Anda di halaman 1dari 9

TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBERDAYA LAHAN

PRAKTIK KONSERVASI DI LAHAN PERTANIAN DESA MULYOARJO

Kelompok : 2

Anggota :
1. Anisa Shafa Nada 215040207111176
2. Serina Isnaini Septifinanda 215040207111177
3. Mohammad Rakan Ahsana Daffa 215040207111188
4. Abiyu Danis Al Haris 215040207111179
5. Muhammad Rizki Deva Ananda 215040207111180
6. Faradilla Fitri 215040207111181
7. Nola Pangesti Awalinda Zam zam 215040208111182
8. Kharisma Rahmawati 215040207111184
9. Salsabila Putri Maharani 215040207111186
10. David Roedy Soebianto 215040207111200

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
A. Kondisi Lahan
Lahan yang kami amati terletak di Kecamatan Lawang yang merupakan dataran
tinggi, dimana ketinggiannya berada di kisaran 485 - 560 meter dpl. Suhu udara di
Kecamatan Lawang berkisar antara 22-32°C dan curah hujan rata-rata 349m^3/dt.
Secara astronomis, Kabupaten Malang terletak pada 112°17`10,90“ sampai
112°57`00“ BT, 7°44`55,11“ sampai 8°26`35,45“ LS dengan luas wilayah sebesar
3347,87 km2 dan dikelilingi oleh gunung/pegunungan Arjuno, Anjasmoro, Kelud,
Bromo, Semeru dan Tengger (Meluk, 2017). Kelembaban maksimum mencapai
90,74% pada bulan Desember, sedangkan kelembaban minimum 87,47% pada
bulan Mei.
Desa Mulyoarjo yang menjadi tempat pengamatan merupakan sebuah desa yang
berada di daerah Kecamatan Lawang dengan kelerengan berkisar 2-15% (Meluk,
2017). Kondisi lahan ini cocok sebagai lahan pertanian ataupun dijadikan sebagai
tempat pemukiman warga. Sebagaimana informasi yang terdapat pada profil
Kecamatan Lawang bahwa penggunaan lahan di wilayah tersebut digunakan untuk
perumahan dan pekarangan, sawah, pertanian lahan kering, tegal, hutan rakyat, dan
penggunaan lainnya (malangkab.go.id, 2022). Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan, di lokasi pengamatan sendiri dapat ditemui kondisi lahan yang
digunakan sebagai sewah dengan memanfaatkan sistem terasering dengan lahan
yang dikelilingi perbukitan dengan komoditas tanaman yang beragam. Akan tetapi,
dengan kondisi kelerengan pada lahan tersebut juga terdapat potensi terjadinya
erosi, terutama pada saat terjadi musim hujan.
B. Kondisi Kemiringan Lahan
Topografi permukaan bumi memiliki bentuk yang tidak rata, mulai dari pesisir
pantai, laut hingga dataran tinggi serta pegunungan memiliki tingkat ketinggian
yang berbeda-beda disetiap lokasi satu dengan lokasi yang lain dengan titik ukur di
atas permukaan laut. Ketinggian yang berbeda-beda inilah yang menyebabkan
pembentukan topografi dengan komponen tanah sebagai bagian utama dari bumi
memiliki beragam tingkat kelerengan, baik yang terbentuk secara alami melalui
pergeseran lempengan bumi dan atau melalui aktivitas manusia (pertambangan,
pertanian, industri, dan lain-lain).
Kelerengan tersebutlah yang memberikan suatu permasalahan yang
mengakibatkan pengikisan tanah yang disebut dengan erosi. Erosi sendiri menurut
Fajeriana dan Risal (2023), merupakan suatu perubahan pada tubuh tanah yang
lebih menuju pada kerusakan dengan cara hilangnya lapisan tanah melalui
