Anda di halaman 1dari 20

PENENTUAN LAJU EROSI DI DESA SUMBER BRANTAS

KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU MENGGUNAKAN METODE


USLE

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konservasi Lahan dan Air

Yang Dibina Oleh Ibu Nailul Insani S.Pd, M.Sc

Kelompok 4:

Rosi Mawaddah Warohmah (160721600914)


Siti Rofiqoh (160721614504)
Slamet Suyadi (160721600930)
Tresya Desinta E. H. (160721614499)
Virna Hariani (160721614409)
Wildan Hidayat Ardita (160721600913)

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

DESEMBER 2017
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mata kuliah Konservasi Tanah dan Air merupakan mata kuliah yang
mempelajari tentang teknik-teknik untuk melakukan konservasi tanah dan air
sehingga produktivitas lahan dapat terjaga. Mata kuliah ini lebih menekankan
pada erosi yang terjadi di Indonesia. Erosi adalah peristiwa pindahnya atau
terangkutnya tanah atau bagian bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh
media alami. Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian bagian tanah terkikis dan
terangkut, kemudian diendapkan di tempat lain (Arsyad, 2010). Menurut Utomo
(2000) besar tingkat erosi di Indonesia mencapai 173 Ha/Th. Berdasarkan
besarnya tingat erosi tersebut maka perlu adanya suatu upaya guna pengendalian
tingkat erosi. Langkah pengendalian tingkat erosi di Indonesia dapat dimulai
dengan mengetahui bahaya erosi yang dapat terjadi di wilayah sekitar.Praktikum
konservasi tanah dan air ini dilakukan di dusun Sumber Brantas, Desa Tulungrejo,
Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Pemilihan dusun Sumber Brantas sebagai tempat
penelitian karena diketahui bahwa sebagian besar merupakan kawasan
pegunungan berlereng curam dengan karakteristik tanah yang peka terhadap erosi.
Disisi lain, pertanian yang dilakukan oleh petani banyak yang tidak menerapkan
kaidah konservasi lahan dan ketergantungan petani terhadap bahan kimia sangat
tinggi.
Perhitungan tingkat erosi dilakukan dengan menggunakan metode USLE
(Universal Soil Loss Equation).Menurut Suripin (2002) USLE dirancang untuk
memprediksi erosi jangka panjang dari erosi lembar (Sheet Erosion) dan erosi alur
di bawah kondisi tertentu. Persamaan tersebut dapat juga memprediksi erosi pada
lahan non pertanian, tapi tidak dapat untuk memprediksi pengendapan dan tidak
memperhitungkan sedimen dari erosi parit, tebing sungai dan dasar sungai. Alasan
utama penggunaan model USLE karena model tersebut relatif sederhana dan input
parameter model yang diperlukan mudah diperoleh.Setelah diketahui tingkat erosi
yang terjadi, dihasilkan output yang diharapkan dapat berguna bagi mahasiswa,
masyarakat, serta pemerintah dalam mengatasi permasalahan erosi yang terjadi di
Kota Batu.
B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas diketahui rumusan-rumusan masalah, yaitu


sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh faktor-faktor erosi mempengaruhi hasil erosi di dusun


Sumber Brantas, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu?
2. Bagaimana tingkat bahaya erosi di dusun Sumber Brantas, Desa Tulungrejo,
Kecamatan Bumiaji, Kota Batu?

