Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 3, No.

2, Juli 2019:92-99
P-ISSN: 2579–8499; E-ISSN: 2579–8510
Doi: https://doi.org/10.29405/jgel.v3i2.3580
Website: http://journal.uhamka.ac.id/index.php/jgel

Prediksi Laju Erosi Menggunakan Metode USLE (Universal Soil Loss


Equation) Di Desa Karang Tengah Kecamatan Babakan Madang
Kabupaten Bogor
Rendika Dwi Hariyanto*, Tricahyono Nur Harsono, dan Fadiarman
Program Studi Pendidikan Geografi, FKIP Universitas Muhammadiyah Prof. DR.
Hamka, Jakarta Timur, Indonesia

*E-mail: rendika.bulak@gmail.com
Received: 22 01 2019 / Accepted: 11 04 2019 / Published online: 30 07 2019

ABSTRAK
Penelitian dilakukan di Desa Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten
Bogor yang memiliki morfologi beragam, mulai dari daerah dataran rendah sampai
pegunungan dengan ketinggian mencapai 800 mdpl. Wilyah penelitian memiliki
kelerengan dari miring sampai curam yang sangat berpotensi untuk terjadinya erosi, dan
ditambah dengan adanya perubahan penggunaan lahan yang intensif dari area hijau ke
pertanian. Untuk itu, tujuan penelitian untuk memprediksikan besarnya laju erosi di
wilayah penelitian menggunakan Metode USLE. Jenis penelitian ini adalah penelitian
survey dengan deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lahan di wilayah
penelitian dengan sampel adalah lahan yang diambil berdasarkan data kemiringan lereng,
penggunaan lahan, dan jenis tanah. Penetapan lokasi sampling menggunakan area
sampling, sedangkan analisa hasil data menggunakan metode USLE (Universal Loss Soil
Equation) yaitu memberi skor pada setiap parameter lahan, sehingga diperoleh
klasifikasi bahaya erosi berdasarkan perhitungan menggunakan metode USLE. Hasil
penelitian diketahui bahwa lahan di wilayah penelitian mempunyai klasifikasi bahaya
erosi sangat ringan pada satuan lahan PLL meliputi wilayah Dusun Wangun bagian
Utara, satuan lahan SLL meliputi wilayah Dusun Wangun bagian Timur, dan satuan
lahan HLM di wilayah Dusun Wangun bagian Barat. Satuan lahan yang memiliki bahaya
erosi ringan yaitu satuan lahan PkLL diwilayah Dusun Wangun bagian Selatan dan
Dusun Tegalluhur bagian Utara, dan satuan lahan yang memiliki bahaya erosi sedang
yaitu satuan lahan HLAm.

Kata Kunci: Prediksi Laju Erosi, Metode USLE

ABSTRACT
This research did in Karang Tengah Village, Babakan Madang Distric, Bogor Regency
that has variation morfologi condition from flat to mountain, with elevation at 800
meter. Research area has also slope condition from sloping to steep that potential occur
erosion. In additional, there are landuse change significant happen from forest area to
agriculture area. Based on that, the aims of research is to predict the magnitude of the
rate of erosion in research area used the USLE Method. The type of research is
descriptive survey. The population was all land in research area, and the sample was
existing land based on slope, land use, and soil type. Determination of the sample
location used the sampling area. The analysis of the data used the USLE method
93 | Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 3, No. 2, Juli 2019: 92-99

(Universal Loss Soil Equation) that is scoring each land parameter. The erosion hazard
classification is obtained based on calculations using the USLE method. The results
showed that the land in research area has a very low erosion hazard occurend in the
PLL land unit including Wangun Sub-Village in the North, SLL land unit including
Wangun Sub-Village, and the HLM land unit in the Wangun Sub-Village in the West.
While land units that have low erosion hazard are PkLL land units in the Southern part
of Wangun Sub-Village, and North Tegalluhur Sub-Village. Land units that have
moderate erosion hazard that is HLAm land units.
Keywords: Prediction of Erosion Rate, USLE Method