pengangkutan, sehingga terbawa pada area yang dituju bahan pengangkut (air
hujan, angin dan lain-lain). Tanah yang terangkut akibat erosi akan diendapkan ke
tempat lain dalam sungai, waduk, danau, saluran irigasi dan sebagainya. Apabila
pepohonan di lereng-lereng bukit digunduli, maka hujan deras akan
menghanyutkan lapisan tanah atas yang subur akibat erosi. Hal ini tidak hanya akan
mengurangi produktivitas lahan di perbukitan itu sendiri, namun juga akan
mengakibatkan banjir yang melanda tanah-tanah pertanian pada lembah-lembah di
bawahnya.
Studi kasus pada area pertanian Desa Mulyoarjo, Kec. Lawang sendiri
mengalami bencana longsor yang termasuk dalam erosi sehingga area pertanian
mengalami penimbunan dengan material longsor (lempung dan batu-batuan) yang
menyebabkan permasalahan dalam sektor pertanian tersebut. Keadaan tingkat
kelerengan atau kemiringan pada area tersebut mencapai 59o, pendapat dari Osok
et al. (2018), banyaknya erosi tergantung berbagai faktor yang mempengaruhinya
meliputi iklim, vegetasi, karakteristik tanah, penggunaan lahan, dan topografi.
Faktor iklim, termasuk besarnya dan intensitas hujan atau presipitasi, rata-rata dan
rentang suhu, begitu pula musim, kecepatan angin, frekuensi badai. faktor geologi
termasuk tipe sedimen, tipe batuan, porositas dan permeabilitasnya, kemiringan
lahan. Faktor biologis termasuk tutupan vegetasi lahan, makhluk yang tinggal di
lahan tersebut dan tata guna lahan oleh manusia. Pada area pertanian Mulyoarjo
sendiri, tutupan lahan masih berbentuk hutan (tutupan pohon, semak, dan tumbuhan
kecil) akan tetapi masih terjadi longsor yang menandakan faktor kemiringan dan
tingkat kekuatan air hujan yang mempengaruhi penuh.
C. Penggunaan Lahan beserta Tutupan Lahannya
Penggunaan lahan (Land use) merupakan bentuk nyata dari aktivitas pengaruh
manusia terhadap sebagian permukaan bentuk bumi. Semakin besar jumlah
penduduk dan semakin aktifnya aktivitas masyarakat di suatu tempat, maka
semakin besar penggunaan lahannya (Lestari dan Arsyad, 2018). Penggunaan lahan
adalah setiap campur tangan manusia, baik secara permanen maupun siklus, dengan
seperangkat sumber daya alam dan buatan manusia, yang secara keseluruhan
disebut sebagai lahan, untuk tujuan memenuhi kebutuhan material atau spiritual
mereka atau keduanya. Penggunaan lahan dapat berupa tempat tinggal, tempat
usaha maupun lahan pertanian (Sarwendami, 2018). Sistem penggunaan lahan
menurut Lestari dan Arsyad (2018), dikelompokkan menjadi dua kelompok besar,
yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan non pertanian.
Penggunaan lahan pertanian meliputi Sawah, tegalan, kebun, ladang, hutan
produksi, hutan lindung, padang rumput dan sebagainya. Sedangkan pada
penggunaan lahan non pertanian, meliputi penggunaan lahan pedesaan atau
perkotaan, rekreasi, industri, pertambangan dan sebagainya. Pada lahan yang
berada pada Desa Mulyoarjo, Kecamatan Lawang digunakan untuk lahan pertanian
yang dimanfaatkan untuk membudidayakan tanaman pangan, seperti tanaman padi,
jagung, dan ubi ubian. Selain itu, terdapat juga semak belukar yang merupakan
lahan kering ditumbuhi dengan berbagai tanaman heterogen atau homogen pada