C. Tujuan dan Manfaat

Tujuan praktikum konservasi tanah dan air adalah untuk memenuhi tugas
praktikum mata kuliah Konservasi Lahan dan Air serta dapat memahami cara
mengukur tingkat erosi pada suatu lahan menggunakan metode USLE.Sedangkan
manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai tingkat
bahaya erosi serta dapat mengatasi permasalahan erosi yang terjadi didusun
Sumber Brantas, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
METODE
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Erosi
Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya suatu tanah atau bagian-bagian
tanah dari suatu tempat yang diangkut oleh air atau angin ke tempat lain. Erosi
menyebabkan hilangnya lapisan tanah atas yang subur dan baik untuk
pertumbuhan tanaman serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan
menahan air (Arsyad 1989).Menurut Kartasapoetra et al.(2005), erosi disebut juga
sebagai pengikisan atau kelongsoran, dimana sesungguhnya merupakan proses
penghanyutan tanah oleh desakan atau kekuatan air dan angina, baik yang
berlangsung secara alami maupun sebagai akibat dari tindakanmanusia.
Dua penyebab erosi yang utama terjadi secara alami dan aktivitas manusia.
Erosi alami terjadi karena proses pembentukan tanah dan proses erosi yang terjadi
untuk mempertahankan keseimbangan tanah secara alami. Erosi karena faktor
alami biasanya masih memberikan media sebagai tempat tumbuh tanaman.
Sedangkan erosi yang terjadi karena kegiatan manusia, biasanya disebabkan oleh
terkelupasnya lapisan tanah bagian atas akibat praktek bercocok tanam yang tidak
memperhatikan kaidah konservasi tanah maupun dari kegiatan pembangunan yang
bersifat merusak keadaan fisik tanah seperti pembuatan jalan di tempat
dengankemiringan lerengbesar (Asdak 2010).
Di negara tropis seperti yang Indonesia, penyebab erosi yang paling utama
berasal dari hujan. Curah hujan dan intensitas yang tinggi, persentase tutupan
lahan dan sifat tanah merupakan penyebab erosi itu sendiri. Periode paling rawan
erosi adalah saat pengolahan tanah dan pada awal pertumbuhan tanaman. Pada
periode ini, sebagian besar permukaan tanah terbuka, menyebabkan butir-butir
hujan dapat memecah bongkah-bongkah tanah menjadi hancur dan terbawa aliran
permukaan (Rachman et al.1990).

2. Faktor-faktor Erosi
a. Erosivitas Hujan (R)
Erosivitas hujan merupakan kemampuan air hujan dalam menghancurkan
dan menghanyutkan partikel tanah. Di daerah beriklim basah/tropis, faktor
iklim terutama hujan merupakan penyebab yang utama. Besarnya curah
hujan, intensitas dan distribusi hujan menentukan kekuatandispersi hujan
terhadap tanah, jumlah aliran permukaan serta tingkat erosi yang terjadi.
Erosivitas hujan sebagian terjadi karena aliran air di atas permukaan tanah.
Kemampuan air hujan sebagai penyebab terjadinya erosi adalah sumber
dari laju dan distribusi tetesan air hujan yang keduanya mempengaruhi
besarnya energi kinetik air hujan.

b. Erodibilitas Tanah (K)


Erodibilitas tanah merupakan kepekaan tanah terhadap proses erosi yang
terjadi. Erodibilitas tanah ditentukan oleh sifat-sifat fisik dan kimia tanah
yang meliputi tekstur, struktur, kandungan bahan organik, dan susunan
kimia tanah. Selain dari keempat faktor itu, masih ada faktor lain yang
berpengaruh terhadap erodibilitas tanah, yaitu faktor kedalaman tanah,
topografi, kemiringan lereng, serta aktivitas manusia. Nilai erodibiltas
tinggi berarti tanah peka atau mudah mengalami erosi, dan sebaliknya jika
erodibilitas rendah berarti tanah sukar untuk tererosi (Syarief1989).
Besarnilai K ditentukan oleh tekstur tanah, struktur tanah, permeabilitas
tanah dan bahan organik .
c. Panjang lereng (L) dan Kemiringan Lereng (S)
Faktor LS, kombinasi antara panjang lereng (L) dan kemiringan lereng (S)
merupakan nisbah besarnya erosi dari suatu lereng dengan panjang dan
kemiringan tertentu terhadap besarnya erosi dari dari plot lahan (Suripin
2002). Kemiringan lereng dapat dinyatakan dalam derajat (o) atau persen
(%). Kemiringan lereng sangat berpengaruh terhadap limpasan,sehingga
semakin curam lereng, semakin besar pula kecepatan limpasan yang
terjadi (Munir2003).
d. Pengelolaan tanaman atau vegetasi (C)
Menurut Darmawijaya (1992), vegetasi dapat digunakan sebagai petunjuk
terhadap kemampuan tanah atau sifat-sifat tanah tertentu. Perbedaan
vegetasi merupakan indikator perbedaan jenis tanah. Sementara menurut
Reyes (2007), vegetasi dan penggunaan lahan secara umum dipengaruhi
oleh keadaan tanah dan ketersediaan air. Lainhalnya dengan Hardjowigeno
dan Soleh (1995), berpendapat bahwa vegetasai dapat mempengaruhi
besarnya erosi. Pengaruh vegetasi terhadap erosi antara lain : (1)
menghalangi hujan agar tidak langsung jatuh ke permukaan tanah atau
dengan kata lain mengurangi kekuatan dalam menghancurkan tanah, (2)
menghambat aliran permukaan dan memperbanyak infiltrasi, (3)
penyerapan air ke dalam tanah diperkuat oleh transpirasi (penguapan air)
melalui vegetasi.
e. Tindakan pengelolaan tanah (P)
Faktor P adalah nisbah antara tanah tererosi rata-rata dari lahan yang
mendapat perlakuan konservasi tertentu terhadap tanah tererosi rata-rata
dari lahan yang diolah tanpa tindakan konservasi.Faktor tindakan
pengelolaantanah (P) adalah jumlah erosi yang terjadi pada lahan yang
telah dilakukan tindakan pengelolaantanah dibandingkan dengan erosiyang
terjadi pada lahan tanpa tanaman tanpa tindakan pengelolaantanah.