PENDAHULUAN menunjukkan dengan jelas perbedaan


Sumberdaya alam utama yaitu kepekaan erosi diberbagai tanah yang
tanah dan air pada dasarnya merupakan terbentuk. Coster (1983, dalam Arsyad
sumberdaya alam yang dapat 2010) dari penelitiannya di beberapa
diperbaharui, namun mudah mengalami Pulau Jawa menunjukkan bahwa tanah
kerusakan atau degradasi. Kerusakan Regosol dari bahan vulkan dan tanah
tanah dapat terjadi oleh (1) kehilangan Grumosol dari bahan induk mergel
unsur tanah dan bahan organik di daerah merupakan tanah yang sangat peka erosi,
perakaran, (2) terkumpulnya garam di jika dibandingkan tanah Andosol atau
daerah perakaran, (3) penjenuhan tanah Latosol yang terbentuk dari bahan volkan.
oleh air, dan (4) erosi. Kerusakan tanah Penelitian tersebut membenarkan adanya
tersebut menyebabkan berkurangnya perbedaan erosi masing–masing jenis
kemampuan tanah untuk mendukung tanah.
pertumbuhan tanaman (Suripin, 2004). Selain jenis tanah, vegetasi juga
Menurut Arsyad (2010), erosi memegang peranan penting membentuk
adalah hilang atau terkikisnya tanah atau erosi. Erosi yang terjadi di hutan alam
bagian–bagian tanah dari suatu tempat berbeda dengan erosi yang terjadi di hutan
oleh air atau angin. Erosi menyebabkan produksi. Menurut indeks vegetasi
hilangnya lapisan tanah yang subur dan penutup tanah dan pengelolaan tanaman
baik untuk pertumbuhan tanaman serta oleh Pusat Penelitian Tanah (dalam
berkurangnya kemampuan tanah untuk Arsyad 2010), hutan alam hanya
menyerap dan menahan air. menyumbang 0,005 nilai indeks erosi jika
Pengangkutan erosi yang terjadi di memiliki seresah sedikit, sedangkan hutan
daerah iklim basah pada umumnya adalah produksi menyumbang 0,5 nilai indeks
pengangkutan erosi oleh air (Arsyad, erosi jika merupakan hutan produksi
2010). Menurut Sandy (1987) tebang habis. Nilai indeks 1 merupakan
mengemukakan bahwa pengaruh iklim nilai indeks tertinggi. Begitu pula dengan
terhadap muka bumi serta segenap isinya, vegetasi lainnya seperti jagung, padi,
bukan saja besar, tetapi amat mendasar. kedelai, kentang, dan lain-lain, masing–
Menurut pernyataan tersebut dapat masing vegetasi memiliki perbedaan nilai
diketahui bahwa berbagai variable yang indeks erosi.
mempengaruhi prediksi erosi berperan Lereng yang terjal berpengaruh
sangat penting dalam nilai erosi yang terhadap bersarnya jumlah aliran
terjadi termasuk jenis tanah, vegetasi, dan permukaan yang mengalir. Semakin
panjang serta kemiringan lereng. curam lereng, semakin besar kecepatan
Hasil percobaan di Indonesia aliran permukaan yang dengan demikian
tahun 1930 di bebarapa jenis tanah memperbesar energi angkut aliran
94 | Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 3, No. 2, Juli 2019: 92-99

