Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konservasi Lahan dan Air
Kelompok 4:
JURUSAN GEOGRAFI
DESEMBER 2017
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata kuliah Konservasi Tanah dan Air merupakan mata kuliah yang
mempelajari tentang teknik-teknik untuk melakukan konservasi tanah dan air
sehingga produktivitas lahan dapat terjaga. Mata kuliah ini lebih menekankan
pada erosi yang terjadi di Indonesia. Erosi adalah peristiwa pindahnya atau
terangkutnya tanah atau bagian bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh
media alami. Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian bagian tanah terkikis dan
terangkut, kemudian diendapkan di tempat lain (Arsyad, 2010). Menurut Utomo
(2000) besar tingkat erosi di Indonesia mencapai 173 Ha/Th. Berdasarkan
besarnya tingat erosi tersebut maka perlu adanya suatu upaya guna pengendalian
tingkat erosi. Langkah pengendalian tingkat erosi di Indonesia dapat dimulai
dengan mengetahui bahaya erosi yang dapat terjadi di wilayah sekitar.Praktikum
konservasi tanah dan air ini dilakukan di dusun Sumber Brantas, Desa Tulungrejo,
Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Pemilihan dusun Sumber Brantas sebagai tempat
penelitian karena diketahui bahwa sebagian besar merupakan kawasan
pegunungan berlereng curam dengan karakteristik tanah yang peka terhadap erosi.
Disisi lain, pertanian yang dilakukan oleh petani banyak yang tidak menerapkan
kaidah konservasi lahan dan ketergantungan petani terhadap bahan kimia sangat
tinggi.
Perhitungan tingkat erosi dilakukan dengan menggunakan metode USLE
(Universal Soil Loss Equation).Menurut Suripin (2002) USLE dirancang untuk
memprediksi erosi jangka panjang dari erosi lembar (Sheet Erosion) dan erosi alur
di bawah kondisi tertentu. Persamaan tersebut dapat juga memprediksi erosi pada
lahan non pertanian, tapi tidak dapat untuk memprediksi pengendapan dan tidak
memperhitungkan sedimen dari erosi parit, tebing sungai dan dasar sungai. Alasan
utama penggunaan model USLE karena model tersebut relatif sederhana dan input
parameter model yang diperlukan mudah diperoleh.Setelah diketahui tingkat erosi
yang terjadi, dihasilkan output yang diharapkan dapat berguna bagi mahasiswa,
masyarakat, serta pemerintah dalam mengatasi permasalahan erosi yang terjadi di
Kota Batu.
B. Rumusan Masalah
Tujuan praktikum konservasi tanah dan air adalah untuk memenuhi tugas
praktikum mata kuliah Konservasi Lahan dan Air serta dapat memahami cara
mengukur tingkat erosi pada suatu lahan menggunakan metode USLE.Sedangkan
manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai tingkat
bahaya erosi serta dapat mengatasi permasalahan erosi yang terjadi didusun
Sumber Brantas, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
METODE
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Erosi
Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya suatu tanah atau bagian-bagian
tanah dari suatu tempat yang diangkut oleh air atau angin ke tempat lain. Erosi
menyebabkan hilangnya lapisan tanah atas yang subur dan baik untuk
pertumbuhan tanaman serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan
menahan air (Arsyad 1989).Menurut Kartasapoetra et al.(2005), erosi disebut juga
sebagai pengikisan atau kelongsoran, dimana sesungguhnya merupakan proses
penghanyutan tanah oleh desakan atau kekuatan air dan angina, baik yang
berlangsung secara alami maupun sebagai akibat dari tindakanmanusia.
Dua penyebab erosi yang utama terjadi secara alami dan aktivitas manusia.
Erosi alami terjadi karena proses pembentukan tanah dan proses erosi yang terjadi
untuk mempertahankan keseimbangan tanah secara alami. Erosi karena faktor
alami biasanya masih memberikan media sebagai tempat tumbuh tanaman.