3. Permodelan Prediksi Erosi dengan Metode USLE


Suatu model parametrik untuk memprediksi erosi dari suatu bidang tanah
telah dilaporkan oleh Wischemeir dan Smith (1965, 1978), dan dinamai dengan
Universal Soil Loss Equation (USLE). Model ini memungkinkan para perencana
menduga laju rata-rata erosi di suatu bidang tanah pada berbagai kecuraman
lereng dengan pola hujan tertentu untuk setiap usaha pertanaman dan tindakan
pengelolaan tanah yang mungkin dilakukan atau sedang diusahakan (Arsyad
2010).
Menurut As-syakur (2008), metode USLE merupakan metode yang umum
digunakan untuk memprediksi laju erosi. Selain sederhana, metode ini juga sangat
baik diterapkan di daerah-daerah yang faktor utama penyebab erosinya adalah
hujan dan aliran permukaan. Wischmeier (1976) cit. Risse et al. (1993)
mengatakanbahwa metode USLE didesain untuk digunakan memprediksi
kehilangan tanah yang dihasilkan oleh erosi dan diendapkan pada segmen lereng
bukan pada hulu DAS, selain itu juga didesain untuk memprediksi rata-rata
jumlah erosi dalam waktu yang panjang.
Tujuan utama dari model erosi adalah untuk melakukan prediksi erosi dari
sebidang tanah, yaitu memperkirakan laju erosi yang akan terjadi dari tanah yang
dipergunakan dalam penggunaan lahan dan pengelolaan tertentu (Arsyad1989).
Jika laju erosi yang akan terjadi telah dapat diperkirakan dan laju erosi yang masih
dapat ditoleransikan sudah dapat ditetapkan, maka dapat ditentukan kebijakan
penggunaan lahan dan tindakan konservasi tanah yang diperlukan agar tidak
terjadi kerusakan tanah dan dapat dipergunakan secara produktif dan lestari.
Persamaan dari USLE tersebut adalah:

A = R. K. LS. C. P

Keterangan:
A = besar erosi (ton/ha/thn)
R = faktor erosivitas hujan
K = faktor erodibilitas tanah
LS=faktor topografi yaitu panjang (L) dan kemiringan lereng (S)
C = faktor pengelolaan tanaman
P = faktor tindakan konservasi tanah

B. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Abney level, digunakan untuk mengukur kemiringan lereng.
b. Yalon, digunakan sebagai alat bantu pengukuran lereng.
c. Meteran, digunakan sebagai alat bantu pengukuran lereng.
d. GPS, digunakan untuk menentukan koordinat dan ketinggian tempat.
e. Ring tanah, digunakan untuk pengambilan sampel tanah.
f. Plastik, digunakan sebagai wadah sampel tanah.
g. Alat tulis, digunakan untuk mencatat data dan membuat sketsa.
2. Bahan
a. Peta penggunaan lahan
b. Lahan
C. TAHAPAN PENELITIAN
1. Persiapan
a. Mengumpulkan data sekunder, yang terdiri dari peta RBI Kota Batu,
peta penggunaan lahan, dan data curah hujan.
b. Meminjam alat-alat yang diperlukan.
c. Menyusun jadwal dan sistematika kegiatan.
2. Pelaksanaan
a. Masing-masing kelompok menyebar ke masing-masing sub lokasi
penelitian.
b. Menentukan koordinat dan ketinggian tempat menggunakan GPS.
c. Mengukur kemiringan lereng menggunakan abney level, yalon, dan
meteran.
d. Mengambil 3 sampel tanah dengan ketinggian yang berbeda
menggunakan ring tanah.
3. Penelitian
a. Menguji sampel tanah yang diperoleh di laboratorium diantaranya
adalah uji permeabilitas, tekstur metode pipet, dan kandungan bahan
organik pada tanah.
b. Penentuan laju erosi menggunakan rumus USLE.