permukaan (Arsyad 2010). Lereng dengan Loss Equation) untuk mendapatkan nilai
kemiringan 25-45 % memiliki indeks 6,8 faktor-faktor (R) erosivitas hujan, (K)
dimana indeks 9,5 merupakan indeks erodibilitas tanah, panjang dan
yang menyatakan nilai terbesar. Panjang kemiringan lereng (LS) (C) vegetasi dan
lereng berperan terhadap besarnya erosi pengelolaan tanaman, dan (P) konservasi
yang terjadi, semakin panjang lereng tanah. Metode USLE sering digunakan
maka semakin besar volume aliran untuk memprediksi tingkat bahaya erosi
permukaan yang terjadi. Kemiringan dan perencanaan penggunaan lahan, serta
lereng memberikan pengaruh besar pemilihan alternatif teknik konservasi
terhadap erosi yang terjadi, karena sangat tanah.
mempengaruhi kecepatan limpasan Kondisi morfologi wilayah
permukaan. Makin besar nilai kemiringan penelitian angat beragam mulai dari
lereng, maka kesempatan air untuk masuk daerah dataran rendah sampai
kedalam tanah (infiltrasi) akan terhambat pegunungan dengan ketinggian mencapai
sehingga volume limpasan permukaan 800 mdpl. Kemiringan lereng dari miring
semakin besar yang mengakibatkan sampai curam yang sangat berpotensi
terjadinya bahaya erosi (Dewi, untuk terjadinya erosi, dan ditambah
Trigunasih, & Kusmawati, 2012). adanya perubahan penggunaan lahan yang
Mengetahui besarnya erosi yang intensif dari lahan hijau ke pertanian.
terjadi di suatu wilayah merupakan hal Vegetasi tanaman yang ada di wilayah
yang penting, karena selain dapat penelitian sudah berkurang banyak, pohon
mengetahui banyaknya tanah yang berjenis pinus dan cemara yang mampu
terangkut juga dapat digunakan sebagai menyerap air sudah banyak berganti
salah satu jalan untuk mencari sebuah dengan sawah dan tanaman singkong.
solusi dari permasalahan tersebut. Oleh karena itu, untuk mengetahui
Prediksi erosi dapat dilakukan secara prediksi erosi di wilayah penelitian
langsung maupun tidak langsung yaitu penting, hal ini terkait dengan semakin
melalui model prediksi erosi. Prediksi banyaknya tanah yang mengalami
erosi yang dilakukan secara langsung kerusakan.
menemui banyak kendala, salah satunya
adalah waktu yang dibutuhkan untuk METODE PENELITIAN
mengerjakan cukup lama, sehingga Waktu dan Lokasi Penelitian
digunakan sebuah model prediksi erosi, Penelitian ini dilakukan pada
model prediksi erosi itu sendiri cukup bulan Mei 2018 sampai dengan Juli 2018.
beragam, seperti halnya USLE (Universal Lokasi penelitian di Desa Karang Tengah
Soil Loss Equation), ANSWER (Areal Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten
Nonpoint Source Watershed Environment Bogor (Gambar 1), karena memiliki
Respon Simulation), GUEST (Griffith kemiringan lereng yang bervariasi dari
University Erosion System Template) dan miring sampai curam, dan adanya
masih banyak lagi model prediksi lainnya. perubahan penggunaan lahan yang
Kegiatan penelitian pengendalian intensif, sehingga kondisi ini
erosi meliputi: (1) pengembangan model memperbesar kemungkinan erosi yang
(metode) prediksi erosi, dan (2) penelitian intensif.
untuk mencari dan/atau mengkaji teknik
pengendalian erosi. Metode (model) Populasi dan Sampel
prediksi yang paling banyak Populasi dalam penelitian ini
dikembangkan dan diaplikasikan di adalah seluruh lahan di Desa Karang
Indonesia adalah USLE (Universal Soil Tengah Kecamatan Babakan Madang
95 | Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 3, No. 2, Juli 2019: 92-99

Kabupaten Bogor. Sampel dalam Jenis Penelitian


penelitian ini adalah sebagian lahan di Penelitian ini adalah penelitian
wilayah penelitian dengan pengambilan survey dengan metode deskriptif, menurut
sampel menggunakan metode area Singarimbum dan Effendi (1987),
sampling berdasarkan pada satuan lahan. penelitian survey adalah penelitian yang
Penentuan satuan lahan dilakukan dengan mengambil sampel dari suatu populasi
overlay antara peta tanah, peta kemiringan menggunakan kuesioner sebagai alat
lereng, dan peta penggunaan lahan yang pengumpulan data yang pokok. Pabundu
setiap peta mempunyai skala 1:75.000. Tika (2005), mengemukakan bahwa
penelitian survey merupakan metode
penelitian yang bertujuan untuk
mengumpulkan sejumlah besar dara
berupa variable, unit atau individu dalam
waktu bersamaan. Penelitian ini
merupakan penelitian survey karena
peneliti mengumpulkan data terkait
panjang lereng, pengelolaan tanaman dan
vegetasi penutup untuk identifikasi laju
erosi.
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Metode Pengumpulan, Pengolahan,
Berdasarkan hasil overlay dan Analisis Data
diketahui bahwa lahan di wilayah Data primer yang dalam penelitian
penelitian menjadi lima satuan lahan yaitu ini adalah data panjang lereng (L), data
: PLL (Permukiman Asosiasi Latosol pengelolaan tanaman dan vegetasi
Coklat Landai) meliputi wilayah Dusun penutup (C), dan data tindakan khusus
Wangun bagian Utara, PkLL (Perkebunan konservasi tanah (P). Data sekunder dari
Asosiasi Latosol Coklat) diwilayah Dusun penelitian ini yaitu data erosivitas (R)
Wangun bagian Selatan dan Dusun meliputi curah hujan, data erodibilitas
Tegalluhur bagian Utara, SLL (Sawah tanah (K), data kemiringan lereng (S).
Asosiasi Latosol Coklat) meliputi wilayah Analisis data diawali dengan pembagian
Dusun Wangun bagian Timur, HLAm satuan lahan dengan teknik overlay
(Hutan Asosiasi Latosol Coklat Agak sehingga diperoleh satuan-satuan lahan.
Miring) diwilayah Dusun Sukamantri Pada masing-masing satuan lahan
Dusun Tegalluhur bagian Selatan, HLM dilakukan pengambilan data berdasarkan
(Hutan Asosiasi Latosol Coklat Miring) metode USLE (Universal Soil Loss
diwilayah Dusun Wangun (Gambar 2). Equation) yaitu erosivitas (R), erodibilitas
tanah (K), panjang lereng (L), kemiringan
lereng (S), vegetasi dan pengelolaan
tanaman (C), dan tindakan konservasi (P).
yang di jumlah dengan rumus (A =
R.K.L.S.C.P). Hasil analisis
menggunakan metode USLE didapatkan
prediksi erosi ditiap satuan lahan dengan
satuan (ton/ha/tahun). Klasifikasi tingkat
erosi wilayah penelitian mengacu pada
Gambar 2. Peta Satuan Lahan Wilayah klasifikasi menurut Kirionto 2013 yang
Penelitian disajikan pada Tabel 1.
96 | Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 3, No. 2, Juli 2019: 92-99

