Pembangunan nasional saat ini memiliki peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakat diupayakan secara terus menerus di segala bidang. Hal ini merupakan
konsekuensi logis dari era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi yang semakin cepat dan pada akhirnya membawa tantangan,
ancaman serta peluang bagi masyarakat. Demikian pula halnya pembangunan di sektor
pertanian dan kehutanan yang harus mengikuti era tersebut sehingga harus di kelola
secara bersinergi dan berwawasan lingkungan sesuai dengan potensi sumber daya alam
yang ada agar dapat memperoleh hasil yang maksimal. Pemanfaatan lahan yang terus
menerus mengalami peningkatan akibat dari pembangunan nasional, tidak bisa ditunda
lagi.
Hal ini diperparah lagi apabila masyarakat memanfaatkan lahan pada daerah yang
curam dan sangat curam terutama di hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) tanpa diikuti
dengan penerapan teknik konservasi tanah dan air yang benar. Jariyah (2014),
permasalahan DAS tumbuh seiring dengan pertambahan penduduk. Daerah Aliran
Sungai (DAS) sangat dipengaruhi oleh bagian hulu, kondisi biofisik daerah tangkapan
dan daerah resapan air. Pada umumnya kondisi di daerah hulu rawan terhadap
gangguan manusia.
Pengelolaan DAS bagian hulu sering menjadi fokus perhatian, mengingat kawasan
DAS bagian hulu dan hilir mempunyai keterkaitan biofisik melalui daur hidrologi, sehingga
kesalahan penggunaan lahan daerah hulu akan berdampak pada masyarakat di
daerah hilir (Jariyah, 2014). Pemanfaatan lahan di setiap daerah berbeda karena
memiliki karakteristik yang khas disebut tipologi.
Tipologi merupakan suatu pengklasifikasian atau pengelompokan obyek berdasarkan
kesamaan sifat-sifat dasar menjadi tipe-tipe tertentu (Rijal, dkk. 2016).Masyarakat yang
bertempat tinggal di Desa Bonto Somba Hulu DAS Maros umumnya memiliki karakteristik
yang berbeda-beda dalam hal penerapan konservasi tanah dan air. Karakter sosial
ekonomi ini merupakan salah satu indikator yang dapat dipertimbangkan dalam
penerapan teknik konservasi tanah dan air berbasis tipologi masyarakat di Desa Bonto
Somba Hulu DAS Maros.
Asdak (2010) menyatakan bahwa kondisi sosial ekonomi, tingkat kesadaran dan
kemampuan ekonomi masyarakat yang rendah, cenderung lebih mendahulukan
kebutuhan primer dan sekunder, sehingga sering terjadi perambahan hutan di daerah hulu
DAS, penebangan liar, dan praktik-praktik pertanian lahan kering di perbukitan yang
mengakibatkan kerusakan DAS.
7. Silvipastur adalah bentuk lain dari tumpang sari, tetapi yang ditanam disela-sela
tanaman tahunan bukan tanaman pangan melainkan tanaman pakan ternak
seperti rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput raja (Pennisetum pupoides),
dan lain-lain.
Bahan pemantapan tanah yang baik harus mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut dalam (Suripin, 2004):
1. Mempunyai sifat yang adhesif serta dapat bercampur dengan tanah
secara merata
2. Dapat merubah sifat hidrophobik tanah, yang dengan demikian
dapat merubah kurva penahanan air tanah
3. Dapat meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, yang berarti
mempengaruhi kemampuan tanah dalam menahan air
4. Daya tahan sebagai pemantap tanah cukup memadai, tidak terlalu
singkat dan tidak terlalu lama
5. Tidak bersifat racun (phytotoxic) dan harganya terjangkau.Salah satu
teknik konservasi tanah yang dapat diterapkan guna mengendalikan
erosi dan aliran permukaan, sekaligus menambah bahan organik
tanah adalah teknik mulsa vertikal.
Kesimpulan dari makalah ini adalah bagaimana kita bisa
mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang ada dan cara
penanganan konservasi lahan yang ada di indonesia.
TERIMAKASIH