D. ANALISIS DATA
Dalam penentuan laju erosi diperlukan faktor-faktor penyebab erosi. Berikut
analisis data faktor-faktor penyebab erosi dalam perhitungan laju erosi.
1. Indeks erosivitas curah hujan (R)

Indeks erosivitas curah hujan ditentukan untuk setiap satuan lahan tersebut
di atas. Data curah hujan jarang didapat di daerah tangkapan air, terutama
data tentang intensitas dan lama hujan, serta frekuensi terjadinya hujan.
Timbul permasalahan dalam ekstrapolasi data curah hujan dari stasiun
cuaca di daerah hilir dan penerapan data tersebut sehubungan dengan
perbedaan curah hujan di daerah hulu.
Rumus Lenvain

Rumus Lenvain digunakan apabila hanya tersedia data curah hujan


tahunan rata-rata. Rumusnya adalah sebagaib berikut :

Rm = 2,21 (Rain) m 1,36

Keterangan:

Rm = erosivitas curah hujan bulanan

(Rain) m = curah hujan bulanan dalam cm

Tabel 1. Curah hujan Kota Batu


R R
Ch,mm Ch,cm
(Bulanan) (Tahunan)
528 52,8 486,6026
424 42,4 361,0853
455 45,5 397,4548
316 31,6 242,0843
238 23,8 164,6406
117 11,7 62,6794
228,1621
96 9,6 47,8940
50 5 19,7238
98 9,8 49,2561
205 20,5 134,3933
398 39,8 331,3090
491 49,1 440,8218

2. Indeks erodibilitas tanah (K)


Faktor erodibilitas tanah adalah indeks kuantitatif kerentanan tanah
terhadap erosi air. Faktor K merupakan tanah hilang tahunan rata-rata
dalam ton/ha/satuan EI30 seperti yang dihitung dari tanah hilang pada
plot-plot sepanjang 22.1 m di lahan kosong dan diolah sejajar dengan
lereng 9%. Nilai yang dihitung berdasarkan percobaan berkisar antara 0.00
untuk tanah yang paling resistan hingga 0.69 untuk tanah yang paling
mudah tererosi.
Sifat-sifat fisik tanah seperti tekstur, persentase bahan organik, struktur,
dan permeabilitas sangat berpengaruh pada erodibilitas tanah. Umumnya
tanah dengan erodibilitas rendah mempunyai proporsi pasir halus dan debu
rendah, kandungan bahan organik yang tinggi, struktur yang baik dan
tingkat infiltrasi yang tinggi.

Indeks erodibilitas tanah ini ditentukan untuk tiap satuan lahan. Indeks ini
memerlukan data ukuran partikel tanah, % bahan organik, struktur tanah
dan permeabilitas tanah. Data tersebut didapat dari hasil analisis
laboratorium contoh-contoh tanah yang diambil di lapangan, atau dari data
dalam laporan survai tanah yang dilampirkan pada peta tanah. Disarankan
agar diambil beberapa contoh tanah untuk tiap satuan pemetaan dan
hasilnya dibuat rata-rata. Apabila tersedia peta tanah yang dapat
diandalkan jumlah contoh harus dikurangi dan peta tersebut akan
membantu dalam ekstrapolasi data tanah ke satuan lainnya dengan satuan
lahan yang sama (satuan pemetaan).

K= (2,1 x M 1,14 (10 -4)(12-OM)+3,25(1-P)+2,5(S-3))/100

Keterangan :
M = (%debu %pasir dan lempung)
OM = Presentase Bahan Organik
P = Permeabilitas
S = Struktur Tanah
K = Erodibilitas

Tabel 2. Nilai struktur tanah


Structure Struktur Nilai
Very fine granular Granuler sangat halus 1
Fine granular Granuler halus 2
Medium, coarse granular Granuler kasar 3
Blocky, palty, massive Gumpal, lempeng, pejal 4

Tabel 3. Nilai permeabilitas tanah (dari USDA 1951)


Permeability
Kelas permeabilitas (cm/jam) Nilai
Class
Rapid Cepat > 12,7 1
Moderate to rapid Sedang sampai cepat 6,3 – 12,7 2
Moderate Sedang 2,0 – 6,3 3
Moderate to slow Sedang sampai lambat 0,5 – 2,0 4
Slow Lambat 0,125 – 0,5 5
Very slow Sangat lambat <0.125 6
Tabel 4. Nilai Permeabilitas
Permeability
Kelas permeabilitas (cm/jam) Nilai
Class
Rapid Cepat > 12,7 1
Moderate to
Sedang sampai cepat 6,3 – 12,7 2
rapid
Moderate Sedang 2,0 – 6,3 3
Moderate to
Sedang sampai lambat 0,5 – 2,0 4
slow
Slow Lambat 0,125 – 0,5 5
Very slow Sangat lambat <0.125 6

Tabel 5. Nilai M dari kelas tekstur tanah yang digunakan untuk rumus K
M Value (Nilai
Texture class (USDA) Kelas tekstur (USDA)
M)
Sandy clay Lempung pasiran 1215
Light clay Lempung ringan 1685
Sandy clay loam Geluh lempung pasiran 2160
Silty clay Lempung debuan 2510
Clay loam Geluh lempungan 2830
Sand Pasir 3035
Loamy sand Pasir geluhan 3245
Silty clay loam Geluh lempung debuan 3770
Sandy loam Geluh pasiran 4005
Loam Geluh 4390
Silt loam Geluh debuan 6330
Silt Debu 8245

Perhitungan nilai K
Diketahui :
M = 4005 (dilihat dari tabel nilai M dari kelas tekstur)
OM = 6,25 (dihitung dari presentasi BO)
P = 1 (dilihat dari tabel permeabilitas tanah)
S = 1(dilihat dari tabel nilai struktur tanah)

Ditanya : K?
Jawab
K = (2,1 x 4005 1.14) (10 -4)(12-6,25)+3,25(1-1)+2,5(1-3))/100
= 0,071974
3. Faktor panjang dan kemiringan lereng (LS)
Penggunaan nomograf LS adalah sebagai berikut :

a. panjang lereng (L) ditetapkan pada titik yang sesuai pada sumber horisontal
nomograf
b. ditarik garis vertikal hingga memotong garis yang menunjukan kemiringan lereng
(S)
c. dari titik perpotongan ini tarik garis horisontal hingga memotong sumbu vertikal
dimana nilai LS dapat dibaca

Gambar 1. Monograf panjang dan kemiringan lereng

Kemiringan Lereng (L) = 19o = 42.2 %


Panjang Lereng (S) = 30 Meter
Nilai LS =8
4. Indeks pengelolaan tanaman (C).
Tabel 6. Indeks pengelolaan tanaman (nilai C) untuk pertanaman tunggal
Crop Jenis Tanaman C
Rubber, low ground cover Karet 0,6 – 0,75*
Citronella Serai wangi 0,45
Brachiaria decumbens grass, 1 year Rumput Brachiaria decumbens tahun 1 0,29
Brachiaria decumbens grass, 2 year Rumput Brachiaria decumbens tahun 2 0,02
Elephant grass (Pennnisetum
Rumput gajah, tahun 1 0,5
purpureum) year 1

5. Faktor upaya pengelolaan konservasi (P)

Nilai P didapat dari Tabel 7. yang menyajikan nilai P untuk upaya konservasi tanah
yang terbatas.