Sedangkan erosi yang terjadi karena kegiatan manusia, biasanya disebabkan oleh
terkelupasnya lapisan tanah bagian atas akibat praktek bercocok tanam yang tidak
memperhatikan kaidah konservasi tanah maupun dari kegiatan pembangunan yang
bersifat merusak keadaan fisik tanah seperti pembuatan jalan di tempat
dengankemiringan lerengbesar (Asdak 2010).
Di negara tropis seperti yang Indonesia, penyebab erosi yang paling utama
berasal dari hujan. Curah hujan dan intensitas yang tinggi, persentase tutupan
lahan dan sifat tanah merupakan penyebab erosi itu sendiri. Periode paling rawan
erosi adalah saat pengolahan tanah dan pada awal pertumbuhan tanaman. Pada
periode ini, sebagian besar permukaan tanah terbuka, menyebabkan butir-butir
hujan dapat memecah bongkah-bongkah tanah menjadi hancur dan terbawa aliran
permukaan (Rachman et al.1990).
2. Faktor-faktor Erosi
a. Erosivitas Hujan (R)
Erosivitas hujan merupakan kemampuan air hujan dalam menghancurkan
dan menghanyutkan partikel tanah. Di daerah beriklim basah/tropis, faktor
iklim terutama hujan merupakan penyebab yang utama. Besarnya curah
hujan, intensitas dan distribusi hujan menentukan kekuatandispersi hujan
terhadap tanah, jumlah aliran permukaan serta tingkat erosi yang terjadi.
Erosivitas hujan sebagian terjadi karena aliran air di atas permukaan tanah.
Kemampuan air hujan sebagai penyebab terjadinya erosi adalah sumber
dari laju dan distribusi tetesan air hujan yang keduanya mempengaruhi
besarnya energi kinetik air hujan.
A = R. K. LS. C. P
Keterangan:
A = besar erosi (ton/ha/thn)
R = faktor erosivitas hujan
K = faktor erodibilitas tanah
LS=faktor topografi yaitu panjang (L) dan kemiringan lereng (S)
C = faktor pengelolaan tanaman
P = faktor tindakan konservasi tanah
D. ANALISIS DATA
Dalam penentuan laju erosi diperlukan faktor-faktor penyebab erosi. Berikut
analisis data faktor-faktor penyebab erosi dalam perhitungan laju erosi.
1. Indeks erosivitas curah hujan (R)
Indeks erosivitas curah hujan ditentukan untuk setiap satuan lahan tersebut
di atas. Data curah hujan jarang didapat di daerah tangkapan air, terutama
data tentang intensitas dan lama hujan, serta frekuensi terjadinya hujan.
Timbul permasalahan dalam ekstrapolasi data curah hujan dari stasiun
cuaca di daerah hilir dan penerapan data tersebut sehubungan dengan
perbedaan curah hujan di daerah hulu.
Rumus Lenvain
Keterangan:
Indeks erodibilitas tanah ini ditentukan untuk tiap satuan lahan. Indeks ini
memerlukan data ukuran partikel tanah, % bahan organik, struktur tanah
dan permeabilitas tanah. Data tersebut didapat dari hasil analisis
laboratorium contoh-contoh tanah yang diambil di lapangan, atau dari data
dalam laporan survai tanah yang dilampirkan pada peta tanah. Disarankan
agar diambil beberapa contoh tanah untuk tiap satuan pemetaan dan
hasilnya dibuat rata-rata. Apabila tersedia peta tanah yang dapat
diandalkan jumlah contoh harus dikurangi dan peta tersebut akan
membantu dalam ekstrapolasi data tanah ke satuan lainnya dengan satuan
lahan yang sama (satuan pemetaan).