Tabel 1. Klasifikasi Bahaya Erosi September 179,1 17,9 111,84


Kelas
Laju Erosi Oktober 248 24,8 174,11
Bahaya Keterangan
(ton/ha/tahun) November 268,5 26,8 193,97
Erosi
I < 15 Sangat ringan
Desember 237,4 23,7 164,07
II 15 – 60 Ringan
III 60 – 180 Sedang Jumlah 2445,4 244,5 1649,14
IV 180 – 480 Berat
V > 480 Sangat berat b. Erodibilitas (K)
Sumber: Kironoto, 2003 (dalam I Gede Hasil pengamatan Peta Sumber
Tunas, 2005) Daya Tanah Tingkat Tinjau Lembar DKI
Jakarta dan Jawa Barat, dan berdasarkan
HASIL DAN PEMBAHASAN tabel acuan menunjukkan bahwa di
1. Deskripsi Prediksi Erosi wilayah penelitian terdapat jenis tanah
a. Erosivitas (R) yaitu Asosiasi Latosol Coklat yang
Data curah hujan yang digunakan dalam masing masing memiliki Nilai K yaitu
penelitian ini merupakan data hujan hasil 0,091. Apabila nilai erodibilitas tanah
pengukuran curah hujan Stasiun Stasiun tinggi maka tanah peka atau mudah
BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi tererosi, dan sebaliknya apabila
dan Geofisika) Citeko, Cisarua-Jawa erodibilitas tanahnya rendah maka tanah
Barat. Data suhu udara di daerah lebih tahan terhadap erosi.
penelitian yang digunaka selama 5 tahun
c. Faktor Lereng (LS)
(2013-2017) yang memiliki jarak terdekat
Klasifikasi kemiringan lereng dan analisis
± 16 km. Selanjutnya dihitung
faktor lereng (LS) di wilayah penelitian di
menggunakan rumus Lenvain (1989,
sajikan pada Tabel 3.
dalam Qurratul Ayunin, 2008):
Tabel 3. Klasifikasi dan Nilai LS Tiap Satuan
IR = 2,21 P1,36 Lahan di Desa Karang Tengah
IR = Indeks Erosivitas
P = Curah Hujan Bulanan (cm) Satuan Kemiringan Klasifikasi Nilai
Lahan (%) Lereng LS
PLL,
Hasil perrhitungan nilai erosivitas SLL, 4,6
Landai/Bero
0,4
disajikan pada Tabel 2. mbak
PkLL
Agak
Tabel 2. Indeks Erosivitas Hujan di Desa HLAm 10,2 Miring/Berge 1,4
Karang Tengah lombang
Rata- Miring/Berbu
HLM 25 3,1
rata Curah kit
Indeks
curah Hujan
Bulan Erosivitas d. Perhitungan Indeks Faktor Penutup Lahan
hujan Bulanan
(IR)
Bulanan (cm) (C)
(P mm) Vegetasi tanah dan pengelolaan
Januari 297,4 29,7 222,91 tanaman di wilayah penelitian beragam,
Februari 285,1 28,5 210,46 seperti tanaman padi, kebun campuran yang
Maret 272,6 27,2 198,01 berada di dataran yang lebih rendah. Pada
April 193,7 19,3 124,41 wilayah ke arah Gunung Pancar mulai
Mei 174,9 17,4 108,28 ditemukan tanaman-tanaman seperti ubi,
Juni 111,3 11,1 58,56 hutan dengan sedikit serasah. Nilai C dan
Juli 73,1 7,3 33,06 sebaran jenis tanaman di Indonesia di sajikan
Agustus 98,3 9,8 49,46 pada Tabel 4.
97 | Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 3, No. 2, Juli 2019: 92-99