penggunaan lahan Desa Mulyoarjo, Kecamatan Lawang.
Tutupan lahan merupakan material fisik yang terletak di permukaan bumi.
Tutupan lahan (land cover) ini sangat penting karena penggunaannya hampir sama
dengan penggunaan lahan (land use). Tutupan lahan dapat menyediakan informasi
yang sangat penting untuk keperluan pemodelan serta untuk memahami fenomena
alam yang terjadi di permukaan bumi (Cahyono et al., 2019). Informasi tutupan
lahan ini dapat diperoleh dengan menggunakan sistem penginderaan jauh
(Sampurno dan Thoriq, 2016). Pada umumnya klasifikasi penutupan lahan dapat
dilihat berdasarkan peta citra satelit. Adapun klasifikasi penutupan lahan menurut
Chandra (2020) terbagi menjadi 2, yaitu daerah bervegetasi dan daerah terbuka
(tidak bervegetasi). Tutupan lahan yang ditemukan pada Desa Mulyoarjo
merupakan tutupan lahan yang termasuk daerah bervegetasi. Hal tersebut
dikarenakan lahan pada Desa Mulyoarjo ditanami tanaman padi, jagung dan ubi
ubian. Hal ini sesuai dengan pernyataan Achmad et al. (2012), bahwa tutupan
vegetasi merupakan tutupan lahan yang berupa perkebunan, hutan primer, kebun
campuran hutan sekunder, dan semak-belukar.
D. Pengelolaan Lahan
Pengelolaan lahan merupakan tindakan yang dilakukan untuk menjaga dan
meningkatkan kualitas lahan dengan cara mengelola tanah dan pengaturan tanaman
pada lahan tersebut (Wahyunto dan Dariah, 2014). Lahan yang berada di Desa
Mulyoarjo, Kecamatan Lawang, Malang yang telah kami amati, merupakan lahan
yang berada di lereng bukit. Lahan tersebut dimanfaatkan sebagai lahan pertanian
yang membudidayakan tanaman padi, jagung, dan singkong. Pemanfaatan dari
lahan tersebut yaitu dikelola dengan sistem terasering. Hal ini sesuai dengan
pendapat yang diungkapkan oleh Bulu dan Utami (2017), bahwa pengelolaan lahan
dengan sistem terasering di lereng perbukitan dapat membantu mengurangi
terjadinya erosi, kehilangan air, dan unsur hara. Selain itu, pemanfaatan tanaman
semusim seperti padi dan jagung pada lahan tersebut juga berperan dalam menjaga
stabilitas lereng, baik untuk meminimalisir terjadinya erosi permukaan maupun
pergerakan massa tanah. Erosi pada lahan tersebut diminimalisir dengan
pengelolaan lahan berupa contour plowing. Contour plowing merupakan
penanaman yang dilakukan sejajar dengan garis kontur atau garis khayal yang
menghubungkan titik - titik yang tingginya sama dan berpotongan tegak lurus
dengan arah kemiringan lahan (Prabaningrum et al., 2019).
E. Permasalahan Lahan
Permasalahan lahan yang ditemukan pada lahan di Desa Mulyoarjo, Kecamatan
Lawang yang merupakan lahan berdataran tinggi yaitu pernah terjadi longsor pada
lereng bukit. Tanah longsor terjadi ketika tanah atau batuan di lereng bergeser atau
terkikis, akibat kehilangan kestabilannya. Menurut Pedoman Penataan Ruang
Kawasan Rawan Bencana Longsor Tahun 2007, penyebab terjadinya tanah longsor
adalah masuknya air ke dalam tanah, yang meningkatkan bobot tanah akibat curah
hujan yang tinggi dan tingkat kelembaban yang sangat tinggi. Jika air meresap
hingga mencapai lapisan tanah yang tidak tembus air, maka bidang gelincir akan