Keterangan :
M = (%debu %pasir dan lempung)
OM = Presentase Bahan Organik
P = Permeabilitas
S = Struktur Tanah
K = Erodibilitas
Tabel 5. Nilai M dari kelas tekstur tanah yang digunakan untuk rumus K
M Value (Nilai
Texture class (USDA) Kelas tekstur (USDA)
M)
Sandy clay Lempung pasiran 1215
Light clay Lempung ringan 1685
Sandy clay loam Geluh lempung pasiran 2160
Silty clay Lempung debuan 2510
Clay loam Geluh lempungan 2830
Sand Pasir 3035
Loamy sand Pasir geluhan 3245
Silty clay loam Geluh lempung debuan 3770
Sandy loam Geluh pasiran 4005
Loam Geluh 4390
Silt loam Geluh debuan 6330
Silt Debu 8245
Perhitungan nilai K
Diketahui :
M = 4005 (dilihat dari tabel nilai M dari kelas tekstur)
OM = 6,25 (dihitung dari presentasi BO)
P = 1 (dilihat dari tabel permeabilitas tanah)
S = 1(dilihat dari tabel nilai struktur tanah)
Ditanya : K?
Jawab
K = (2,1 x 4005 1.14) (10 -4)(12-6,25)+3,25(1-1)+2,5(1-3))/100
= 0,071974
3. Faktor panjang dan kemiringan lereng (LS)
Penggunaan nomograf LS adalah sebagai berikut :
a. panjang lereng (L) ditetapkan pada titik yang sesuai pada sumber horisontal
nomograf
b. ditarik garis vertikal hingga memotong garis yang menunjukan kemiringan lereng
(S)
c. dari titik perpotongan ini tarik garis horisontal hingga memotong sumbu vertikal
dimana nilai LS dapat dibaca
Nilai P didapat dari Tabel 7. yang menyajikan nilai P untuk upaya konservasi tanah
yang terbatas.
Kehilangan
No Kelas TBE ( Tingka Bahaya Erosi) Keterangan
Tanah(ton/ha/tahun)
1. I < 15 Sangat ringan
2. II 16-60 Ringan
3. III 60-180 Sedang
4. IV 180-480 Berat
5. V >480 Sangat berat
Sumber : Departemen Kehutanan, 1998
B. Tingkat Bahaya Erosi Desa Sumber Brantas Kecamatan Bumiaji Kota Batu
Hasil erosi pada Desa Sumber Brantas sebesar 13,3344520561 ton/ha/tahun , hal ini
menunjukkan bahwa tingkat bahaya erosi tergolong sangat ringan karena kurang dari 15
ton/ha/tahun (berdasarkan tabel 8. kelas tingkat bahaya erosi menurut Departemen
Kehutanan 1998). Hasil erosi pada titik 4 (kelompok 4) mempunyai hasil paling besar
dibandingkan dengan titik titik lainnya. Dengan demikian erosi pada titik titik lainnya
menunjukkan angka yang tidak terlalu besar dibandingkan titik 4.
Hasil erosi menunjukkan angka sebesar 13,3344520561 ton/ha/tahun yang
mendekati angka lebih dari 15 ton/ha/tahun sehingga akan meningkatkan kelas tingkat
bahaya erosi menjadi ringan. Dengan demikian perlu dilakukan penanganan khusus dan
upaya konservasi lahan agar tingkat bahaya erosi tidak semakin meningkat dan merugikan
masyarakat setempat Desa SumberBrantas Kecamatan Bumiaji Kota Batu.
KESIMPULAN
[1] Arsyad, Sitanala. 2010.Edisi kedua: Konservasi Tanah dan Air.Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
[2] As-syakur, A. R. 2008. Prediksi Erosi dengan menggunakan metode USLE
dan Sistem Informasi Geografi (SIG) berbasis Pixel di daerah tangkapan air Danau
Buyan. Proseding PIT XVII MAPIN. Pp 1-11
[3] Kartasapoetra, G; Sutedjo dkk. 1987. Edisi kedua: Teknologi Konservasi
Tanah dan Air. Jakarta: Rineka Cipta.
[4] Rachman,A. 2010. Risalah pembahasan hasil Pertanian Lahan Kering dan
Konservasi Tanah. Jakarta: Bumi Aksara.
[5] Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta: Penerbit
Andi
[6] Wischmeier W. H., and D.D Smith. 1978. Predicting Rainfall Erosion
Lossess: A guide to Conservation Planning USDA Handbook No.537. Washington
DC
LAMPIRAN