Tabel 4. Tabel Penilaian Vegetasi Penutup faktor erosi yang akan dihitung meliputi
Tanah dan Pengelolaan Tanaman faktor erosivitas hujan (R), faktor
Satuan erodibilitas (K), faktor panjang dan
Jenis Vegetasi Nilai C
Lahan
kemiringan lereng (LS), dan faktor
PLL Belukar/Rumput 0,3
PkLL Ubi 0,8 pengelolaan tanaman dan usaha
SLL Sawah 0,05 pencegahan erosi (CP). Prediksi besarnya
HLAm Pisang 0,6 laju erosi pada masing-masing lahan yang
HLM
Hutan Alam
0,002 didapatkan digunakan untuk menentukan
Sedikit Seresah klasifikasi bahaya erosi. Hasil prediksi
besarnya laju erosi di wilayah penelitian
e. Tindakan Konservasi (P) disajikan pada tabel 6.
Tindakan Konservasi tanah di wilayah
peneltiian terdapat 3 jenis yaitu teras Tabel 6. Prediksi Laju Erosi di wilayah
bangku di satuan lahan SLL dan PLL, penelitian Menggunakan Metode USLE
penanaman/pengolahan menurut kontur
Satuan Lahan
pada lereng 10,2% pada satuan lahan Indeks
PkL HLA HL
HLAm dan lereng 25% pada satuan lahan Penilaian PLL SLL
L m M
HLM, serta Penanaman tanaman penutup Erosivitas 1649 1649 1649 1649,1 1649
tanah rendah pada tanaman perkebunan Hujan (R) ,14 ,14 ,14 4 ,14
(kerapatan sedang) pada satuan lahan Erodibilit
0,09 0,09 0,09 0,09
PkLL. Nilai tindakan konservasi (P) dapat as Tanah 0,091
1 1 1 1
(K)
(Tabel 5). Faktor
Lereng 0,4 0,4 0,4 1,4 3,1
Tabel 5. Tindakan Konservasi Tanah di Desa (LS)
Karang Tengah Vegetasi
Penutup
Tanah/Pe 0,00
Satuan Tindakan Konservasi NIlai P 0,3 0,8 0,05 0,6
ngolahan 2
Lahan Tanaman
Teras Bangku (Standar (C)
desain dan bangunan 0,15
PLL Tindakan
sedang)
Konserva 0,15 0,5 0,4 0,75 0,90
Penanaman tanaman si (P)
penutup tanah rendah
Besar
pada tanaman 0,5
PkLL Laju
perkebunan 24,0
Erosi (A) 2,70 1,20 94,54 0,83
(kerapatan sedang) 1
(ton/ha/ta
Teras Bangku (Standar hun)
desain dan bangunan 0,04
SLL
baik)
Penanaman/pengolaha Berdasarkan prediksi bersarnya
n menurut kontur pada 0,75 laju erosi di wilayah penelitian pada
HLAm
lereng 10,2% masing-masing satuan lahan, selanjutnya
Penanaman/pengolaha dilakukan penentuan klasifikasi bahaya
n menurut kontur pada 0,90
HLM
lereng (25%)
erosi berdasarkan klasifikasi bahaya erosi.
Hasil klasifikasi bahaya erosi di wilayah
2. Prediksi Erosi Menggunakan penelitian disajikan pada tabel 7. Prediksi
Metode USLE (Universal Soil Loss besarnya laju erosi terkecil terjadi pada
Equation) satuan lahan HLM (Hutan Asosiasi
Berdasarkan persamaan USLE Latosol Coklat Miring) yaitu 0,83
(Universal Soil Loss Equation), faktor- ton/ha/tahun. Besarnya laju erosi terbesar
terjadi pada satuan lahan HLAm (Hutan
98 | Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 3, No. 2, Juli 2019: 92-99

Asosiasi Latosol Coklat Agak Miring) erosi sangat ringan sampai sedang. Laju
yaitu 94,54 ton/ha/tahun. erosi terbesar yaitu 94,54 ton/ha/tahun
(sedang) terjadi pada satuan lahan HLAm
Tabel 7. Klasifikasi Bahaya Erosi di Desa (Hutan Asosiasi Latosol Coklat Agak
Karang Tengah Miring) yang meliputi wilayah Dusun
Interval Sukamantri dan Dusun Tegalluhur bagian
Laju Erosi Klasifikasi Selatan. Adapun besarnya laju erosi
Satuan Keterang
(ton/ha/tah Laju Erosi
Lahan
un) (ton/ha/tahu
an terkecil yaitu 0,83 ton/ha/tahun (sangat
n) ringan) terjadi pada satuan lahan HLM
Sangat (Hutan Asosiasi Latosol Coklat Miring)
PLL 2,70 < 15 yang meliputi wilayah Dusun Wangun.
ringan
Selain itu, besarnya laju erosi 1,2
PkLL 24,01 15 – 60 Ringan
ton/ha/tahun (sangat ringan) terjadi pada
SLL 1,20 < 15
Sangat satuan lahan SLL (Sawah Asosiasi
ringan Latosol Coklat Landai) meliputi
HLAm 94,54 60 – 180 Sedang wilayah Dusun Wangun bagian Timur,
dan besarnya laju erosi sebesar 2,71
Sangat ton/ha/tahun (sangat ringan) terjadi pada
HLM 0,83 < 15
ringan
satuan lahan PLL (Permukiman Asosiasi
Latosol Coklat Landai) yang meliputi
Berdasarkan hasil analisis prediksi wilayah Dusun Wangun bagian Utara.
besarnya laju erosi pada tabel 7 dapat Laju erosi sebesar 24,01 ton/ha/tahun
diketahui bahwa di wilayah peneltiian (ringan) terjadi pada satuan lahan PkLL
terdapat tiga klasifikasi bahaya erosi (Perkebunan Asosiasi Latosol Coklat
yaitu, sangat ringan, ringan, dan sedang. Landai) yang meliputi wilayah Dusun
Peta bahaya erosi di wilayah penelitian Wangun bagian Selatan dan Dusun
disajikan pada Gambar 3. Tegalluhur bagian Utara.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, I. G. A. S. U., Trigunasih, N. M., &


Kusmawati, T. (2012). Prediksi Erosi
dan Perencanaan Konservasi Tanah
dan Air pada Daerah Aliran Sungai
Saba. E-Jurnal Agroekoteknologi
Tropika, 1(1), 12–23.

Hefni Efendi. (2003). Telaah Kualitas Air


Bagi Pengelolaan Sumber
Gambar 3. Peta Bahaya Erosi Daya dan Lingkungan
Perairan. Yogyakarta :
KESIMPULAN Kanisius.
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa prediksi besarnya I Gede Tunas (2005). Prediksi Erosi
laju erosi di wilayah penelitian berkisar Lahan DAS Bengkulu dengan
antara 0,83 ton/ha/tahun sampai dengan Sistem Informasi Geografis
94,54 ton/ha/tahun. Laju erosi ini (SIG). SMARTek, 3(3), 137-
tergolong pada klasifikasi besarnya laju 145.
99 | Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 3, No. 2, Juli 2019: 92-99

Moh. Pabundu Tika (2005). Metodologi


Penelitian Geografi. Jakarta :
PT. Bumi Aksara.

Sitnala, Arsyad. (2012). Penyelamatan


Tanah, Air, dan Lingkungan.
Jakarta : CrestPrent dan
Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.

Sitnala, Arsyad. (2010). Konservasi


Tanah dan Air. Bogor : IPB
Press.

Suripin (2004). Pelestarian Sumber Daya


Tanah dan Air. Yogyakarta :
Andi.

Anda mungkin juga menyukai