terbentuk, sehingga tanah di atasnya menjadi licin dan tergerak mengikuti lereng
sehingga keluar dari lereng tersebut (Imanda, 2013). Menurut Erfandi (2013),
longsor dapat disebabkan banyak faktor, seperti kemiringan lahan, curah hujan,
jenis tanah, tata guna lahan dan faktor lain yang dapat membuat lereng tidak stabil.
Longsor dapat disebabkan sistem pengolahan lahan yang tidak memperhatikan
konservasi dan pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan kegunaannya dapat
memperparah resiko terjadinya longsor (Prihambodo, 2017). Konservasi lahan
dapat menjadi tindakan preventif untuk mencegah terjadinya longsor, karena
konservasi merupakan bagian dari upaya untuk menstabilisasi tebing (Erfandi,
2013). Untuk mencegah terjadinya longsor pada lereng bukit, beberapa langkah
yang dapat diambil antara lain. Pemeliharaan dan penghijauan hutan dapat
meningkatkan daya serap air dan mengurangi kemungkinan terjadinya longsor.
Perencanaan yang tepat, perencanaan pembangunan yang memperhitungkan
kestabilan tanah dan kontur lereng bukit dapat mengurangi resiko terjadinya
longsor. Membuat terasering, membuat terasering dapat membantu mengurangi
kemiringan lereng dan mengurangi risiko terjadinya longsor. Menanam vegetasi
yang tepat, menanam vegetasi seperti tanaman penahan erosi atau pohon yang akar
kuat dapat membantu mencegah terjadinya longsor (Hidayati, 2016).
F. Praktek Konservasi Lahan
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang penting dan berperan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dari dulu hingga sekarang. Dengan meningkatnya
kebutuhan manusia, maka pemanfaatan lahan dan sumberdaya alam juga
meningkat. Seiring dengan pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan,
maka sektor pertanian atau ketersediaan sumberdaya alam juga harus berkelanjutan.
Ketersediaan sumber daya alam akan terus mengalami penurunan seiring dengan
meningkatnya kebutuhan manusia. Oleh karena itu dibutuhkan usaha berupa upaya
konservasi agar potensi atau manfaat sumber daya alam tetap terjaga. Dalam
kegiatan pertanian, kegiatan konservasi dapat menjaga agar ketersediaan produk
hasil pertanian tetap tersedia dan dapat terus dimanfaatkan. Pada kegiatan
pengamatan yang dilakukan, dapat ditemukan bahwa sebagian masyarakat
memenuhi kebutuhan terutama kebutuhan bahan pangan melalui kegiatan bertani.
Adapun usaha konservasi yang dilakukan yaitu melakukan kegiatan pengolahan
lahan dengan memanfaatkan alat berupa bajak ataupun cangkul untuk menjaga
kemampuan lahan untuk kegiatan pertanian. Penggunaan alat berupa bajak ataupun
cangkul disesuaikan dengan keadaan lahan yang bertingkat. Selain itu, usaha
konservasi yang ditemui pada lahan pengamatan yaitu penerapan sistem terasering
dengan tujuan untuk mencegah terjadinya erosi karena berada pada lahan miring.
Hal tersebut sesuai dengan tujuan dari konservasi tanah bahwa konservasi
dilakukan untuk mencegah erosi, memperbaiki tanah yang rusak, serta menjaga dan
meningkatkan produktivitas tanah agar tercapainya pertanian yang berkelanjutan
(Kementerian Pertanian, 2019).
No. Jenis Konservasi Bentuk Konservasi Tujuan