Tabel 7. Indeks konservasi tanah (nilai P)

Soil Conservation Measure Teknik Konservasi Tanah P


Bench terrace, good Teras bangku, baik 0,04
Bench terrace, average Teras bangku, sedang 0,15
Bench terrace, poor Teras bangku, jelek 0,40
Traditional terrace Teras tradisional 0,35
Ridge terrace, good Teras gulud, baik 0,15

6. Perhitungan Tingkat Erosi dengan rumus USLE


Rumus USLE dapat dinyatakan sebagai A = R x K x LS x C x P
Dimana :
A = jumlah tanah hilang (ton/ha/tahun)
R = erosivitas curah hujan tahunan rata-rata (biasanya dinyatakan
sebagai energi dampak curah hujan (MJ/ha) x Intensitas hujan
maksimal selama 30 menit (mm/jam)
K = indeks erodibilitas tanah (ton x ha x jam) dibagi oleh (ha x mega
joule x mm)
LS = indeks panjang dan kemiringan lereng
C = indeks pengelolaan tanaman
P = indeks upaya konservasi tanah
Perhitungan Laju Erosi Desa Sumber Brantas Kecamatan Bumiaji
Diketahui :
R = 228,1621 ch/cm
K = 0,071974
LS= 8
C = 0,29
P = 0,35
Ditanya A ?
Jawab :
A = 228,1621x 0,071974 x 8 x 0,29 x 0,35
=13,3344520561 ton/tahun

Tabel 8. Kelas Tingkat Bahaya Erosi

Kehilangan
No Kelas TBE ( Tingka Bahaya Erosi) Keterangan
Tanah(ton/ha/tahun)
1. I < 15 Sangat ringan
2. II 16-60 Ringan
3. III 60-180 Sedang
4. IV 180-480 Berat
5. V >480 Sangat berat
Sumber : Departemen Kehutanan, 1998

Tabel 9. Hasil Erosi titik I-VI

Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V Kelompok VI


Erosivitas 945,141
228.1621 228.1621 228.1621 228.1621 228.1621
(R)
Erodibilitas 8,5182
0.422529 0.009146 0.448641315 0.071974 0.0541144
(K)
Kemiringan
dan panjang 2.41 1.1 2 8 1.767 0,528
lereng (LS)
Tanaman
penutup 0.7 0.9 0.7 0.29 0.5 0,35
lahan (C)
Konservasi 0,15
0.04 0.15 0.04 0.35 0.4
tanah (P)
Nilai Erosi 6.505 0.309911 5.732324896 13.334432 4.36338 0,000223171
PEMBAHASAN

Daerah penelitian terletak di Dusun Sumber Brantas Desa Tulungrejo Kecamatan


Bumiaji Kota Batu dengan ketinggian 1702 mdpl, terletak pada koordinat S:07046’05 24”
dan E:112032’04 81” dengan kelerengan kurang dari 15%. Satuan peta lahan daerah
penelitian diperoleh dengan menumpangsusunkan beberapa jenis peta, seperti peta jenis
tanah, peta penggunaan lahan, dan peta kemiringan lereng. Analisis data penentuan laju erosi
dilakukan dengan menggunakan rumus Universal Soil Loss Equation (USLE) yang
mempertimbangkan faktor-faktor : hujan, panjang dan kemiringan lereng, tanah serta
penutupan lahan. Berikut merupakan pembahasan dari hasil yang kita peroleh di daerah
penelitian.
A. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Erosi
1. Faktor Erosivitas
Nilai erosivitas hujan pada setiap titik bernilai sama, yaitu 228,1621. Nilai erosivitas
hujan ini merupakan salah satu faktor penyebab erosi karena dapat menghasilkan energi
kinetik terhadap tanah yang mampu memecah agregat dan kemudian dapat menghasilkan
aliran permukaan dengan melakukan penggerusan pada tanah yang dilaluinya. Tetesan
air hujan tersebut mengakibatkan terhempasnya partikel tanah ke udara yang kemudian
jatuh kembali ke permukaan bumi akibat gravitasi bumi dan sebagian partikel halus
menutup pori-pori tanah sehingga menyebabkan porositas menurun. Pada lahan miring
partikel-partikel tanah sebagian besar tersebar ke arah bawah searah lereng. Tanah akan
lebih mudah tererosi, karena pada umumnya curah hujan di Indonesia tinggi, berkisar
dari 1500-3000 mm atau lebih setiap tahunnya. Namun, pengaruh erosivitas yang tinggi
dapat dikurangi dengan melemahkan energi kinetik butiran hujan sebelum sampai di
permukaan tanah, misalnya dengan cara menutup permukaan tanah menggunakan
tanaman penutup tanah.
2. Faktor Erodibilitas
Erodibilitas tanah atau kepekaan tanah terhadap erosi (nilai K) merupakan salah satu
faktor yang menentukan besarnya erosi yang terjadi pada suatu lahan di samping faktor-
faktor lainnya. Nilai erodibilitas suatu lahan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
tekstur tanah, bahan organik, permeabilitas dan struktur tanah.
a. Tekstur tanah
Tekstur tanah pada titik 4 ini yaitu bertekstur geluh pasiran mempunyai nilai 45 pada
tabel tekstur tanah.Tanah pasiran lebih mudah tererosi dibandingkan dengan tanah debu,
karena tanah pasir mempunyai kapasitas infiltrasi yang tinggi, pasir dengan ukuran yang
lebih besar akan lebih sukar terhanyutkan, tetapi kemantapan strukturnya rendah di
karenakan antara partikel yang satu dengan lainnya tidak memiliki daya ikat yang besar.
Semakin kasarnya tekstur tanah, maka nilai K akan cenderung semakin besar yang
berarti bahwa semakin tinggi nilai K maka tanah tersebut akan semakin peka atau mudah
tererosi. Sebaliknya semakin halus tekstur suatu tanah, nilai K akan semakin rendah yang
berarti tanah tersebut resisten terhadap erosi. Hal ini diakibatkan karena dengan semakin
kasarnya tekstur tanah maka bahan organik akan berkurang karena banyak yang tercuci
akibat permeabilitas yang cepat dan didukung oleh adanya struktur yang cenderung
granuler.
b. Bahan Organik
Kandungan bahan organik pada titik 4 sebesar 6,25 % tergolong sangat rendah. Hal ini
dapat disebabkan oleh adanya erosi yang mempunyai kemampuan menggerus bahan
organik yang sebagian besar berada di tubuh tanah bagian atas. Selain itu juga
ditunjukkan oleh adanya tekstur yang cukup kasar. Bahan organik tanah itu sendiri dapat
mempengaruhi nilai K karena terkait dengan fungsi bahan organik sebagai bahan perekat
tanah dalam pembentukan agregat tanah.
c. Permeabilitas
Permeabilitas pada titik 4 bernilai sebesar 14,16 cm/jam dan tergolong lambat.
Permeabilitas sangat tergantung pada ukuran butir tanah (tekstur); bentuk dan diameter
pori-pori tanah Semakin halus tekstur tanah maka permeabilitasnya akan semakin
lambat. Namun apabila semakin kasar seperti halnya pada titik 4 maka permeabilitasnya
semakin cepat. Perlindungan tanah dengan tanaman penutup tanah akan memelihara
kestabilan agregat dan porositas sehingga kapasitas infiltrasi dan juga permeabilitas akan
meningkat.
d. Struktur Tanah
Struktur tanah pada titik 4 tergolong granuler sangat halus. Hal itu menunjukkan bahwa
di titik 4 tersebut telah terjadi erosi karena sedikit ditemukan adanya agregat dan
ditemukannya tanah bertekstur pasir. Hal itu didukung oleh sedikitnya kandungan
lempung dan bahan organik yang mampu berperan sebagai bahan perekat. Tanah-tanah
bertekstur kasar membentuk struktur tanah yang ringan, sebaliknya tanah-tanah yang
berbentuk atau tersusun dari tekstur halus menyebabkan terbentuknya tanah yang
berstruktur berat. Adanya perbedaan struktur tanah yang terjadi, secara tidak langsung
mempengaruhi ukuran dan jumlah pori-pori tanah yang terbentuk. Sedikit ditemukannya
agregat dan banyak ditemukan tanah dengan tekstur pasir mengakibatkan terjadinya
aliran permukaan yang mampu mengerosi permukaan tanah.
3. Faktor Topografi (Panjang Lereng dan Kemiringan Lereng)
Kemiringan lereng dan panjang lereng di daerah penelitian cukup variatif. Semakin miring
suatu lahan maka tingkat erosi yang dihasilkan semakin tinggi pula, dengan kata lain tanah
akan mudah tererosi. Semakin panjang lereng maka semakin tinggi pula kerusakan dan
penghancuran atau berlangsungnya erosi. Pada titik 4 sendiri memiliki kemiringan lereng
42.2 % dan panjang lereng 30 meter, sehingga didapatkan hasil LS sebesar 8.
4. Faktor Tutupan Lahan dan Tindakan Konservasi yang Dilakukan
Dusun Sumber Brantas yang merupakan daerah penelitian terbagi menjadi 6 titik dengan
karakteristik penggunaan lahan berupa lahan pertanian holtikultura berupa kentang, wortel
dan kubis. Dengan karakteristik lahan yang hampir sama, ditambah dengan penggunaan
lahan dan tindakan konservasi yang seragam mangakibatkan penilaian CP pun juga sama
karena Dusun Sumber Brantas merupakan satu kesatuan dengan penggunaan lahan sebagai
lahan pertanian holtikultural dan dengan karakteristik lainnya seperti panjang lereng,
kemiringan lereng dan penggunaan lahan yang hampir sama maka tindakan konservasi pun
juga hampir sama untuk masingmasing titik. Tindakan konservasi yang sudah dilakukan
adalah dengan menggunakan teras tradisionalyang bernilai 0,35 pada tabel konservasi
lahan. Selain itu juga ditanami beberapa tanaman tahunan dengan sengaja sebagai salah
satu upaya konservatif seperti Rumput Brachiaria decumbens tahun 1 yang bernilai 0,29
pada tabel tanaman penutup lahannya.

B. Tingkat Bahaya Erosi Desa Sumber Brantas Kecamatan Bumiaji Kota Batu
Hasil erosi pada Desa Sumber Brantas sebesar 13,3344520561 ton/ha/tahun , hal ini
menunjukkan bahwa tingkat bahaya erosi tergolong sangat ringan karena kurang dari 15
ton/ha/tahun (berdasarkan tabel 8. kelas tingkat bahaya erosi menurut Departemen
Kehutanan 1998). Hasil erosi pada titik 4 (kelompok 4) mempunyai hasil paling besar
dibandingkan dengan titik titik lainnya. Dengan demikian erosi pada titik titik lainnya
menunjukkan angka yang tidak terlalu besar dibandingkan titik 4.
Hasil erosi menunjukkan angka sebesar 13,3344520561 ton/ha/tahun yang
mendekati angka lebih dari 15 ton/ha/tahun sehingga akan meningkatkan kelas tingkat
bahaya erosi menjadi ringan. Dengan demikian perlu dilakukan penanganan khusus dan
upaya konservasi lahan agar tingkat bahaya erosi tidak semakin meningkat dan merugikan
masyarakat setempat Desa SumberBrantas Kecamatan Bumiaji Kota Batu.
KESIMPULAN

A. Desa Sumber Brantas Kecamatan Bumiaji mempunyai perhitungan erosi sebesar


13,3344520561 ton/ha/tahun, hal ini dipengaruhi oleh faktor R (erosivitas hujan), K
(erodibilitas tanah), LS (kemiringan dan panjang lereng), C (tanaman penutup lahan) dan
P (Konservasi Lahan).
B. Tingkat bahaya erosi pada Desa Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu
tergolong sangat rendah, dan diperlukan upaya penanganan konservasi lahan agar tingkat
bahaya erosi tidak meningkat menjadi kelas ringan.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Arsyad, Sitanala. 2010.Edisi kedua: Konservasi Tanah dan Air.Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
[2] As-syakur, A. R. 2008. Prediksi Erosi dengan menggunakan metode USLE
dan Sistem Informasi Geografi (SIG) berbasis Pixel di daerah tangkapan air Danau
Buyan. Proseding PIT XVII MAPIN. Pp 1-11
[3] Kartasapoetra, G; Sutedjo dkk. 1987. Edisi kedua: Teknologi Konservasi
Tanah dan Air. Jakarta: Rineka Cipta.
[4] Rachman,A. 2010. Risalah pembahasan hasil Pertanian Lahan Kering dan
Konservasi Tanah. Jakarta: Bumi Aksara.
[5] Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta: Penerbit
Andi
[6] Wischmeier W. H., and D.D Smith. 1978. Predicting Rainfall Erosion
Lossess: A guide to Conservation Planning USDA Handbook No.537. Washington
DC
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai