penelitian bervariasi terdiri dari kelas kemampuan
II, III, IV, VII, dan VIII, dengan kondisi kelas kemampuan II, III, dan IV meliputi
wilayah seluas 1586,99 ha (70,88 %) yang merupakan lahan yang dapat digarap
untuk pertanian dengan faktor penghambat kemiringan lereng, kepekaan erosi tanah,
dan solum tanah dangkal.
2. Penggunaan lahan (exsisting) sudah sesuai dengan arahan pemanfaatan ruangnya
dilihat pada zona kelas kemampuan I,II, dan III yaitu pada kawasan pertanian dan
zona lahan IV dan V untuk dipertimbangkan berbagai fungsi pemanfaatan lainnya
3. Agar potensi kelas kemampuan lahan tidak mengalami degradasi dan dan bahkan
dapat meningkat dalam jangka waktu yang lama, diharapkan secara
berkesinambungan agar penggunaan lahan sesuai dengan kelas kemampuan lahan.
DAFTAR PUSTAKA

Harjianto, Mahendra, Sinukaban Naik, Tarigan, Suria Darma, dan Oteng Haridjaja
(2016) Evaluasi Kemampuan Lahan Untuk Arahan Penggunaan Lahan Di
Daerah Aliran Sungai Lawo, Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitian Kehutanan
Wallacea. Vol 5 (1) : 1-11
Simanungkalit, N.M. (2011) Evaluasi Kemampuan Lahan Dan Penggunaan Lahan
Pertanian Di Sub Das Gotigoti Daerah Aliran Sungai Batangtoru Kabupaten
Tapanuli Utara. Jurnal Geografi. Vol 3(1) : 2549-7057
Sitorus, RPS., Mulyani., M dan Panuju, Dyah (2011). Evaluasi Kemampuan Lahan
Untuk Arahan Penggunaan Lahan Di Daerah Aliran Sungai Lawo, Sulawesi
Selatan. Jurnal Teknik Lingkungan. Vol 13 (2) : 49-57
Suhairin (2020). Evaluasi Kemampuan Lahan Untuk Arahan Penggunaan Lahan Di
Daerah Aliran Sungai Maros Sulawesi Selatan. Jurnal Agrotek. Vol 7 (1) : 50-
58
Wirosoedarmo, Ruslan., Widiatmono, Jhohanes Bambang Rahadi, dan Widyoseno,
Yoni. (2014). Rencana Tata Ruang Wilayah (Rtrw) Berdasarkan Daya Dukung
Lingkungan Berbasis Kemampuan Lahan. Jurnal AgriTech. Vol 34 (4) : 2527-
3825

Anda mungkin juga menyukai