Memperbaiki kondisi tanah dan meningkatkan


1. Konservasi Mekanik Pengolahan Lahan
produktivitas tanah

2. Konservasi Mekanis Pembuatan Terasering Mencegah erosi

3. Konservasi Vegetatif Pemilihan Komoditas Tanam Meningkatkan produktivitas pertanian

4. Konservasi Kimiawi Pemberian Pupuk Meningkatkan produktivitas tanah


DAFTAR PUSTAKA
Achmad, A., Ngakan, P. O., Umar, A. dan Asrianny. 2012. Identifikasi Tutupan
Vegetasi dan Potensi Fisik Lahan Untuk Pengembangan Ekowisata di
Laboratorium Lapangan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
Pendidikan UNHAS. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea. 1(2): 87-102.
Bulu, Y. G., dan Utami, K. 2017. Persepsi dan Motivasi Petani Mengenai Teknologi
Konservasi Lahan Pertanian Berlereng di Kecamatan Labangka Kabupaten
Sumbawa Nusa Tenggara Barat.
Cahyono, B. E., Febriawan, E. B., dan Nugroho, A. T. 2019. Analisis Tutupan
Lahan Menggunakan Metode Klasifikasi Tidak Terbimbing Citra Landsat
di Sawahlunto, Sumatera Barat. Jurnal TEKNOTAN. 13(1): 9-14.
Chandra, R. P. 2020. Identifikasi Konversi Lahan Sawah Di Kecamatan Ciparay,
Kabupaten Bandung. Thesis, Universitas Komputer Indonesia.
Erfandi, D. 2013. Sistem Vegetasi dalam Penanganan Lahan Rawan Longsor pada
Areal Pertanian. In Sulaiman dan et al (Ed.), Seminar Nasional Pertanian
Ramah Lingkungan (hal. 319–328). Bogor: Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian.
Fajeriana, N., dan Risal, D. 2023. Peningkatan Pemahaman Tentang Potensi Erosi:
Erosivitas dan Erodibilitas Dengan Simulasi Hujan Pada Topografi dan
Tutupan Lahan yang Berbeda. Abdimas: Papua Journal of Community
Service, 5(1), 64-74.
Hidayati, Z., Noviana, M. 2016. Penanganan Preventif Terhadap Ancaman Tanah
Longsor Di Permukiman Bukit Selili - Samarinda. Simposium Nasional
RAPI XV. FT UMS.
Imanda, A. 2013, “Penanganan Permukiman di Kawasan Rawan Bencana Gerakan
Tanah Studi Kasus: Permukiman Sekitar Ngarai Sianok”, Jurnal
Perencanaan Wilayah dan Kota, 141-156.
Kementerian Pertanian. 2019. Konservasi Tanah dan Air.
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/74767/konservasi-tanah-dan-
air/. Diakses pada 18 Februari 2023
Lestari, S. C., dan Arsyad, M. 2018. Studi Penggunaan Lahan Berbasis Data Citra
Satelit dengan Metode Sistem Informasi Geografis (SIG). Jurnal Sains dan
Pendidikan Fisika (JSPF), 14 (1): 81-88.
Meluk, Laurensius Filipus. 2017. Model Kepemimpinan Bupati Malang dalam
Meningkatkan Partisipasi Masyarakat untuk Perencanaan Pembangunan.
Thesis. University of Muhammadiyah Malang..
Osok, R. M., Talakua, S. M., dan Gaspersz, E. J. 2018. Analisis Faktor-Faktor Erosi
Tanah, Dan Tingkat Bahaya Erosi Dengan Metode Rusle di DAS Wai Batu
Merah Kota Ambon Provinsi Maluku. Jurnal Budidaya Pertanian, 14(2), 89-
96.
Pemerintah Kecamatan Lawang. 2022. Profil Kecamatan Lawang.
https://lawang.malangkab.go.id/pd/detail?title=lawang-opd-profil-
kecamatan-lawang. Diakses pada 18 Februari 2023.
Prihambodo, M. A. 2017. Perancangan Motion Graphic Untuk Penyuluhan
Konservasi Motion Graphic Design For Soil And Water Conservation
Extension To Reduce Flood And Sliding. e-Proceeding of Art dan Design,
4(3), 667–673.
Ningrum, S. K. 2019. Identifikasi Potensi dan Permasalahan Lahan untuk Arahan
Manajemen Lahan (Studi Kasus Penggal Sungai Cemoro Sebagian
Kawasan Situs Sangiran). Jurnal Geografi: Media Informasi Pengembangan
dan Profesi Kegeografian, 16 (2), 145-152.
Sampurno, R.M. and Thoriq, A. 2016. Klasifikasi tutupan lahan menggunakan citra
landsat 8 operational land imager (OLI) di Kabupaten Sumedang. Jurnal
Teknotan, 10 (2): 1978-1067.
Sarwendami, S., 2018. Identifikasi Perubahan Guna Lahan Permukiman Menjadi
Kegiatan Komersial Serta Dampaknya Terhadap Perubahan Mata
Pencaharian Dan Pendapatan Masyarakat Di Kelurahan Lebak Siliwangi
Kota Bandung (Doctoral dissertation, Universitas Komputer Indonesia).
Wahyunto, W., dan Dariah, A. 2014. Degradasi lahan di Indonesia: Kondisi
existing, karakteristik, dan penyeragaman definisi mendukung gerakan
menuju satu peta.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai